• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI (lanjutan)

2001 Akumulasi Bagian Laba (Rugi) Bersih Perusahaan Asosiasi yang

Persentase Belum Dibagikan/

Pemilikan Harga Penjualan Nilai

(%) Perolehan Investasi Tercatat

Investasi pada:

PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia 30,55 168.747 (109.538 ) 59.209

PT Multi Media Asia Indonesia 26,67 56.512 (212 ) 56.300

PT Electronic Datainterchange Indonesia 49,00 12.250 14.590 (d) 26.840

PT Graha Lintas Properti 37,84 16.800 (2.354 ) 14.446

PT Yasawirya Tama Cipta 40,00 25.000 (15.098 ) 9.902

PT Menara Jakarta 20,00 10.000 (2.000 ) 8.000

PT Yasawirya Indah Mega Media 35,00 5.000 (869 ) 4.131

PT Sistelindo Mitralintas 35,00 525 2.679 (e) 3.204

PT Artajasa Pembayaran Elektronis 40,00 2.400 (1.163 ) 1.237

PT Intikom Telepersada 46,00 1.159 (475 ) 684

PT Swadharma Marga Inforindo 20,00 100 547 (f) 647

PT Kalimaya Perkasa Finance 30,00 3.450 (2.913 ) 537

PT Mediagate Indonesia 40,00 100 - 100

Telkomsel 35,00 63.900 (63.900 )(g)

-Cambodian Indosat Telecommunications S.A. 49,00 14.697 (14.697 )

Jumlah 380.640 (195.403 ) 185.237

Dikurangi penyisihan penurunan nilai 93.316 - 93.316

Bersih 287.324 (195.403 ) 91.921

(d) setelah dikurangi dividen kas sebesar Rp 2.575 pada tahun 2001 (e) setelah dikurangi dividen kas sebesar Rp 283 pada tahun 2001 (f) setelah dikurangi dividen kas sebesar Rp 96 pada tahun 2001 (g) penjualan investasi - lihat Catatan 3

Perubahan nilai tercatat investasi pada perusahaan asosiasi pada tahun 2002 dan 2001 adalah sebagai berikut:

2002 2001

Bagian laba bersih perusahaan asosiasi 72.288 132.268

Dividen kas yang diterima dari perusahaan

asosiasi (2.804 ) (2.954)

Penurunan nilai tercatat investasi pada APE karena

konsolidasi (lihat Catatan 1d) (1.237 )

-Penambahan investasi - 100

Penjualan investasi - (1.393.571)

Penyisihan penurunan nilai investasi - (56.300)

Bersih 68.247 (1.320.457)

7. INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI (lanjutan)

Kondisi ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini (lihat Catatan 35) telah secara substansial mempengaruhi investasi jangka panjang Perusahaan pada perusahaan asosiasi. Karena penurunan nilai investasi, Perusahaan membentuk penyisihan masing-masing sebesar Rp 90.781 dan Rp 93.316 pada tahun 2002 dan 2001, yang menurut keyakinan manajemen adalah cukup untuk menutup risiko kemungkinan kerugian investasi.

PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (“MGTI”)

MGTI, didirikan pada tahun 1995, mengambil alih penyelenggaraan jasa telekomunikasi Telkom Divisi Jawa Tengah mulai tanggal 1 Januari 1996 sampai dengan 31 Desember 2010 dalam bentuk kerjasama operasi (“Unit KSO IV”) (lihat Catatan 3).

Investasi saham Perusahaan di MGTI digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diperoleh MGTI untuk membiayai antara lain pembangunan sambungan telepon yang dijanjikan MGTI kepada Telkom. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2005.

PT Multi Media Asia Indonesia (“M2A”)

M2A didirikan pada tahun 1997, bergerak dalam bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi berbasis satelit. Berdasarkan perjanjian pemesanan saham pada tahun 1997 antara Perusahaan, PT Pacific Satelit Nusantara (“PSN”) dan M2A (“Para Pihak”), para pihak menyepakati bahwa Perusahaan akan berpartisipasi sebagai pemegang saham M2A, yang sebelumnya dimiliki seluruhnya oleh PSN dengan membeli 485.000.000 saham baru M2A sejumlah AS$ 20.000 yang merupakan 26,67% modal M2A. Para pihak juga sepakat bahwa investasi Perusahaan di M2A tidak akan kurang dari 20% modal disetor apabila M2A menerbitkan saham baru kepada Telkom dan mengalokasikan maksimal 5% dari modal disetornya kepada Pemerintah Republik Indonesia.

PT Electronic Datainterchange Indonesia (“EDI”)

EDI, perusahaan asosiasi Sisindosat, didirikan pada tahun 1995 untuk menyelenggarakan jasa pertukaran data secara elektronis (“electronic data interchange services”) untuk Pelabuhan Tanjung Priok dan pemakaian jasa telekomunikasi lainnya. Pada tahun 1998, Sisindosat meningkatkan investasinya pada EDI sebesar Rp 8.036 karena adanya keputusan penyetoran tambahan modal pada EDI sebagaimana yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham pada tahun 1998.

Pada tahun 2000, EDI, bersama-sama dengan pihak lain, mendirikan perusahaan sekuritas bernama PT Adhikarsa Sentra Sekuritas (“AKSES”). EDI memiliki 80% modal AKSES.

Pada tahun 2002 dan 2001, Sisindosat menerima dividen kas dari EDI masing-masing sebesar Rp 2.572 dan Rp 2.575.

7. INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI (lanjutan)

PT Graha Lintas Properti (“GLP”)

GLP, perusahaan asosiasi Sisindosat, didirikan pada tahun 1995 untuk menangani pembangunan gedung perkantoran “Gedung Sapta Pesona B”.

Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham GLP pada tahun 1999, para pemegang saham memutuskan untuk menurunkan modal ditempatkan GLP dari Rp 48.000 menjadi Rp 44.000 dengan menurunkan jumlah saham salah satu pemegang sahamnya. Dengan penurunan modal ditempatkan GLP, investasi Sisindosat di GLP meningkat dari 35% menjadi 37,84%.

Kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia (lihat Catatan 35) telah mempengaruhi pembangunan proyek GLP, yang dihentikan sejak bulan Desember 1998.

PT Yasawirya Tama Cipta (“YTC”)

Pada tahun 1996, Perusahaan mengakuisisi 1.356 saham YTC, yang menyelenggarakan jasa multimedia. Harga perolehan saham YTC Rp 15.636 lebih besar dibandingkan dengan modal Perusahaan pada YTC saat diperoleh.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham YTC tahun 1996, YTC mengkapitalisasi tambahan modal disetornya menjadi 15.963 saham. Sebagai akibatnya, saham Perusahaan pada perusahaan tersebut meningkat sebanyak 6.385 saham.

Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham YTC pada tahun 1999, pemegang saham memutuskan untuk menerbitkan 23.256 saham baru YTC. Perusahaan memesan 10.372 saham senilai Rp 4.460.

PT Menara Jakarta (“MJ”)

Pada tahun 1996, IMM dan pihak lainnya mendirikan MJ, perusahaan yang akan membangun dan mengoperasikan menara, bangunan dan sarana yang berkaitan.

Kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia (lihat Catatan 35) telah mempengaruhi pengembangan proyek MJ, sehingga pembangunannya dihentikan sejak 1997.

PT Sistelindo Mitralintas (“Sistelindo”)

Pada tahun 1994, Sisindosat dan beberapa pihak lainnya mendirikan Sistelindo, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jaringan nilai tambah (“Value Added Network Services”) dalam negeri maupun internasional yang berbasis pada IBM Intelligent Network (“IIN”).

Sisindosat menerima dividen kas dari Sistelindo sejumlah Rp 167, Rp 283 dan Rp 281 masing-masing untuk tahun 2002, 2001 dan 2000.

7. INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI (lanjutan)

PT Yasawirya Indah Mega Media (“YIMM”)

Pada tahun 1997, IMM dan YTC mendirikan YIMM, perusahaan yang menyelenggarakan jasa multimedia dan sarana lainnya yang berkaitan.

Pada tahun 1997, YIMM mengadakan perjanjian kerjasama dengan Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pengembangan Taman Mini Indonesia Indah (“BP3 TMII”) untuk membangun, mengalihkan dan mengelola Teater Tanah Airku, teater yang menyelenggarakan pertunjukan multimedia. BP3 TMII sepakat untuk menyediakan tanah dan YIMM sepakat untuk membangun dan kemudian mengalihkan kepemilikan teater tersebut kepada BP3 TMII. Pada tahun 1998, YIMM mengalihkan kepemilikan teater serta seluruh sarana terkait kepada BP3 TMII dan pada saat yang bersamaan, YIMM memperoleh hak untuk mengelola teater tersebut dari BP3 TMII. Sebagaimana diputuskan dalam Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham YIMM, para pemegang saham YIMM menyetujui penerbitan 4.286 saham baru kepada BP3 TMII, yang merupakan 30% modal YIMM. Sebagai akibatnya, persentase pemilikan IMM pada YIMM turun dari 50% menjadi 35%. Teater Tanah Airku memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 1998.

Pada tahun 1998, IMM membeli 180 obligasi konversi YIMM dengan nilai nominal Rp 100 per lembar. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu lima tahun dan memperoleh bunga sebesar 29% per tahun. Sepuluh persen (10%) dari bunga tersebut akan dibayarkan setiap enam bulan, sedangkan sisanya akan dibayarkan pada saat obligasi jatuh tempo. IMM mempunyai hak opsi untuk mengkonversikan sebagian atau seluruh obligasi tersebut menjadi saham YIMM pada saat jatuh tempo. Nilai konversi obligasi tersebut berdasarkan harga pasar saham pada saat konversi tetapi tidak melebihi Rp 18.000.

Obligasi konversi YIMM dijamin dengan saham YIMM yang dimiliki YTC, jaminan pribadi dari salah satu pemegang saham YTC, aktiva YIMM yang tidak dialihkan ke TMII dan piutang usaha YIMM. PT Swadharma Marga Inforindo (“SMI”)

Lintasarta memiliki 20% modal SMI, perusahaan yang berdomisili di Jakarta dan bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi dan informasi.

Lintasarta menerima dividen kas sebesar Rp 65, Rp 96 dan Rp 72, masing-masing pada tahun 2002, 2001 dan 2000.

PT Intikom Telepersada (“Intikom”)

Pada tahun 1997, Sisindosat mengakuisisi 46% modal Intikom. Harga perolehan saham Intikom adalah Rp 164 lebih besar dibandingkan dengan modal Sisindosat di perusahaan tersebut pada saat diperoleh. Intikom didirikan pada tahun 1990 dan menyelenggarakan antara lain, usaha perakitan, pemasangan dan perdagangan alat-alat telekomunikasi.

7. INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI (lanjutan)

PT Kalimaya Perkasa Finance (“Kalimaya”)

Pada tahun 1996, Sisindosat mengakuisisi saham Kalimaya, perusahaan yang bergerak dalam bidang pembiayaan seperti anjak piutang, sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen.

PT Mediagate Indonesia (“MGI”)

Pada tahun 2001, Indosatcom mengakuisisi 40% modal MGI, perusahaan yang bergerak antara lain dalam bidang pembangunan, perdagangan, pengangkutan dan kegiatan lainnya.

Cambodian Indosat Telecommunication S.A. (“Camintel”)

Investasi Perusahaan pada Camintel, sebuah perusahaan patungan yang didirikan oleh Perusahaan dan Kerajaan Kamboja, dilakukan pada tahun 1995. Bidang usaha utama Camintel adalah rehabilitasi, perluasan, pengoperasian dan jasa pemeliharaan fasilitas telekomunikasi yang sebelumnya dimiliki United Nations Transitional Authority in Cambodia (“UNTAC”), serta menyelenggarakan jasa telekomunikasi dan usaha lainnya di Kamboja.

Telkomsel

Telkomsel didirikan pada tahun 1995 dan bergerak dalam bidang penyediaan jasa telekomunikasi GSM. Telkomsel memperoleh izin penyelenggaraan jasa GSM secara nasional.

Pada tanggal 16 Mei 2001, Perusahaan menjual seluruh investasinya di Telkomsel kepada Telkom (lihat Catatan 3).

Dokumen terkait