• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Teks Relief Pilar Tebing di Berastagi Sebagai Representas

4.1.2 Interpretasi Teks Relief Pilar tebing di Berastag

4.1.2.2 Interpretasi Relief Penggambaran Kekuatan

Relief yang menggambarkan kekuatan Panglima Doukah Ni Haji ini adalah sebuah rangkaian cerita tentang penciptaan dunia pada masa awal menurut kepercayaan nenek

moyang masyarakat Karo. Panglima Doukah Ni Haji selain dikenal sebagai seseorang yang memiliki kekuatan yang maha dahsyat, juga dikenal sebagai tuan atas semua bencana yang dapat mengancam keberadaan manusia dan dunia. Panglima memiliki kekuatan pada angin yang dikenal dengan sebutan angin kaba-kaba sijenggi mabuk, kaba-kaba siperus mane-

mane, kaba-kaba simbongkar kaciwer, pada petir yang dikenal dengan nama perkas (petir), perkas pa hedi, kalingsungsung ras bindawas simultakken deleng, dan juga kekuatan pada

gempa (linur), yang dikenal dengan nama linur singelengas batu napal. Penggambaran kekuatan Panglima Doukah Ni Haji tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 diatas.

Relief (ground) yang menggambarkan kekuatan Panglima Doukah Ni Haji ini adalah sebuah bukti kekuatan Tuhan yang juga ada dalam diri manusia, namun kekuatan itu dapat menjadi petaka jika manusia menggunakannya untuk hal yang bersifat negatif. Masyarakat Karo sendiri meyakini kekuatan yang dimiliki Panglima Doukah Ni Haji ini adalah sebuah karunia Tuhan Semesta untuk menjadikan Panglima Doukah Ni Haji sebagai pelindung manusia dari segala macam bencana dan petaka (sebagai representamen).

Masyarakat Karo mengenal kekuatan-kekuatan gaib yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari, tapi dibalik itu, masyarakat Karo juga dikenal sebagai masyarakat yang mengenal banyak tangkal terhadap kekuatan-kekuatan gaib tersebut. Relief yang menggambarkan kekuatan Panglima Doukah Ni Haji ini juga memperlihatkan kekuatan yang dimiliki oleh Beru Noman Kaci-Kaci sebagai pencipta dunia berusaha menangkal kekuatan Panglima Doukah Ni Haji ketika ingin menghancurkan dunia. Beru Noman Kaci-

Kaci terlihat bersujud dengan tangan yang menyembah berada diatas sebuah benda

menyerupai perahu dan terbang bersama awan untuk meminta pertolongan Tonggal Sinasa agar Panglima Doukah Ni Haji tidak menghancurkan dunia.

Tangkal yang dipakai Beru Noman Kaci-Kaci untuk menghalangi kekuatan Panglima

untuk menangkal kekuatan Panglima Doukah Ni Haji, tapi menurut ceritanya, tangkal yang diucapakan itu tidak sanggup menghalangi kekuatan Panglima Doukah Ni Haji. Beru Noman

Kaci-Kaci tetap bersujud meminta kekuatan kepada Tonggal Sinasa agar dunia tidak hancur

karena kekuatan Panglima Doukah Ni Haji. Tonggal Sinasa memberikan tangkal yang lain,

Tonggal Sinasa ‘dalam suara’ menyuruh Beru Noman Kaci-kaci dan Ompung Utara Diatas

untuk membuat tipak salah sipitu-pitu, tapi mereka tidak mengerti membuatnya. Kemudian

Tonggal Sinasa mendatangkan petir berbentuk bintang tujuh yang salah dan menyuruh Ompung Utara Diatas mengambil galah dan melukiskan tipak salah sipitu-pitu di tanah

menyerupai petir bintang tujuh yang salah. Setelah membuat itu, Tonggal Sinasa menyuruh

Ompung Utara Diatas mengucapkan tangkal yang baru ‘suku mat-mat-mat-mat-mat-mat-

mat’ (‘mat’ sampai tujuh kali). Maka berhentilah Panglima Doukah Ni Haji mengeluarkan semua kekuatannya untuk menghancurkan dunia.

Relief (ground) yang menunjukkan kekuatan Panglima Doukah Ni Haji adalah sebuah perwujudan representasi yang diinterpretasikan dengan harapan agar Panglima

Doukah Ni Haji sebagai salah satu Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Karo tidak lagi

mendatangkan bencana yang besar yang dapat mengancam keselamatan manusia di bumi, bahkan diharapkan agar dapat menjadi sahabat manusia ketika ada kekuatan gaib yang lain yang mencoba mengganggu kehidupan manusia di dunia. Sehingga kehidupan manusia dapat berlangsung tentram. Keadaan ini menjadi salah satu alasan masyarakat Karo sangat menghormati kekuatan-kekuatan gaib dengan berharap agar kekuatan gaib itu dapat menjadi sahabat.

4.1.2.3 Interpretasi Relief Penggambaran Proses Penciptaan Perempuan Pertama Dari Tanah Liat Sebagai Suatu Representasi

Relief yang menggambarkan proses penciptaan perempuan pertama yang berasal dari tanah liat dalam rangkaian relief Pilar Tebing di Berastagi ini terdiri dari tiga relief yang mencakup semua tahapan penciptaan. Ketiga rangkaian relief tersebut menunjukkan urutan tahap penciptaan. Urutan yang pertama adalah pembentukan wujud permpuan itu sendiri dari tanah liat. Pada awalnya perempuan pertama itu dibentuk dari tanah liat oleh Ompung Utara

Diatas, Beru Noman Kaci-Kaci, dan Panglima Doukah Ni Haji dengan maksud kelak akan

menjadi pendamping hidup Panglima Doukah Ni Haji. Relief yang menunjukkan kegiatan pembentukan tubuh perempuan pertama itu dapat dilihat pada gambar 4.5 seperti berikut dibawah ini.

Gambar 4.5

Relief yang menunjukkan proses penciptaan perempuan pertama dari tanah liat

Setelah selesai membentuk tubuh perempuan pertama tersebut, Ompung Utara

Diatas, Beru Noman Kaci-Kaci, dan Panglima Utara Diatas menyadari mereka tidak punya

kekuatan untuk memberikan kehidupan pada tanah liat bentukan mereka itu. Mereka kembali menghadap Tonggal Sinasa meminta agar memberikan kehidupan dalam tubuh perempuan yang telah mereka buat itu.

Menurut cerita lisan yang dipercaya masyarakat Karo, ketika mereka menghadap

Tonggal Sinasa yang hanya mendengar suara saja, Tonggal Sinasa memberikan nafas

kehidupan itu melalui tangan Beru Noman Kaci-Kaci. Tonggal Sinasa meminta Beru Noman

Kaci-Kaci untuk membukakan tangannya dan memberikan nafas kehidupan itu dan meminta Beru Noman Kaci-Kaci menutup tangannya serta tidak membuka kepalan tangan itu apapun

yang terjadi sebelum berhadapan dengan perempuan dari tanah liat yang telah mereka bentuk. Setelah itu, Tonggal Sinasa menyuruh mereka bertiga untuk kembali ke dunia dengan pesan agar nafas kehidupan yang ada dalam kepalan tangan Beru Noman Kaci-kaci ditiupkan di hidung tanah liat bentukan mereka itu sebanyak tujuh kali, di ubun-ubun sebanyak tujuh kali, dan di hati tujuh kali.

Selama dalam perjalanan, Beru Noman Kaci-Kaci sempat membuka kepalan tangannya yang berisi nafas kehidupan. Ketika mereka sudah berhadapan dengan tanah liat bentukan mereka itu, Beru Noman Kaci-Kaci melakukan semua yang dipesankan Tonggal

Sinasa tapi tanah liat bentukan mereka itu tidak juga menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Beru Noman Kaci-Kaci mengulanginya hingga dua kali tetapi tetap saja tidak ada kehidupan

yang mengalir dalam tubuh tanah liat bentukan mereka itu.

Melihat keadaan tersebut, mereka bertiga kembali menghadap Tonggal Sinasa dan menceritakan kejadian yang terjadi. Tonggal Sinasa kembali memberikan nafas kehidupan dalam kepalan tangan Beru Noman Kaci-Kaci dan memberikan pesan yang sama seperti pesan yang pertama. Tonggal Sinasa juga memperingatkan mereka agar tidak melakukan

kesalahan. Relief yang menunjukkan proses pemberian nafas kehidupan oleh Tonggal Sinasa kepada Beru Noman Kaci-Kaci ditunjukkan pada gambar 4.6 berikut dibawah ini.

Gambar 4.6

Relief yang menggambarkan Tonggal Sinasa ketika Memberikan nafas kehidupan kepada Beru Noman Kaci-Kaci

Setelah sampai di dunia dan berhadapan dengan tanah liat bentukan mereka itu, Beru

Noman Kaci-Kaci menghembuskan nafas kehidupan yang ada dalam genggamannya itu

sebanyak tujuh kali ke hidung, tujuh kali ke ubun-ubun, dan tujuh kali di jantung tanah liat bentukan mereka itu. Beru Noman Kaci-Kaci tidak melakukan kesalahan dan melakukan semua tepat seperti yang dipesankan Tonggal Sinasa.

Setelah selesai melakukan semua pesan Tonggal Sinasa itu, mereka menunggu sampai sembilan bulan sepuluh hari untuk melihat tanah liat bentukan mereka itu akhirnya bernafas dan hidup seperti mereka. Perempuan pertama itu tidak mengalami masa kanak- kanak dan remaja.

dianggap sebagai pembawa kehidupan dan pembawa rejeki dalam hidup. Relief penggambaran penciptaan perempuan pertama (ground) diyakini menjadi sebuah simbol kehidupan dalam masyarakat Karo (sebagai representamen). Relief ini dijadikan sebagai acuan dalam memberikan sikap penghargaan kepada perempuan sebagai perantara kehidupan dari Tuhan semesta (Tonggal sinasa). Relief ini dijadikan sebagai produk dari representasi yang diinterpretasikan dengan harapan agar manusia tetap memiliki keturunan yang berkesinambungan di dunia yang telah disediakan.

4.1.2.4Interpretasi Relief Penggambaran Tradisi Dan Ritual Masyarakat Karo Sebagai

Dokumen terkait