• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DAN SEKULARISME

Dalam dokumen MODUL PENGANTAR EKONOMI ISLAM (Halaman 88-99)

A. Pengertian Sekularisme

Secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum (bahasa latin), mempunai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu menunjukan kepada pengertian ‘sekarang’ atau ‘kini’, dan waktu menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’.9

Sekularisme juga memiliki arti fashluddin anil haya, yaitu memisahkan peran agama dari kehidupan yang berarti agama hanya mengurusi hubungan antara individu dan penciptanya saja.10 Maka sekularisme secara bahasa bisa diartikan sebagai faham

yang hanya melihat kepada kehidupan saat ini saja dan di dunia ini. Tanpa ada perhatian sama sekali kepada hal-hal yang bersifat spiritual seperti adanya kehidupan setelah kematian yang notabene adalah inti dari ajaran agama.

Sekularisme secara terminologi sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memisahkan antara negara (politik) dan agama (state and religion).11 Yaitu, bahwa

negara merupakan lembaga yang mengurusi tatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka, menurut para sekular, negara dan agama yang dianggap masing-masing mempunyai kutub yang berbeda tidak bisa disatukan. Masing-masing haruslah berada pada jalurnya sendiri-sendiri.

Paham sekuler ini pertama mulai mendunia ketika Harvey Cox, menulis sebuah buku berjudul “The Secular City”, kemudian menurut Cox, sekularisasi adalah akibat

9 Syed Naquib Al Attas. Islam dan Sekularisme. (Bandung:Pustaka, 1981). Hal.18-19

logis dari dampak kepercayaan Bible terhadap sejarah. Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam Bible yang menjadi kerangka asas menuju sekularisasi, yaitu “disentchantmen of nature” yang dikaitkan dengan penciptaan (Creation), “desacralization of politics” dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum yahudi dari Mesir, dan “deconsecration of values” dengan perjanjian sinai (Sinai Covenant).12

Jadi menurut Cox, sekularisasi adalah pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain menuju dunia kini. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata Cox, maka kaum kristen tidak seyogyanya menolak sekularisasi. Sebab sekularisasi merupakan konsekuensi otentik dari kepercayaan bible. Maka, tugas kaum kristiani adalah menyokong dan memelihara sekularisasi.13

Yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan antara sekularisasi dan sekularisme. Menurut Syed naquib Al Attas, Sekularisasi adalah Suatu proses yang berkelanjutan dan berakhir terbuka dimana nilai-nilai dan pandangan-pandangan dunia secara terus menerus diperbarui sesuai dengan perubahan evolusioner sejarah.14

Jadi, sekularisasi merupakan proses keterbukaan pandangan pada nilai-nilai yang berlangsung tiada ujung –yang selalu berevolusi- sesuai dengan zaman dan keadaan manusia. Ada tiga komponen integral yang ada dalam sekularisasi, yaitu :

1. Disentchantmen of nature 2. Desacralization of politics 3. Deconsecration of values

Disentchantmen of nature atau pentidakeramatan alam, sebuah istilah yang dipinjam dari ahli sosiologi jerman, Max Weber ; yang memiliki maksud pembebasan

12 Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat:Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-Liberal, (Jakarta :GIP,2005), hal.257

alam dari nada-nada keagamaan, memisahkannya dari Tuhan dan membedakan manusia dari padanya, yang dengan demikian membolehkannya untuk berbuat bebas terhadap alam.15

Alam menurut paham ini sama sekali tidak mempunyai nilai-nilai sakral bahwa alam sebenarnya adalah ciptaan Tuhan yang selanjutnya manusia ditugaskan sebagai penjaga untuk melestarikannya.

Dari penidak-keramatan alam ini sebenarnya mendorong terlahirnya faham atheisme atau yang sedikit lebih halus dari atheisme, yaitu agonitisisme. Bagaimana tidak, ketika alam dilepaskan dari sifatnya yang supernatural, metafisis secara halus itu berarti menolak kepercayaan bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan yang akhirnya mendorong kepada keyakinan bahwa Tuhan tidak ada. Karena secara agonitisisme, ketika Tuhan sebagai esensi dan eksistensi yang tidak mungkin dibuktikan keberadaannya baik secara akal maupun secara empiris, maka tidak ada bedanya meyakini apakah Tuhan itu ada atau tidak. Itulah istilah halus dari atheisme, agnotisisme.16

Desacralization of politics,yaitu penghapusan legitimasi sakral kekuasaan politik17,

seperti yang dipraktekan oleh kristen barat di masa lalu yang menganggap kekuasaan politik sebagai warisan Tuhan sehingga ada dogma yang menyatakan bahwa menghianati penguasa berarti menghianati Tuhan. Hal itulah yang mendorong lahirnya sekularisme dengan desakralisasi politik sebagai salah satu komponennya.

Sekularisme memerlukan komponen ini untuk menghapus legitimasi sakral politik sebagai prasyarat untuk terjadinya perubahan politik yang selanjutnya akan mendorong terjadinya perubahan sosial lalu kemudian diakhiri dengan perubahan sejarah. Karena sejarh menurut sekularisme adalah rekayasa dan perencanaan manusia tanpa adanya

15Ibid. hal.21

campur tangan Tuhan di dalamnya. Maka tentu yang namnya rekayasa perlu kepada skenario yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah salah satu dari skenario pembentukan sejarah versi manusia.

Deconsecration of values,yaitu pemberian makna sementara dan relatif kepada semua karya-karya budaya dan setiap sistem nilai, termasuk agama serta pandangan- pandangan hidup yang bermakna mutlak dan final.18

Dengan demikian sikap manusia terhadap semua nilai-nilai menjadi relatif dan beranggapan bahwa manusia bebas untuk menciptakan perubahan-perubahan nilai itu dan menghilangkan nilai-nilai pandangan yang bersifat mutlak. Yang berarti semua nilai-nilai itu bersifat nisbi.

Perbedaan antara Sekularisasi dan Sekularisme terletak pada komponen yang ketiga, yakni Deconsecration of values. Jika dalam sekularisasi, semua nilai-nilai bersifat nisbi, selalu berubah-ubah, dan tidak pernah mutlak. Maka, sekularisme tidak pernah

mendekonsekrasikan nilai-nilai (Deconsecration of values) karena ia membentuk sebagai sistem nilai sendiri dengan maksud agar dipandang sebagai mutlak dan final.19

Jadi, Sekularisme tidak seperti sekularisasi yang menisbikan semua nilai dan memberikan keterbukaan bagi perubahan. Dari alasan inilah mereka (barat) menanggap sekularisme sebagai ancaman yang harus diwaspadai dan diawasi oleh negara agar tidak menjadi ideologi negara.20

B. Sejarah Sekularisme

Peradaban barat pernah mengalami masa pahit, yang mereka sebut “the dark ages” atau zaman kegelapan. Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi barat runtuh pada tahun 476 dan digantikan mulai munculnya gereja segamai institusi yang menguasai

18 Ibid. hal. 22 19Ibid. hal. 23

eropa hingga abad 14. Pada selang waktu itu terjadi perubahan besar dalam peradaban barat, dimana gereja mendominasi segala aspek kehidupan, terutama dalam politik dengan pemerintahan teokrasinya.

Syamsudin Arif menjelaskan bahwa : Sejarah sekularisasi dimulai dari kekecewaan barat terhadap dominasi gereja dalam segi kehidupan masyarakat yang bermula sekitar 250 tahun yang lalu. Proses sekularisasi bermula dari pergolakan pemikiran dan pertarungan gagasan, seperti dalam kasus Copernicus, Galileo, Darwin dan para saintis lain yang menentang gereja. Begitu juga dibidang teologi muncul tokoh-tokoh seperti Eichhorn dan Strauss yang menerapkan beberapa metode historis kritis dalam kajian bibel. Jawaban lainnya berusaha memperjelas sekularisasi dalam rangka modernisasi, seperti perubahan masyarakat dari agraris ke industri, dari kehidupan pedesaan ke perkotaan, dari kebiadaban menjadi peradaban, dan seterusnya.

Sekularisasi dari Barat, seperti diakui oleh para ahli, sebenarnya bertolak dai ajaran kristen sendiri. Dalam injil Matius XXII:21 tercatat ucapan Yesus :”Urusan kaisar serahkan saja pada

kaisar,urusan Tuhan serahkan kepada Tuhan.” Implikasinya, agama tidak perlu campur tangan

dalam masalah politik. Dari sinilah kemudian muncul dikotomi antara regnum dan sacerdotium, pemisahan antara kekuasaan raja dan otoritas gereja, antara agama dan negara. Doktrin ini dikembangkan oleh St. Agustin yang membedakan kota bumi (civitas terrena) dan kota Tuhan

(civitas dei). Faktor lain yang mendorong sekularisasi di barat ialah gerakan reformasi Protestan

sejak awal abad ke-16, sebuah reaksi terhadap maraknya korupsi di kalangan Gereja yang mengatakan telah memanipulasi dan memolitisasi agama untuk kepentingan pribadi. Maka tidaklah berlebihan bahwa sekularisasi dibarat adalah proses wajar dan niscaya bagi masyarakatnya.21

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab lahirnya sekularisme dari rahim kristen barat. Diantaranya ialah:

Pertama, kristen barat berdasarkan kacamata Islam, sebenarnya adalah bukan lagi murni agama samawi. Dan penamaan kristen sendiri justru bukan lahir saat agama itu diturunkan kepada Nabi Isa (Yesus). Sejarah pun membuktikan, bahwa sepeninggal Nabi Isa as. ajaran yang beliau bawa sedikit demi sedikit mengalami perubahan (baik yang bersifat reduksi, adopsi, maupun asimilasi). Dan perubahan yang sangat mendasar terjadi ketika Paus pertama ada. Atas nama sebagai rasul yang diutus Yesus guna menyebarkan ajaran kristen ke seluruh dunia, dia merubah tatanan nilai dalam kristen itu sendiri, seperti adanya trinitas.

Kedua, ketika kristen bergeesekan dengan budaya Romawi dan filsafatnya yang notabene berbaukan ajaran paganisme, secara lambat laun namun pasti kristen terpengaruh oleh ajaran paganisme tersebut. Filsafa-filsafat Yunani (ketika itu Yunani sudah dikuasai Romawi) pun ikut mempengaruhi pokok-pokok ajaran kristen. Hal tersebut bisa dilihat dari simbol-simbol yang digunakan. Dan sebenarnya filsafat Yunani itulah yang mengandung benih-benih sekuler di dalamnya. Sebagaimana yang kita ketahui setelah filsafat naturalisme menggeser mitologi di Yunani, saat itu Yunani sudah beroirentasikan kepada meterialisme. Dalam artian, sudah tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang bersifat supranatural dan metafisis. Maka, ketika kristen mengadopsi filsafat yunani, alih-alih ingin menguatkan dogma kristen dengan filsafat yang terjadi malah berujung dengan sekularisasi dalam ajaran kristen tersebut.

Ketiga, karena dalam kristen ada teori two swords yang menyatakan bahwa adanya dua kekuasaan yaitu kekuasaan Tuhan yang diwakili oleh Gereja dan kekuasaan dunia yang diwakili oleh raja atau penguasa, dan hal ini adalah apa yang disabdakan sendiri oleh Yesus sebagaimana yang dikisahkan injil, ’’Berikanlah kepada kaisar apa yang

menjadi hak kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan”. Pada teori two swords inilah sebenarnya sudah mengandung benih-benih sekularisme.

Keempat, Kristen tidak mempunyai ajaran yang berbentuk syari’at. Karena Nabi Isa diutus oleh Allah untuk meluruskan syari’at Taurat yang telah diselewengkan dan bukan untuk membawa syari’at yang baru. Oleh sebab itu, di dalam injil lebih banyak berisikan ajaran akhlak dari pada ajaran aqidah atau syari’ah. Seingga ketika kristen (gereja) mendominasi barat dalam segala aspek kehidupan, maka hal tersebut sulit untuk dijalankan dan bahkan banyak mendapat pertentangan-pertentangan.

Dari empat sebab itulah (diantaranya) kristen mempunyai potensi besar untuk melahirkan sekularisme.

C. Pengaruh Sekularisme Terhadap Dunia Islam

Dalam dunia Islam pengaruh dari paham sekularisme dimulai ketika pada zaman imperialisme barat terhadap dunia Islam. Umat Islam dan Khilafah yang pada waktu itu sedang dalam kondisi lemah sedangkan barat sedang dalam proses kemajuan teknologi yang begitu pesat, mendorong sebagian umat Islam untuk mencontoh apa yang dipahami dan dikerjakan barat, salah satunya mengadopsi ide sekularisme.

Di dunia Islam sekularisasi bukan hanya sebuah proses, tetapi juga menjadi paradigma, ideologi, dan dogma yang diyakini kebenarannya dan digarap secara sistematis lagi terencana. Sekularisasi dianggap sebagai prasarat perubahan masyarakat dari tradisional menjadi modern. Akan tetapi, untuk mengurangi perlawanan digunakanlah istilah lain yang lebih halus dan mengelabuhi seperti modernisasi, pembangunan, demokratisasi, liberalisasi, dan lain sebagainya.

Sekularisasi di duia Islam terjadi setelah kolonialisasi negeri-negeri muslim oleh bangsa-bangsa eropa, contohnya India. Pemerintah kolonial inggris di India secara

bertahap mencabut undang-undang(syariat) Islam dan menggantikannya dengan hukum mereka sehingga mulai tahun 1870 M, penerapan hukum Islam di India hanya terbatas pada urusan-urusan pribadi, seperti perkawinan dan warisan.

Hal yang sama juga terjadi di negara-negara muslim lainnya, proses westernisasi disokong oleh sejumlah pemikir liberal pada masa itu, seperti Sir Sayyid Akhmad Khan, Nawwab abd al-latif, Mustafa khan, dan Khuda Bakhsh. Isu yang digarap termasuk masalah akidah, Sayyid Ahmad Khan misalnya, menganggap bibel masih murni dan utuh, jihad tidak relevan, hadis tidak perlu, ayat-ayat alquran yang diturunkan di mekkah lebih penting daripada ayat-ayat madaniyah, tafsir alQuran harus rasional, Mi’raj Nabi hanya vision, dan agama harus ditarik dari ruang publik.22

Di Turki, Pengaruh sekularisme terlihat jelas ketika runtuhnya kekhilafahan usmani yang berada di turki dan digantikan oleh rezim Mustafa kemal pasha .Mustafa attaturk merubah total sistem pemerintahan dan kehidupan di turki, yakni menggantikan kesatuan politik lama yang berlandaskan pada agama dengan landasan nasionalisme sekular.

Turki kemudian menjiplak barat dengan segala aspek kehidupan, mereka berpikir dengan menjiplak barat dan meninggalkan islam, UUD turki pasal 1 menegaskan, turki adalah negara (1) Nasionalis, (2) Kerayatan, (3) Kenegaraan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6) Revolusioneris.23

Sekularisme merupakan yang paling berpengaruh pada negara turki baru. Turki mengalami perubahan total menjadi negara sekular dari sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Islam.Perubahan total tersebut terlihat dari digantukannya azan dengan bahasa turki, jilbab dilarang, biro syaikh al-Islam dihapuskan, kementerian syariah

dihapuskan, hukum waris dan pernikahan tidak lagi menggunakan syariah, bahasa dan tulisan arab digantikan dengan bahasa turki dan tulisan latin dan perubahan-perubahan lain yang menolak eksistensi agama dalam kehidupan.24

Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim kemalis menciptakan apa yang mereka sebut sebagai ‘Islam yang tercerahkan’ (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progessif di amerika serikat, Islam modernis di pakistan, Islam liberal di Indonesia, atau Islam Hadhari di Malaysia. Namun, sebagai ideologi negara, sekularisme di Turki menurut banyak pengamat dinilai gagal mencapai tujuan. Sebab, diam-diam namun pasti Islam sebagai kekuatan politik tampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka.25

Proses sekularisasi di mesir juga berlangsung setelah masuknya penjajah prancis pada tahun 1798 dan inggris pada tahun 1802. Beberapa tahun kemudian lahirlah tokoh- tokoh yang melahirkan pembaharuan ala barat. Diantara pionirnya adalah Rifa’ah al- Thahtawi (1801-1873), dengan gagasannya yang dituangkan dalam buku-bukunya mengenai semangat kebangsaan dan cinta tanah air sama pentingnya bahkan lebih utama daripada persaudaraan atas dasar agama. Kemudian Qasim Amin (1863-1908) mengecam praktek despotisme penguasa dan masyarakat saat itu, tetapi juga menganggap syariat Islam sebagai kendala kemajuan, bahkan diapun menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana, dan pelarangan poligami.26 Kemudian

Ada lagi Ali Abdur Raziq yang mengarang kitab Islam wa Ushulul hukm yang menganggap Islam hanya sebagai agama dan tidak mengatur negara.

24 Ibid. hal.25

Adapun di Indonesia, sekularisasi sebenarnya telah berjalan sejak zaman belanda. Pemerintah kolonial melarang keras ekspresi keagamaan, khususnya Islam yang bagi banyak rakyat nusantara bukan semata-mata agama, melainkan ideologi gerakan. Snouk Hurgronje yang menjadi ulama palsu ala belanda, mendukung pengembangan Islam dibidang ritual keagamaan, tetapi mencegahnya untuk berperan dalam bidang politik.27

Paska kemerdekaan, Indonesia terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu yang menginginkan Indonesia sebagai negara sekular dan kubu yang menginginkan Indonesia yang berasaskan Islam. Akhirnya terbentuklah pancasila, dimana pada sila pertama terdapat kalimat,”Dengan Kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluk- pemeluknya”, namun beberapa hari kemudian kalimat itu dihapus.

D. Pandangan Islam Terhadap Sekularisme

Sekularisme di Dunia Islam bukanlah menjadi sesuatu yang asing lagi. Dapat dikatakan bahwa sekularisme kini telah menjadi bagian dari tubuhnya atau bahkan menjadi tubuhnya itu sendiri. Ibarat sebuah virus yang menyerang tubuh manusia, dia sudah menyerang apa saja dari bagian tubuhnya itu. Bahkan yang lebih hebat, virus itu telah menghabisi seluruh tubuh inangnya dan menjelma menjadi wujud sosok baru; bak sebuah monster yang besar dan mengerikan sehingga sudah sulit sekali dikenali wujud aslinya.

Begitulah kondisi umat Islam saat ini dengan sekularismenya. Perkembangan sekularisme sudah seperti gurita yang telah menyebar dan membelit kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan umat ini yang terlepas dari cengkeramannya. Akibatnya, umat sudah tidak menyadarinya lagi.

Menurut al-Attas, Islam menolak penerapan apapun mengenai konsep-konsep sekular, sekularisasi maupun sekularisme, karena semua itu bukan milik Islam dan

berlawanan dengannya dalam segala hal. Dengan kata lain, Islam menolak secara total manifestasi dan arti sekularisasi baik eksplisit maupun implisit, sebab sekularisasi bagaikan racun yang bersifat mematikan terhadap keyakinan yang benar (iman).

Hal senada dikemukakan almarhum Prof Dr H Mohammad Rasjidi. Rasjidi beranggapan bahwa sekularisme dan sekularisasi membawa pengaruh merugikan bagi Islam dan umatnya. Karena itu, keduanya harus dihilangkan. Baginya, pemikiran baru itu memang dapat menimbulkan dampak positif, seperti membebaskan umat dari kebodohan.

BAB VII

Dalam dokumen MODUL PENGANTAR EKONOMI ISLAM (Halaman 88-99)

Dokumen terkait