Abstract— Keandalan struktural didefinisikan sebagai kapasitas elemen struktural bangunan gedung baik secara keseluruhan maupun secara parsial (pondasi, sloof, kolom, balok, plat, dinding, rangka atap dan elemen struktural lainnya) untuk memikul pembebanan maksimum selama umur rencana atau masa pakai bangunan tanpa mengalami kegagalan atau keruntuhan secara tiba-tiba, baik yang bersifat lokal di titik-titik tertentu maupun keruntuhan total keseluruhan bangunan. Pemeriksaan/evaluasi keandalan struktural terutama bertujuan untuk menjamin keselamatan penghuni atau pemakai bangunan. Perlu ditekankan bahwa standar perencanaan struktur/konstruksi beton yang dirujuk dalam peraturan perundangan di atas tidak mengharuskan adanya sejarah/riwayat korban jiwa (ada korban jiwa dulu sebelum implementasi), melainkan merujuk kepada SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu peraturan zonasi dalam SNI-03-1726-2002, peraturan perencanaan struktur beton dalam SNI-03-2847-2002, peraturan pembebanan gedung dalam PPTIUG 83, PMI 1970 dan peraturan bangunan lainnya. Maka dalam evaluasi keandalan struktural tersebut akan terdapat 4 komponen utama yang perlu diperhitungkan yaitu stabilitas, kekuatan, kekakuan dan duktilitas.
Structural Reliability defined as the capacity of the structural elements of the building, either entirely or partially (foundation, tie-beams, columns, beams/girder, plates, wall, roof truss and other structural elements) to carry the maximum loading during the design life or the lifetime of the building without failure or suddenly collapse, either locally at certain points or total collapse of entire building. Examination / evaluation of structural reliability mainly aims to ensure the safety of occupants or users of the building. It should be stressed that the structural design standards / construction standards of concrete that referenced in the regulations above do not require any previous casualties in the history of their seismicity (there are casualties before implementation), but instead refers to the SNI (Indonesian National Standard) i.e. the earthquake zoning regulations in SNI-03-1726-2002, concrete code/standard in SNI-03-2847-2002, loading regulations on building in PMI-1970, PPTIUG 83 and other building regulations. Thus, in evaluating the structural reliability there will be four main components that need to be taken into account that are stability, strength, stiffness and ductility.
I. PENDAHULUAN
erdasarkan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung dalam Pasal 3 menyatakan bahwa untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, harus menjamin keandalan bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Kemudian dipertegas lagi dengan PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan.
Salah satu substansi utama dari peraturan-peraturan pembangunan gedung sebagaimana tersebut di atas berbunyi sbb:
“Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian pemenuhan persyaratan keandalan bangunan gedung dalam rencana teknis terhadap ketentuan tentang:
1) Persyaratan keselamatan
a) Kemampuan mendukung beban muatan yang dapat menjamin keandalan:
(1) Struktur yang kuat/kokoh, stabil dalam memikul beban atau kombinasi beban;
(2) Terhadap pengaruh-pengaruh aksi akibat beban muatan tetap atau beban sementara dari gempa dan angin; dan
(3) Struktur yang daktail”
Untuk menilai keandalan struktural bangunan, dilakukan re-evaluasi atas (analisis) desain struktur dan juga dilakukan pemeriksaan/inspeksi konstruksi pada kolom-kolom dasar bangunan Poso City Mall . Dalam pembangunan Poso City Mall ini, pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah keandalan fisik bangunan gedung itu diterapkan oleh pemilik guna memenuhi syarat administrasi, syarat teknis, syarat fungsional dan pemenuhan kebutuhan pengguna bangunan?
EVALUASI KEANDALAN STRUKTURAL BANGUNAN PUSAT
PERBELANJAAN ”POSO CITY MALL”
Yoppy Soleman1)
1) Staf Pengajar LB Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso dan Pengkaji Teknis Bangunan Gedung Bidang Cipta Karya Dinas PU
Undang-undang mendefinisikan bangunan gedung sebagai wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Untuk mengevaluasi keandalan fisik bangunan gedung, dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang andal, digunakan kriteria keandalan sesuai dengan panduan teknis tata cara pemeriksaan
keandalan bangunan gedung tahun 1998, Peraturan Menteri PU No.29/PRT/M/2006, Peraturan Menteri PU No.45/PRT/M/2007, dan Peraturan Menteri PU No.26/PRT/M/2008. Kriteria keandalan fisik bangunan gedung meliputi aspek kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan dan keserasian dengan lingkungan. Aspek pengamatan fisik di lapangan dilakukan pada segi arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas, serta tata bangunan dan lingkungan. Diagram alir metoda/tata cara evaluasi fisik bangunan gedung secara skematis disajikan pada
Gambar 1.
METODOLOGI
Kriteria Keandalan: UU No.28/2002 PP No.36/2005
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum:
Permen PU No. 29/2006, No. 24/2007, No. 25/2008 SNI-03-2827-1992
SNI-03-2847-2002 SNI-03-1726-2002 PMI-83, SKBI 1987
Academic Journal & Referensi Teknik lainnya
EVALUASI (PEMERIKSAAN) KEANDALAN MENEKANKAN PADA 2 ASPEK, YAITU:
KEAMANAN dan AKSESIBILITAS
Keamanan dan
Keselamatan Kesehatan Kenyamanan (Aksesibilitas)Kemudahan
Pemeriksaan Keandalan Bangunan Pusat Perbelanjaan Poso City Mall dalam
rangka mewujudkan bangunan gedung yang andal dari segi Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan,
Kesehatan, dan Kemudahan, serta serasi dengan lingkungan
Data primer : kondisi tanah lapangan Data sekunder : gambar
kerja, Analisis dan Desain
struktur, lainnya.
Pemeriksaan Input Data dalam Aplikasi ETABS 9.7.2. (Dokumen Konsultan Perencana)
Titik-titik perletakkan Pondasi Join Lantai Dasar (Base Floor) Mod. Elastis Beton dan Baja
Kombinasi Pembebanan Statik/Gempa Spectrum Response
Analisis Struktu r Ata s (U pper- Stru ctures)
Pem eri ksaa n/ Analisis Struktur Bawah (
Sub-Struc tu res) Pemeriksaan Data Hasil Penyelidikan Tanah dan
Laboratorium (dari Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu):
Uji Penetrasi Kerucut Statik/CPT/Sondir Bor Tanah Manual (HB) dengan UDS/DS Uji Sifat Fisika dan Mekanika Tanah
B A P em eri ks aa n Output Mo m en , Ga ya G es er da n Ga ya Aksial Kom binasi Pem bebanan Pemeriksaan Jumlah Luas Tulangan Minimum Pelat/Slab,
Balok dan Kolom
Kontrol Kapasitas Daya Dukung Tanah
Pemeriksaan Desain/Tulangan Pondasi
Telapak Pemeriksaan Denah (Iregularitas Horizontal dan
Vertikal) Data Luasan Bangunan, Elevasi Bangunan Konfigurasi Pondasi
Konfigurasi Kolom, Balok Sloof dan Balok Lt. Pelat dan Bukaan Tangga
Basemen Tangga Darurat
Ramp dan Rencana APAR TINJAUAN
LAPANGAN
Tentukan Zonasi Gempa, PBA, PGA dan Koef. Gempa Dasar C Hitung tinggi struktur h mulai taraf
penjepitan lateral
Tentukan faktor keutamaan I, duktilitas dan faktor Reduksi Beban
Gempa R
Hitung perioda getar fundamental struktur, T1
Tentukan Klas Tanah Dasar Bawah Bangunan berdasarkan
C Tentukan Sistem dan Sub-Sistem Struktur Penahan Lateral, SRPMM or
SRPMK
II. DATABANGUNAN
Poso City Mall dikonstruksi di atas tanah seluas ± 32.000 m2yang secara administratif terletak di jalan
Trans Sulawesi (Jl. Pulau Sabang) Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Sebelum mulai dikelola, lahan tersebut pada mulanya merupakan tanah kebun milik masyarakat.
Poso City Mall (PCM) merupakan tipe konstruksi beton bertulang konvensional 3 lantai dengan sistem struktur portal terbuka (open frame) dan sub-sistem penahan lateral (gempa)
Gambar 2.a. Denah Lantai 1 . Elevasi + 0.00 m.
Gambar 2.b. Denah Lantai 2 . Elevasi + 5.00 m.
Gambar 2.c. Denah Lantai 3 (Blok Ruko Lantai 3). Elevasi + 10.00 m.
Kesi m pulan Ins peksi Kom pon en, Kesi m pulan Umu m dan
Reko m endasi Pemeriksaan
Konfigurasi Tulangan/Desain Slab/Pelat, Kolom dan
Balok
Pemeriksaan Detail Tulangan Khusus untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK),
tulangan midbar, tul. sudut, persyaratan kait dan bengkokan, spasi tul.
geser dan konstruksi pengaku dinding (kolom
praktis dan balok latei)
Desain kapasitas untuk luas tulangan longitudinal dan transversal balok dan
kolom (As, As’, Avdan MKAP),
menggunakan konsep Strong-Column Weak-Beam
Hitung Fraksi Gaya Geser Dasar Total,
Vb terhadap Wtot
Gambar 3. Lokasi Pembangunan Poso City Mall di terletak pada arah Barat Laut dengan jarak sekitar 2.5 kilometer dari Pusat Kota Poso. Letak Geografis Lahan:1°23'10"S
(LS) 120°44'22"E (BT). Elevasi: 5.0 meter dpl. III. VERIFIKASIDATAHASILPENYELIDIKANTANAH
Berdasarkan hasil pengujian kerucut statik/CPT atau sondir dari tim Fakultas Teknik Universitas Tadulako pada 5 titik boring (3 diantaranya yaitu S2, S3 dan S4 tepat di bawah bangunan utama Mall Poso City), diperoleh data sbb:
Tabel 1.a. Hasil Pengujian CPT/Sondir
(Sumber: Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu)
Tabel 1.b. Hubungan Nilai Tegangan Konus dan Klasifikasi Daya Dukung Tanah
(Sumber: Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu)
Lokasi Pembangunan Poso City Mall
Karakteristik tanah bawah dasar pondasi telapak pada kedalaman 5.5 – 6.0 meter berdasarkan sampel Hand Boring No. 2 (lokasi di bawah tapak pondasi bangunan Mall) merupakan:
Lanau Campur Pasir Halus dan Lempung (Silty Sand)
Tahanan Konus < 40 kg/cm2
Kepadatan relatif < 0.40 atau Kondisi Lepas/Gembur (Loose).
Nilai N-SPT < 20 Kohesi = 8.1 kPa Sudut geser < 300
Data hasil uji kerucut statik atau penetrasi konus (CPT)/sondir dapat dikonversi menjadi nilai SPT atau Standard Penetration Test dengan angka korelasi dari analisis Terzaghi dan
Peek yakni:
Rata- rata nilai dari hasil penelitian didapat suatu angka korelasi ekivalen yakni; qc = 4,1109 N ( oleh Terzaghi dan Peek, qc = 4 N)
Nilai SPT maksimum pada kedalaman pondasi D = 2.0 meter atau kedalaman Hand Boring 6.0 meter sebesar maksimum N = qc/4 = 40/4 = 10. Dengan demikian, menurut definisi ini tanah dasar di bawah pondasi bangunan Poso City Mall ini termasuk kategori Tanah Lunak.
Titik Sampel CPT S4
Titik Sampel CPT S3 Titik Sampel Hand Boring 2
Titik Sampel CPT S2
Gambar 4. Titik pengambilan data uji kerucut statik/ CPT/Sondir dan Boring, S2, S3, S4 dan HB2.
IV. MENENTUKANPERIODAGETAR FUNDAMENTALBANGUNAN
Dalam Journal of Strucural Engineering, volume 123: “Periods Formulas for Moment Resisting Frame Buildings”, Issue
11:1154-1161, 1997, A.K. Chopra dan R.K. Goel,
meneliti 42 struktur baja tahan momen, 27 struktur beton bertulang tahan momen dan 16
kombinasi portal+dinding geser tahan momen, dan memberikan formula yang diambil dari batas bawah harga perioda getar struktur pada saat terjadinya mekanisme sendi plastik pertama, yaitu,
dimana:
H = ketinggian struktur gedung diukur dari tingkat penjepitan lateral (dalam satuan meter) H = 13,0 m
maka, T = 0,0466 (13,0)0.9
= 0,469 detik
Dengan harga perioda getar struktur dari rumus/perhitungan empirik, sekarang terdapat rentang perioda getar fundamental, sbb:
T1min = 0,411 detik T1maks = 0,469 detik
Dimana perioda getar struktur yang sebenarnya berada dalam rentang tersebut. Dalam SNI-1726-2002 pasal 5.6 (Pembatasan
waktu getar alami fundamental), disebutkan:
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T1 dari struktur
gedung harus dibatasi,
bergantung pada koefisien untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan
T1< n
di mana koefisien ditetapkan menurut
Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien yang membatasi waktu getar alami fundamental bangunan
Maka harga maksimum perioda getar alami fundamental menurut SNI-1726-2002 harus lebih kecil dari,
T1maks < (0,17) (3) = 0,510 detik Sebagai pertimbangan akhir, perioda getar struktur yang digunakan adalah yang bersifat empirik dan bukan yang bersifat teoretik sebagaimana yang direkomendasikan UBC-1994 dan SNI-1726-2002, yaitu rumus empirik perioda getar untuk struktur portal beton bertulang tahan momen (RC- MRF) atau SRPM (Sistem Rangka Pemikul Momen),
T1= T = 0,411 detik
V. MENENTUKANSPEKTRUMRESPONSGEMPA RENCANA(SA) & KOEF. GEMPARENCANA(C)
Respons spektrum yang umum digunakan dalam desain adalah kurva-kurva perioda-percepatan untuk rasio redaman elastik= 5% terhadap redaman kritis. Seperti diberikan pada (Gbr 5), kurva spektrum desain standar yang didasarkan atas model SDOF mempunyai nilai percepatan maksimum rata-rata hasil superposisi sebesar C = 2.5C0. Angka ini berdasarkan pengkajian
database gempa dan telah distandardisasi Keterangan:
C0= koefisien percepatan puncak
Cv= koefisien kecepatan puncak
Spektrum Respons Gempa Rencana mempunyai 3 cabang kurva yang masing-masing absisnya sebagai T0, TAdan TS. Peroda T0adalah nilai awal, Perioda TA
adalah titik pertemuan kurva pertama dan kedua, dan perioda TS adalah titik pertemuan kurva kedua dan
ketiga. Nilai-nilai TSdan TA dinyatakan sebagai:
0
5
.
2
C
A
T
v S
dan, S AT
T
0
.
2
0 < Tn < TA 1.5 1 A n A A T T C g S TA< Tn< TS A CA g S 5 . 2 Tn< TS n A T Cv g S dimana: g = percepatan gravitasi ≈ 9,81 m/s2Maka untuk pembuatan spektrum respons percepatan desain digunakan nilai-nilai koefisien CA dan Cv
untuk berbagai jenis tanah dan zona gempa bumi Wilayah Gempa 1 2 3 4 5 6 0,20 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15
(Tabel 3). Wilayah Kabupaten Poso termasuk zonasi gempa 4, sedang tanah dasar bawah bangunan Poso City Mall termasuk klasifikasi Tanah Lunak.
Akan halnya zonasi percepatan maksimum muka tanah (PGA) yang baru dalam SNI-1726-2012 tidak digunakan sebab angkanyua terlalu bersifat hipotetik. Tabel 3. Percepatan Puncak Batuan Dasar & Perc. Puncak Muka Tanah u. Masing2Wil. Gempa Indonesia
Wilayah Gempa
Percepatan puncak batuan dasar
(‘g’)
Percepatan puncak muka tanah Ao(‘g’)
Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus 1 2 3 4 5 6 0,03 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,04 0,12 0,18 0,24 0,28 0,33 0,05 0,15 0,23 0,28 0,32 0,36 0,08 0,20 0,30 0,34 0,36 0,38 Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi 16o 14o 12o 10o 8o 6o 4o 2o 0o 2o 4o 6o 8o 10o 16o 14o 12o 10o 8o 6o 4o 2o 0o 2o 4o 6o 8o 10o 94o 96o 98o 100o 102o 104o 106o 108o 110o 112o 114o 116o 118o 120o 122o 124o 126o 128o 130o 132o 134o 136o 138o 140o 94o 96o 98o 100o 102o 104o 106o 108o 110o 112o 114o 116o 118o 120o 122o 124o 126o 128o 130o 132o 134o 136o 138o 140o Ban da Ace h Pa dang Bengku lu Jamb i Pala ngkaraya Sa marinda Banjarma sin Pale mbang
Ban darla mp ung
Jakarta Suka bum i
B andu ng Garut Sem arang
Tasikm alaya S olo Blit ar M alang
B anyuwang i Denp asarM ataram
K upan g Surabay a Jogjakarta Cila ca p M akasar Ke ndari Palu Tual Soro ng Ambo n Ma nokwari M era uke Bia k Jayapura Ternate M ana do
Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun
Pekanb aru : 0,03 g : 0,10 g : 0,15 g : 0,20 g : 0,25 g : 0,30 g Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah 1 1 1 2 2 3 3 4 4 5 6 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 4 2 5 3 6 080 Kilometer 200 400
Gambar 5.a-b. Zonasi Percepatan Puncak Batuan Dasar (PBA) untuk Wilayah Indonesia, berdasarkan SNI-1726-2002 (a); berdasarkan SNI-1726-2012 (b)
Menggunakan spektrum desain percepatan Gempa Zona 4 SNI-1726-2002, diperoleh harga percepatan puncak batuan dasar (PBA=peak base accelleration), percepatan puncak tanah dasar atau permukaan tanah (PGA=peak ground accelleration) dan kecepatan maksimum tanah dasar (PGV=peak ground velocity) sbb: PBA A0= CA= 0.200Gbr. 6a PGA A0= CA= 0.340Tabel 3 Koefisien percepatan maksimum Am= 2.5CA= 0.850Tabel 3 PGV Ar= CV= 0.650Gbr. 6a
Wilayah Kabupaten Poso termasuk zona (wilayah) 4 dalam SNI-1726-2002 maka spektrum respons gempa rencana mengunakan Gambar 5.12. Untuk jenis tanah lunak (soft soil) nilai C (=koefisien geser dasar gempa rencana) untuk struktur dengan perioda getar alami fundamental T=0,411 detik adalah C = (2,5) (0,34) = 0,85g.
VI. MENENTUKANFAKTORKEUTAMAAN STRUKTUR
Faktor keutamaan struktur menyatakan tingkat kepentingan suatu gedung berkaitan dampak gempa dan pasca-gempa terhadapnya. Untuk gedung pada umumnya seperti rumah tinggal, gedung perniagaan dan perkantoran diberikan faktor keutamaan struktur sebesar I =1,0 (lihat Tabel 4). Perioda Ulang gempa
dapat disesuaikan melalui pemakaian faktor keutamaan yang lebih besar dari 1,0 untuk gedung-gedung yang harus tetap berfungsi sesudah suatu gempa besar terjadi. Misalnya, suatu faktor keutamaan sebesar I = 1,4 harus digunakan pada bangunan rumah sakit yang menjadi pusat pelayanan utama yang penting bagi usaha penyelamatan sesudah suatu gempa terjadi.
Tabel 4. Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
Kategori gedung Faktor
Keutamaan
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran
1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental
1,0 1,6 1,6 Gedung penting pasca gempa
seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun.
1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5 Catatan :
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaan, I, dapat dikalikan 80%.
VII. MENENTUKANFAKTORREDUKSIBEBAN GEMPA(R)
Faktor duktilitas () menyatakan kemampuan struktur gedung untuk mengalami deformasi atau simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat pembebanan gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Faktor duktilitas maksimum
Gambar 6. Menentukan Koefisien Gempa Dasar Berdasarkan Relasi Respons Spektra Percepatan dengan Perioda Fundamental
(m), faktor reduksi beban gempa maksimum (Rm), faktor kuat lebih (overstrength) total struktur (f) untuk beberapa jenis sistem dan sub-sistem struktur dapat dilihat pada Tabel 12.
Faktor kuat lebih total (f) menyatakan kekuatan lebih (overstrength) yang terkandung di dalam struktur gedung secara keseluruhan, yang merupakan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dengan beban gempa nominal. Faktor kuat lebih total merupakan superposisi dari 2 sub faktor yaitu:
1.Faktor f1
Faktor f1menyatakan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam suatu struktur gedung akibat selalu
adanya pembebanan dan dimensi penampang serta kekuatan bahan terpasang yang berlebihan dan nilainya ditetapkan sebesar 1,6.
2. Faktor f2
Faktor f2menyatakan kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan (kestatik-taktentuan) struktur gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan sendi plastis yang tidak serempak bersamaan; rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan beban gempa pada saat terjadinya pelelehan pertama
Tabel 4. Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor kuat lebih struktur dan faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung
Sistem dan subsistem struktur gedung
Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm
Pers. (6) f Pers. (39)
1. Sistem dinding penumpu (Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing).
1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8 2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan
bresing tarik
1,8 2,8 2,2
3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban gravitasi
a.Baja 2,8 4,4 2,2
b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 1,8 2,8 2,2
2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing).
1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8 2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8 3. Rangka bresing biasa
a.Baja 3,6 5,6 2,2
b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 3,6 5,6 2,2 4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja 4,1 6,4 2,2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5 2,8 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail
penuh
3,6 6,0 2,8
7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial
3,3 5,5 2,8
3. Sistem rangka pemikul momen
(Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur)
1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
a.Baja 5,2 8,5 2,8
b.Beton bertulang 5,2 8,5 2,8 2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,8 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
a.Baja 2,7 4,5 2,8
b.Beton bertulang 2,1 3,5 2,8 4. Rangka batang baja pemikul momen khusus
(SRBPMK)
4,0 6,5 2,8
4. Sistem ganda
(Terdiri dari: 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi; 2) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban
1. Dinding geser
a.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 5,2 8,5 2,8 b.Beton bertulang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 4,0 6,5 2,8 2. RBE baja
a.Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8 b.Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 3. Rangka bresing biasa
a.Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8 b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
Sistem dan subsistem struktur gedung
Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm
Pers. (6) f Pers. (39)
lateral; 3) kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi /sistem ganda)
c.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
4,0 6,5 2,8
d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
2,6 4,2 2,8
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8 b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 5. Sistem struktur gedung kolom
kantilever: (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral)
Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka
Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 & 6) 3,4 5,5 2,8
7. Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan)
1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8 2. Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8 3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton
pratekan (bergantung pada indeks baja total)
3,3 5,5 2,8
4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh.
4,0 6,5 2,8
5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial
3,3 5,5 2,8
Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) yang terbuat dari material beton bertulang (reinforced-concrete) diberikan harga-harga faktor duktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum dan faktor kuat-lebih struktur sebagai berikut:
Faktor Duktilitas maksimum (m) = 3,3 Faktor Reduksi Beban Gempa
maksimum (Rm) = 5,5
Faktor Overstrength Total (f) = 2,8
VIII. PERHITUNGANBEBANLATERAL AKIBAT GEMPA
Pembebanan gempa menurut SNI – 1726 – 2002 pasal 6.1.2 adalah sebagai berikut
dimana :
Vb= Beban Geser Nominal Statik Ekivalen C = Nilai Faktor Respon Gempa
I = Faktor Keutamaan Struktur
R = Faktor Reduksi Gempa Representatif dari Struktur Gedung
Wt= Berat Total Gedung termasuk Beban Hidup yang sesuai
Distribusi gaya geser lateral di sepanjang tinggi bangunan diberikan sebagai,
dimana:
Fi = Gaya geser taraf lantai ke-i
hi = ketinggian lantai bangunan ke-i (meter) mi = massa lantai bangunan ke-i (meter) Vb = gaya geser dasar nominal (kN)
IX. ANALISIS DANDESAINSTRUKTUR (APLIKASIETABSVERSI9.7.2)
t
W
R
I
C
Vb
Vb
m
h
m
h
Fi
i i i i
Analisis dan Desain Struktur dikerjakan menggunakan perangkat lunak rekayasa berbasis FEM (Finite Element Method) ETABS versi 9.7.2. Adapun aplikasi ETABS adalah produksi CSI (Computer and Structures Incorporated) yaitu sebuah institusi penelitian yang berada di Universitas California Berkeley, Amerika Serikat. Aplikasi ETABS berbasis, sebagaimana juga SAP2000 sudah cukup dikenal dalam rekayasa struktur dan validitas hasil perhitungannya telah teruji/terverifikasi. Dalam Ringkasan Data Input dari Consultant dan Model ETABS-nya diberikan di bawah ini:
Gambar 7.a-c. Ringkasan Input Data Konsultan Struktur PT. Cipta Sukses
Gambar 8. Model Struktur Poso City Mall (Perspektif 3D) ETABS 9.7.2
X. EVALUASI RELIABILITAS ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR
Untuk mengevaluasi reliabilitas analisis dan desain struktur maka diperiksa 9 komponen dalam analisis, desain dan juga pelaksanaan konstruksi di lapangan pada Bangunan Gedung Poso City Mall, yaitu:
1. Perhitungan ketebalan pelat lantai minimum, hmin;
2. Konfigurasi tulangan pelat lantai minimum, Asmin b=1.00 meter;
3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS versi 9.7.2;
4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2, Vbmin;
5. Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam Menentukan Gaya Reaksi Pembebanan pada Pondasi Bangunan (Block Data “Combo”) 6. Kapasitas Daya Dukung Tanah dan
Detail Penulangan Pondasi Telapak; 7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal
Terpasang Kolom Struktur, dan Asc;
dan
8. Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Balok Struktur, Asb.
9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom Praktis dan Balok Horizontal Latei)
Inspeksi No. 1
1. Perhitungan ketebalan pelat lantai minimum, h
min;
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
1. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 1:
Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-2847-2002.
Gbr 9.a. Segmen dari panel Lantai 1 Gbr.b. Segmen dari panel Lantai 1
Tipe S1 = 120 mm Tipe S2 = 150 mm
Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S1
Cek Te bal Plat
Data-data
be 207.5 cm fc' (beton) 25 Mpa bw (induk) 30 cm fy' (baja) 240 Mpa h (induk) 50 cm b (anak) 20 cm tebal plat 12 cm h (anak) 40 cm L induk 800 cm tebal plat 12 cm
Lanak 200 cm Balok Induk 30/50 Lebar efektif be = 1/4 x (800 + 30) = 207.5 cm = 30 + 8 x 12 + 8 x 12 = 222 cm = 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = 830 cm dipakai be terkecil adalah 207.5 cm Inertia balok (Ib)
y = 30x38x19 + 207.5x12x44 = 40.26 cm 30x38 + 207.5 x 12
Ib = 1/12x30x38^3 + 30x38(40.26-19)^2 + 1/12x207.5x12^3 + 207.5x(44-40.26) = 717238.886 cm4 Inertia pelat (Is)
Is = 1/12 x 800 x 12^3 = 115200 cm4 didapat a = 717238.886 = 6.23 115200 Balok Anak 20/40 s be = 1/4 x (200 + 20) = 55 cm = 20 + 8 x 12 + 8 x 12 = 212 cm = 20 + 1/2x200 + 1/2x200 = 220 cm dipakai be terkecil adalah 55 cm Inertia balok (Ib)
y = 20x28x14 + 55x12x34 = 28.06 cm 20x28 + 55 x 12
Ib = 1/12x20x28^3 + 20x28(28.06-14)^2 + 1/12x55x12^3 + 55x(34-28.06) = 178501.8437 cm4 Inertia pelat (Is)
Is = 1/12 x 200 x 12^3 = 28800 cm4 didapat a = 178501.8437 = 6.20 28800 a m = 2 x 6.23 + 2 x 6.20 = 6.21 4 Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 800 cm Sn = 220 - (1/2 x 20 + 1/2 x 20 ) = 200 cm b = 800 / 200 = 4.00 Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat :
hmin = 800 x (0.8 + (240/1500)) 36 + 5x4.00[6.21-(0.12(1+(1/4.00)))]
= 4.88 cm
tetapi tidak kurang dari :
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 10.67 cm < 12 cm (OK) 36 + 9 x 4.00
dan tidak perlu lebih dari :
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 21.33 cm > 12 cm (OK) 36
Maka Plat Tebal 12 cm Bisa Dipakai
Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S2
Cek Tebal Plat
Data-data
be 207.5 cm fc' (beton) 25 Mpa
bw (induk) 30 cm fy' (baja) 240 Mpa
h (induk) 65 cm b (anak) 30 cm
tebal plat 15 cm h (anak) 65 cm
L induk 800 cm tebal plat 15 cm
Lanak 400 cm Balok Induk 30/65 Lebar efektif be = 1/4 x (800 + 30) = 207.5 cm = 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = 270 cm = 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = 830 cm dipakai be terkecil adalah 207.5 cm
Inertia balok (Ib)
y = 30x50x25 + 207.5x15x57.5 = 51.99 cm
30x50 + 207.5 x 15 Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(51.99-25)^2 +
1/12x207.5x15^3 + 207.5x(57.5-51.99)
= 1558056.72 cm4
Inertia pelat (Is)
Is = 1/12 x 800 x 15^3 = 225000 cm4 didapat a = 1558056.72 = 6.92 225000 Balok Anak 30/65 s be = 1/4 x (400 + 30) = 107.5 cm = 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = 270 cm = 30 + 1/2x400 + 1/2x400 = 430 cm dipakai be terkecil adalah 107.5 cm
Inertia balok (Ib)
y = 30x50x25 + 107.5x15x57.5 = 45.72 cm
30x50 + 107.5 x 15 Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(45.72-25)^2 +
1/12x107.5x15^3 + 107.5x(57.5-45.72)
= 1210487.669 cm4
Inertia pelat (Is)
Is = 1/12 x 400 x 15^3 = 112500 cm4 didapat a = 1210487.669 = 10.76 112500 a m = 2 x 6.92 + 2 x 10.76 = 8.84 4 Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 800 cm Sn = 430 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 400 cm b = 800 / 400 = 2.00
Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat : hmin = 800 x (0.8 + (240/1500))
36 + 5x2.00[8.84-(0.12(1+(1/2.00)))]
= 6.26 cm
tetapi tidak kurang dari :
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 14.22 cm < 15 cm (OK) 36 + 9 x 2.00
dan tidak perlu lebih dari :
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 21.33 cm > 15 cm (OK) 36
Maka Plat Tebal 15 cm Bisa Dipakai
Inspeksi No. 2
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
2. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 2:
Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1 (t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI-2847-2002.
Gbr. 9.a.Konfigurasi penulangan Pelat Gbr. 9.b. Konfigurasi penulangan Pelat Lantai Tipe S1 = 120 mm Lantai Tipe S2 = 150 mm
Inspeksi No. 3
3. Input
Data
dan
Kombinasi
Pembebanan Statik dalam Aplikasi
ETABS versi 9.7.2;
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
3. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 3:
Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam PMI-83, SKBI-1987, SNI-03-2847-2002.
Pemeriksaan input data dan kombinasi pembebanan bangunan dalam analisis dan desain struktur (ETABS versi 9.7.2) diberikan pada halaman 33 – 37.
Gbr. 10. Model Analisis dan Desain Struktur Bangunan Gedung Poso City Mall dalam aplikasi ETABS 9.7.2
Inspeksi No. 4
4. Input
Data
dan
Kombinasi
Pembebanan Gempa dalam Aplikasi
ETABS versi 9.7.2;
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
4. Memenuhi.
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 4:
Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-03-1726-2002.
Respons spektra yang digunakan oleh Konsultan Struktur PT. Cipta Sukses Engineering dalam Analisis dan Desain Struktur adalah Sprctrum Response dari UBC 1997 (Uniform Building Code 1997) dengan Ca = 0.36 g, Cv = 0.90 g, dan Jenis
Tanah Lunak (Soft). Parameter ini agak lebih tinggi dari ketentuan Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Wilayah Kabupaten Poso dimana termasuk Zona Gempa 4. Dengan demikian menghasilkan Analisis dan Desain Tahan Gempa yang lebih aman.
Tabel 5.a – b. Percepatan puncak batuan dasar (PBA), percepatan maksimum permukaan tanah (PGA) dan Koefisien Kecepatan Maksimum Respons Spektra menurut Uniform Building Code (UBC) 1997.
Percepatan puncak batuan dasar Percepatan puncak muka tanah
Percepatan puncak batuan dasar dan p.p. muka tanah C0(UBC-97, ATC-40)
1 0.05 0.05 0.07 0.11 2 0.13 0.15 0.18 0.25 3 0.17 0.20 0.23 0.28 4 0.22 0.25 0.28 0.31 5 0.27 0.30 0.33 0.33 6 0.40 0.40 0.44 0.36
Koefisien kecepatan maksimum respons spektra, Cv(UBC-97, ATC-40)
1 0.05 0.07 0.11 0.14 2 0.13 0.21 0.27 0.42 3 0.17 0.27 0.33 0.53 4 0.22 0.34 0.41 0.65 5 0.27 0.41 0.49 0.76 6 0.40 0.56 0.64 0.96 Zona Gemp a Peak Base Acceleration (PBA) (g) 0.05
Hard Soil Medium Soil
0.15
Special Soil Soft Soil Peak Ground Accelleration (PGA), A0(g)
Rock M e m e rl u k a n e v a lu a s i k h u s u s d i s e ti a p lo k a s i Zona Gemp a Peak Base Acceleration (PBA) (g) Hard Soil (SC) Medium Soil (SD) Special Soil Soft Soil Kecepatan (m/s) 0.20 0.25 Rock (SB) 0.30 0.40 0.05 M e m e rl u k a n e v a lu a s i k h u s u s d i s e ti a p lo k a s i 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
Tabel 6. Percepatan puncak permukaantanah dan
Jenis Tanah Dasar Faktor Zona Gempa
Notasi Keterangan Koefisien 0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
S1 Batuan Ca 0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40 Cv 0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40 S2 Tanah Keras Ca 0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40 Cv 0.07 0.21 0.27 0.34 0.41 0.56 S3 Tanah Sedang Ca 0.07 0.18 0.23 0.28 0.33 0.44 Cv 0.11 0.27 0.33 0.41 0.49 0.64 S4 Tanah Lunak Ca 0.11 0.25 0.28 0.31 0.33 0.36 Cv 0.14 0.42 0.53 0.65 0.76 0.96
Nilai koefisien percepatan puncak permukaan tanah atau PGA (Peak Ground Accelleration) yang dipakai oleh konsultan struktur PT. Cipta Sukses Engineering sebesar Ca = 0.36 g lebih tinggi daripada
ketentuan perencanaan ketahanan gempa Zona 4 (wilayah Kabupaten Poso) dengan
CA = 0.34 g, masing-masing untuk jenis
tanah lunak (soft soil).
masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002) Wilayah Gempa Percepatan puncak batuan dasar (‘g’)
Percepatan puncak muka tanah Ao(‘g’)
Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus
4 0,20 0,24 0,28 0,34 0.85 Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
Gbr. 11.a. Spektra Respons Gempa Zona 6 UBC Gbr. 11.b. Spektra Respons Zona 4
1997 SNI-03-1726-2002
Gbr. 12.a. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu X): WU = 1.0WD + 1.0WL + 1.0EQX + 0.3EQY
Gbr. 12.b. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu Y): WU = 1.0WD + 1.0WL + 0.3EQX + 1.0EQY
Inspeksi No. 5
5. Kombinasi
Pembebanan
yang
Diterapkan dalam Menentukan Gaya
Reaksi Akibat Pembebanan Pondasi
Bangunan (Block Data “Combo”)
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB 5. 5. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 5:
Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan
dalam Aplikasi Analisis dan Desain
Struktur (ETABS 9.7.2) untuk menentukan
Reaksi Tumpuan akibat Beban-beban
Bangunan pada Perletakkan/Pondasi
Cukup Memenuhi Ketentuan Kuat Layan dan Kuat Ultimit dalam SNI-03-2847-2002,
dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi
Pembebanan yang diterapkan telah cukup
realistik dalam mengakomodasi
pembebanan ekstrim akibat respons
percepatan maksimum permukaan tanah zona 4 sebesar 0.34 g (belum pernah terjadi)
Konsultan Struktur menerapkan kombinasi pembebanan statik: WUpondasi = 1.0WD + 0.9WL (lihat Gbr. 30) untuk menentukan reaksi perletakkan bangunan (base/pondasi dan tidak menggunakan kombinasi pembebanan statik + lateral/gempa. Dalam SNI-03-2847-2002 pasal 11.2 ayat 3 tersebut:
Berdasarkan hasil uji Penetrasi Konus/CPT dan Bor Sampel, diketahui bahwa pada 4 dari 5 titik penetrasi konus di lokasi bangunan hingga kedalaman sekitar 10.00 meter merupakan jenis tanah lunak (nilai perlawanan konus qcmaks < 40.0 kg/cm2).
Bahkan pada titik uji No. 2 (segmen depan sisi kiri Mall) dan No. 5, tidak ditemukan tanah keras sampai kedalaman 20.0 meter. Di lain pihak, pada titik uji No. 4 (sisi kanan belakang bangunan Mall) kedalaman tanah keras (qc > 200 kg/cm2) sudah ditemukan
Konsekuensi dari hal ini adalah resiko
terjadinya penurunan tumpuan diferensial (differential settlement).
Gbr. 13. Contoh penurunan diferensial pondasi pada bagian ujung kiri dan kanan bangunan dengan bagian tengah tetap stabil.
Dalam teknik/rekayasa pondasi, penurunan maksimum untuk bangunan umum harus dibatasi hingga sekitar 2.54 cm.
Gbr. 14. Konsultan struktur menerapkan kombinasi pembebanan statik berupa 100% Beban Mati (1.0DL) dan 90% Beban Hidup (0.9LL)
dalam input data aplikasi analisis dan desain struktur (ETABS 9.7.2) untuk menentukan gaya-gaya reaksi perletakkan/pondasi
Pemeriksaan Gaya-gaya Reaksi Perletakkan untuk 3 Kombinasi Pembebanan
Dalam gambar 15 – 16 di bawah ini akan dibandingkan nilai reaksi perletakkan/pondasi untuk kombinasi pembebanan ultimit (envelope/maksimum) dengan kombinasi beban
layan (service loads) statik 1.0DL + 0.9LL yang digunakan Konsultan Perencana Struktur PT. Cipta Sukses Engineering untuk perencanaan pondasi serta kombinasi beban statik + lateral. Sebagai sampel, nilai-nilai reaksi perletakkan pada join-join nomor 120, 131 dan 134 akan dibandingkan.
Inspeksi No. 6
6. Pemenuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah Dasar dan Detail Penulangan Pondasi
Telapak;
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
6. Memenuhi. Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah Bawah Pondasi Tidak Dilampaui oleh Tegangan Maksimum pada Dasar Tapak. Kapasitas Desain Geser dan Lentur Beton Bertulang Cukup Dipenuhi. Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 6:
1. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan (Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar dari Daya Dukung di Segmen Tengah (Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok Bangunan Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah
dan Sampel Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah
q
allowablepada kedalaman 0.00 –4.00 meter di bawah tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3, masing-masing:
62 – 89 kN/m
2
83 – 89 kN/m
2
89 – 910 kN/m
22. Pemilihan Pondasi Telapak Individual, Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah (Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian, bagian utara bangunan atau sisi kiri dan tengah bangunan jauh lebih rentan terhadap penurunan setempat (differential settlement).
3. Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi Telapak Individual dan Telapak Kombinasi Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak Beton Bertulang yang Diperlukan.
Inspeksi No. 7
7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Kolom Struktur, dan As
cCatatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
7. Memenuhi Sebagian Besar kecuali Beberapa Bagian-bagian Kecil dari Detail Pekerjaan. Jumlah Luas Tulangan untuk Semua Kom-ponen Detail Sudah Memenuhi hanya Pekerjaan Detail/ Konfigurasi Tulangan Geser dan Kait/Bengkokan Masih Kurang Memenuhi. Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 7:
1. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama (Tulangan Longitudinal) yang
ditentukan berdasarkan Nilai
(Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan MinimumTulangan Transversal, Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah Luasan Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
2. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai Lemah (Weak Story Mechanisms).
3. Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser dan Pembengkokan Kait Tulangan Masih Kurang Memenuhi.
Sampel Luas Tulangan Kolom dan Balok pada Potongan Portal Bidang XZ
Gbr. 17. Potongan SG. X = 0.0 – 80.0 m, SG-Y = 25.0 – 27.0 m, SG. Z = - 0.3 – 13.0 m Project Poso City Mall to BS 8110 REINFORCED CONCRETE
COUNCIL
Client Poso City Mall Made by Date Page
Location Base Columns Type K3 RMW 15 July 2015 91
Checked Revision Job No
Origi nated fromRCC53.xls' on CD © 1999 BCA for RCC YS - R68
MATERIALS
fcu 25 N/mm² gm, steel 1.05 Cover to link 40 mm
fy 400 N/mm² gm, conc 1.5 h agg 20 mm
SECTION h 800 mm
b 800 mm
with 7 bars per 800 face X X
and 7 bars per 800 face
ie. 800 x 800 columns with 24 bars RESTRAINTS Top Btm
Lo(mm) Condition Condition Braced ? ß Le(mm) Slenderness Status X-AXIS 3600 F F N 1.2 4320 Lex/h = 5.40 Column is
Y-AXIS 3600 F F N 1.2 4320 Ley/b = 5.40 SHORT
LOADCASES AXIAL TOP MOMENTS (kNm) BTM MOMENTS (kNm) N (kN) M ix M iy M ix M iy B1 3500 90.0 25.0 90.0 25.0 B2 3000 80.0 60.0 80.0 60.0 Loadcase 3 1000 100.0 35.0 100.0 35.0 Loadcase 4 1200 50.0 150.0 50.0 150.0 Loadcase 5 500 220.0 90.0 220.0 90.0 Loadcase 6 2500 35.0 25.0 35.0 25.0
BAR ARRANGEMENTS BAR CENTRES(mm)
Bar Ø Asc% Link Ø 800 Face 800 Face Nuz(kN) Checks
R 40 4.71 10 110 110 18299 ok R 32 3.02 8 112 112 14284 ok R 25 1.84 8 113 113 11503 ok R 20 1.18 6 115 115 9935 ok R 16 0.75 6 115 115 8931 ok R 12 0.42 6 116 116 8150 ok
DESIGN MOMENTS (kNm) X AXIS Y AXIS COMBINED
K M add Mx M add My Axis M ' REBAR max V*
B1 0.000 0.0 90.0 0.0 25.0 X 108.6 24 R12 196.3 B2 0.000 0.0 80.0 0.0 60.0 X 126.9 24 R12 195.3 Loadcase 3 0.000 0.0 100.0 0.0 35.0 X 132.4 24 R12 193.5 Loadcase 4 0.000 0.0 50.0 0.0 150.0 Y 195.6 24 R12 193.4 Loadcase 5 0.000 0.0 220.0 0.0 90.0 X 306.7 No Fit 192.9 Loadcase 6 0.000 0.0 50.0 0.0 25.0 X 70.4 24 R12 196.6
SEE CHARTS ON NEXT SHEET SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN, BENT ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997
Project Poso City Mall to BS 8110 REINFORCED CONCRETECOUNCIL
Client Poso City Mall Made by Date Page
Locat ion Base Columns Type K3 RMW 15 July 2015 92
Checked Revision Job No
Originated from RCC53.xl s' on CD © 1999 BCA for RCC YS - R68 N:M interaction chart: Mx' critical
800 x 800 column (h x b), grade C25, 40 mm cover
KEY 24R40 24R32 24R25 24R20 24R16 24R12
N:M interaction chart: My' critical
800 x 800 column (h x b), moment about yy axis), Grade C25, 40 Cover
KEY 24R40 24R32 24R25 24R20 24R16 24R12
SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN, BENT ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997
35003000 1000 0 500 2500 Mx min 0.1fcuAc 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 A X IA L L O A D , N , k N Mx' kNm 0 0 0 1200 0 0 My min 0.1fcuAc 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 A X IA L kN My' kNm
Gbr. 17.a-b. Sampel Perhitungan Kapasitas Tahanan Biaksial Kolom (Momen Lentur + Gaya Aksial) Tipe K3/K3A (800x800 mm2, As
Gbr. 17. Inspeksi Pekerjaan Detail Tulangan Longitudinal, Tulangan Transversal, MidBar dan Tulangan Sudut pada Kolom-kolom Lantai Dasar (Base/1stFloor)
Inspeksi No. 8
8. Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Balok Struktur, As
b.
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
8. Memenuhi.
Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
Gbr. 18.a. Rasio Penulangan Longitudinal Balok Ground Floor yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)
T ABLE:Co ncrete Co lu mn Summary - ACI 318-08
S to ry La be l U ni qu e N am e D es ig n Se ct io n St at io n D es ig n/ C he ck PM M R at io PM M C om bo A s, m in A s M id B ar A s C or ne rB ar A s V M aj or C om bo A tV M aj or V M in or C om bo A tV M in or mm mm² mm² mm² mm² mm²/m mm²/m
2 C80 826 K-46 0Design COM B4 2400 4669 584 584COM B4 333.33COM B4 500
2 C80 826 K-46 2175Design COM B4 2400 2400 300 300COM B4 854.1COM B4 663.98
2 C80 826 K-46 4350Design COM B4 2400 3406 426 426COM B3 937.94COM B4 663.98
2 C81 827 K-46 0Design COM B4 2400 2400 300 300COM B4 333.33COM B4 0
2 C81 827 K-46 2175Design COM B4 2400 2400 300 300COM B4 333.33COM B4 0
2 C81 827 K-46 4350Design COM B4 2400 2400 300 300COM B4 333.33COM B4 0
2 C82 828 K-55 0Design COM B4 2500 4444 555 555COM B4 1133.41COM B4 743.62
2 C82 828 K-55 2175Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 1133.41COM B4 743.62
2 C82 828 K-55 4350Design COM B4 2500 3369 421 421COM B4 1133.41COM B4 743.62
2 C83 829 K-55 0Design COM B4 2500 3312 414 414COM B4 977.54COM B4 416.67
2 C83 829 K-55 2175Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 977.54COM B4 416.67
2 C83 829 K-55 4350Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 977.54COM B4 416.67
2 C199 1028 K-77 0Design COM B4 4900 7708 963 963COM B4 1616.03COM B4 583.33
2 C199 1028 K-77 1900Design COM B4 4900 4900 613 613COM B4 1609.06COM B4 583.33
2 C199 1028 K-77 3800Design COM B4 4900 4900 613 613COM B4 1602.08COM B4 583.33
2 C200 1029 K-77 0Design COM B4 4900 7896 987 987COM B4 2907.8COM B4 1768.68
2 C200 1029 K-77 1900Design COM B4 4900 4900 613 613COM B4 2907.8COM B4 1768.68
2 C200 1029 K-77 3800Design COM B4 4900 4900 613 613COM B3 2907.8COM B4 1768.68
2 C208 902 K-88 0Design COM B4 6400 9804 1226 1226COM B4 2920.7COM B4 1885
2 C208 902 K-88 1900Design COM B4 6400 6400 800 800COM B4 2920.7COM B4 1885
2 C208 902 K-88 3800Design COM B4 6400 6400 800 800COM B4 2920.7COM B4 1885
2 C209 903 K-55 0Design COM B4 2500 4032 504 504COM B4 924.01COM B4 969.07
2 C209 903 K-55 2175Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 924.01COM B4 969.07
2 C209 903 K-55 4350Design COM B4 2500 3577 447 447COM B4 924.01COM B4 969.07
2 C210 904 K-55 0Design COM B4 2500 3740 467 467COM B4 873.26COM B4 936.63
2 C210 904 K-55 2175Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 873.26COM B4 936.63
2 C210 904 K-55 4350Design COM B4 2500 3174 397 397COM B4 873.26COM B4 936.63
2 C211 905 K-55 0Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 534.51COM B4 499.93
2 C211 905 K-55 2175Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 534.51COM B4 499.93
2 C211 905 K-55 4350Design COM B4 2500 2500 313 313COM B4 534.51COM B4 499.93
2 C215 1008 K-33 0Design COM B3 900 1350 169 169COM B4 428.79COM B4 250
2 C215 1008 K-33 2250Design COM B4 900 900 113 113COM B3 427.36COM B4 250
2 C215 1008 K-33 4500Design COM B4 900 900 113 113COM B3 425.33COM B4 250
2 C216 1009 K-33 0Design COM B4 900 957 120 120COM B4 282.07COM B4 250
2 C216 1009 K-33 2300Design COM B4 900 900 113 113COM B4 282.07COM B4 250
2 C216 1009 K-33 4600Design COM B4 900 900 113 113COM B4 282.07COM B4 250
2 C217 1010 K-33 0Design COM B3 900 1269 159 159COM B3 286.3COM B4 250
2 C217 1010 K-33 2300Design COM B4 900 900 113 113COM B3 286.3COM B4 250
2 C217 1010 K-33 4600Design COM B3 900 982 123 123COM B3 286.3COM B4 250
2 C219 1201 K-44 0Design COM B4 1600 2756 345 345COM B3 452.6COM B4 528.93
2 C219 1201 K-44 2175Design COM B4 1600 1600 200 200COM B3 452.6COM B4 528.93
2 C219 1201 K-44 4350Design COM B4 1600 1656 207 207COM B3 452.6COM B4 528.93
2 C220 1202 K-44 0Design COM B4 1600 2634 329 329COM B4 333.33COM B4 333.33
2 C220 1202 K-44 2175Design COM B4 1600 1600 200 200COM B4 333.33COM B4 333.33
2 C220 1202 K-44 4350Design COM B4 1600 1600 200 200COM B4 333.33COM B4 333.33
2 C229 1506 K-24 0Design COM B4 800 800 100 100COM B4 166.67COM B4 0
2 C229 1506 K-24 2250Design COM B4 800 800 100 100COM B4 166.67COM B4 0
2 C229 1506 K-24 4500Design COM B4 800 800 100 100COM B4 166.67COM B4 0
2 C230 1507 K-24 0Design COM B3 800 1028 128 128COM B4 166.67COM B4 0
2 C230 1507 K-24 2175Design COM B4 800 800 100 100COM B4 166.67COM B4 0
2 C230 1507 K-24 4350Design COM B4 800 800 100 100COM B4 166.67COM B4 0
2 C233 1532 K-88 0Design COM B4 6400 10219 1277 1277COM B4 2435.73COM B4 2397.73
2 C233 1532 K-88 1900Design COM B4 6400 6400 800 800COM B4 2435.73COM B4 2397.73
2 C233 1532 K-88 3800Design COM B4 6400 6400 800 800COM B4 2435.73COM B4 2397.73
Tabel 18.b. Luas Tulangan Longitudinal, Tulangan Geser, Tulangan Pengekang, dan Tulangan Sudut Kolom-kolom Lantai
Gbr. 18.c. Rasio Penulangan Longitudinal Balok 1st Floor
yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)
Gbr. 18.d. Tampak Sisi Bawah Balok-balok Lantai 1, 300x1000 dan 400x1200 mm
Gbr. 18.e. Dimensi Balok dan Konfigurasi Penulangan (inset)
Inspeksi No. 9
9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom Praktis dan Balok Horizontal Latei) Catatan: Definisi
M Memenuhi TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali M TM TI NF RB
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 9:
Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) telah diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI-1987, SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
Confined Brick Wall Construction (Konstruksi Dinding Bata Tercekat)
Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) terutama untuk perkuatan (retrofit) guna mencegah kegagalan geser dinding tembok. Konstruksi ini juga akan mencegah penjalaran keretakan
Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah dengan injakan bilamana fct min > 50 kg/cm2≈ K50
Kontruksi dinding pengisi yang terkekang pada rangka struktural, kolom praktis dan balok latei
Gbr. 19. Konstruksi pengekangan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, latei dan angkur.
Kolom Praktis Balok Latei/Lintel
Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah
X I . KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan dan re-analisis atas 9 komponen dalam prosedur analisis dan desain Bangunan Gedung Poso City Mall, disimpulkan bahwa:
1. Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan
S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-2847-2002.
2. Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1
(t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI-2847-2002.
3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik
dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam PMI-83, SKBI-1987, SNI-03-2847-2002.
4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa
dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-03-1726-2002.
5. Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam
Aplikasi Analisis dan Desain Struktur (ETABS
9.7.2) untuk menentukan Reaksi Tumpuan akibat
Beban-beban Bangunan pada
Perletakkan/Pondasi Cukup Memenuhi Ketentuan Kuat Layan dan Kuat Ultimit dalam
SNI-03-2847-2002, dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi
Pembebanan yang diterapkan telah cukup
realistik dalam mengakomodasi pembebanan
ekstrim akibat respons percepatan maksimum permukaan tanah zona 4 sebesar 0.34 g (belum pernah terjadi).
6. a. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan
(Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar
dari Daya Dukung di Segmen Tengah
(Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok Bangunan Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah dan Sampel Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah qallowable
pada kedalaman 0.00 – 4.00 meter di bawah tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3, masing-masing:
62 – 89 kN/m2
83 – 89 kN/m2
Gbr. 21.a-d. Konstruksi Dinding Bata Tercekat (Confined Brick Wall) pada Pekerjaan Partisi Ruangan dalam Proyek Pembangunan Poso City Mall. Hal ini merupakan penerapan prinsip konstruksi yang baik sebab dapat mereduksi potensi kegagalan geser dinding atau keruntuhan dinding tembok akibat gempa lateral dan mencegah penjalaran retak akibat settlement dan defleksi dari komponen-komponen di sisi atas dan terutama dari bawah dinding (pelat dan fondasi).
89 – 910 kN/m2
b.Pemilihan Pondasi Telapak Individual,
Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan
Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi
Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah (Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian, bagian utara bangunan atau sisi kiri dan tengah
bangunan jauh lebih rentan terhadap
penurunan setempat (differential settlement).
c.Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi
Telapak Individual dan Telapak Kombinasi Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak Beton Bertulang yang Diperlukan.
7. a. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama
(Tulangan Longitudinal) yang ditentukan
berdasarkan Nilai (Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah
Luasan Tulangan Sudut dan Konfigurasi
Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah
Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-SNI-03-2847-2002.
b. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai Lemah (Weak Story Mechanisms).
c.Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser, tulangan confined/cekat dan Pembengkokan
Kait Tulangan Masih Kurang Memenuhi (lihat Gbr. Di bawah)
8. Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan
Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Sudut dan
Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok
Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-SNI-03-2847-2002.
9. Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom
praktis dan balok horizontal (latei) telah
diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI-1987, SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
XII. DISKUSI/REKOMENDASI
Berdasarkan Re-analisis atas Desain Struktur dan Evaluasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi di lapangan, secara umum disimpulkan:
1. Bangunan secara teknis mampu memikul beban-beban statik atau beban-beban gravitas dan beban-beban gempa lateral secara penuh selama umur rencana bangunan dan cukup andal secara struktural (sub-structure maupun upper-structure). Dengan demikian bangunan memenuhi keandalan dari segi keamanan.
2. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi keselamatan pengguna dengan disediakannya
tangga darurat (emergency) pada sisi kanan bagian belakang blok gedung.
3. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi aksesibilitas dengan disediakannya ramp/lereng untuk memudahkan pengidap disabilitas (penyandang cacat) memasuki area ruangan dalam di lantai dasar dan juga disediakan travelator dari lantai 1 ke lantai 2.
4. Fungsi supervisi/pengawasan atas pekerjaan beton dan pendetailan tulangan kolom, balok dan pelat masih perlu diintensifkan.
REFERENSI
[1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
[2] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
[3] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
[4] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);
[5] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
[6] Standar Perencanaan Beton (SNI-03-2834-2002) [7] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) [8] Adams, D,K., 2008,The Structural Engineer’s
Professional Training Manual, ISBN 0-07-159399-3, McGraw-Hill Companies.
[9] Computers and Structures. (2010). Inc., CSI Analysis Reference Manual for SAP2000, ETABS and SAFE, Computer and Structures, Inc., Berkley, California.
.
Kata Kunci —retak dinding, cracking, masonry infills cracking, pn poso
I. PENDAHULUAN
Semua material bangunan mengalami perubahan volume sebagai respons terhadap perubahan temperatur dan kelembaban (kadar air). Perubahan volume material, deformasi elastik akibat beban-beban, rangkak (creep), dan faktor-faktor lainnya mengakibatkan terjadinya pergerakan. Kekangan terhadap pergerakan-pergerakan ini menimbulkan tegangan di dalam bangunan yang berakibat pada terjadinya retak (crack). Dari sisi konstruksi, retak-retak yang pada mulanya dipicu oleh karakteristik material bangunan akan menjadi lebih intensif dan lebih beresiko bilamana terdapat kelemahan-kelemahan tertentu dalam desain konstruksi.
II. BATASANMASALAH
Oleh karena keterbatasan instrumen pengukur presisi maka semua indikasi keretakan dinding bata pada bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso ini dianggap hanya merupakan respons dari aksi gaya-gaya yang bekerja di dalam bidang (in-plane wall), bukan aksi gaya di luar bidang (out of plane wall) sebagaimana yang mungkin disebabkan oleh gaya gempa lateral.
III. ANALISA
Retak-retak dinding pasangan bata ½ batu yang terjadi pada 27 titik bangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Klas 1B Poso pada bulan Mei 2014 memiliki variasi dalam lebar dan pola keretakan. Mayoritas keretakan merupakan retak mikro (micro crack) dengan lebar < 1.0 mm, beberapa termasuk kategori retak ringan dengan lebar 1.2 – 1.5 mm. Pola retak bervariasi mulai dari pola vertikal, vertikal-ireguler, vertikal diagonal dan diagonal. Berdasar itu, penyebab retak dan faktor-faktor kontribusinya ada lebih dari satu. Menginvestigasi secara eksak penyebab retak-retak dinding ini bukanlah hal yang sederhana oleh karena keterbatasan instrumen pengukuran dalam skala sangat kecil (micro scale). Dari inspeksi visual selama 2 minggu terakhir pada keseluruhan kerangka struktur kolom beton bertulang, balok girder, balok sloof, balok ring dan pelat lantai, tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok (secara visual) yang dapat segera menjadi pertanda (indikator) langsung dari penyebab keretakan dinding bata. Karena tidak terdapat pola keretakan struktural yang signifikan pada komponen struktur maka dapat disimpulkan bahwa keretakan bukan pertama-tama bersifat struktural (non-struktural).
Gbr. 1.a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok girder 35x65 cm, L = 10 m. Tidak ditemukan indikasi yang mencolok (secara visual) berupa keretakan atau defleksi ekstrim dari struktur pendukung pelat dan dinding ini (panel balok-pelat monolit Ruangan Hakim)
ANALISA KERETAKAN DINDING LANTAI TINGKAT BANGUNAN
GEDUNG PENGADILAN NEGERI POSO KLAS IB
Obelhard O. Pandoyu1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso
Secara teknik struktur, dinding pasangan bata ½ batu diklasifikasikan sebagai bukan komponen struktural bangunan oleh karena tidak memikul beban mati dan beban hidup bangunan. Dinding pasangan bata ½ batu dikategorikan sebagai elemen pengisi rangka struktur kolom-balok
(masonry/brick-wall infilled frame) dan hanya berkontribusi dalam menambah kekakuan rangka struktural, terutama apabila bangunan mengalami gerakan lateral atau horizontal akibat gempa bumi dan getaran.
Gbr. 2. a-b. Bentangan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding bata pembatas ruangan bagian Selatan Ruang Panitera Pengganti. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok berupa keretakanataudefleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join)kolom-balok dan kolom beton bertulang.
Gbr. 3. a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding bata pembatas ruangan bagian Utara Ruang Hakim. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasiyang sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.
Keterangan Gbr. 4.a-c:
= join (pertemuan) balok ring (atap) dan sisi atas dinding dengan tanpa celah ekspansi.
Pada sisi yang lain, dinding pengisi ini sangat integratif dengan komponen struktural bangunan oleh karena dua situasi berikut ini:
1. Dinding pengisi (= dinding pasangan bata ½ batu) disupport/dipikul oleh balok-balok beton bertulang yang dicor secara monolit dengan pelat betonnya (lihat Grb. 5.a-c), dan,
2. Melalui bidang sentuh pada sisi atas, dinding pengisi (paling kurang sebagiannya) menerima
transfer berat sendiri balok ring dan pelat atap terutama apabila terjadi susut pembebanan (creep) atau defleksi pada sistem balok-pelat atap yang cukup besar sementara celah ekspansi diantara dua komponen ini tidak dapat mengakomodasi pergerakan (lihat Gbr.
4.a-c, Gbr. 7, Gbr. 8).
Gbr. 4. a - c. Sistem dinding bata sisip/ dinding pengisi kerangka struktur (brick-wall infilled frame) dengan tanpa celah ekspansi pada konstruksi bangunan gedung Kantor PN Poso.
Defleksi
Penurunan struktur pendukung dinding (sistem balok-pelat lantai monolitik)
Gbr. 5. a-c. Sistem kolom-balok-pelat lantai monolitik sebagai konstruksi pendukung dinding dan beban-beban lantai diatasnya.