• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Islam Fundamentalisme di Timur Tengah

Gerakan fundamentalisme di Timur Tengah didirikan di pusat Arab yang diilhami oleh ajaran Muhammad bin Abdil Wahhab (1703-1792), tokoh yang telah mengembara dan belajar di kerajaan Usmaniyah di Irak dan Syiria.

Dengan mengedepankan wahhabisme, cabang revivalisme ini dikonsolidasikan ke dalam sebuah aliansi diantara suku-suku yang dipimpin oleh seorang ketua suku lokal, Ibnu Su’ud (wafat 1765)20 serta tokoh keagamaannya. Muhammad bin Abdil Wahhab memahami keadaan umat Islam dengan berbagai bentuk amalan dan kepercayaan pada masa hidupnya, yang telah menyimpang dari makna tauhid telah mendorong beliau bersama para muridnya untuk melancarkan dakwah Islamiyah guna mengingatkan umat agar kembali kepad atauhid yang mumi.21

Beliau menjadikan “pendahuluan akal atas zhahir syarat ketika terjadi benturan antara keduanya” sebagai pokok dari pokok-pokok Islam. Ia berkata “pemeluk Islam telah sepakat kecuali sedikit orang yang tidak memikirkannya bahwa jika ada pertentangan antara akal dan naql maka diambil pemahaman yang ditunjukan oleh akal”.22

Gerakan ini lahir bukan sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang dianut oleh kaum awam waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh tarekhat- tarekhat seperti pujaan dan kepatuhan yang berlebihan pada syekh-syekh tarekhat, ziarah ke kuburan-kuburan wali, dengan maksud meminta syafaat atau pertolongan dari mereka dan sebagainya.23 Menurut beliau

kebiasaan-20 Ibnu Su’ud adalah penguasa (Amir) di desa Ad Dar’iyah, sebuah desa di Utara Riyadh beliau mengikat janji setia dengan tokoh keluarga (kabilah) As Su’udy bahwa dia akan tetap berada di tengah-tengah keluarga As Su’udy kemanapun mereka pergi, sedangkan pihak pangeran berjanji akan membantu dalam menyampaikan dakwah dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki.

21 Yossef M. Choueri, op. c it, him. 14

22 http://cmm.oir.id

23 Abdullah Munir dan Sudarsono, Aliran M odern dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, him. 157

kebiasaan itu artinya mengadung syirik atau politheisme dan harus dibrantas. Semua itu adalah bid’ah (sesuatu yang asing) yang dibawa orang dari luar masuk ke dalam Islam. Bid’ah itu mesti dibuang dan orang harus kembali kepada tauhid dan Islam yang sebenarnya yakni tauhid dan Islam yang mumi.

Pindahnya wahabiyah dari eksistensi kepada esensi, dari yang aktual kepada yang ideal, dari apa yang diperbuat oleh muslim terhadap Islam kepada apa yang hams mereka perbuat kepada Islam. Tetap utuh dan kuat bahkan mempunyai daya pembebasan pengaruhnya melampaui masyarakat sekitar dan melampaui kekuatan yang ada. Dan jika ada kelompok konservatif fundamental yang memperoleh dari gerakan wahabiyah megajak “kembali kepada Al Qur'an” dan “kembali kepada sunnah” berarti “kembali kepada Allah yang menciptakan Al Qur'an dan perintah-perintahNya; dan kembali kepada jiwa sunnah dan kemuliaannya”.24

Masalah yang paling pokok yang memenuhi jiwanya pada waktu belajar dan mengembara dari satu negeri ke negeri yang lain adalah masalah tauhid yang merupakan tiang agama Islam, dan yang menyatu padat dalam kalimat la ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah) dan yang membedakan Islam dari agama-agama lain.25

Dengan demikian tidak ada patung, tidak ada berhala, tidak ada penyembahan terhadap orang-orang tua dan nenek moyang, dan tidak ada pemimpin agama yang disucikan, dan sebagainya. Hal itu semua dapat menjauhkan manusia dari Allah yang Maha Esa, dan sebaliknya

' 4 Mukti Ali, Alam Pikiran /siam M odern di Tim ur Tengah, PT. Djambara, Jakarta, 1995, him. 7-8

mensekutukan Allah dengan orang lain mengotori jiwa dan menjadikannya rendah dan jauh dari pikiran tauhid dan dari usaha ke arah penyempurnaan rohani seorang manusia.

Demikianlah jiwa Muhammad bin Abdul Wahab yang selalu memikirkan tauhid dalam aqidah yang jauh dari syirik, dan tauhid dalam syari’at bahwa tidak ada sumbe rhukum dalam berpijak dan melangkah kecuali Al Kitab dan Sunnah nabi. Itulah pokok-pokok dakwah Muhamamd ibn Abdil Wahab, dan berdasarkan itu pulalah tindakannya berlangsung. Gerakan wahabi inilah yang menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan fundamentalisme di Timur Tengah untuk kembali ke ajaran kitab suci dan mencontoh para pembawa risalah agama Islam ini, diantara gerakan fundamentalis itu adalah sebagai berikut:

1. Al Ikhwanul Muslimin di Mesir

Al Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi, pergerakan Islam kontemporer yang paling besar, organisasi pergerakan ini tersebar kurang lebih di 70 negara, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga di wilayah lainnya.26 Gerakan fundamentalisme ini didirikan tahun (1324-1368 H/l 906-1049 M) di Mesir, pada bulan April 1928. oleh Hasan Al Banna yang kemudian Syahid ditembak oleh kaki tangan raja Farug. Kemudian dilanjutkan dengan mengantungkan terhadap para pemimpin terasnya seperti : Sayyid Quthb, dan penyiksaan terhadap para aktifisnya seperti Dr. Yusuf Al Qardhawi, Musthofa Al Mansyur, Fathi Yakan, Said Hawa

Abdullah Nashih Ulwan, Abbas As Sisi, Zainab Al Ghozali dan lain-lain. Yang kemudian menyebar ke seluruh dunia membawa faham gerakan tersebut, tentang gerakan ini. Perdana Menteri Israel Moshe Dayan berkata “tak satupun negara Arab yang ditakuti Israel, satuannya pasukan yang paling ditakuti Israel hanyalah pasukan Ihwanul Muslimin”.

Pada awal mulanya gerakan ini menyeru untuk kembali kepada pangkuan Islam, sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur'an dan As Sunnah mengajak untuk menerapkan syariat dalam realitas kehidupan. Mengembalikan kejayaan Islam dan berdiri menentang arus sekularisasi di kawasan Arab dan dunia Islam, tujuan yang dicanangkan oleh anggota kelompok ini menunjukkan bahwa mereka tampaknya tidak memiliki maksud-maksud politik pada tahun-tahun pertama, tetapi mereka berjuang untuk kembali kepada Islam yang mumi dan menentang Westernisasi Barat di Timur Tengah.

Di dalam perkembangannya, gerakan ini hams menentukan posisi ideologisnya mengenai persoalan Islam dan politik berdasarkan pada agenda-agenda umum. Jadi secara bertahap gerakan ini mengembangkan sayap idiologinya yang jelas dan komprehensif sehingga sangat berbeda dengan idiologi yang menjadi titik pijakan semula. Idiologi ini didasarkan pada ajaran-ajaran sederhana tetapi mengancam struktur politik yang ada.27 28

27 http://swaramuslim.net

Ajaran-ajaran dasar Ihwanul Muslimin diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Islam harus dikembalikan kepada ajaran-ajaran awalnya yakni kembali ketentuan-ketentuan Islam dari sumber-sumbernya yang asli dan memahami Islam sebagaimana dipahami oleh pengikut-pengikut Nabi dan mengikutinya dari generasi salaf yang soleh.

b. Kosnep khilafah difahami sebagaimana sebelumnya yakni Ihwanul Muslimin meyakini bahwa khilafah merupakan simbul kesatuan umat. c. Inklusivitas Islam dalam artian Islam adalah agama dan negara, ibadah

dan jihad, ketaatan dan perintah, kitab (mushaf) dan pedang (jihad) d. Pan-Islam Al Banna menyatakan secara jelas bahwa “setiap milimeter

tanah tempat bendera Islam berkibar adalah tanah air bagi muslim dan harus dipertahankan seluruh umat manusia adalah satu umat dan tanah air Islam adalah satu tanah air.

e. Pemerintahan Islam, menurut Al Banna, pemerintahan Islam merupakan ajaran dasar.29

Pemikiran Ihwanul Muslimin sesungguhnya juga sangat dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu. Namun di tengah dinamika tersebut terdapat hal yang tidak berubah hingga kini Ihwanul Muslimin menekankan pentingnya kembali kepada dua sumber utama yakni Al Qur'an dan As Sunnah, serta menjaga diri dari setiap apapun bentuk kemusrikan demi mencapai kesempurnaan tauhid, kehidupan umat Islam

29

harus diupayakan untuk mengikuti zaman ideal yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya (salafal salih).30

Aliran pemikiran dakwah pergerakan mereka terpengaruh oleh gerakan dakwah Muhammad Abdul Wahab, sebagai sebuah organisasi, pemikiran Ihwanul Muslimin terbentuk dari interaksi dialog dengan pengumulan pemikiran tokoh-tokohnya. Tetapi pemikiran Ihwanul Muslimin sangat terpengaruh oleh dua tokoh besarnya yakni Hassan Al Banna sebagai motor penggerak dan Sayyid Qutb sebagai idiologinya. Hasan Al Banna sebagai motor penggerak organisasi lebih banyak meletakkan dasar-dasar manhaj dakwah. Sedangkan Sayyid Qutb memberikan konsep yang relatif lengkap dan utuh dan filosofi berjuang hingga metode perjuangan.31

Berdasarkan pemikiran di atas, maka bagi Ihwanul Muslimin Islam adalah agama dan negara (din wa dakwah) sekaligus, Islam memiliki konsep sosial dan politik tersendiri, yang harus ditegakkan oleh umat muslim maka selain wialayah kemasyarakatan, negara juga harus diislamkan. Untuk itu segala pemikiran, idiologi, nilai-nilai dan tindakan kolektif harus bersumber dari Islam. Demikian juga dengan sistem kenegaraan. Ia harus menempatkan Islam sebagai sumber satu-satunya. Maka syariat Islam harus mengatur perilaku politik, sistem dan aturan perundang-undangan. Maka dengan demikian syiar Islam akan menjadi

30 M. Imdadun Rahmad, op. c it, him. 35

luas dan negara akan menjadi kuat serta mampu menjamin kehidupan ideal bagi warga negara.

2. Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir adalah sebuah prtai politik Islam yang didirikan Tagiyuddin An Nabhany di Yordania pada tahun 1953, kegiatan utama partai ini adalah politik dan beridiologi Islam. Agenda utama partai ini membangun kembali sistem khilafah Islamiyah dan menegakkan hukum Islam dalam realitas kehidupan.32 Hizbut Tahrir bercita-cita membangun tatanan masyarakat dan sistem politik berdasarkan landasan aqidah Islam. Islam harus menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang, selain membangkitkan kembali uamt Islam dari kemerosotan, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang- undangan dan hukum-hukum yang tidak berasal dari Islam. Serta membebaskan kaum muslimin dari dominasi dan mengaruh Barat. Hizbut Tahrir juga berniat membangun kembali daulah Islamiyah di seluruh dunia, melalui daulah Islamiyah inilah Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum Islam dapat diberlakukan.33

Dalam rangka menjalankan agenda politiknya Hizbut Tahrir menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi yang menentang para penguasa yang tidak menerapkan sistem politik Islam, syariah dan

hukum-32 Ibid., him. 48

'3 Abu Afif dan Nurkhalish, M engenal H izbut Tahrir, Tizbut Thahrir Press, Jakarta, 2000, him. 3

hukum Islam - menurut persepsi mereka menghianati amanat rakyat dan melakukan penindasan.

Menurut mereka nasionalisme dipandang bertentangan dengan konsep umat yang berdasarkan kesamaan agama (ukhuwah Islamiyah), kedaulatan rakyat dinilai mengingkari kedaulatan Tuhan (Hakimiyyah lillah). Demokrasi yang berbasis pemenangan suara mayoritas di hadapan dengan keharusan memenangkan kebenaran yang bersumber dari Islam. Sedangkan hukum sekuler harus diganti dengan hukum syariah y an diturunkan oleh Allah. Pemikiran inilah yang mendasari pilihan strategi perjuangan mereka dengan tidak melibatkan diri dalam proses-proses politik resmi, mereka memakai perjuangan ekstra parlementer. Karena dengan terlibat dalam proses politik demokrasi, berarti telah menghianati keyakinan dan kewjaiban keagamaan mereka.

Perhatian Hizbut Tahrir yang terlalu dipusatkan kepada agenda

khilafah Islamiyah, sehingga mereka melalaikan agenda membebaskan umat dari syirik, khurafat, bid’ah, melupakan pembentukan akhlak, pemikiran yang Islam serta menangani keterbelakangan dan kemunduran umat mereka menganggap problematika utama, bahaya yang paling mengancam, serta dosa terbesar, ialah tiadanya kekholifahan dalam kehidupan umat Islam, sehingga dengan demikian, solusi dari semua problematika penyelesaian semua bencana dan terapi bagi semua penyakit yang ada, hanya bisa dicapai bila kita memilih seorang yang kemudian kita 34

34

setbut “kholifah”. Seakan-akan Islam dapat terpresentasikan dalam kata “khilafah” atau “khalifah” saja.35

Untuk mewujudkan cita-cita dalam menegkkan khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah diantaranya yakni:

a. Tahap Pengkaderan

Pada tahap ini, pembinaan yang dilakukan adalah untuk melahirkan generasi penerus perjuangan yang mempunyai komitmen terhadap perjuangan dan solid dalam idiologi pergerakan untuk mewujudkan sebuah khilafah Islamiyah.

b. Tahap Ineraksi dengan masyarakat

Tahap ini berupa upaya mendorong masyarakat untuk mengemban dakwah Islam dengan membentuk kesadaran dan opini umum atas ide-ide dan hukum Islam yang telah dipilih dan ditetapkan Hizbut Tahrir.

c. Tahap merebut kekuasaan

Pada tahap ini strategi Hizbut Tahrir ditujukan pada penyebaran risalah Islam secara praktis ke seluruh penjuru negeri. Walaupun demikian, Hizbut Tahrir membatasi aktivitas dakwahnya dalam aspek politik tanpa kekerasan baik dalam menentang sistem kekuasaan atau dalam menentang orang-orang yang menghalangi dakwahnya. Perebutan kekuasaan dalam konsep Hizbut Tahrir. Ini akan muncul melalui perlawanan rakyat secara pasif tanpa

35 Yusuf Qardhawi, K ebangkitan Gerakan Islam dari Transisi M enuju Kematangan, terj. Abdullah Hukum Syah dan Aunul Abied Syah, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2003, him. 236

menggunakan senjata apalagi jika para pejabat maupun kalangan militer juga menggunakan hal yang sama. Bagi Hizbut Tahrir perjuangan fisik dalam konsep jihat hanya akan digunakan apabila musuh-musuh yang dianggap kafir menyerang atau mengintimidasi salah satu negeri Islam.36

3. Gerakan Salafi

Salah satu faktor kebangkitan Islam di Timur Tengah ialah jama’ah salafi, kita lebih tepat menyebutnya “jama’ah-jama’ah salafiyin”, karena kaum salafiyin pada hakikatnya tidak pernah menjadi satu jama’ah atau kelompok saja. Sebutan ini digunakan oleh berbagai kelompok yang berbeda dari masa ke masa. Tidak pernah ada institusi formal yang menjadi tempat bernaung kaum salafiyun. Sebab salafiyin adalah aliran umum yang tidak terbentuk dalam perkumpulan-perkumpulan kecuali di beberapa negara dalam beberapa waktu saja. Sebagai semisal jama’ah ansar Al Sunnah Al Muhammadiyah di Mesir dan di Sudan, atau Jami’iyyah Ihya Al Tarus Al Islami di Kuwait.37

Kumpulan ini mendefinisikan kelompoknya sebagai Islam itu sendiri. Salafi merupakan Islam yang mumi dan bebas dari penambahan, pengurangan dan pembahan Salafiyah adalah Al Qur'an dan sunnah. Salafi bukanlah partai politik atau mazhab baru tetapi dakwah salafi merupakan Islam dalam totalitasnya yang menuntun manusia. Apapun budaya, ras atau warna kulitnya, ia merupakan metode (manhaj) yang lengkap dan

36 M. Imdadan Rahmad, op. c it, him. 51-52

sempurna dalam memahami Islam dan melaksanakan tindakan dengan

• • i»

ajaran-ajarannya.

Dengan demikian dakwah yang mereka lakukan ialah dakwah dengan mengajarkan ketaatan yang total kepada manhaj Nabi Muhammad dan As Salaf As Salih. As Salaf merupakan kata umum yang menunjukkan para pelopor Islam yang shalih dan semua orang yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan moril dan tingkah laku. As Salaf As Salih menunjuk tiga generasi muslim terbaik dan umum. Mereka adalah sahabat Nabi, tabi’in dan tabiut tabiin. Mereka telah dijanjikan oleh Nabi sebagai sebaik-baik umat adalah generasi saya, lalu generasi setelahnya, lalu generasi yang datang setelahnya. Rasulullah telah mengkabarkan bahwa umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan saja :

oh

C fr* ^

'y J'

( f &

o'

O

4-iil ojwft

»•

Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan terpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di neraka dan satu golongan di dalam surga yakni Al Jama ’ah” (HR. Ahmad)38 39

38www.gss.org

39 Muhammad bin Jamil Zainu, Jalan Golongan yang Selam at, terj. Ainul Haris Yunus Arifm Thoyib Lc., Darul Hq, Jakarta, 1993, him. 2

Hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah ketika mengkabarkan bahwa umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semua binasa kecuali satu golongan saja. Maka beliau tidak membiarkan ciri-ciri dan kriteria golongan yang selamat tersebut tidak jelas atas umatnya. Namun beliau menyebutkan dan menjelaskan ciri-ciri dan kriterianya dengan penjelasan yang sangat jelas dan gamblang, dengan kalimat yang singkat dan padat. Ini termasuk “jam i'ul kalim'*40 yang telah Allah karuniakan kepada beliau, maka beliau menyebutkan ciri-ciri dan kriteria tersebut dengan sabda

( fjJ' ^ N ^ Jk d* (*■*

“Mereka adalah orang-orang yang kondisinya seperti kondisiku dan kondisi para sahabatku pada hari in f'

Yang dimaksud “kondisi” pada konteks hadis tersebut adalah kondisi agama seseorang, baik dalam hal aqidah, manhaj, ibadah, dakwah, dan metode berfikir. Maka golongan yang selamat itu adalah orang-orang yang kondisi aqidah manhaj, ibadah, dakwah dan metode berfikimya sama dengan kondisi aqidah, manhaj, ibadah, dakwah dan metode berfikir Rasulullah dan para sahabat pada hari ini.41 Ini merupakan ciri dan kriteria yang singkat (namun padat dan jelas) bagi jalan yang ditempuh oleh golongan salaf yakni ittiba’ terhadap Al Qur'an dan As Sunnah harus dipahami dan dijalankan oleh generasi awal kaum muslimin yakni para

*' J aw am i'ul kalim adalah kalimat yang singkat namun kandungan maknanya luas dan

dalam

41 Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Sebuah Tinjauan Syariat, M ereka Adalah

sahabat, kemudian generasi tabi’in dan generasi berikutnya tabi’it tabi’in dan seruan inilah yang senantiasa dikumandangkan oleh dakwah salafiyah sekaligus sebagai rujukan utama baik dalam asas dakwah maupun dalam

A'}

manhaj tarbiyah.

Terma salaf juga digunakan untuk menyebut para ulama ahlussunah wal jama’ah sesudah tiga generasi yang diberkahi yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan maupun perilaku. Menurut pendukung dakwah salafi, diantara para ulama tersebut adalah Abu Hanifah (150), Al Awaa’i (157), Al Tawn (161) Al Lais bin Sa’d (175) Malik bin Anas (179), Abdullah bin Mubarok (181), Sofyan bin Unainah (198), As Safi’i (204), Ishag (238) Ahmad bin Hambal (241) A1 Bukhari (256), Muslim (261), Abu Dawud (275), Ibnu Taimiyah (728), A1 Zahabi (748), Ibn Qoyyim (751), Ibn Katsir (774), Muhammad bin Abdul Wahab (1206) dan sejumlah muridnya pada zaman kita.42 43

Kaum salafi bercita-cita menghidupkan kembali sunnah Nabi dalam ibadahnya dan kebiasaan hidupnya. Beberapa karakter seorang salafi antara lain :

a. Menganjurkan yang baik dan melarang yang munkar. Dia mengingatkan masyarakat tentang syirik, bid’ah jalan yang sesat, penyimpangan dan kelompok-kelompok yang senang dengan kekerasan.

42 Ibid., him. 81

b. Terus menerus mengharap ampunan Allah, melakukan pertobatan yang sungguh-sungguh, mengingat Allah secara terus menerus, menyibukkan diri untuk melakukan perbuatan baik dalam rangka membersihkan j iwanya.

c. Beribadah kepada Allah disertai dengan rasa takut berharap dan bercinta.

d. Ia bukan khawarij yang mengkafirkan banyak kaum muslim karena ia berbuat dosa. Ia bukan syi’ah yang menghujat para sahabat yang mengatakan bahwa Al Qur'an telah diubah, menolak keaslian sunnah dan memuja keluarga Nabi. Iabukan qodariyah yang menolak takdir Allah, ia bukan muiji’ah yang mengklaim bahwa Iman adalah hanya dengan kata-kata bukan perbuatan. Ia bukan mu’tazilah yang menolak sifat Allah dan ia bukan sufi yang memuja kuburan dan mengklaim kebangkitan abadi.

E. Pengertian Ibadah

Kata ibadah dalam bahasa Arab berasal dari kata ixs- x s> yang

artinya menyembah atau ibadah.44 Secara istilah ibadah adalah menyusun kerangka usaha yang mendekatkan orang-orang Islam dengan Tuhan, karena muslim ini mengagungkan kebesaran Allah sebagai bukti kebenaran iman dan ketaatan kepadanya.45

44 A.W. Munawir, Kamus A l M unaw ir Arab Indonesia E disi L u x, Pondok Al Munawir, Krapyak, Yogyakarta, 1989, him. 951

45 Oemar Muhammad Al Taumy, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, him. 185

Sedangkan pengertian ibadah secara etimologi berasal dari kata “abada” yang berarti mengabdi, tunduk dan merendahkan diri.46 Sedangkan menurut istilah (ahli tauhid) mengartikan mengesakan Allah, menta’zinnya dengan sepenuh ta’zin serta menghinakan diri kita untuk memudahkan jiwa padaNya. Menurut ahli fiqh mengartikan ibadah adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Allah dan mengharapkan pahalanya di akhirat.47

Sementara dalam syara’ ibadah mempunyai 3 definisi tetapi maknanya sama yakni:

1. Ibadah adalah taat pada Allah dengan melaksanakan perintahnya melalui lisan para Rasul.

2. Ibadah adalah merendahkan diri pada Allah yaitu tingkat tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabah yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun batin.48

Sedang menurut istilah (ahli tauhid) mengartikan ibadah yakni mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh-penuh ta’zim serta menghinakan diri kita untuk memudahkan jiwa padanya.49 Dari pengertian tersebut di atas maka ibadah dibagi menjadi 2 yakni:

46 Zaini Dahlan dkk, F ilsafat H ukum Islam , Bumi Aksara, Jakarta, 1995, him. 168 47 Zakiah Darajat. Ilm u Fiqh I, PT. Agama Islam, Jakarta, 1983, him. 48

48 Sholeh bin Fauzan Abdullah, Kitab Tauhid I, Darul Hak, Jakarta, 1995, him. 69 4; Hasbi As Shidiqi, Kuliah Ibadah S eg i H ukum dan H ikm ah, Bulan Bintang, 1990, him. 182

1. Ibadah mahdlah adalah ibadah yang berhubungan dengan langsung dengan Allah yang tidak melibatkan kepentingan orang lain dalam pelaksanaannya.

2. Ibadah ghoiru mahdlah adalah ibadah yang berhubungan dengan manusia atau dengan kata lain ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan orang lain.50

Dari pengertian ibadah di atas maka penulis menyimpulkan ibadah adalah kegiatan penghambaan seorang manusia kepada Allah, selaku pencipta manusia dengan menghambakan diri kepadaNya, mengesakannya dengan sepenuh hati dan memasrahkan jiwa dan ragaNya kepada Allah sebagai bukti ada kekuatan iman dan ketaatannya dalam rangka mengharapkan ridho-Nya.

Dokumen terkait