• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam dokumen ; H/2008 M; (Halaman 35-38)

Hasil pembahasan mengenai angket tentang pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih terhadap rangkuman yang berisi fakta-fakta permasalahan, pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Tahun 2009 menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut.

KESIMPULAN

Pemerintah dan pemerintah daerah tidak secara optimal menyiapkan dan menyusun data kependudukan yang terdiri dari data penduduk dan data penduduk potensial pemilu-pemilu.

Termasuk dalam hal ini kepala perwakilan republik Indonesia di luar negeri untuk menyiapkan dan menyusun data penduduk WNI dan DP4 di negara akreditasinya. Sistem administrasi kependudukan masih belum sempurna, program dijalankan pemerintah untuk menyusun data kependudukan bagi kepentingan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 tidak berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan dan fakta-fakta berupa banyaknya CD yang diserahkan namun tidak bisa dibuka dan tidak ada datanya. Belum semua kabupaten/kota siap dengan SIAK tranformasi atau transisi SIMDUK ke SIAK tidak berjalan optimal karena lemahnya sumber daya manusia. Penyebaran formulir F101 tidak optimal dan bahkan di daerah ada formulir F101 diisi sendiri oleh petugas dan terdapat perbedaan data riil dengan data yang dibuat untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Di luar negeri di Malaysia contohnya tidak ada penyerahan data pemilih warga negara Indonesia yang tinggal disana. PPLN terpaksa mencari data sendiri dengan mendatangi tempat-tempat bekerja dengan memanfaatkan teknologi informasi. Akumulasi dari keadaan tersebut mengakibatkan data penduduk dan DP4 yang diterima KPU tidak komprehensif, tidak akurat dan tidak valid atau up to date serta mengandung margin of error yang sangat tinggi. Kami tidak melanjutkan pembahasan mengenai kesimpulan, kami akan langsung masuk pada rekomendasi.

REKOMENDASI

Kepada pemerintah selaku penyedia data kependudukan dan daftar penduduk potensial pemilu-pemilu; a) diminta untuk melakukan perbaikan sistem kependudukan serta secara komprehensif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. B) diminta untuk melakukan evaluasi kinerja terhadap lembaga yang bertanggung jawab dalam menyediakan data kependudukan dan DP4 dan menerapkan sanksi kepada pejabat yang bersangkutan sesuai peraturan perundang -undangan.

Kedua, kepada KPU selaku penyelenggara pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009; a) diminta untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pemuktahiran data pemilih, penyusunan DPS dan penyusunan DPT pada Pemilu DPR, DPD, DPRD Tahun 2009. b) bertanggung jawab yang harus di pertanggungjawabkan KPU sebagaimana dimaksud pad a huruf a diatas yang tadi telah saya bacakan dalam bentuk pemberhentian seluruh anggota KPU termasuk komisionernya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Atas rekomendasi ini diajukan oleh Fraksi PDI Perjuangan, FRkais BPD, Fraksi PAN dan Fraksi PBR. Terdapat catatan beberapa Fraksi sebagai berikut yaitu catatan dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi PKS agar pemberhentian terhadap Ketua KPU saja dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Catatan Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PPP, Fraksi PKB pemberhentian Ketua KPU dan beberapa Anggota KPU yang kurang professional melalui pembentukan dewan kehormatan KPU terlebih dahulu. Catatan Fraksi PDS pemberhentian hanya dikenakan kepada Anggota komisioner KPU yang diketahui tidak professional. Ketiga, kepada DPR RI di rekomendasikan untuk menggunakan hak menyatakan pendapat ini disampaikan oleh Fraksi BPD. Keempat, kepada kepolisian negara republic Indonesia dan kejaksaan agung republic Indonesia agar melakukan penyusutan terhadap adanya dugaan pelanggaran tindak pidana baik yang dilakukan oleh badan hukum maupun perseorangan yang terkait dengan ketentuan Pasla 77 dan 94 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Pasal 150 KUHP terutama dugaan adanya manipulasi data pemilih dalam pencetakan yang dilakukan oleh PT. Jaswindo tiga perkasa terbuka. Kelima, kepada Pimpinan DPR RI untuk menugaskan Komisi DPR RI yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, dan aparatur negara untuk menindaklanjuti dan mengawasi pelaksanaan keputusan rapat paripurna DPR RI atas hasil rekomendasi yang diajukan oleh panitia angket DPR RI sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.

Kepada pemerintah diminta untuk segera mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang atau Perpu sebagai tindak lanjut atas keputusan Rapat Paripurna DPR RI terhadap hasil rekomendasi yang diajukan kepada panitia angket DPR RI terkait dengan pilihan atas usulan rekomendasi Nomor 2 huruf b. demikian laporan panitia angket DPR RI tentang pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih terdapat beberapa hal y ang masih sebagai catatan dari fraksi-fraksi yaitu terkait dengan bentuk pertanggungjawaban KPU pada rekomendasi Nomor 2 dan huruf b dan apakah perlu rekomendasi kepada DPR untuk menggunakan hak menyatakan pendapat dan yang di usulkan oleh fraksi BPD rekomendasi Nomor 3 terhadap hal tersebut kami menyerahkan sepenuhnya kepada Rapat Paripurna untuk mengambil keputusan. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Panitia Angket dan atas kerjasamanya selama ini juga kepada semua pihak yang telah membantu melaksanakan tugas panitia angket DPR RI tentang pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih dan tak lupa kami juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan Panitia Angket ini.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera.

M E R D E K A !!!

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Pak Gayus Lumbun.

Silahkan ada yang mau interupsi.

INTERUPSI F-… (………):

Naskah Laporan Pansus Angket itu belum ada di tangan saya, Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan, nanti Pak Gayus menyampaikan.

Saudara-saudara sekalian,

Laporan yang tadi telah kita dengarkan laporan dari pak Gayus Lumbun. Ada menyisakan beberapa hal yang perlu disepakati dan diserahkan ke Rapat Paripurna, terutama merekomendasi kepada KPU. Saya kira mengingat Hak Angket ini ketidak terbatas pada waktu sekarang, kalau diputuskan sekarang saya kira juga mungkin tingkat kehadiran kita juga tidak penuh. Bagaimana kalau saya sarankan, saya minta persetujuan Saudara-saudara agar hal-hal yang berkaitan dengan yang belum selesai direkomendasikan untuk diteruskan kepada Anggota DPR yang akan datang, setuju?

(RAPAT:SETUJU)

Terima kasih.

Saudara-saudara sekalian,

Sekali lagi terima kasih kepada pak Gayus Lumbun dan selanjutnya Sidang Dewan yang terhormat kita akan memasuki acara ke-7 kita masih ada 4 (empat) acara lagi yaitu membicarakan surat dari Ketua Mahkamah Agung Nomor 118/KMA/IX/2009 tanggal 24 September 2009 perihal pendapat hukum dari Mahkamah Agung tentang Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 mengenai pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung terhadap 2 (dua) calon Anggota BPK dan dilanjutkan dengan pengambilan keputusan.

Sebagaimana diketahui bahwa Rapat Paripurna ke-7 14 September yang lalu telah membahas laporan Komisi XI mengenai hasil fit and proper test calon Anggota BPK dan dalam rapat Paripurna tersebut telah disetujui 5 (lima) orang calon Anggota BPK untuk diusulkan kepada Presiden yaitu pertama, Hasan Bisri; kedua, DRS. Hadi Purnomo; ketiga, DR. Rizal Zalil; keempat, DR. Purba Hadi Surya Jayanegara; lima, DRS. Taufiqurahman Ruqi, SH. Jadi itu sudah selesai dan itu sudah di putuskan dalam rapat Paripurna sedangkan untuk 2 (dua) orang lainnya yaitu Gunawan Sidaurung saat ini menjabat sebagai Kepala Perwakilan BPK Jawa Barat dan Darmabakhti saat ini menjabat Sekjen BPK RI, rapat Paripurna DPR memutuskan untuk dimintakan pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung karena kedua calon tersebut belum memenuhi syarat untuk menjadi calon Anggota BPK sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan khususnya Pasal 13 huruf c dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 6 ayat (2) huruf b serta penjelasannya.

Rapat Paripurna juga menerima keputusan Komisi XI DPR RI bahwa apabila diantara 7 (tujuh) calon anggota BPK tersebut ada yang mengundurkan diri berhalangan tetap atau karena sebab-sebab lain maka calon anggota BPK dengan suara terbanyak selanjutnya yang akan menggantikan, sehubungan dengan permintaan pertimbangan hukum tersebut tanggal 24 September 2009 ketua MA telah menyampaikan surat Nomor 118 prihal pendapat hukum dari Mahkamah Agung tentang Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Mahkamah Agung berpendapat sebagai berikut;

1. Mahkamah Agung berwenang untuk memberikan pertimbangan hukum dalam bidang hukum.

2. Ditinjau dari legallistik formal maka calon Anggota BPK yang menjabat dilingkungan pengelola keuangan negara termasuk kedua calon yang dipermasalahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tersebut.

3. Ditinjau dari segi rasio legis dan philosophies yaitu setiap ketentuan undang -undang mempunyai tujuan, Pasal 13 huruf j Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 menentukan bahwa calon Anggota BPK telah meninggalkan jabatan dilingkungan pengelola keuangan negara selama 2 tahun hal ini dimaksudkan sebagai rasio legis dan philosophies agar tidak terjadi conflic of interest pada saat dia terpilih sebagai

anggota BPK yang mempunyai potensi untuk melaksanakan wewenangnya atas hasil pekerjaanya dibidang pengelolaan keuangan sewaktu yang bersangkutan menjabat.

4. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah kedua calon yang berasal dari pejabat dilingkungan BPK sendiri berpotensi terjadinya conflic of interest sebagaimana jiwa dari Pasal 13 huruf j tersebut.

5. Merujuk pada ketentuan tersebut diatas maka tidak mungkin Anggota BPK akan melakukan tugas wewenang terhadap Lembaga BPK sendiri, sehingga calon Anggota BPK yang berasal dari lingkungan BPK tidak akan ada conflic of interest apabila kelak terpilih sebagai Anggota BPK.

6. Namun demikian DPR lah yang menentukan pilihan yang akan dipakai sebagai dasar guna menentukan calon terpilih sesuai dengan wewenangnya.

Sidang Dewan yang terhormat,

Masuknya surat Ketua Mahkamah Agung tersebut sudah diumumkan dalam Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 28 September 2009 kemarin dan selanjutnya Pimpinan DPR melakukan rapat konsultasi dengan Pimpinan Frasksi-fraksi pada tanggal 28 September 2009 pukul 15 sore.

Rapat konsultasi menyimpulkan bahwa pendapat hukum Mahkamah Agung butir 2 yang mengatakan jika ditinjau dari legal listik formal maka calon Anggota BPK yang menjabat dilingkungan pengelola keuangan negara, termasuk 2 (dua) calon yang dipermasalahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 13 huruf j Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dimana paling singkat telah 2 tahun meninggalkan jabatan sebagai pejabat dilingkungan pengelola keuangan negara.

Atas dasar tersebut maka rapat konsultasi telah menyepakati bahwa 2 calon dengan suara terbanyak selanjutnya sesuai dengan keputusan Paripurna yaitu Nomor urut 8 atas nama saudara DRS. T. Muhammad Nurlif dan Nomor urut 9 atas nama DR. Ali Maskur Musa menjadi calon Anggota BPK terpilih. Sekarang perkenankan saya menanyakan kepada saudara-saudara kepada dewan yang mulia ini apakah hasil rapat konsultasi yang menyepakati 2 calon dengan suara terbanyak selanjutnya yaitu DRS. T. Muhammad Nurlif dan saydara DR. Ali Masykur Musa untuk menjadi calon Anggota BPK terpilih untuk dapat disetujui?

(RAPAT:SETUJU)

Dalam dokumen ; H/2008 M; (Halaman 35-38)

Dokumen terkait