• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA

F. Intro

Intro dalam bahasa inggris adalah Introduction, yang berarti Pendahuluan.

Studi pendahuluan merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan persiapan yang dilakukan oleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk menentukan objek dan subjek penelitian yang tepat, yang sesuai dengan tema penelitian yang menjadi fokus kajian peneliti.

Objek penelitian, berkaitan dengan variabel-variabel yang dipilih oleh

peneliti, baik variabel masalah maupun variabel-variabel yang diduga merupakan variabel yang mempengaruhi variabel masalah. Dengan demikian, penentuan variabel-variabel penelitian melalui studi pendahuluan merupakan salah satu upaya dari peneliti untuk memilih variabel-variabel yang tepat.

Sementara subjek penelitian, berkaitan dengan responden. Memilih responden yang tepat merupakan satu keharusan untuk memperoleh data/informasi yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu peneliti harus menetapkan responden yang reliabel (terpercaya) dalam memberikan data/informasi

yang dibutuhkan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti.5 Begitu pula rubrik Intro yang terkemas dalam majalah NAGASWARA.

Biasanya, orang mengartikan makna Intro hanya ada pada awal lagu. Namun Intro dalam majalah NAGASWARA berbeda dengan Intro dalam lagu. Jika Intro dalam lagu yang di awali dengan suara atau musik, sedangkan Intro dalam majalah NAGASWARA yakni menjelaskan secara global isi dari cover majalah NAGASWARA pada setiap edisinya. Menjelaskan makna yang terkandung didalamnya. Baik judul, foto, tulisan dan lain-lainnya.

Rubrik Intro sendiri adalah sebuah tulisan jurnalistik dari catatan penting redaksi NAGASWARA Magazine yang terbit setiap bulannya. Alasan redaksi memberi nama Intro pada rubrik ini karena Majalah NAGASWARA merupakan Majalah musik, dan kata Intro adalah bagian awal daripada musik. Fokus berita yang terkandung dalam rubrik Intro lebih menekankan dari intisari atau rangkuman dari isi majalah NAGASWARA Magazine. Dan orang-orang yang terlibat dalam hal ini

adalah Chief Editor, Managing Editor dan bagian Lay Out.6

5

Sambas Ali Muhidin

http://sambasalim.com/metode-penelitian/kenapa-harus-studi-pendahuluan.html diakses pada 23 januari 2012 6

Wawancara pribadi via Blackberry dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA, Tangerang, 7 Agustus 2012.

50

Setiap majalah NAGASWARA yang terbit setiap bulannya selalu memberikan bacaan-bacaan menarik. Namun agar pembahasan penulis tidak melebar, maka penulis hanya memfokuskan pada rubrik Intro majalah NAGASWARA edisi Maret-April 2010 saja.

Menurut produser label NAGASWARA sekaligus Chief Editor yakni Bapak

Rahayu Kertawiguna, kalau di Mesir ada Piramida yang ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, lain lagi dengan Negara kita Indonesia. Selain Candi Borobudur, hadir sebuah keajaiban baru terutama di dalam kemajuan musik tanah air dan dunia. Yakni kesuksesan band Wali yang Ring Back Tone (RBT)-nya menuju 20 juta pengunduh. Walaupun terjadi di Indonesia, namun kesuksesan ini sudah diakui oleh dunia. Bolehlah kesuksesan Wali ini dimasukan menjadi keajaiban dunia yang kedelapan setelah tujuh keajaiban dunia yang ada.

Keterangan di atas mendorong penulis untuk menggali lebih rinci soal kebijakan redaksi pada rubrik Intro yang ada pada Majalah Nagaswara edisi

Maret-April 2010 tentang “Fenomenal Untuk Sebuah Nama” yang dalam pembahasannya berisikan tentang Artis religius yakni Wali Band yang pergi umroh sekaligus syuting video klip di Mesir.

Pemuatan sebuah karya dalam suatu media massa tentunya tidak terlepas dari kebijakan redaksional yang ada dalam media tersebut. Karena, kebijakan redaksi merupakan ketentuan yang telah disepakati oleh redaksi media massa tersebut tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga meliputi kata, istilah atau ungkapan yang boleh dan tidak boleh

dipublikasikan, disesuaikan dengan visi dan misi media itu sendiri.1

Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembeda antara

media satu dengan media lainnya.2 Ketika suatu media membuat kebijakannya,

pasti memiliki dasar pertimbangan tersendiri. Dasar pertimbangan suatu media massa ditentukan oleh sifat media itu sendiri, apakah khusus atau umum. Selain itu juga berdasarkan ideologi, agama, politik dan bisnis.

Dasar pertimbangan ideologi ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Sedangkan dasar pertimbangan politik, dikarenakan kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, selain itu kehidupan pers di suatu Negara merupakan indikator demokrasi. Dasar pertimbangan kebijakan redaksional

1

Den, “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy),” artikel diakses pada 12 november

2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorial-policy/ 2

52

selanjutnya adalah bisnis. Hal ini terkait dengan masuknya media massa dalam

ranah industri yang menyebabkan media massa harus berpikir untung dan rugi.3

Dari penjelasan diatas penulis akan membahas soal pengaruh ideologi.

Namun ideologi yang akan penulis gali adalah ideologi bermusik pada Majalah

NAGASWARA edisi Maret-April 2010 khususnya pada rubrik Intro. Sebelum berbicara jauh soal ideologi, ada baiknya penulis menerangkan apa itu ideologi. Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide atau pendapat yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok

melihat dunia.4

NAGASWARA selain sebagai majalah juga merupakan nama sebuah label musik yang dimiliki oleh Bapak Rahayu Kertawiguna. Kedudukannya sebagai pemilik label sekaligus Chief Editor majalah NAGASWARA. Dengan posisi tersebut, kebijakan Bapak Rahayu Kertawiguna berpengaruh penting terhadap ideologi majalah ini. Salah satunya adalah kebijakan dalam rapat redaksi penetapan ide yang terkandung dalam rubrik Intro edisi Maret-April 2010 yang berisi tentang pembuatan video klip band Wali di Mesir.

Proses kebijakan redaksi pada majalah NAGASWARA khususnya pada rubrik Intro dapat dikatakan berbeda dengan proses majalah lain, karena majalah NAGASWARA merupakan majalah pribadi yang dimiliki oleh perusahaan

3

Ibid, h. 151-154 4

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9th ed.

pribadi pula. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada dalam label musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan idealis yang biasa majalah lain suguhkan.

Selain itu dapat pula kita lihat perbedaan lain dari segi cara mendapatkan majalah. Majalah ini bisa didapatkan dengan cuma-cuma atau gratis tanpa kita harus mengeluarkan kocek untuk membelinya di toko buku atau toko majalah. Cukup kita mendatangi kantor redaksinya, maka kita bisa mendapatkan majalah NAGASWARA tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, majalah NAGASWARA bukan majalah komersil yang untuk diperjual belikan, maka dari isi kebijakan redaksional lebih mengacu kepada kebijakan yang bersifat pribadi, karena majalah NAGASWARA merupakan kebijakan label yang di dokumentasikan lewat majalah.

54

Majalah NAGASWARA memiliki proses. Adapun proses-proses kebijakan redaksi yang terdapat dalam perjalanan rubrik Intro edisi Maret-April 2010 meliputi:

Dokumen terkait