KEBIJAKAN REDAKSIONAL MAJALAH
NAGASWARA
DALAM RUBRIK INTRO EDISI MARET-APRIL 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Disusun Oleh:
Dzikri Nurlaili
NIM: 106051101906KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh
Dzikri Nurlaili
NIM: 106051101906
Di Bawah Bimbingan
Rubiyanah, MA
NIP: 19730822 199803 2001
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Januari 2013
ABSTRAK
Dzikri Nurlaili
Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi
Maret-April 2010
Kebijakan redaksional merupakan kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk sebuah perusahaan media dalam menjalankan kegiatan yang disesuaikan dengan visi dan misi dari media itu sendiri. Begitupula dengan majalah NAGASWARA. Majalah ini adalah majalah pribadi yang dimiliki produser label musik NAGASWARA. Majalah ini dibuat sesuai dengan visi-nya yakni menjadikan dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas dalam memberikan sebuah berita di tanah air khususnya. Majalah ini pun memiliki misi agar artis yang dimiliki oleh label NAGASWARA dapat disukai khalayak. Karena majalah ini milik pribadi, maka majalah NAGASWARA membatasi beritanya hanya pada artis yang bernaung di bawah label NAGASWARA saja. Visi misi dari majalah inilah yang menyebabkan kebijakan redaksionalnya sedikit berbeda dengan majalah-majalah lain yang bersifat komersil.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional yang dibuat serta diterapkan oleh majalah NAGASWARA pada rubrik Intro pada edisi maret-april 2010. Maka dari itu penulis ingin mengetahui perumusan masalahnya. Yakni, bagaimana Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010.
Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Hirarki Pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh internal dan eksternal terhadap isi dari suatu pemberitaan media. Dalam hal ini penulis menjelaskan tentang pengaruh ideologi dalam jenis bermusik.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
kesulitan. Namun di balik cobaan dan kesulitan tersebut pasti ada jalan yang
diberikan oleh Tuhan agar kita mampu melewatinya dengan baik. Hal tersebut juga
dialami penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, berkat petunjuk-Nya lah penulis
dapat melewati berbagai macam rintangan dan cobaan yang menghadang dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
Oleh karena itu penulis ingin mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang selama ini membimbing penulis dalam mengarungi kerasnya
kehidupan di dunia ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW, beliaulah yang memberikan pencerahan kepada
segenap umat manusia untuk menuju jalan yang terang dalam kehidupan.
Penelitian ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Studi Rizal L.K. MA dan
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus dosen
pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu bagi penulis untuk
mendiskusikan penelitian ini. Terimakasih sedalam-dalamnya atas segala ilmu
dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
3. Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu
membantu dalam segala urusan akademik penulis, terimakasih atas segala
bantuannya.
4. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas segala ilmu pengetahuan
yang diberikan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini.
5. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya.
6. Kedua orang tua tercinta hidup dan matiku Tirta Jaya Kelana dan Cicah
Roikah Spd.I. Terimakasih atas segala bentuk cinta kasih yang tercurah
selama ini.
7. Keluarga besar Mad Buang di Kramat Jati beserta teman-teman sejawatku
9. BPN yang pertama kali nyuruh penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini. Yang bantuin buat proposal skripsi, nyari bahan dll. Terimakasih
pipi.
10.Meyda Anggraeni yang selalu kasih support, yang kadang agak berisik dan
ngeselin kalo nyuruh buat ngerjain skripsi. Tapi berisiknya merupakan sebuah
motivasi yang besar untuk penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini.
11.Mosa yang juga pernah memberikan motivasi bagi penulis dalam
penggarapan saat penulis masih dalam penelitian.
12.Keluarga kedua penulis di Royal Serpong Village 71. Guruku, Mamakee,
Dede Aysar, Mas Makmur, Mang Aim, Mang Udin, Zamy, Teh Olis, Bi Nuni,
Teh Las yang selalu hadir dalam setiap keseharian penulis.
13.Teman-teman seperjuangan A Iik, Alle serta beberapa teman lainnya
khususnya temen-temen di basecamp Wali seperti Mpok Rini, Ambret, Echo
dan Mas Agus yang banyak membantu demi kelangsungan karya ilmiah yang
penulis buat.
Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan
penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung. Terimakasih atas segala
Dalam penelitian ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis menerima pertanyaan, masukan atau saran yang berkaitan dengan
karya ilmiah ini. Untuk berkorespondensi dengan penulis, Anda dapat menghubungi
penulis melalui surat elektronik dengan alamat [email protected] atau di alamat
twitter @Ekidzikri dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi Anda semua pada umumnya.
Jakarta, Januari 2013
DAFTAR ISI ... vi
E. Definisi Istilah Penelitian ... 10
F. Metodologi Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebijakan Redaksional ... 16
B. Teori ... 23
C. Majalah ... 25
1. Pengertian dan Sejarah Majalah ... 25
2. Karakteristik Majalah ... 28
3. Fungsi Majalah ... 29
4. Kategorisasi Majalah ... 30
D. Pengertian Rubrik... 37
BAB III : GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA A. Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA... 38
B. Visi dan Misi Majalah NAGASWARA ... 40
C. Keredaksian ... 40
D. Profile Pembaca... 43
E. Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA ... 44
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Proses Perjalanan Berita ... 54
B. Proses Pengumpulan Data ... 56
C. Proses Penyeleksian Data ... 57
D. Proses Penyuntingan Data ... 60
BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ... 61
B. SARAN-SARAN ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majalah adalah wadah yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak
berupa lembaran lebar yang disebut koran. Bila berbicara perbedaaan antara koran
dan majalah tidak hanya menyangkut waktu terbit dan bentuknya saja, melainkan
juga isinya. Koran lebih banyak berisi berita kejadian actual, ulasan berita, kolom
opini dan informasi yang bersifat penerangan, sedangkan majalah lebih banyak
berisi feature penyuluhan, kisah perjalanan, feature masalah dan pendirian
penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenis-jenis
kesusastraan. Dan majalah pun seringkali disertai foto dan gambar ilustrasi.
Majalah merupakan suatu media yang menyuguhkan penilaian secara
normatif, yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.1 Majalah lebih
mementingkan kemenarikan bahan yang ditulis daripada aktualitas. Dalam
kemenarikan ini juga termasuk keterlibatan pembaca dalam tuturan yang
dikemukakan. Kalau harian member berita actual yang sedang berjalan sedangkan
majalah member tulisan yang timeless (tidak ditentukan oleh waktu). Bahannya
lebih mendalam daripada berita dan kejadian yang dilukiskannya lebih dramatis.
Selain itu juga memberikan penyuluhan yang berguna tentang fakta yang sedang
menjadi masalah dalam masyarakat.
1
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Ed. 2, Penerjemah Dharma
2
Majalah yang terbit mingguan atau bulanan memerlukan tulisan susastra,
puisi dan jenis-jenis belles letters (sastra) lainnya. Penulis untuk majalah bukan
wartawan yang memburu berita, tetapi menyusun berita dengan teliti dan menarik,
agar pembaca merasa puas dan senang. Majalah sebagai feature akan lebih
mengulas unsur mengapa dan bagaimana, bukan apa, siapa, kapan dan dimana
seperti berita.
Dalam penulisan, majalah mengembangkan penulisan feature, sebuah
gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Kaidah
jurnalistik mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang terdapat dilapangan.
Selanjutnya, kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan, sehingga bahasa
yang digunakan dalam majalah bukan bahasa yang terburu-buru seperti koran, tapi
bahasa yang lebih tenang.
Media massa telah dikenal melalui fungsinya sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi. Setiap orang dapat menentukan informasi yang ingin
diketahuinya, seperti informasi tentang ekonomi dan bisnis, internasional, politik,
sosial dan budaya, olah raga, berita nasional, informasi tentang lowongan kerja,
bahkan informasi tentang selebritis. Akan tetapi, selain berfungsi sebagai alat
penyebar informasi, media massa mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai
memberikan hiburan kepada khalayak, yang tentunya tetap mengandung unsur
mendidik.2
Hadirnya rubrik-rubrik hiburan dalam media massa disajikan untuk
menjadi penyeimbang agar khalayak tidak mengalami overload of informations.
Dalam artian, hiburan dalam media massa diharapkan tidak akan menyebabkan
khalayak merasa jenuh.3 Karena apabila khalayak atau si pembaca merasa jenuh,
ditakutkan tidak mau lagi membaca media tersebut karena adanya rasa bosan
dengan apa yang mereka baca.
Oleh karena itu media massa menyajikan rubrik hiburan yang mengundang
rasa senang, sedih, marah, tawa dan lain sebagainya guna memuaskan seorang
pembaca, karena menurut mereka itu semua adalah suatu hal yang penting yang
tak luput dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya rubrik hiburan yang disajikan
dari pihak media massa akan memberikan suatu hal yang baru, memberikan jeda
pada aktifitas berpikir sehingga ada kesempatan bagi pikiran yang kalut untuk
melakukan penyegaran kembali. Contoh dari pesan yang dapat menyentuh
perasaan khalayak sebagaimana yang dimaksud diatas dapat kita temui pada karya
feature, karya fiksi, artikel humor, sketsa, cerita bergambar (komik) dan
infotainment.
Tulisan atau karya-karya fiksi yang terdapat dalam media massa cetak
merupakan rubrik yang banyak diminati khalayak, walaupun karya-karya fiksi
2
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 15. 3
Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya-Dasar Jurnalistik (Malang: Bayumedia
4
tersebut lebih bersifat imaginatif, bukan berarti tidak ada kaitannya dengan
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan (actual).4 Karya-karya fiksi
tidak hanya dapat kita nikmati dalam bentuk buku, tetapi dapat juga kita temui
dalam media lainnya seperti majalah dan surat kabar. Kedua media ini selalu
memberikan ruang bagi rubrik-rubrik lain agar isi dari berita yang dikeluarkan
dapat menjadi berita yang menarik untuk dibaca.
Salah satu penyajian hiburan dalam sebuah majalah adalah majalah yang
berkaitan dengan musik. Telah banyak orang ketahui bahwasanya musik
merupakan sebuah hiburan yang tak luput dari kehidupan manusia. Karena bagi
mereka musik adalah suatu wadah untuk mencurahkan hati, baik hati yang sedang
sedih, senang, gembira bahkan sakit sekalipun.
Majalah musik memiliki rubrik-rubrik yang tidak biasa dari majalah
umum yang sering kita temui sebelumnya. Perbedaan inilah yang membuat
majalah musik menjadi menarik dan terlihat enjoy serta santai untuk dibaca. Salah
satu rubrik yang sering ditemui dalam majalah musik adalah rubrik intro atau
pendahuluan. Rubrik intro biasanya terdapat didepan atau dibalik cover majalah
musik itu sendiri.
Rubrik intro memiliki kapasitas page yang berbeda dalam sebuah majalah
musik. Rubrik ini biasanya dikaitkan dengan cover yang terdapat pada lembar
majalah. Pembahasannya lebih banyak dan lebih fokus, karena rubrik ini
merupakan inti dari edisi yang dikeluarkan oleh pihak media.
4
Ada beberapa majalah yang membahas tentang musik. Salah satunya
adalah Majalah NAGASWARA. Yang membuat penulis tertarik untuk meneliti
majalah ini adalah: NAGASWARA merupakan suatu label musik yang setara
dengan label-label besar lainnya seperti Musica Studio’s, Trinity Optima, Sony
BMG Indonesia, Warner Music Indonesia, Aksara Record, Alfa Record, Pelangi
Record, Aquarius Musikindo dan banyak lagi label dibelakangnya. Namun yang
berbeda dari label-label lainnya, label NAGASWARA ini membuat majalah
dalam perusahaannya. Majalah tersebut berisikan tentang ruang lingkup
management artis, kegiatan artis dan semua pembahasan maupun kegiatan yang
berkaitan dengan label NAGASWARAtersebut.
Isi dari majalah NAGASWARA hanya fokus pada artis yang
berkecimpung dalam label NAGASWARA, seperti Band WALI, Kerispatih,
Zivilia dan beberapa band besar lainnya. Tidak hanya band, label NAGASWARA
pun memiliki artis Solo (Sendiri), Duo (Berdua), Trio (Bertiga), Boyband dan
Girlband serta banyak lagi artis-artis lainnya. Dalam pembahasannya, majalah ini
mengupas sosok artis, baik profile artist, kegiatan artist, jalan-jalan artis dan
beberapa kegiatan lainnya seputar artis yang telah menandatangani kontrak dalam
label tersebut.
Label yang di produseri Rahayu Kertawiguna ini selalu menyuguhkan
hal-hal menarik dalam perjalanannya, seperti membuat konsep acara yang bertema
NAGASWARA MUSIK AWARDS (NMA). Telah diakui oleh beberapa pihak
bahwasanya selama ini baru label NAGASWARA yang berinisiatif memberikan
6
150 artist yang masuk dalam nominasi-nominasi yang terdapat dalam beberapa
kategori penghargaannya. Dan dapat kita lihat label NAGASWARA adalah label
yang memiliki artist terbanyak se-Indonesia.
Tidak hanya itu, label ini pun menuangkan prestasinya melalui beberapa
rekor MURI yang didapat, seperti NAGASWARA sebagai produser music yang
menaungi artis terbanyak, Rekor Ring Back Tone (RBT) terbanyak dalam waktu 4
bulan (Wali Band), Rekor perolehan Ring Back Tone (RBT) terbanyak 8 juta
download dalam waktu 2 bulan (Wali Band), Rekor menyanyikan satu lagu
dengan versi terbanyak yaitu 12 macam versi (The Polonia Band), Rekor
pemrakarsa dan penyelenggara aktivasi NSP secara serentak dengan peserta
terbanyak, 1.212 peserta (Kingkong Band), Rekor pengguna payung terbanyak
dalam video klip (The Rain).5
Dari pencapaian-pencapaian yang label NAGASWARA raih, sangatlah
wajar apabila perusahaan ini membuat instansi yang bertemakan sebuah media
cetak. Walau media cetak ini hanya bersifat pribadi, namun media ini
menampilkan unsur-unsur kemenarikan dalam setiap tampilannya.
Isi dari Majalah NAGASWARA memiliki beberapa rubrik yang terdapat
di dalamnya, salah satu dari rubrik tersebut adalah rubrik intro. Dan agar penulis
fokus terhadap penelitian, maka penulis hanya meneliti rubrik intro dari edisi
bulan maret sampai april 2010 yang bertemakan tentang Fenomenal Untuk
Sebuah Nama yang didalamnya terdapat perjalanan spiritual WALI band pada
5
saat pembuatan video klip Tobat Maksiat, Harga Diri dan Puaskah di salah satu
Negara tertua yakni Negara di Mesir.
Penulis mengangkat tema ini adalah, karena grup band WALI merupakan
band yang religius yang disetiap lirik katanya terdapat unsur dakwah. Dan dakwah
yang dibarengi dengan alunan musik ini diharapkan dapat memberikan manfaat
pengetahuan dan ilmu kepada setiap orang yang mendengarnya. Oleh karena itu,
dari pembahasan yang telah dikemukakan diatas penulis merasa tertarik untuk
menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi dengan memberikan judul Kebijakan
Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April
2010.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
a. Batasan Masalah
Dalam majalah NAGASWARA terdapat beberapa rubrik di
dalamnya yakni: Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story,
Profil, Resep Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The
Scene, Basecamp, Zodiak Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda,
Reklame Temen, Cord, Music Law dan Get In. Agar pembahasan
penelitian tidak melebar, maka penulis membatasi permasalahannya hanya
8
b. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalahnya adalah: ”Bagaimana Kebijakan
Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April
2010?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan kebijakan redaksional, serta bagaimana
kebijakan itu diterapkan pada rubrik yang terdapat pada media
tersebut.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui, menemukan, menjabarkan serta menganalisa
kebijakan redaksional pada majalah musik NAGASWARA terhadap
rubrik intro edisi maret-april 2010.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
pertimbangan kebijakan redaksional majalah musik NAGASWARA
terhadap rubrik intro edisi maret-april 2010.
b. Manfaat Praktis
Agar penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian yang juga
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil tinjauan penulis terhadap beberapa tulisan, buku
maupun skripsi di perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Ada beberapa skripsi yang membahas tentang kebijakan redaksional,
diantaranya skripsi Diah Yuliani mengenai Kebijakan Redaksional Metro TV dan
Penyajian Program Snapshot. Serta Oke Wintoro yang membahas tentang
Kebijakan Redaksional Koran Seputar Indonesia dalam Opini Suara Mahasiswa.
Kedua skripsi diatas memfokuskan penelitiannya untuk mendapatkan
informasi bagaimana kebijakan redaksional yang diterapkan masing-masing
media pada program yang menjadi fokus penelitian mereka.
Dalam penelitiannya, Diah Yuliani mendeskripsikan analisa studi kasus, ia
menjelaskan bagaimana kebijakan redaksional Metro TV dibuat dan apa yang
menjadi dasar pertimbangannya, sehingga mampu membuat kebijakan yang
dijadikan tolak ukur dalam penyajian sebuah program beritanya. Sedangkan Oke
Wintoro mendeskripsikan bagaimana Koran Seputar Indonesia menentukan opini
yang layak muat atau tidak dengan bersandar kepada kebijakan yang ada.
Sebagai referensi, penulis menjadikan kedua skripsi diatas sebagai acuan,
karena dasar dari masing-masing penelitiannya sama yaitu membahas tentang
kebijakan redaksional. Akan tetapi, baik media maupun fokus penelitian kami
berbeda. Peneliti mencoba menggunakan media lain yaitu majalah
10
E. Definisi Istilah Penelitian
Definisi istilah penelitian ini digunakan agar mempermudah dalam
penulisan skripsi, agar apa yang sudah dirumuskan sesuai dengan penyusunannya.
Perumusan ini meliputi tiga hal, pertama mengenai kebijakan redaksional, kedua
mengenai Majalah NAGASWARA dan ketiga, mengenai rubrik Intro.
1) Kebijakan Redaksional
Maksudnya adalah pedoman atau aturan yang digunakan NAGASWARA
untuk menyeleksi naskah rubrik Intro yang layak muat. Aturan tersebut dimulai
dari proses seleksi naskah oleh penanggung jawab rubrik, kemudian melalui rapat
presentasi naskah dengan kriteria lolos berdasarkan penilaian teknis dan
non-teknis.
Penilaian teknis yang dimaksud adalah penilaian berdasarkan kaidah
sastra, yang meliputi tema, sudut pandang, karakter, plot, setting, suasana dan
gaya penulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian non-teknis adalah
penilaian isi pesan cerita haruslah mengandung nilai-nilai positif, sehingga pesan
tersebut dapat menginspirasi pembaca.
2) Majalah NAGASWARA
Majalah NAGASWARA adalah majalah dengan segmentasi yang
mengedepankan kepuasan pada setiap pembahasannya dalam setiap berita tentang
musik ditanah air. Majalah NAGASWARA yang lahir sejak tahun 2009 selama
tertarik untuk membacanya. Sebagai majalah musik, NAGASWARA memiliki
tujuan untuk menjadi majalah musik terdepan dan berkualitas. Oleh karena itu,
NAGASWARA selalu memberikan hal-hal yang menarik dalam setiap
cetakannya, khususnya pada rubrik Intro.
3) Rubrik Intro
Rubrik ini terlahir atas inisiatif NAGASWARA. Pembahasan didalamnya
menjelaskan tentang edisi khusus pada cetakan yang dimuat pada waktu yang
telah ditentukan. Rubrik ini dapat membantu pembaca mengetahui berita tentang
Selebriti yang sedang bersinar pada masanya, khususnya yang berkecimpung di
label NAGASWARA.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata, baik secara tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati oleh peneliti.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang
12
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasannya juga
dalam peristilahannya.6
Studi yang menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan khazanah
dari fenomena empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, cerita dalam
hidup, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks visual maupun konten
pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika serta makna kehidupan
individu.
Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan yang sedang berlangsung. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini
adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Gay
mendefinisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan meliputi
pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau jawaban pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang tengah berjalan dari pokok suatu
penelitian.7
Buku Jalaluddin Rakhmat juga membahas tentang metode deskriptif
hanyalah pemaparan tentang situasi atau peristiwa. Penelitian ini ditujukan untuk:
Pertama, mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci dengan melukiskan
gejala yang ada. Kedua, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku. Ketiga, membuat perbandingan atau evaluasi.
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h. 3. 7
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin Tuwu
Keempat, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Chief Editor majalah NAGASWARA.
Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah seputar kebijakan
redaksional Majalah NAGASWARA terhadap rubrik intro edisi Maret-April
2010.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan:
a. Observasi: mendatangi kantor redaksi guna menanyakan setiap
kegiatan yang ada pada Majalah NAGASWARA khususnya rubrik
Intro.
b. Wawancara: yakni mengumpulkan data atau informasi dengan cara
bertatap muka langsung dengan informan, agar mendapatkan data
lengkap dan mendalam.9
c. Dokumentasi: mengumpulkan berkas-berkas yang ada agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertanggung jawaban atau bukti dalam
penulisan yang telah penulis teliti.
8
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24-25. 9
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada Media Group,
14
4. Teknik Analisa Data.
Analisa data peneliti lakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah
terkumpul. Tekniknya dengan cara mendeskripsi data yang diperoleh, yaitu hasil
dari observasi dan wawancara dengan redaktur rubrik intro. Data-data tersebut
peneliti deskripsikan secara apa adanya serta didukung oleh data yang didapatkan
dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan bahasan
penelitian.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di kantor redaksi majalah NAGASWARA
yang beralamat di Nagaswara Building 2 Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta
Pusat 10150. Dengan pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan peneliti,
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Definisi Istilah Penelitian, Metodologi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori. Yang merupakan bahasan tentang Pengertian
Kebijakan Redaksional, Teori, Majalah dan Pengertian Rubrik.
BAB III : Gambaran Umum Majalah NAGASWARA. Membahas tentang
Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA, Visi dan Misi Majalah
NAGASWARA, Keredaksian, Profile Pembaca, Rubrik-rubrik di
Majalah NAGASWARA dan Intro.
BAB IV : Analisis Data. Membahas lebih detail tentang rubrik Intro, serta
mengungkapkan Proses Perjalanan Berita, Proses Pengumpulan
Data, Proses Penyeleksian Data dan Proses Penyuntingan Data
terhadap Kebijakan Redaksional pada Majalah NAGASWARA.
BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kebijakan Redaksional
Kebijakan Redaksional terdiri dari dua kata, yaitu: Kebijakan dan
Redaksional. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar serta dasar sebuah rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak: pernyataan,
cita-cita, tujuan, prinsip, maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam
usaha mencapai sasaran.1
Adapun pengertian kebijakan dalam Kamus Manajemen adalah pernyataan
cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran.2 Peneliti beranggapan bahwa kebijakan adalah
dasar yang menjadi pedoman atau petunjuk sebuah perusahaan media dalam
menjalankan kegiatannya yang disesuaikan dengan prinsip atau visi serta misi dari
media itu sendiri.
Sedangkan redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian
terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya
mengelola isi atau acara media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum
redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,
1
Lukman Ali, et.al., Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 640.
2
penampilan dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media
tersebut.3
Secara garis besar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang, yaitu:
1. Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi bertanggung jawab pada pekerjaan yang terkait
dengan perencanaan dalam laporan berita. Selain itu, ikut memimpin rapat
redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat, peristiwa mana
yang ditangguhkan. Dengan kata lain, tugas dari pemimpin redaksi adalah
menentukan kebijakan isu media.
2. Redaktur Pelaksana
Merupakan penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan
pencarian berita. Redaktur pelaksana atau biasa disingkat menjadi redpel
ini, berkemampuan untuk memutuskan berbagai berita utama harus
ditempatkan di halaman mana. Selain itu, ia juga dapat membuat kebijakan
redaksi yang tentunya sudah melalui proses diskusi dengan pemimpin
redaksi. Kerja dari redpel biasanya dibantu oleh beberapa asisten, yang
bertanggung jawab dalam bidang redaksional tertentu atau redaktur.
3. Redaktur
Dalam perusahaan media biasanya terdapat berbagai macam
redaktur yang disesuaikan dengan bahasannya yang ada pada media
tersebut. Semisal redaktur opini, yang membidangi halaman opini.
3
Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,
18
Redaktur opini bertugas dalam mengerjakan Tajuk Rencana,
memilah-milah kiriman artikel para penulis lepas, mengontak para kolumnis yang
dipilihnya atau yang direncanakan redaksi untuk menulis soal
kemasyarakatan. Ia adalah penjaga gawang perbedaan antara tulisan, fakta
dan opini.
Ada lagi, redaktur berita, bertanggung jawab untuk mengontrol
copy desk, bagian naskah (sebelum dicetak), dimana editing akhir berita
dikerjakan serta halaman di disain dan headline ditulis. Kerja dari redaktur
berita dibantu oleh redaktur naskah.
Sedangkan redaktur kota, mewadahi pemberitaan yang bersifat
lokal. Redaktur kota biasanya selalu ada setiap susunan organisasi media.
Karena desk kota merupakan pusat dari ruang pemberitaan koran.
Kedudukan redaktur kota paralel dengan para redaktur yang membidangi
pemberitaan tertentu, seperti redaktur nasional, redaktur internasional,
redaktur ekonomi, redaktur feature, redaktur olah raga, redaktur bisnis,
redaktur minggu dan lainnnya. Masing-masing redaktur itu membawahi
tugas-tugas peliputan, pemolesan dan pengeditan berita-berita yang ditulis
4. Wartawan atau Reporter
Dalam susunan organisasi keredaksian, wartawan menempati
posisi paling bawah. Tugas dari wartawan itu sendiri adalah untuk
mencari, mengumpulkan dan mengolah serta membuat berita.4
Jika digambarkan dalam bentuk skema struktur organisasi media yang
sederhana, akan seperti ini:5
Gambar: Struktur Sederhana Bidang Redaksi
Berdasarkan pengertian diatas, maka jika digabungkan pengertian
kebijakan redaksional adalah dasar pertimbangan suatu lembaga media massa
4
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
h. 191-194. 5
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
20
untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga dapat
ditunjukan berupa sikap redaksi suatu lembaga media massa dalam Tajuk
Rencana atau Editorial. Kebijakan redaksi itu penting karena digunakan untuk
menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan
saja peristiwa, tapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.6
Pendapat lain mengatakan bahwa kebijakan redaksional adalah ketentuan
yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang
boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah atau ungkapan yang
tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media.
Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi
ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan
atau penyiar.7
Dalam buku bahasa jurnalistik dinyatakan bahwa kebijakan redaksional
lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang
dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar
yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam.8
Kebijakan redaksional adalah sesuatu yang penting dalam kelangsungan
sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembela
antara media satu dengan media lainnya. Selain itu, jika sebuah media tidak
6
Sudirman Tebba, Junalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150.
7 Den Oleh, “Kebijakan Redaksional
(Editorial Policy), “ artikel diakses pada 12 november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorial-policy/
8
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
memiliki kebijakan redaksi, maka media tersebut dalam penyajian berita-beritanya
tidak akan konsisten. Hal ini ditandai dengan penyampaian berita yang selalu
berubah-ubah. Hari ini menyuarakan dukungan terhadap keijakan pemerintah, dan
keesokan harinya menyuarakan menentang terhadap kebijakan pemerintah. Sikap
media yang seperti ini dapat melunturkan kepercayaan khalayak pada media
tersebut.9
Hal ini bisa terjadi karena media massa merupakan media diskusi publik
tentang suatu masalah yang akan melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber
berita dan khalayak.10
Lahirnya suatu kebijakan dalam perusahaan media massa memiliki dasar
pertimbangan sendiri, sebagaimana dikutip dalam buku Jurnalistik Baru yakni:
Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan peristiwa pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang
bersangkutan. Sifat media ada yang khusus dan ada yang umum. Selain itu, dasar
pertimbangan lainnya bersifat ideologis, politis dan bisnis. Dasar pertimbangan
ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Kedua, adalah
masalah politis, karena kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik,
sebab kehidupan pers merupakan indikator demokrasi. Ketiga, dasar
pertimbangan untuk menyiarkan suatu peristiwa adalah bisnis.11
9
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 150.
10
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
GITANYALI, 2004), h. 167. 11
22
Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations, menjelaskan mengenai
kebijakan redaksional ini meliputi sikap ”politik” media dan aturan keredaksian
kewartawanan. Politik disini dapat diartikan secara arti sesungguhnya atau juga
bukan dalam arti yang sesungguhnya. Berkaitan dengan kebijakan redaksional;
setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat satu
permasalahan, sehingga antara media satu dengan media lainnya pasti memiliki
sikap yang berbeda. Begitu pun dalan pengertian politik yang sesungguhnya,
karena adakalanya setiap media memiliki kepentingan untuk golongan politik
tertentu.
Sikap ”politik” media ini pun bukan hanya pada partai politik, akan tetapi
terhadap berbagai kepentingan lain yang berhubungan dengan kepemilikan media,
sejarah media, alasan ekonomis, misi media serta kepentingan lainnya.
Kepemilikan media bisa perorangan atau individu, perusahaan, organisasi,
profesi, orsospol, ormas, BUMN, yayasan atau lembaga lainnya. Berkaitan
dengan nilai yang diemban maka sebuah media akan membedakan sekap dan
warna pemberitaannya. Misalnya media yang memiliki misi tertentu baik dari sisi
kesukuan, keagamaan, maupun golongan pada kelompok tertentu, pasti memiliki
sikap dan warna yang lain.
Selain sikap ”politik” yang berbeda, antara media massa pun memiliki
aturan keredaksian dan aturan kewartawanan yang berbeda pula. Ini bergantung
majalah khusus tentang Islam tentunya tidak akan memuat pemberitaan atau press
release dari agama yang lain dengan alasan sasaran pembacanya tidak tepat.
Juga kita pun harus mengetahui bahwa karena sifat media tertentu, sebuah
media tidak menerima siaran pers untuk dimuat utuh. Media-media yang terbit
mingguan, baik majalah maupun tabloid tidak akan memuat siaran pers utuh
karena surat kabar harian sudah memuatnya. Kecuali jika itu eksklusif. Karena
sifat media pula, mengharuskan aturan keredaksian yang diterapkan menjadi
berbeda. Misalnya, media yang terbit mingguan, dwimingguan, atau bulanan tidak
akan memuat berita yang diperuntukkan bagi media harian. Selain itu, kita harus
tahu aturan kewartawanan masing-masing berita. Apakah media yang kita undang
itu memperbolehkan wartawannnya untuk menerima amplop atau tidak.12
B. Teori
Dalam hal ini penulis menggunakan Teori Hirarki Pengaruh yang
diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini
menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh
pengaruh internal dan eksternal.13
Shoemaker dan Reese membagi kepada lima level pengaruh isi media, dari
kelima pengaruh ini diantaranya:
1. Pengaruh dari individu pekerja media (individual level)
- Tingkat pengetahuan dan pengalaman penulis
12
Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 20-22. 13
Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message (New York
24
2. Pengaruh dari rutinitas media (media routines level)
- Standar kegiatan
3. Pengaruh dari organisasi media (organizational level)
- Tujuan media
4. Pengaruh dari luar media (outside media level)
- Lingkungan politik
5. Pengaruh ideologi (ideology level)
- Jenis bermusik
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan
kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media
dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten
media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu
wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para
pengiklan, pemerintah masyarakat dan faktor eksternal lainnya.
Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda
media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media.14 Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari
program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal
yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu
berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.15
Dari teori ini kita dapat melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada
tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah
14
Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A power balance perspective(Beverly
Hills: Sage, 1991), h. 324 15
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,8th ed.
media tapi kita tidak bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling
terkait satu dengan yang lainnya.
C. Majalah
1. Pengertian dan Sejarah Majalah
Majalah adalah terbitan berkala yang sisinya meliputi berbagai macam
liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh
pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan,
tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut pengkhususan isinya
dibedakan atas majalah berita, majalah khusus wanita, remaja, olah raga, sastra,
ilmu pengetahuan tertentu.16
Djony Herfan menjelaskan bahwa majalah merupakan bagian dari media
massa atau media pers yang terbit secara berkala, bisa mingguan atau bulanan.
Selain itu, isi majalah memuat berbagai macam artikel, cerita, gambar-gambar dan
juga iklan.17
Definisi lainnya, majalah merupakan media massa yang terbit secara
berkala dan memiliki format ukuran setengah dari ukuran tabloid atau seperempat
ukuran broadsheet (newspaper). Menurut Mario R. Garcia (Newspaper Design,
1986), selain umumnya berukuran seperempat halaman broadsheet, pengertian
majalah ini adalah, halaman demi halamannya diikat dengan kawat (dihekter)
16
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 545. 17
26
serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau lebih mengkilat
dibandingkan kertas halaman dalam.18
Mengenai terbitan berkala yang dimaksudkan adalah terbit teratur dalam
waktu yang berselang-seling, mungkin sekali terbit dengan kala atau frekuensi
tengah mingguan (seminggu dua kali) atau dapat juga terbit tiap semester atau
tengah tahunan (setahun dua kali).19
Berkenaan dengan perkembangan majalah, dimulai tidak lama setelah
munculnya surat kabar. Seperti halnya surat kabar, sejarah majalah juga diawali di
Negara-negara Eropa dan Amerika. Inggris memulai sejarah perkembangan
majalah pada 1704, yang pada saat itu adalah majalah Review. Majalah ini
berisikan tentang berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lainnya.
Kemudian 1790, terbit majalah The Tatler dan The Spectator, yang sudah mulai
memasuki unsur hiburannya.
Di Amerika, perkembangan majalah dipelopori oleh Benjamin Franklin
pada 1740, dengan majalahnya General Magazine dan Histirocal Chronicle.
Kemudian 1821, ada Saturday Evening Post dan North American Review dan
berkembang terus sampai sekarang.
Perkembangan majalah di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan
awal kemerdekaan. Perkembangan majalah pada masa ini ditujukan untuk
menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat
kepahlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional
18
Abdullah, Press Relation, h. 12.
19
untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat, seperti
yang dikemukakan oleh Soemanang, SH pada salah satu edisi majalah terbitannya
Revue Indonesia
Beralih pada zaman Orde Lama, tidak hanya majalah, jenis-jenis media
massa lainnya saat itu mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi baik dari segi
fungsi juga jumlah penerbitannya karena ulah pemerintah. Sedangkan pada zaman
Orde Baru, majalah maupun media massa lainnya mulai tumbuh kembali. Pada
1966 terbit majalah Selecta pimpinan Syamsudin Lubis, Horison majalah sastra
pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan Kiblat. Selanjutnya kurun waktu
1971 sampai 1980 majalah tumbuh secara pesat sejalan dengan perekonomian
bangsa saat itu yang sedang membaik.20
Pendapat lain menyebutkan bahwa majalah mulai berkembang sejak akhir
abad ke-19, ketika media tersebut hadir sebagai media hiburan utama. Karena saat
itu, baik radio maupun televisi belum banyak dikenal orang. Juga pada saat itu,
tidak setiap orang mampu untuk pergi menonton ke bioskop. Awal
kemunculannya, majalah hadir dengan membuka halaman iklan sebagai salah satu
daya tariknya. Menjelang tahun 1950-an televisi muncul sebagai media massa
yang baru, mengalahkan majalah. Oleh karenanya majalah berkembang dan
memiliki metode serta strategi dalam mensiasati masyarakat bacanya sendiri.
Semuanya tampil dengan gaya dan kandungan pesannya masing-masing sesuai
dengan karakteristik kelompok masyarakat pembaca yang menjadi sasaran pokok
20
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar
28
majalah-majalah itu. Hal ini berdasarkan pertimbangan oleh setiap perusahaan
majalah, yakni mengenai loyalitas pembacanya, kompetisi pasar dan kondisi
sosial ekonomi nasyarakat baca.21
2. Karakteristik Majalah
a. Penyajian Lebih Dalam
Karena terbitnya secara berkala maka para reporter memiliki waktu yang
cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga
punya waktu yang banyak untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut,
sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam.
Kuncinya adalah berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena
dibubuhi latar belakang peristiwa atau unsur why dikemukakan secara lengkap,
begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how)
dikemukakan secara kronologis.
b. Nilai Aktualitas Lebih Lama
Dengan terbit secara berkala juga, maka nilai aktualitas berita dalam
majalah bisa lebih lama jika dibandingkan dengan surat kabar yang hanya
berumur satu hari. Oleh karenanya, kita tidak pernah menganggap usang majalah
yang terbit dua atau tiga hari yang lalu.
21
Asep Saeful Muhtadi, Junalistik: Pendekatan Teori dan Praktek (Jakarta: Logos Ilmu,
c. Gambar atau Foto Lebih Banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya
yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto yang lengkap,
dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang
digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya
tarik tersendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif.
d. Sampul Sebagai Daya Tarik
Sampul ibarat pakaian dan aksesoris pada manusia. Sampul majalah
biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang
menarik pula. Menarik tidaknya suatu majalah sangat bergantung pada tipe
majalahnya, serta konsistensi dalam menampilkan ciri khasnya. Sehingga secara
sepintas pembaca dapat mengidentifikasi majalah tersebut.22
3. Fungsi Majalah
Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama
media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin
lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar
negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina,
meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah
kewanitaan, isinya pun lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik
mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah
memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya
22
30
berupa informasi. Majalah sastra fungsi utamanya adalah memberikan informasi
kesastraan pada pembaca.
Pada dasarnya majalah memiliki fungsi yang sama dengan media massa,
karena majalah adalah bagian dari media massa itu sendiri. Fungsi-fungsi tersebut
adalah fungsi penyebar informasi, menjadi sarana hiburan, alat pembelajaran dan
sebagai kontrol sosial (bagi majalah-majalah berita).23 Pendapat lain menyebutkan
bahwa meski majalah tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah baik
yang terbit bulanan maupun mingguan tetap memiliki efek edukasi yang tinggi, ia
juga berperan sebagai penyampai dan penafsir pesan.24
4. Kategorisasi Majalah
Penjabaran mengenai kategorisasi majalah akan ditampilkan melalui
beberapa pendapat yang peneliti dapatkan. Kategorisasi suatu majalah ditentukan
oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan
siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, pria/wanita
dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja hingga dewasa. Bisa juga majalah
tersebut mempunyai sasaran pembaca dengan profesi tertentu.
Majalah-majalah yang terbit pada masa Orde Baru dapat dikategorisasikan
sebagai berikut:25
1. Majalah Berita : Tempo, Gatra, Sinar, Tiras
2. Majalah Keluarga : Ayah Bunda, Famili
3. Majalah Wanita : Femina, Kartini, Sarinah
4. Majalah Pria : Matra
5. Majalah Remaja : Gadis, KawanKu
6. Majalah Remaja Pria : Hai
7. Majalah Anak-anak : Bobo, Ganesha, Aku Anak Shaleh (Islam)
8. Majalah Ilmiah Populer : Prisma
9. Majalah Umum : Intisari, Warnasari
10.Majalah Hukum : Forum Keadilan
11.Majalah Pertanian : Trubus
12.Majalah Humor : Humor
13.Majalah Olah Raga : Sportif, Raket
14.Majalah Berbahasa Daerah : Mangle (Sunda, Bandung),
Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)
25
32
Berikut adalah sejumlah kategori majalah, menurut Encyclopedia
Britannica: britannica.com (2000):
1) Majalah Umum
Sesuai dengan namanya, majalah umum berisikan berbagai macam hal
dan ditujukan tidak pada segmen tertentu. Pada masa jayanya, saat
bentuk majalah mulai dipopulerkan, jenis majalah ini menguasai pasar
penerbitan majalah.
2) Majalah-majalah Berkualitas
Majalah jenis ”berkualitas” ini menawarkan artikel-artikel yang
khusus. Kualitas artikelnya tidak bisa dipublikasikan dimana saja.
Kendati memiliki kesamaan sifat sajiannya dengan majalah umum,
majalah ”berkualitas” menawarkan standar kualitas yang lebih tinggi.
Maka itu, majalah jenis ini terutama hendak menarik pembaca dengan
tingkat intelegensi dan pendapatan diatas rata-rata.
3) Majalah Penerbangan
Majalah jenis ini adalah sejenis majalah internal yang ditujukan kepada
para penumpang pesawat terbang (atau jenis transportasi jarak jauh).
4) Majalah Berita
Majalah berita merupakan satu bentuk publikasi yang
mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan
peliputan mendalam dan penulisan feature-mingguan personal,
mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan tingkat profesionalitas
tertentu.
5) Divisi Majalah dalam Koran
Ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada
pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Pada
majalah inilah para penulis-penulis lepas berpeluang untuk mengisinya
dengan tulisan-tulisan lokal. Umumnya, majalah jenis ini berisikan
tentang sketsa sosok-sosok penduduk lokal, lembar-lembar pariwisata
dan sejarah, renungan pemikiran, peristiwa-peristiwa budaya, tentang
berkebun dan kiat-kiat bisnis.
6) Majalah Kota
Majalah kota berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah
bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota adalah
artikel-artikel survival untuk menghadapi problematika kehidupan kota besar,
ditambah sajian-sajian entertain.
7) Majalah Religius
Majalah religius memuat artikel-artikel keagamaan. Kendati berlatar
belakang agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi, mulai dari
majalah bergaris keras – fundamentalis sampai lunak – kompromistis.
8) Majalah Pria
Dalam majalah ini yang dapat ditawarkan berupa; artikel-artikel yang
bersifat pemuas kebutuhan pria – dari hasrat seks, hobi, sampai minat
34
topik yang sensasional. Ciri-ciri sajiannya bersifat mengekspos isu
tertentu, dalam gaya penuturan yang sederhana, langsung pada pokok
persoalan sehingga mudah dibaca dan tidak kelewat akademis atau
ilmiah. Nadanya ditujukan untuk kesenangan dan hiburan.
9) Majalah Wanita
Materinya cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan tips-tips
dapur hingga majalah yang diisi oleh aktivis feminis yang menuntut
persamaan.
10)Shelter Magazine
Majalah ini ditujukan kepada khalayak yang menaruh minat pada
hal-hal yang berkaitan dengan rumah, pertamanan, berkebun, dekorasi
interior atau berbagai aktivitas ”rumah” lainnya.
11)Majalah Pertanian
Berisi artikel-artikel yang berkisar pada topik pertanian atau
peternakan, berkebun dan menanam buah. Artikel-artikel ini ditulis
oleh para penulis berpengalaman dibidangnya.
12)Majalah Olah Raga
Tema berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan
aktivitas fisik diluar ruangan.
13)Jurnal Perdagangan
Karena ditujukan untuk kepentingan bisnis, arikelnya pun kebanyakan
14)Majalah Perusahaan
Ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan
sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar
anggota.
15)Majalah Fraternal – Organisasi Persaudaraan
Majalah ini diterbitkan untuk kepentingan organisasi. Kebanyakan
sajiannya berisi materi yang melibatkan para anggota dalam
proyek-proyek organisasi.
16)Majalah Opini
Berisi berbagai artikel opini. Para penulisnya kebanyakan mencari
prestise. Mereka mengirimkan artikelnya dengan harapan namanya
tercatat dalam konstelasi para elit intelektual.
17)Publikasi Alternatif
Disebut juga ”pers bawah tanah,” beberapa filosofinya bersandar pada
khalayak yang tergolong kecil hingga medium jumlahnya. Cakupan
isinya dimulai dari minat yang sempit dengan format sederhana,
namun tak tertutup kemungkinan – jika disukai publik – berkembang
menjadi besar.
18)Majalah khusus lainnya
Kategori majalah ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan
perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari bertambah sesuai dengan
peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat.”26
26
36
Sebagaimana diketahui bahwa terbitan berkala itu banyak ragamnya,
mengingat pembacanya yang sangat heterogen tingkat pendidikan dan minat
mereka. Oleh karenanya, menurut Santana yang dikutip dalam bukunya, majalah
dibagi berdasarkan 4 macam jenis, yakni;
a. Majalah Umum
Jenis ini dopersiapkan untuk konsumsi umum. Berisi macam-macam
bidang; pendidikan, kerumah tanggaan, olah raga, politik, hiburan,
keterampilan dan lain-lain. Ditulis dengan bahasa yang mudah
dipahami.
b. Majalah Teknis
Majalah jenis ini ditulis dengan bahasa teknis, pelaksanaan bidang
tertentu, memperbaiki peralatan, memasang komponen tertentu.
c. Majalah Ilmiah
Ditulis denga bahasa ilmiah sehingga sulit dipahami oleh masyarakat
umum
d. Majalah Ilmiah Populer
Berisi tulisan-tulisan tentang keilmuan atau bidang tertentu, ditulis
dengan bahasa yang ringan, bahasa harian dan populer. Sehingga orang
yang diluar bidang itu dapat memahami juga kalangan umum
terpelajar.27
27
D. Pengertian Rubrik
Masri sareb dalam bukunya mengemukakan mengenai pengertian rubrik,
sebagaimana dibawah ini:
Asal-usul istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Gutenberg
menemukan mesin cetak, sehingga banyak buku yang diproduksi secara massal.
Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark
sekarang), buku satu dengan buku lainnya, disekat dengan pita warna merah.
Dalam bahasa latin merah berarti: ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai
ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi.
Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu
yang khas, dimana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda.
Seorang pembaca yang menyukai menu A, belum tentu menyukai menu B, begitu
sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian pula pembaca, mereka sering
membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.28
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa, rubrik adalah
kepala karangan (ruangan) dalam surat kabar atau majalah, dsb.29 Dengan
pertimbangan tersebut, majalah NAGASWARA juga menyajikan menu-menu
yang bisa dipilih oleh pembacanya. Rubrik-rubrik tersebut dipilih pembaca
berdasarkan selera dari pembaca itu sendiri.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA
A. Sejarah Singkat Majalah Nagaswara
Dalam membantu mengembangkan berita seputar musik di Indonesia,
Majalah NAGASWARA menyediakan berbagai rubrik dalam setiap edisinya. Di
antaranya rubrik Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story, Profil, Resep
Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The Scene, Basecamp, Zodiak
Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda, Reklame Temen, Cord, Music Law
dan Get In. Berbagai macam rubrik ini bertujuan untuk menarik minat pembaca
NAGASWARA Magazine.
Rubrik-rubrik yang tertulis di atas memberikan kesempatan bagi setiap
wartawan untuk menampilkan karya disetiap rubriknya. Keberadaan majalah
NAGASWARA ini tidak sekedar menyuguhkan bacaan atau hiburan semata,
melainkan sebagai sarana bisnis bagi siapa saja pihak yang berkenan memasang iklan
dalam majalah NAGASWARA. Contohnya seperti BANK, Provider dan berbagai
instansi lainnya yang berani membayar iklan tersebut.
Saat ini NAGASWARA merupakan label yang memiliki artis terbanyak di
dunia. Menurut data yang didapat, NAGASWARA memasukan tujuh artis dalam tiap
bulannya. Karena seiring waktu yang ditempuh artis NAGASWARA pun makin
Majalah NAGASWARA didirikan oleh produser label NAGASWARA yakni
Bapak Rahayu Kertawiguna pada Desember 2009. Di awal penerbitannya majalah ini
hanya diperuntukan untuk orang-orang terdekat saja, sampai pada akhirnya lama
kelamaan majalah ini berkembang seiring majunya perkembangan Label
NAGASWARA yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dalam
perindustrian musik di Indonesia khususnya.
Pada awalnya majalah NAGASWARA adalah majalah yang anti marketing,
tidak bertujuan untuk memperjual-belikan dan juga tidak menerima iklan dalam tiap
edisinya. Majalah ini dibuat agar bagaimana caranya bacaan ini sampai ke pembaca.
Namun lama-kelamaan majalah ini pun akhirnya luluh, banyak instansi atau iklan
yang ingin masuk didalamnya seperti BANK, Provider dan lain-lain. Dan dari semua
iklan yang masuk, NAGASWARA hanya memasukan tujuh iklan dalam tiap
edisinya. Sampai saat ini, majalah NAGASWARA merupakan majalah musik yang
patut diperhitungkan kelayakan bacanya, karena isinya sungguh enak dan nikmat
untuk dibaca.
Tujuan dari didirikannya NAGASWARA Magazine ini tidak lain untuk
menghemat biaya promosi artis yang berkecimpung di label NAGASWARA. Karena
setiap artis harus dipromosikan ke beberapa media, baik TV, Radio maupun Cetak.
Oleh karena itu, dengan adanya majalah ini biaya yang dikeluarkan dari pihak label
40
B. Visi dan Misi Majalah Nagaswara
 Visi dari majalah NAGASWARA adalah:
Menjadikan dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas serta terdepan
dalam memberikan sebuah berita khususnya berita selebritis yang memfokuskan pada
label NAGASWARA.
 Misi dari Majalah NAGASWARA adalah:
Memberikan hiburan yang menarik dengan visual-visual yang terkandung di
dalamnya. Serta memberitahukan kegiatan ataupun pencapaian-pencapaian yang telah
diraih oleh artis yang bernaung di label NAGASWARA.
C. Keredaksian
a. Struktur Redaksi
Struktur redaksi Majalah NAGASWARA dari awal penerbitannya hingga
sekarang mengalami beberapa kali pergantian redaksi. Dibawah ini merupakan
struktur redaksi terbaru Majalah NAGASWARA yang terdiri dari:
Chief Editor : Rahayu Kertawiguna
Managing Editor : Khojay Cheng
Coor Coverage : Tama Marcapada
Special Editor : Asrul Arief
Contributor : Ron Wida (USA)
Law Advice : Ramsudin Manulang SH
Reporters : Vito Nidu, Aa Noor, Wendi Copilot
Photographer : Kim Sadewa
Ass Photographer : Syefrinaldy Tanjung
Managing Design Artistic : Uzh Uzh Sparkling
Design Artistic : Alex Onesist, Embong Hasant, Baskara J
Secretary : Yani
Event Licence : Leo
Managing AE : Al-Gazhali
Distribution : Dian
Event Organizer : Rosta, Oscar
Public Relations : Andre, Afif Attamimi
42
b. Pengaruh Dewan Redaksi
Peran Chief Editor sekaligus produser label Nagaswara yang saat ini di
tempati oleh Rahayu Kertawiguna sangatlah berpengaruh dalam setiap keputusan
yang akan dijadikan materi dalam majalah NAGASWARA. Karena beliaulah yang
menentukan berita apa yang layak dan tidak layak untuk diterbitkan. Maka dari itu
Chief Editor menentukan semua yang berkaitan dengan majalah NAGASWARA.
c. Rapat Redaksi
Majalah musik NAGASWARA seperti halnya majalah lainnya selalu
melakukan rapat redaksi. Rapat rutin redaksi ini dilaksanakan sebulan sekali setiap
tanggal 20. Dalam rapat redaksi ini membahas tentang naskah yang akan dimuat,
mengevaluasi majalah yang telah terbit sebelumnya, serta membahas permasalahan
keredaksian atau non keredaksian.
Penetapan sebuah naskah yang diterbitkan melewati beberapa proses.
Pertama, naskah yang masuk dalam meja redaksi akan dibagi rata menurut
penanggung jawab rubrik masing-masing untuk dibaca dan dinilai kelayakannya.
Setelah itu diadakan rapat presentasi naskah. Rapat ini dilakukan untuk menilai
kembali kelayakan naskah-naskah yang sudah dinilai layak oleh penanggung jawab
masing-masing rubrik. Naskah yang layak muat adalah naskah yang melewati proses