• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7 Perlindungan terhadap Anak dalam Hukum Internasional

2.7.2 Isi Konvensi Hak Anak

Konvensi Hak Anak merupakan instrumen internasional dibidang hak asasi

manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54 pasal,

Konvensi Hak Anak hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di

bidang hak asasi manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun

hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Berdasarkan strukturnya, Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 4 bagian

 Mukadimah : berikan konteks Konvensi Hak Anak  Bagian 1 (Pasal 1-41) : mengatur hak bagi semua anak  Bagian 2 (Pasal 42–45) : mengatur masalah pemantauan dan

pelaksanaan Konvensi Hak Anak

 Bagian 3 (Pasal 46-54) : mengatur masalah pemberlakuan konvensi. Berdasarkan isinya, setidaknya ada 4 kategori dalam Konvensi Hak Anak,

yaitu:

1. Kategori yang didasarkan atas konvensi induk hak asasi manusia, dikatakan

bahwa Konvensi Hak Anak mengandung:

a. Hak-hak sipil dan politik, meliputi:

- Hak untuk memperoleh identitas (Pasal 7)

- Hak untuk mempertahankan identitas (Pasal 8)

- Kebebasan berekspresi (Pasal 13)

- Kebebasan berpikir, beragama, dan berhati nurani (Pasal 14)

- Kebebasan berserikat (Pasal 15)

- Perlindungan atas kehidupan pribadi (Pasal 16)

- Hak untuk memperoleh informasi yang layak (Pasal 17)

- Perlindungan dari aniaya dan perenggutan kemerdekaan (Pasal 37a)

b. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

2. Kategori yang didasarkan pada sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi

Hak Anak dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak. Untuk

memahami isi Konvensi Hak Anak, maka ada tiga kata kunci yang dapat

- Penuhi (fulfill)

- Lindungi (protect)

- Hargai (respect)

3. Kategori berdasarkan cakupan hak yang terkandung dalam Konvensi Hak

Anak, yaitu:

 Hak atas kelangsungan hidup (survival), yaitu hak-hak anak untuk mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan dan

perawatan yang sebaik-baiknya.

 Hak untuk berkembang (development), yang meliputi hak-hak untuk mendapatkan pendidikan dan untuk mendapatkan standar hidup yang

layak bagi perkembangan fisik, mental, moral, dan spiritual anak.

 Hak untuk mendapatkan perlindungan (protection), yang meliputi perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi

anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi.  Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation),

yang meliputi hak-hak untuk menyatukan pendapat dalam segala hal yang

mempengaruhi anak.

4. Kategori berdasarkan cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak

PBB. Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 8 kartegori, yaitu:

a. Langkah-langkah implementasi umum

b. Definisi anak

c. Prinsip-prinsip umum

e. Linkgkungan keluarga dan pengasuhan alternatif

f. Kesehatan dan kesejahteraan dasar

g. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya

h. Langkah-langkah perlindungan khusus. (UNICEF, Guide to The

148

5.1 Kesimpulan

UNICEF dalam melihat kehidupan anak-anak yang sangat memprihatikan

terutama pada kasus ini adalah mengenai anak-anak yang mengalami perekrutan

untuk dijadikan child soldier di Sierra Leone. Di satu sisi anak-anak dipaksa dan

diculik oleh pihak yang bertikai untuk dijadikan child soldier untuk menambah

instumen peperangan dan di sisi lain mereka terpaksa untuk kelangsungan hidup

mereka yang begitu sulit dimana mereka berada ditengah-tengah konflik yang

berkepanjangan.

Berdasarkan hasil penelitian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. UNICEF sebagai salah satu Organisasi Internasional yang merupakan bagian

dari PBB, mempunyai peranan penting di Sierra Leone, khususnya di Sierra

Leone dalam menjalankan program-program DDR dan ICC’s bagi anak-anak

yang mengalami perekrutan sebagai child soldier. UNICEF sangat

memprioritaskan penanganan child soldier ini karena tujuan dari UNICEF

mengatur serta memelihara jalannya pendidikan dan kesejahteraan anak-anak

di dunia.

2. Program-program yang telah dijalankan oleh UNICEF dalam menangani child

soldier di Sierra Leone, yaitu seperti dijalankannya program DDR, dan

didirikannya Pusat Rehabilitasi ICC’s. Dalam program DDR UNICEF bekerjasama dengan UNAMSIL melalui Joint Operasional Centre (JOC)

terutama dalam proses pelucutan senjata. Karena UNICEF tidak berhak dalam

melakukan proses tersebut karena bersifat kemiliteran.

3. Dalam menjalankan program-programnya UNICEF juga mengalami

kendala-kendala yang dihadapi maka dari itu UNICEF terus memperbaiki dengan

melakukan upaya-upaya agar program ini dapat berjalan dengan semestinya

sehingga dapat meminimalisasikan jumlah child soldier yang ada di Sierra

Leone.

4. Hasil-hasil yang dicapai UNICEF selama menjalankan kedua programnya di

Sierra Leone menunjukkan dampak positif, ini terlihat jumlah anak-anak di

Sierra Leone dari tahun 1999 sampai tahun 2004 mengalami penurunan yang

baik, sehingga jumlah child soldier di Sierra Leone dapat dikatakan mampu

diminimalisasikan. Aktivitas UNICEF tersebut sudah cukup berperan dan

banyak membantu pemerintah Sierra Leone dalam meminimalisasikan jumlah

child soldier.

5. Serta Prospek UNICEF dalam menangani child soldier dimana UNICEF akan

Sierra Leone serta mengkampanyekan dan mensosialisasikan isi dari konvensi

hak anak terutama pada artikel 38 tentang dilarangnya anak-anak untuk

berpartisipasi dalam konflik bersenjata.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai bagian terakhir dalam penelitian ini,

maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Upaya dalam menangani permasalahan child soldier harus terus ditingkatkan

oleh UNICEF. Serta generasi selanjutnya di Sierra Leone tidak harus di

bayangi-bayangi oleh konflik yang berlangsung cukup lama dimana dalam

konflik tersebut melibatkan anak-anak didalamnya. Hal ini harus mendapat

perhatian serius tidak hanya dari UNICEF, tetapi dari berbagai pihak terutama

pemerintah. Maka dari itu, diperlukan program yang komprehensif dan

terintegrasi dengan baik di wilayah tersebut. Untuk itu, UNICEF harus

menjaga hubungan baik dengan pemerintah terkait yang ikut membantu dalam

menangani child soldier ini.

2. Meningkatkan kerjasama yang lebih baik antar negara dan semua sektor

masyarakat untuk mencegah akses-akses adanya perekrutan anak-anak

sebagai child soldier kembali dan memperkuat peran serta keluarga dalam

seperti memonitoring anak-anak dan berkordinasi dengan semua pihak agar

tidak terjadi lagi hal serupa di Sierra Leone.

3. Data-data mengenai child soldier harus di dokumentasikan dan diperbaharui

setiap saat, baik oleh UNICEF dan UNAMSIL ataupun pemerintah Sierra

Leone, sehingga data tersebut berguna untuk perencanaan program dan

sebagai peringatan awal tentang kondisi anak-anak di suatu wilayah terutama

dalam hal ini adalah di Sierra Leone.

4. Dalam hal ini peneliti masih banyak memiliki kekurangan dan kendala dalam

melakukan penyajian data yang akurat, oleh karena itu bagi yang hendak

melakukan penelitian dengan menggunakan objek dan variabel penelitian

yang sama diharapkan untuk melakukan penelitian dengan metode dan teknik

pengumpulan data yang berbeda dan memperbanyak lagi sumber-sumber dan

referensi yang terkait dengan permasalahan yang diangkat bisa dilakukan

tidak hanya dengan cara studi kepustakaan saja, tetapi seperti melakakun

interview langsung dengan pihak yang bersangkutan guna menunjang

penelitian ini terutama dengan pihak kedutaan Sierra Leone.

5. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan mengenai peranan UNICEF

dalam menangani child soldier di Sierra Leone, dimana peneliti telah berusaha

untuk mengkaji dan mengolah data-data yang tersedia. Untuk itu bagi peneliti

lain yang mengangkat permasalahan yang sama hendaknya lebih sering untuk

memantau perkembangan terbaru mengenai data-data yang tersedia sehingga

xvii

Dokumen terkait