• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERUPSI F-PDIP (RAMSON SIAGIAN, MBA.):

Dalam dokumen ; H/2008 M; (Halaman 41-44)

Interupsi.

Begini Pak Ketua, memang 2 (dua) calon ini satu Sekjen BPK, satu Kepala Perwakilan BPK. Itu berbeda posisinya baik dari sisi Undang-Undang Keuangan Negara maupun dari sisi Undang-Undang BPK. Kebetulan saya juga salah satu Tim Perumus Undang -Undang BPK. Kalau Sekjen potensial sebagai kuasa pengguna anggaran, kalau Kepala Perwakilan BPK itu adalah juga auditor. Jadi itu mewakili Kepala BPK di daerah. Jadi Saudara Gunawan itu auditor, bukan pengguna anggaran. Di dalam undang-undang, Saudara Gunawan Sidahuruk maksud saya, bukan karena dia kebetulan dari Batak, kebetulan ibunya juga orang Sunda, ini saya mengklarifikasi bahwa Bab III Kekuasaan Atas Pengelola Keuangan Negara, presiden selaku kepala pemerintah pemegang kekuasaan keuangan negara, ini Undang-Undang Keuangan Negara. Dan itu dikuasakan kepada Menteri Keuangan kepada presiden. Dan selanjutnya kekuasaan itu oleh Menteri Keuangan diberikan kepada pengguna anggaran. Pengguna anggaran inilah yang terendah sebagai pengelola keuangan negara yang punya otoritas untuk mengelola keuangan negara. Itu ada di Undang-Undang Keuangan Negara Pasal 9.

Jadi kalau Sekjen DPR misalnya, memang sebagai pengguna anggaran. Tetapi kalau Kepala Perwakilan BPK itu bukan pengguna anggaran, dia adalah auditor. Jadi itu tidak bertentangan dengan Pasal 13 huruf J mengenai Undang-Undang BPK. Sementara di dalam Bab III Tugas dan Wewenang, BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan selanjutnya Pasal 34 bahwa BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya juga dilaksanakan oleh perwakilan dan pemeriksa. Maksudnya saya, tentunya kita membuat keputusan sesuai dengan dasar undang-undang yang juga dibuat di sini berdasarkan pemerintah dan itu sudah menjadi hukum. Sementara kita membuat keputusan bahwa Saudara Gunawan Sidahuruk adalah pengelola keuangan negara, padahal sesuai undang-undang ini bahwa Kepala Perwakilan BPK dia adalah sebagai auditor bukan pengelola keuangan negara. Kalau mengenai Sekjen BPK saya lepas tangan memang Pak Ketua. Tapi kalau Kepala Perwakilan BPK saya bisa jelaskan lebih lanjut di Undang -Undang Keuangan Negara ini dan di Undang-Undang BPK itu bahwa itu bukan pengelola keuangan negara. Jadi Saudara Gunawan Sidahuruk bukan sebagai pengelola keuangan negara. Ini sebagai bahan pertimbangan kepada Pak Ketua supaya kita bijaksana membuat keputusan ini. Jangan sampai keputusan yang kita buat juga bertentangan dengan undang-undang. Demikian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Saudara-saudara sekalian,

F-KB (HJ. ANNA MU'AWANAH, SE.):

Interupsi Ketua.

KETUA RAPAT:

Ya, dari mana?

F-KB (HJ. ANNA MU'AWANAH, SE.):

Sebelah kiri, Anna Mu’awanah. A-230.

Apa yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, apa yang disampaikan rekan-rekan terdahulu itu juga sebenarnya sudah diputuskan 2 (dua) kali itu berkaitan dengan sesudah perjalanan panjang dan juga sudah keputusan Paripurna. Pertama, saya ingin sedikit memberi klarifikasi tentang yang disampaikan teman barusan.

KETUA RAPAT:

Tolong bicaranya lebih jelas.

F-KB (HJ. ANNA MU'AWANAH, SE.):

Di Undang-Undang BPK yang baru juga mengamanatkan setiap provinsi itu memang dibuka perwakilan kantor baru. Dan di situ fungsinya satker (satuan kerja) dan di dalam anggaran BPK sendiri itu ada n penggunaan numerasi-numerasinya penggunaan anggaran. Jadi kalau sekjen dan juga perwakilan di seluruh provinsi itu juga penggunaan anggaran, karena perwakilan itu satker atau satuan kerja dari lembaga BPK yang memang amanat undang -undang itu membuka kantor provinsi sebagai bagian dari kantor yang ada di pusat. Dan berikutnya itu sudah kita putuskan tadi itu kita ketok 2 (dua) kali dan saya pikir demi kehormatan kita bersama dan dalam menjunjung tinggi Paripurna ini sebaiknya Ketua segera menutup pembahasan ini dan kita lanjut ke pembahasan berikutnya.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik.

Saudara-saudara sekalian,

Jadi pandangan-pandangan tersebut sudah dibahas dalam Rapat Konsultasi kemarin.

Sudah cukup panjang lebar dari semua Pimpinan Fraksi dan Komisi XI juga hadir. Yang kemudian tiba pada kesimpulan, pada kesepakatan seperti tadi bahwa berdasarkan kewenangan DPR dan didasarkan kepada legalistik formal maka kita tidak ingin melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap keputusan yang dilakukan oleh DPR khususnya terhadap Calon Pimpinan dan Anggota BPK. Oleh karena itu terhadap 2 (dua) yang bermasalah kita batalkan. Kemudian yang kedua yang 2 (dua) nama dari Anggota DPR yaitu Saudara Nurlif dan Saudara Musa itu otomatis nomor 8 dan nomor 9 menjadi Anggota BPK. Saya kira sudah disetujui tadi dengan tidak perlu diulang lagi.

Saudara sekalian,

Ini sudah diputuskan. Tapi sudah diputuskan ini Saudara-saudara sekalian. Saya kira yang 5 (lima) sudah selesai, sudah diputuskan. Baik, Saudara-saudara sekalian, sekali lagi bahwa hal itu sudah 2 (dua) kali ditanyakan dan sudah mendapat persetujuan. Jadi kita lanjutkan dengan nomor berikutnya. Saya anggap bahwa masalah atau acara yang ketujuh tentang penetapan hasil Rapat Konsultasi itu sudah mendapatkan persetujuan Dewan.

(RAPAT:SETUJU)

Dengan demikian acara ketujuh Rapat Paripurna Dewan hari ini sudah selesai.

INTERUPSI F-... (...):

Ketua, tolong diperkenalkan 2 (dua) orang Anggota Dewan itu.

KETUA RAPAT:

Silahkan yang 2 (dua) orang itu mohon berdiri.

INTERUPSI F-... (...):

Karena itu kolega kita, mohon berdiri, Ketua.

KETUA RAPAT:

Mohon perhatian kepada Saudara Nurlif dan Saudara Ali Masykur Musa, mohon berdiri.

INTERUPSI F-... (...):

Ini akan menjadi preseden buruk bagi DPR, Ketua.

KETUA RAPAT:

Saudara-saudara sekalian,

Sekarang kita lanjutkan kepada acara yang berikutnya yaitu acara untuk Pengambilan Keputusan Terhadap RUU tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Pembicaraan Tingkat II”. Kepada yang terhormat Bapak Menteri Kehakiman, Bapak Menteri Hukum dan HAM, dipersilahkan untuk memasuki ruangan. Dan rapat tidak diskors. Dan juga kepada Bapak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dipersilahkan, Saudara Jaksa Agung. Mohon perhatian rapat tidak diskors, tetap dilanjutkan.

Untuk mempersingkat waktu mari kita memasuki acara yang kedepalan dari Rapat Paripurna Dewan pada hari ini yaitu:

”Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan Terhadap Rancangan Undang -Undang tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”.

Perlu kami beritahukan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 151 ayat (1) Undang -Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DRPD, Pembicaraan Tingkat II merupakan Pengambilan Keputusan dalam Rapat Paripurna dengan kegiatan:

a. Penyampaian laporan yang berisi proses pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I.

b. Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan Anggota secara lisan yang diminta oleh Pimpinan Rapat Paripurna.

c. Pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.

Berkenaan dengan hal itu, kami persilahkan Ketua Pansus yang terhormat Saudari DEWI ASMARA, SH. untuk menyampaikan laporan hasil pembahasan RUU dimaksud. Kepada Saudari Dewi Asmara, SH dipersilahkan.

Dalam dokumen ; H/2008 M; (Halaman 41-44)

Dokumen terkait