BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL
C. Pembahasan Kasus
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan Sirosis Hepatis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan pada Kasus Sirosis Hepatis
N o Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan pada diaframa. a. Status Pernafasan : Ventilasi Indikator : 1) Respiratory rate dalam rentang normal
2) Tidak ada retraksi dinding dada 3) Tidak mengalami dispnea saat istirahat 4) Tidak ditemukan orthopnea 5) Tidak ditemukan atelektasis b. Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas Indikator : 1) Respiratory rate dalam rentang normal
2) Pasien tidak cemas 3) Menunjukkan jalan
nafas yang paten
Manajemen Jalan Nafas a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi; posisi semi fowler.
b. Auskultasi bunyi napas, catat jika adanya bunyinapas tambahan.
c. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan. d. monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi. Terapi Oksigen a. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa sekresi
b. Siapkan peralatan oksigen dan siapkan humadifier
c. Monitor aliran oksigen d. Pastikan penggantian
masker atau kanul sesuai kebutuhan e. Sediakan oksigen
ketika pasien dibawa atau dipindahkan f. Amati tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor TTV
a. Monitor vital sign. b. Identifikasi perubahan
26
c. Monitor frekuensi nafas dan irama pernapasan.
Manajemen Cairan a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume cairan (edema, asites). b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign. d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas). Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik, disfungsi hati, muntah). 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid. a. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa Indikator : 1) Serum albumin, kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam rentang normal. 2) pH urine, urine sodium, urine creatinin,urine osmolarity, dalam rentang normal. 3) tidak terjadi kelemahan otot. 4) tidak terjadi disritmia. Manajemen Cairan a. Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
b. Pasang urin kateter jika diperlukan
c. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin) d. Monitor vital sign e. Monitor indikasi
retensi / kelebihan cairan
f. Kaji luas dan lokasi edema
g. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori h. Monitor status nutrisi i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai interuksi
b. Keseimbangan Cairan Indikator : 1) Tidak terjadi asites 2) Ekstremitas tidak edema 3) Tidak terjadi distensi vena jugularis j. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Monitor Cairan
a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan cairan
c. Monitor berat badan d. Monitor TD, HR dan
RR
e. Monitor perubahan irama jantung
f. Catat secara akurat intake dan output g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai keperluan
i. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat meningkatkan output urin 3. Ketidakeektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Anemia a. Status Sirkulasi Indikator : 1) Systolic blood pressure dalam rentang normal 2) Diastolic blood pressure dalam rentang normal 3) Pulse pressure dalam rentang normal 4) CVP dalam retang normal 5) MAP dalam rentang normal 6) Saturasi O2 dalam rentang normal 7) Tidak asites
Manajemen asam basa a. Pertahankan kepatenan
akses selang IV
b. Monitor gas darah arteri c. Monitor adanya kegagalan pernafasan d. Monitor status hemodinamik e. Monitor kehilangan asam misalnya muntah, pengeluaran NGT f. Monitor status
neurologi
g. Berikan terapi oksigen dengan tepat
28 b. Perfusi Jaringan : Perifer Indikator : 1) CRT (jari tangan dan kaki) dalam batas normal 2) Suhu kulit ekstremitas dalam rentang normal 3) Kekuatan denyut nadi (karotis kanan dan kiri;brachial kanan dan kiri; femur kanan dan kiri, radialis kanan dan kiri) dalam rentang normal
4) Blood pressure dan MAP dalam rentang normal
Perawatan sirkulasi a. Lakukan penilaian
sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT ,warna dan suhu ekstermitas) b. Berikan agen inotropik
yang sesuai
c. Berikan tranfusi darah yang sesuai
d. Monitor nilai elektrolit, BUN, dan kreatinin setiap hari
Manajemen sensasi perifer
a. Monitor sensasi panas dan dingin
b. Monitor adanya parasthesia
c. Intruksikan pasien dan keluarga memeriksa adanya kerusakan kulit d. Monitor tromboemboli dan tromboplebitis pada vena Managemen Hipovolemia a. Monitor adanya hipotensi ortotastik dan pusing saat berdiri b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah (misalnya hemoglobin, hematokrit). d. Berikan cairan hipotonik IV yang diresepkan (misal sodium klorida, dektrose 5%) e. Berikan coloid suspensions yang diresepkan (misalnya
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral a. Status Sirkulasi Indikator: 1) Tekanan sistole dan diastole dalam rentang yang diharapkan 2) Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial b. Perfusi jaringan: serebral Indikator: 1) Mempertahanka n tekanan intrakranial 2) Tekanan darah dalam rentang normal
3) Tidak ada nyeri kepala 4) Tidak ada muntah 5) Memonitor tingkat kesadaran Terapi Oksigen
a. Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea b. Pertahankan jalan
napas yang paten c. Atur peralatan
oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen e. Pertahankan posisi pasien f. Observasi tanda-tanda hipoventilasi g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Monitoring Peningkatan Intrakranial a. Monitor tekanan perfusi serebral
b. Catat respon pasien terhadap stimulasi c. Monitor tekanan
intrakranial pasien dan respon neurologi terhadap aktifitas d. Monitor intake dan
output cairan
e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan Vital Sign Monitoring a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri c. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
d. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
30
e. Monitor kualitas dari nadi
f. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan abnormal h. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik) k. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign 5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak. a. Status Nutrisi Indikator : 1) Intake nutrisi dalam rentang normal 2) Intake makanan dalam rentang normal 3) Intake minuman dalam rentang normal 4) Rasio BB/TB dalam rentang normal b. Status Nutrisi : Asupan Makanan dan Cairan Indikator : 1) Asupan kalori, vitamin, mineral 2) Asupan protein, lemak, 3) Asupan serat, kalsium, sodium 4) Asupan karbohidrat, asupan zat besi Manajemen Nutrisi a. Kaji adanya alergi
makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan Fe d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi f. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori g. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Manajemen Mual
a. Ajarkan pasien untuk memonitor
c. Kontrol BB Indikator : 1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi 5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Ajarkan pasien untuk mempelajari
strategi-strategi untuk
mengatur mualnya c. Lakukan pengkajian
lengkap terkait mual, meliputi frekuensi, durasi, dan faktor presipitasi. d. Evaluasi pengalaman-pengalaman mual pasien sebelumnya e. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya f. Kolaborasi
memberikan terapi anti emetik yang diberikan untuk menghindari terjadinya mual
g. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi musik, distraksi, acupressure untuk mengatur mual yang dirasakan oleh pasien Nutrition monitoring a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit h. Monitor kekeringan,
32
mudah patah
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht k. Monitor pertumbuhan dan perkembangan l. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
m. Monitor kalori dan intake nutrisi
n. Catat adanya edema Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan terapeutik berdasarkan kepercayaan dan respek pada pasien b. Tentukan intake makanan dan kebiasaan makan pasien c. Sediakan informasi tentang kebutuhan kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan berat badan, peningkatan berat badan, kekurangan cairan
d. Bantu pasien untuk mencatat kebiasaan makannya tiap 24 jam 6. Resiko perdarahan Blood coagulation
Indikator : a. Hemoglobin dalam rentang normal b. Hematocrit dalam rentang normal c. Hematemesis dalam rentang normal Bleeding precaution a. Catat Hb/ Ht sebelum dan sesudah perdarahan. b. Monitor hasil koagulasi, termasuk PT (prothombin time), PTT (pertial thromboplastin time), fibrinogen, jumlah trombosit.
dalam rentang normal
selama perdarahan. d. Gunakan sikat gigi
yang lembut untuk oral hygiene. e. Koordinasikan waktu tindakan invasive plasma darah/ trombosit, jika diperlukan. f. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan kaya vitamin K.
g. Instruksikan kepada pasien dan atau keluarga jika ada tanda perdarahan, laporkan segera ke perawat. 7. Resiko cidera a. Risk Kontrol
Indikator: a. Klien terbebas dari cidera b. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera c. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan d. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada e. Mampu mengenali perubahan status kesehatan b. Kejadian jatuh Indikator: a. Klien tidak terjatuh ketika transfer Environment Management a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik
c. Dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit dahulu pasien
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih f. Membatasi pengunjunng g. Memberikan penerangan yang cukup h. Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan
34 b. Klien tidak terjatuh dari tempat tidur 8. Resiko ketidakstabilan gula darah
Blood glucose level Indikator : a. Blood glucose dalam rentang normal Hyperglikemi management
a. Monitor kadar glukosa darah.
b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi (seperti : poliuria, polidipsi, poliphagia, keletihan, latergi, malaise, sakit kepala). c. Atur cairan oral/ atur
pemasukan cairan melalui oral.
d. Monitor status cairan (intake dan output) dengan tepat. e. Bantu pasien menafsirkan kadar glukosa darah. Management Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa gula darah sesuai dengan indikasi
b. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia (misalnya; gemetar, sempoyongan, berkeringat, jantung berdebar-debar, takikardi, menggigil, pucat, mual, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, dll)
c. Berikan sumber karbohidrat sederhana, sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara intrvena sesuai indikasi e. Instruksikan pasien
untuk selalu
9. Resiko infeksi a. Immune status Indikator : 1) Suhu tubuh dalam batas normal 2) Leukosit dalam batas normal b. Nutrition Status Indikator 1) Asupan makanan meningkat c. Risk control Indikator:
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Mendeskripsika n proses penularan penyakit 3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4) Menunjukkan perilaku hidup sehat Infection Control (Kontrol Infeksi) a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien d. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
e. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah melakukan tindakan f. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung g. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat h. Berikan terapi antibiotik bila perlu i. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal
j. Monitor kerentanan terhadap infeksi k. Berikan perawatan
kulit pada daerah epidema
l. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
m. Dorong masukan nutrisi yang cukup n. Dorong istirahat o. Ajarkan cara menghindari infeksi p. Laporkan kecurigaan infeksi Monitor Nutrisi
36
c. Monitor diet dan asupan kalori
d. Monitor tugor kulit e. Monitor berat badan 10 Resiko kerusakan
integritas kulit
a. Tissue integrity : Skin and Mucous Membranes
Indikator :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastic sitas, temperature, hidrasi, pig mentasi)
2) Tidak ada luka/ lesi pada kulit 3) Perfusi jaringan baik 4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang 5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Pressure Management a. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali) e. Monitor kulit akan
danya kemerahan f. Oleskan lotion atau
minyak baby/baby oil pada daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien h. Monitor status nutrisi
pasien
i. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Perawatan Tirah Baring a. Jelaskan alasan
diperlukannya tirah baring.
b. Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat.
c. Aplikasikan papan unuk kaki di tempat tidur.
Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak, tekstur, edema.
b. Monitor warna dan suhu kulit.
c. Monitor kulit adanya ruam dan lecet.
d. Monitor sumber tekanan dan gesekan e. Monitor infeksi terutama di daerah edema 11 . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan. a. Energy conservation Indikator : 1) Menunjukkan keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat 2) Menggunakan teknik 3) Mengenali keterbatasan energi 4) Menyesuaikan
gaya hidup sesuai tingkat energi 5) Mempertahankan
gizi yang cukup 6) Melaporkan aktivitas yang sesuai dengan energi b. Activity tolerance Indikator : 1) Saturasi oksigen saat melakukan aktivitas membaik/dalam rentang normal 2) nadi saat melakukan aktivitas dalam rentang normal 3) tidak sesak napas
saat melakukan aktivitas
4) tekanan darah saat melakukan aktivitas dalam rentang normal 5) mudah melakukan ADL Energy Management a. Tentukan keterbatasan pasien terhadap aktivitas b. Tentukan penyebab lain dari kelelahan c. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang keterbatasannya
d. Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat
e. Observasi respon jantung-paru terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan) f. Batasi stimulus
lingkungan (misalnya pencahayaan, dan kegaduhan)
g. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga.
h. Rencanakan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga
i. Hindari aktivitas
selama periode
istirahat
j. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumebr energi k. Instruksikan pasien
atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala kelelahan yang
38
c. Self Care : ADLs Indikator : 1) Mampu melakukan ADL secara mandiri (seperti makan, memakai baju,toileting, mandi, berdandan, menjaga kebersihan, oral hygiene, berjalan, berpindah tempat) memerlukan pengurangan aktivitas. l. Bantu pasien atau
keluargauntuk
menentukan tujuan akhir yang realistis m. Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas Activity Therapy a. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencakan program terapi yang tepat b. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
c. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan aktivasi seperti kursi roda
f. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang disukai g. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan diwaktu luang h. Bantu pasien atau
keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
i. Sediakan penguat positif bagi yang aktif beraktifitas
j. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
k. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual 12 . Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai. a. Toleransi Aktivitas 1) TTV dalam retang normal 2) Kekuatan tubuh bagian bawah b. Berat Badan: Masa
tubuh Indikator : 1) Berat badan dalam rentang normal c. Partisipasi latihan 1) Mempertahan keseimbangan cairan
2) Ikut serta dalam latihan untuk mempertahanka n keseimbangan
Exercise Therapy: ambulation
a. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
c. Kaji kemapuan pasien dalam mobilisasi d. Latih pasien dalam
pemenuhan kbeutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan pasien
e. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi f. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan g. Ajarkan pasien
bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan bentuk Studi Kasus, yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Sirosis Hepatis di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Januari sampai Juni 2017. Waktu untuk studi kasus yang dilakukan di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang yaitu tanggal 22-26 Mei 2017. Sedangkan waktu untuk studi kasus yang dilakukan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu tanggal 6-10 Juni 2017.
C. Subjek penelitian 1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi ini bersifat universal / umum (Sugiyono. 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang yang dirawat pada bulan Januari sampai Juni 2017. Berdasarkan data dari Rekam Medis di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang didapatkan pasien ± 3 orang perbulan. Pada saat dilakukan penelitian di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang di temukan hanya 1 pasien di bulan Mei yaitu Ny.Y
dengan sirosis hepatis. Sedangkan di RSUP M. Djamil Padang ditemukan 3 orang pasien dengan sirosis hepatis di ruang penyakit dalam IRNA NON BEDAH, berasarkan kriteria inklusi hanya 1 orang yang sesuai yaitu Tn.Y dengan sirosis hepatis.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. 2012). Sampel pada penelitian ini yaitu responden 1 (Ny.Y) dengan diagnosa medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan responden 2 (Tn.Y) dengan diagnosa medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti untuk mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi
1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden. 2) Pasien dengan masalah sirosis hepatis
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari lima hari.
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sujarweni W (2014), Metode pengumpulan data kualitatif yaitu meliputi :
1. Wawancara
Proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan identitas
42
pasien, riwayat kesehatan pasien dan pola aktivitas sehari-hari dirumah terhadap pasien.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, membantu mengerti perilaku manusia, dan juga evaluasi. Evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu. Pada penelitian ini obeservasi dilakukan untuk pemeriksaan fisik pasien secara inspeksi, palpasi perkusi dan auskultasi, memantau intake dan output, memantau keadaan edema, memantau hasil laboratorium terkait sirosis hepatis seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan laboratorium lainnya serta memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari pasien.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.sebagian besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip foto dan sebagainya. Data jenis ini merupakan sifat utama tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi si masa silam. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan agar mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap meliputi nilai albumin serum, kolesterol, hemoglobin, hematokrit, trombosit dan elektrolit.
4. Pengukuran
Pada penelitian ini dilakukan pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran tanda-tanda vital, menimbang berat badan, melakukan pengukuran lingkar perut.
E. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data
Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian keperawatan medikal bedah, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer, penlight, stetoskop.
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah 1. Nursing kit
Nursing kit digunakan untuk mengumpulkan data tanda- tanda vital pasien. Komponen yang termasuk kedalam nursing kit berupa : tensimeter, stetoskop, thermometer, pen light, tali pengukur (meteran) dan reflek hummer.
2. Frormat pengkajian keperawatan
Format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Proses keperawatan menurut Poter dan Perry (2012) meliputi : a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kalinya di fasilitas kesehatan (rumah sakit). Bentuk umum yang digunakan dalam format pengkajian sebagai berikut:
1) Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum (identitas pasien seperti nama, jumlah anggota keluarga, ataupun riwayat kesehatan seperti penyakit yang pernah diderita), ataupun yang lebih pribadi (seperti status keuangan, spiritual, seksual).
2) Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to