• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

2. Penentuan prioritas

Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparison) untuk menentukan prioritas. Sepasang

unsur dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi antar unsur. Hubungan antar unsur dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan membandingkan unsur itu dalam pasangan. Hubungannya menggambarkan pengaruh relatif unsur pada tingkat hirarki terhadap setiap unsur pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, unsur pada tingkat yang lebih tinggi tersebut berfungsi sebagai suatu kriteria disebut sifat (property). Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas atau relatif pentingnya elemen terhadap setiap sifat.

Perbandingan berpasangan diulangi lagi untuk semua unsur dalam tiap tingkat. Langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas sifatnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada

puncak hirarki (goal) digunakan untuk melakukan pembandingan yang

pertama lalu dari level tepat dibawahnya (kriteria), ambil unsur-unsur yang akan dibandingkan (misalnya ada tiga kriteria, yaitu K1, K2 dan K3).

Susunan unsur-unsur ini pada sebuah matriks seperti pada Tabel 7. Semua unsur dikelompokkan secara logik dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria logik. Penilaian yang mempunyai konsistensi tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan, agar hasil keputusannya akurat.

Dalam membandingkan antar unsur, tanyakanlah seberapa kuat suatu

unsur memengaruhi goal dibandingkan dengan unsur lain yang sedang

yang tepat antara unsur-unsur di suatu level dengan sebuah unsur yang ada di level atasnya.

Tabel 7. Matriks perbandingan kriteria

Goal K 1 K 2 K 3

K 1 K 2 K 3

Bila membandingkan suatu unsur dalam matriks dengan unsur itu sendiri, misalnya K1 dengan K1, perbandingan tersebut bernilai 1 (satu), maka isilah diagonal matriks tersebut dengan bilangan 1. Selalu bandingkan unsur pertama dari suatu pasangan (unsur disebelah kiri matriks) dengan unsur yang kedua (unsur dibaris puncak) dan taksir nilai numeriknya dari skala. Nilai kebalikannya digunakan untuk perbandingan unsur kedua dengan unsur pertamanya tadi.

Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Setiap level hirarki baik kuantitatif

dan kualitatif dapat dibandingkan sesuatu dengan judgement yang telah

ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.

Dalam metode AHP ini akan dilakukan pembobotan melalui beberapa operasi perhitungan matematik. Ada tiga (3) langkah untuk menentukan besarnya bobot, yaitu :

Langkah I

wi = bobot baris dalam baris wj = bobot baris dalam lajur Langkah II

Untuk kasus-kasus yang umum mempunyai bentuk :

Langkah III

Bila perkalian aij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah wi/wj.

Jika n juga berubah, maka n diubah menjadi λ maks, sehingga diperoleh:

Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas unsur keputusan setiap tingkat hirarkikeputusan. Tahapannya menurut Saaty, dikutip oleh Marimin dan Maghfiroh (2010) adalah:

Pengolahan Horisontal

a. Perkalian baris (z) dengan rumus:

b. Perhitungan vektor prioritas, atau vektor eigen

eVPi adalah unsur vektor prioritas ke-i

c. Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij x VP dengan VA = (Vai) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)

VBi untuk i = 1,2,…,n VA = VB = Vektor antara

d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut :

Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik melalui nilai Consistency Ratio (CR), yaitu apabila CR = 0,1. Rumus CR adalah:

Nilai RI merupakan nilai Random Indeks yang dikeluarkan oleh Oakridge

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap unsur dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq di definisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :

Pengolahan Vertikal

Untuk : p = 1,2,…,r r = 1,2,…,s Dimana :

NPpq = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap

sasaran utama

NPHpq = nilai prioritas unsur ke-p pada tingkat ke-q

NPTt = nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat q-1

3.5.2ANP

Proses analisis jaringan (Analytical Network Process, atau ANP) merupakan alat analisis yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan, baik antar kriteria ataupun sub kriteria. Oleh karena itu, ANP memberikan pendekatan yang lebih akurat karena mampu menangani masalah yang kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. AHP tidak

mempertimbangkan hubungan ketergantungan, karena hanya

mempertimbangkan hubungan linear dari atas ke bawah.

Dengan kata lain, AHP tidak dapat menangani interkoneksi antara faktor-faktor keputusan pada tingkatan yang sama dikarenakan kerangka pengambilan keputusan AHP mengasumsikan hubungan satu arah antar tingkat hirarki. Bila dalam AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria dan

alternatif dimana masing-masing level memiliki unsur, maka dalam ANP

disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang disebut simpul.

Gambar 11. Perbedaan hiarkri dan network (Saaty and Vargas, 2006. Diolah kembali)

Gambar 11 mengilustrasikan perbedaan antara hirarki dan network. Umpan balik memungkinkan untuk memberikan bobot faktor masa depan terhadap masa kini untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari gambar tersebut, hirarki merupakan sutruktur linear atas bawah. Sedangkan network tersebar ke segala arah dan melibatkan lingkaran antara cluster dan loop diantara cluster yang sama (Saaty and Vargas, 2006).

Dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada penelitian ini, ANP memberikan bobot kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai pasok. Adapun dalam rancangan pembentukan MRP Batik Banten yang efektif, ANP memberikan bobot orientasi dan skenario yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini.

Tahapan yang dilakukan pada penelitian dengan menggunakan ANP : 1. Pembentukan konstruksi model

Tahapan awal dalam proses ini adalah membuat model yang akan dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (komponen) dan unsur-unsur yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua unsur pada tiap kelompok dan hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan

dari luar dan dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan adanya aliran pengaruh antar unsur. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain menunjukkan pengaruh unsur suatu kelompok terhadap unsur kelompok yang lain. Kelompok dari unsur memiliki loop di dalamnya sendiri jika unsur-unsurnya saling bergantung satu sama lain.

Untuk tahapan penelitian pengukuran kinerja rantai pasok pada Pusat Industri Batik Banten, hubungan saling ketergantungan antar kriteria dapat ditentukan dengan membuat checklist seperti Tabel 8. Sedangkan untuk merancang solusi alternatif pembentukan MRP produk Batik Banten, hubungan saling ketergantungan antra kriteria dengan tahapan tersebut terilustrasikan pada Tabel 9.

Langkah selanjutnya, hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan saling ketergantungan antar kriteria tersebut dengan rumus berikut :

Q = N / 2

Jika Vij > Q, maka ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria. Jika Vij < Q, maka tidak ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria.

Dimana :

N = Jumlah responden atau pengambil keputusan

Q = Nilai tengah dari jumlah responden atau pengambil keputusan

Vij = Jumlah responden yang memilih adanya hubungan saling

ketergantungan antar kriteria pada sel yang menghubungkan baris i dengan kolom j.

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan antar kelompok/unsur

Dokumen terkait