• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI TINGKAT KEANDALAN BANGUNAN

Dalam dokumen Jurnal Maroso Juni 2016 Volume VII No. 1 (Halaman 60-70)

REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN POSO

KERUSAKAN, ANGKA KEANDALAN DAN REKOMENDASI

II. INTERPRETASI TINGKAT KEANDALAN BANGUNAN

Struktural(berdasarkan tinjauan tim Fakultas Teknik Unsimar Poso) No. Sub Sistem Struktural Persentase Tingkat Kerusakan Klasifikasi Tingkat

Kerusakan, Komentar Rencana Penanggulangan 1. Kuda-kuda atap 35% Kerusakan sedang disebabkan

penurunan kualitas material karena usia, pembebanan dan

pengaruh cuaca

Rehabilitasi sedang

2. Rangka Plafon dan lapis penutup seng

50% Kerusakan sedang disebabkan penurunan kualitas material

karena usia pemakaian, temperatur dan pengaruh

kelembaban

Rehabilitasi berat

3. Pondasi 80% Kerusakan berat disebabkan penurunan tanah dasar, akibat

pembebanan dan penurunan daya dukung tanah dasar

Rekonstruksi

4. Dinding tembok ½ Bata

65% Kerusakan sedang disebabkan penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan

pengaruh cuaca

Rekonstruksi

5. Kolom Beton Bertulang dan Sloof

65% Kerusakan sedang akibat penurunan tumpuan, penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan

pengaruh cuaca

Rekonstruksi

6. Kusen Pintu dan

Jendela 50%

Kerusakan sedang-berat, kualitas kayu kurang baik dan

penurunan kualitas material akibat usia dan pengaruh

kelembaban

Penggantian pada sebagian besar kusen pintu dan jendela

7. Lantai 65%

Kerusakan ringan akibat penurunan tanah dasar, keretakan, erosi, penurunan kualitas material akibat usia dan pemakaian (aus)

Rekonstruksi

Sistem Proteksi Gempa(Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 3) No. Sub Sistem Ketahanan Gempa Estimasi Tingkat Ketahanan Gempa

Komentar Rencana Penanggulangan

PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN

REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN EKS KANTOR ASDP

TENTENA

Pujiono1)

1)

Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso

1. Pondasi Tanah dasar lunak dan tidak stabil, struktur pondasi tidak memenuhi

Tidak andal dalam menahan

beban gempa Rekonstruksi dan Perkuatan fondasi 2. Dinding ½ Bata Tidak

memenuhi

Bidang dinding terdapat buka-bukaan jendela yang lebar dan dinding mengalami kemiringan akibat penurunan pondasi dan telah terjadi karbonasi lapisan plesteran akibat usia bangunan,

dekomposisi material dan kelembaban

Rekonstruksi Baru dan Perkuatan dinding (strengthening) menggunakan

kolom praktis dan balok horizontal/lintel

3. Kolom Beton Bertulang

Tidak memenuhi

Kerusakan selimut beton, pecah, retak. Tidak menggunakan pendetailan

struktur tahan gempa

Perkuatan kolom (strengthening and retrofitting) dengan membuang bagian rusak, melapis beton lama, menambah detail tul. longitudinal dan

tul. geser, memperbesar dimensi beton

4. Balok Sloof dan Balok Ring

Sebagian Besar Tidak memenuhi

Sisi belakang dan depan bangunan mengalami kelembaban tinggi atau karbonasi dan balok sloof tidak didesain dengan ketebalan selimut

40 mm

Perkuatan balok sloof dan balok ring (strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008

dan SNI-1726-2002 5. Join Balok-Kolom dan Sambungan Dinding Tidak memenuhi

Tidak menggunakan detail

penulangan tahan gempa Perkuatan join (strengthening and retrofitting) dengan pendetailan

tulangan join balok-kolom

Sistem Proteksi Kebakaran(Merujuk UU Bangunan Gedung No. 28/2002) No. Sub Sistem Proteksi Kebakaran Estimasi Tingkat Ketahanan thd. Bahaya Kebakaran

Komentar Rencana Penanggulangan

1. Jenis material konstruksi bangunan Kurang memenuhi, rentan mengalami kebakaran

Kusen pintu dan jendela (bukaan-bukaan), kuda-kuda dan rangka plafon serta plafon terbuat dari material kayu yang

mudah terbakar

Konstruksi rangka atap menggunakan material baja ringan dengan plafon

asbes atau gypsum

2. Alat

Pemadaman Api Ringan(Tabung APAR)

Tidak ada Tidak ada alat pemadaman apiringan (tabung APAR) Pengadaan

Utilitas No. Sub Sistem Utilitas Persentase Tingkat Kekurangan Keterangan Tingkat

Kekurangan Rencana Penanggulangan 1. Kamar mandi/WC Tidak diperiksa - -2. Sarana air bersih Tidak diperiksa -3. Sarana pembuatan air kotor (limbah) Tidak memenuhi Rusak Berat

Perbaikan saluran, pengerukan, penambalan keretakan 4. Septic Tank 0% - -5. Listrik 0% - -Arsitektural No. Sub Sistem Arsitektural Persentase Tingkat Kekurangan Klasifikasi Tingkat

Kekurangan Rencana Penanggulangan 1. Luas Total Blok

Bangunan Kantor

0% Luasan Total Ruangan Kantor 104.2 m2

dan luas tapak bangunan 167.3 m2

cukupmemenuhi standar luas ruangan kantor cabang ASDP kategori kecil, jadi tidak diperlukan penambahan

ruangan

Luas ruangan 104.2 m2dan luas tapak 167.3 m2

2. Ukuran Ruangan

0% Ukuran ruangan cukup memenuhi persyaratan minimal

sebesar 9.6-10,0 m2

/staf, dsb.

Rasio luas ruangan terhadap jumlah pegawai sudah

memenuhi 3. Luas Halaman,

Parkir

0% Luas halaman dan parkir

memenuhi Luas halaman parkir kendaraan sudah memenuhi 4. Elevasi

Lantai Bangunan

100 cm Elevasi lantai dan tapak harus melebihi elevasi jalan raya dan juga harus terhindar dari zona

pasang Sungai

Penambahan taraf elevasi lantai minimum 100 cm

III. ANALISA

Bangunan eks Kantor ASDP Tentena merupakan konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dengan bukaan-bukaan jendela yang luas (> 20%) dan rangka kayu dengan perkuatan kolom beton bertulang praktis pada tiap sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak bangunan (10.90 x 15.35) = 167.30 m2 dan luas ruangan (8.30 x 12.55) = 104.20 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1991, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2011 dan maksimum pada tahun 2041 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).

Bangunan terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah lempung kepasiran lunak dan berlokasi di dalam zona pasang atau zona sempadan danau/sungai bagian hulu Sungai Poso yang kerap kali mengalami muka air tinggi. Lapisan-lapisan tanah bawah bangunan kurang homogen dan relatif lunak karena mengandung kadar air dan organic yang tinggi sedemikian sehingga terjadi penurunan diferensial (penurunan fondasi yang tidak merata) yang signifikan yang diobservasi. Juga dapat diamati bahwa mutu pelaksanaan konstruksi bangunan yang didirikan pada tahun 1991 secara umum cukup baik. Tetapi akibat kenaikan muka air maka pada ketinggian 0 – 30 cm dinding sebelah luar mengalami kerusakan-kerusakan yang dipicu oleh kelembaban dan infiltrasi air, yaitu retak lantai, penurunan setempat dan berkembangnya lumut/jamur dan pengapuran lapisanplesteran.

Topik 1 : Floor settlement, floor cracking, foundation settlement, mortar decomposition/carbonation, Low elevation of floor, fungi, moss

(Penurunan lantai, Retak-retak lantai, penurunan fondasi,

karbonasi/dekomposisi mortar, elevasi lantai bangunan rendah, lumut, jamur)

Gambar 1.a-f. Lantai semen, lantai keramik, lumut dan jamur, plesteran fondasi, kemiringan dinding bata plester eks kantor ASDP Tentena Komentar:

Pada gambar 1.a – f, terlihat kerusakan berat lantai teras sekeliling bangunan yang disertai penurunan lantai dan dasar pondasi. Adalah dasar bangunan (pondasi dan lantai bangunan, rabat keliling) berada pada daerah pasang surut di hulu Sungai Poso dan beberapa kali dalam setahun mengalami keadaan muka air tinggi (banjir pasang). Akibat tergenangnya pondasi dan lantai teras sekeliling bangunan maka terjadi penurunan daya dukung pondasi dan proses dekomposisi beton atau karbonasi (pengapuran) semen akibat infiltrasi air yang berlangsung secara intensif. Juga menyebabkan tumbuhnya lumut dan jamur di dasar dinding sisi luar. Gambar 1.d, tampak dinding susunan bata plester yang kemiringan akibat penurunan pondasi. Secara keseluruhan komponen pondasi dan lantai pada bangunan ini termasuk kategori rusak berat (> 65%) dan praktis memerlukan rekonstruksi atau pembangunan baru dengan peninggian taraf elevasi lantai minimal 50 cm dari kondisi existing.

Topik 2 : Spalling of concrete cover, minor cracks, displacement, concrete carbonation (Selimut beton lepas, retak minor, pergeseran dan

karbonasi beton)

Gambar 2.a – c. Segmen bawah kolom-kolom beton tulangan praktis yang mengalami spalling (pecah selimut), cracking (retak) dan karbonasi.

Komentar:

Pada gambar 2.a – f, terlihat sebagian selimut beton bagian bawah kolom tulangan praktis telah pecah selimut, retak, dan bergeser. Komponen struktural yang mengalami kerusakan sedemikian disebabkan oleh penurunan dukungan vertikal atau penurunan pondasi, dan yang kedua diakibatkan oleh gaya horizontal (gempa). Apabila memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa Zona 3 – Poso, maka membutuhkan perbaikan struktur tingkat berat (65%) dengan menggunakan teknik strengthening dan

Topik 3 : Kerusakan rangka, lapis penutup plafon, listplank

Gambar 3.a – e. Kerusakan rangka, lapis plafon dan listplank Komentar:

Pada gambar 3.a – e, terlihat efek dari kebocoran lapis penutup atap (seng) dimana menyebabkan sebagian rangka dan panil-panil lapis plafon rusak dan lepas rekatan. Juga terlihat sebagian papan listplank telah rusak. Kerusakan dan penurunan kualitas material sebagaimana tersebut di atas termasuk kategori berat 50%) dan dapat direkomendasikan untuk rehabilitasi atau rekonstruksi lapis plafon, rangka plafon, dan listplank.

Topik 4 : Kondisi penuaan normal lapisan atap seng

Gambar 4. a-c. Tampak lapis penutup atap seng asbes Komentar:

Pada Gbr. 4.a-c, terlihat penuaan normal lapis penutup atap seng abses akibat proses korosi dan deformasi selama umur pemakaian 23 tahun.

Dari observasi tim Fakultas Teknik Unsimar, komponen lapisan penutup asbes dan struktur rangka kuda-kuda kayu berada dalam kondisi rusak ringan hingga rusak sedang minor dimana sebagian besar alur-alur lapisan asbes masih berada dalam keadaan intak dan lurus, dan terdapat beberapa bagian sambungan yang lepas. Pada umumnya lapis penutup seng hanya mengalami korosi dan kerapuhan yang normal. Berdasar pengamatan, lapis penutup atap asbes ini termasuk kategori rusak sedang minor dan membutuhkan perbaikan sedang minor (maksimum 30%) berupa penggantian lembaran seng yang rusak atau bocor, pengecatan anti karat dan perbaikan konstruksi kuda-kuda.

Topik 5 : Deformasi dan Dekomposisi material (kayu) kusen pintu dan jendela, daun pintu panil

Gambar 5.a-d. Kusen pintu dan jendela dan daun pintu panil

Komentar:

Pada gambar 5. a-d, terlihat rangka dan material kayu kusen pintu dan jendela telah mengalami defomasi (perubahan bentuk) dan terutama dekomposisi material atau lapuk akibat ekpose terhadap kelembaban dan infilrasi air (hujan). Jenis kerusakan akibat deformasi dan dekomposisi material ini termasuk klasifikasi kerusakan sedang - berat (35-50%).

Bangunan eks Kantor ASDP Tentena merupakan konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dengan bukaan-bukaan jendela yang luas (> 20%) dan rangka kayu dengan perkuatan kolom beton bertulang praktis pada tiap sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak bangunan (10.90 x 15.35) = 167.30 m2dan luas ruangan (8.30 x 12.55) = 104.20 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1991, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2011 dan maksimum pada tahun 2041 (standar umur rencana

bangunan permanen minimum 20 Tahun dan

maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).

Bangunan terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah lempung kepasiran lunak dan berlokasi di dalam zona pasang atau zona sempadan danau/sungai bagian hulu Sungai Poso yang kerap kali mengalami muka air tinggi. Lapisan-lapisan tanah bawah bangunan kurang homogen dan relatif lunak karena mengandung kadar air dan organic yang tinggi sedemikian sehingga terjadi penurunan diferensial (penurunan fondasi yang tidak merata) yang signifikan yang diobservasi. Juga dapat diamati bahwa mutu pelaksanaan konstruksi bangunan yang didirikan pada tahun 1991 secara umum cukup baik. Tetapi akibat kenaikan muka air maka pada ketinggian 0 – 30 cm dinding sebelah luar mengalami kerusakan-kerusakan yang dipicu oleh kelembaban dan infiltrasi air, yaitu retak lantai, penurunan setempat dan berkembangnya lumut/jamur dan pengapuran lapisan plesteran.

Gbr. 1.a. Tampak depan bangunan eks kantor ASDP Tentena

Gambar 1. b. Tampak belakang (garis merah putus-putus) bangunan eks Kantor ASDP Tentena dengan latar belakang Bukit Langgadopi

S ecara fung si o nal , ban gu na n eks Kant or AS DP C aba ng T ent en a ya ng (di konst ruksi t ahun 1 99 1, l uas 1 04. 3 m2) sud ah t i dak d ap at di pert ahank an unt u k p em akai a n n orm al pada sa at s ek ara ng da n proses rek on st ruksi harus di l aku ka n. S ec ara struktur al

da n t erut am a pa da a spek ketahan an

gemp a d an pr ote ksi ke bak ara n,

ba ng unan i ni j uga h arus di pert im bang kan unt uk r ekon st ruksi baru t et a pi haru s d en ga n m enerapkan st an dar-st and ar konst ruksi dan kean dal a n ba ng un an yan g b erl aku (SNI-03-1726-2002, SNI-03-2487-2002). Perairan daerah hulu Sungai Poso

Bukit Langgadopi

Komponen bangunan dengan penurunan fungsi terbesar terdapat pada komponen pondasi dan lantai. Praktis seluruh lantai teras dan sebagian besar pondasi keliling luar bangunan mengalami penurunan sebesar 10 – 15 cm dengan beberapa bagian mengalami penurunan setempat. Kerusakan pada komponen pondasi dan lantai bangunan ini terutama dipicu oleh kenaikan muka air tanah. Komponen kedua dengan penurunan fungsi terbesar adalah kolom beton bertulangan praktis. Pada sebagian besar kolom beton bertulangan praktis mengalami lepas dan pecah selimut beton di segmen bawah kolom akibat penurunan/pergerakan tanah dasar. Komponen ketiga dengan penurunan fungsi terbesar adalah rangka plafon dan lapis penutupnya yang rusak akibat proses penuaan, rekatan lepas, akibat pengaruh kelembaban dan atau kebocoran seng.

Secara struktural (proteksi gempa), bangunan eks kantor ASDP Tentena ini diperkirakan memiliki kapasitas rendah terhadap beban horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di masa datang karena faktor struktur tanah dasarnya yang lunak dan luas relatif bukaan jendela yang besar. Disamping itu terdapat banyak komponen struktur (terutama kolom tulangan praktis) yang mengalami degradasi atau

penurunan kekuatan. Sistem perkuatan dinding batan juga masih belum memadai apabila ditinjau dari syarat-syarat teknis atau standar ketahanan gempa untuk zona 3 (wilayah Kabupaten Poso). Yang termasuk komponen struktural adalah struktur penopang bangunan (fondasi), balok pengaku (sloof dan ringbalk), kolom, balok dan pelat (termasuk luifel), dan balok lintel (pengaku dinding dan ringbalk).

Secara ketahanan api (proteksi kebakaran), bangunan eks Kantor ASDP Tentena rentan terhadap bahaya kebakaran karena sekitar 30% komponen bangunannya tersusun dari material kayu dan di dalam ruangan-ruangan terdapat banyak bahan bakar potensial (dokumen terbuat kertas). Akan tetapi sehubungan desain bangunan yang relatif sederhana dan tidak bertingkat maka dianggap belum perlu menerapkan sistem proteksi kebakaran tertentu, kecuali menyediakan tabung APAR portabel.

Secara arsitektural kapasitas ruang eks Kantor ASDP Tentena ini dengan luas ruangan 104.30 m2dan luas tapak bangunan 167.30 m2 sudah memenuhi kebutuhan organisasi atau instansi.

Tabel Penilaian Keandalan Komponen Bangunan No. Komponen Prosentase

Komponen KeandalanNilai KeandalanAngka

1. Pondasi 10% 20% 0,0200 2. Struktur Kolom 30% 35% 0,1050 3. Lantai 10% 35% 0,0350 4. Dinding/Rangka 15% 35% 0,0530 5. Plafon 7% 50% 0,0350 6. Atap 10% 50% 0,0500 7. Utilitas 10% 20% 0,0200 8. Finishing 8% 10% 0,0080 Jumlah 100% - 0,3260

IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN

Dalam dokumen Jurnal Maroso Juni 2016 Volume VII No. 1 (Halaman 60-70)

Dokumen terkait