WACANA PEREMPUAN DALAM RUBRIK KISAH SEJATI DIMAJALAH
KARTINI EDISI APRILMEITAHUN 2006
Oleh: WINARTI ( O2220212 )
Communication science Dibuat: 20070810 , dengan 3 file(s).
Keywords: Perempuan, Rubrik Kisah Sejati, Analisis Wacana Kritis
ABSTRAK
Media sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat. Media bisa memenuhi aspek pasar dan memiliki daya beli yang cukup tinggi karena membaca media telah menjadi suatu kebutuhan. Keberadaan media bersegmen perempuan tidak dapat dilepaskan dari dunia bisnis yang menjanjikan. Kita dapat menemukan di berbagai media dari majalah, tabloid sampai pada media siaran yang diformat untuk konsumen perempuan. Keberadaan majalah perempuan yang terkait dengan persoalan perempuan sebagai sasaran utama konsumen perempuan. Hal ini bisa terlihat ketika kita membaca majalah perempuan cenderung memperlihatkan gambaran stereotipe perempuan dan bertujuan menguras air mata dan emosi pembacanya. Komoditi yang dijual oleh media bisa dalam berbagai bentuk misalnya air mata atau emosi perempuan, sensualitas serta segala hal tentang perempuan. Majalah Kartini merupakan majalah yang bersegmentasi perempuan. Majalah tersebut memiliki rubrik yang membahas mengenai pengalaman peristiwa yang dialami perempuan. Rubrik tersebut adalah Rubrik Kisah Sejati. Dalam teksteks Rubrik Kisah Sejatinya cenderung menggambarkan kesedihan dan emosi perempuan. Selain itu air mata perempuan tersebut dieksploitasi dan dijadikan nilai jual (komoditi) bagi para pemilik media. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitan di Majalah Kartini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Majalah Kartini lewat Rubrik Kisah Sejati mewacanakan pengalaman perempuan, serta apakah dalam pewacanaannya cenderung merugikan atau menguntungkan perempuan. Media merupakan salah satu instrumen utama dalam membentuk konstruksi gender dalam masyarakat. Media masih saja menempatkan sebuah konstruksi perempuan yang tidak beda dengan yang ada di masyarakat, hanya bedanya mereka menggunakan teknologi. Media
menggambarkan perempuan sebagai sosok yang feminim, seorang ibu rumah tangga yang baik, bahkan menjual dari sisi emosi dan sensualitasnya. Oleh sebab itu media bersegmen perempuan dirasa sebagai bisnis yang sangat menjanjikan. Perempuan dijadikan produksi industrial oleh media. Dari fenomena tersebut peneliti memilih teori wacana. Wacana adalah sebuah studi bahasa dan tidak dipandang sebagai sesuatu yang netral, wajar dana lamiah karena dalam wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu misalnya praktek kekuasaan. Dala teks berita, misalnya dapat dianalisis apakah teks tersebut pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia femnis, kapitalis, sosialis dan sebagainya.
karena beberapa keterbatasan penelitian ini hanya menggunakan dua tahapan analisis yaitu hanya menghubungkan anatara teks dan konteks. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur dan teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu, sedangkan pada level konteks mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Setelah menganalisis teks Rubrik Kisah Sejati di Majalah Kartini ternyata dalam mewacanakan pengalaman perempuan menggunakan elemen yang meliputi tema atau topik, skema, detil, koherensi, metafora, hiperbola, leksikon, ekspresi menggambarkan stereotipe perempuan dan mengeksploitasi air mata perempuan. Hal ini sesuai dengan Teori Marxis yang memandang bahwa media merupakan alat produksi industri kapitalis dimana media tersebut dimonopoli oleh kelas kapitalis untuk memenuhi kebutuhan kelas sosial tersebut. Para kapitalis mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang berlebihan. Para kapitalis tersebut bekerja secara ideologis dengan menyebarkan ide dan cara pandang kelas penguasa. Hal ini bisa dijelaskan dengan perspektif Feminis Marxis Sosialis yang memandang bahwa media sebagai instrumen dalam menyampaikan sereotipe, patriakal, dan nilainilai hegemoni mengenai perempuan dan feminitas. Majalah Kartini menggunakan air mata