• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH (Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH (Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL

PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH

(Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

NIM. 111 02 041

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

Dosen STAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Salatiga, Januari 2007

Lamp. : 3 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

Sdr. Roihan Zainul Musthofa Ketua STAIN Salatiga di

-SALATIGA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari :

Nama : ROIHAN ZAINUL MUSTHOFA

NIM. : 111 02 041 Jurusan : Tarbiyah

Progdi : PAI

Judul : PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM

FUNDAMENTAL PENGARUHNYA

TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH

MAHDHOH (Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)

Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. H.M. Zulfa Machasin, M.Ag NIP. 150 177 821

(3)

Jl. Stadion 03 Tclp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 507,21 W ebsite : w w w . s l a i n sa 1 a 1 i n a . a e . i J E-mail : adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id

D E K L A R A S I

B i' millah irrah man irrah im

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupvn pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, Januari 2007

(4)

SALATIGA

Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara : ROIHAN ZAINUL IMUSTHOFA dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 041 yang berjudul PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN

BERIBADAH MAHDHOH (Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga

Angkatan 2002) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu, 10 Februari 2007 yang bertepatan dengan tanggal 22 Muharram 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu l arbiyah.

. . 10 Februari 2007 M Salatiga,---22 Muharram 1428 H Panitia Ujian

Pembimbing

Drs. H.M. Zulfa Machasin, M.Ag NIP. 150 177 821

(5)

Mutiara Penyejuk Jiwa

Sadarkah kita terhadap sebuah bahaya...

Keranda mayat yang selalu menanti setiap anak Adam walau selamat sepanjang hidupnya. Suatu hari dia pasti akan terbaring tak berdaya di dalam keranda mayat yang mengusungnya

Saudaraku ...

Ingatlah kita wasiat Rasul

Tidak akan beranjak kaki seorang hamba dari hadapan Allah di hari kiamat, hingga dia ditanya tentang lima perkara

Tentang umurnya kemana dihabiskan

Tentang masa mudanya dimana dia hamburkan Tentang hartanya darimana dia dapatkan Tentang hartanya kemana ia belanjakan

Tentang ilmu yang dimilikinya apakah ia amalkan

Saudaraku ....

Siapkah kita menjawab pertanyaan ?

Siapakah kita menghadap sang Maha Penimpa musibah ? Cukuplah bekal yang kita siapkan ? Akankah kesempatan sekarang kita sia-siakan ?

Saudaraku ....

Tidak ingatkah engkau dia memanggil ? Setiap jiwa yang ingin berhasil Mengharap kasih dari Sang Maha Adil, demi kebahagiaan di hari akhir.

Saudaraku....

Kini 1 Muharram telah di depan mata

Persiapkan diri kita untuk menyambutnya... Sadarkah kita terhadap kesempatan... Belum tentu di tahun depan dia akan datang kembali

(6)

dosa. Bacalah Al Qur'an dan bertasbih kepadaNya dengan segala ketulusan, Inilah bulan tastik dan bacaan Al Qur'an, menggema dan meresap di dalam qolbu.

Saudaraku ...

Keluarga, tetangga, hingga saudara seiman. Maut telah menjemput mereka, meninggalkanmu sebatang kara. Sungguh alangkah dekatnya kematian itu. Daripada mereka yang berada di samping kita

Saudaraku ...

Berbekallah dengan ketaqwaan. Karena engkau tidak mengerti, jika jelang malam mencekam, akankah engkau hidup hingga esok hari. Berapa banyak pengantin demi pasangannya. Diapun dihiasi dengan mahligai permadani dan elok, akan tetapi ruhnya telah melayang di malam hari. Berapa banyak anak-anak kecil, mereka harapan di kemudian hari, akan tetapi di dalam kubur kini mereka terselimuti. Berapa banyak mereka yang sehat lalu mati tanpa penyakit, padahal yang sakit masih bernyawa hingga hari ini. Berapa banyak para pemuda, mereka lalai dari sore hingga pagi hari. Padahal kafannya telah menanti sedang ia sendiri sedang tidak menyadari

Saudaraku ....

Mulai sekarang ikhlaskanlah niat dalam segala amal kebajikan, bertaqorub pada Ilahi Robbi selami syariat dan raih hakikat nisayca pahala akan selalu kita raih Kepada Allah SWT bertaqwalah selalu. Itulah keselamatan dari petaka sesudah mati. Bertaqwalah engkau selalu pada Allah. Karena itu yang akan mendatangkan ketakutan di hari ini, lusa dan yang akan datang hingga hari kiamat nanti

Saudaraku ...

Setiap orang ingin bahagia, setiap orang ingin hidup selamat sentosa. Berapa banyak mereka yang salah melangkah, ujungnya hanyalah penyesalan belaka. Engkau mendambakan keselamatan, tapi jalannya tidak engkau lalui. Sungguh kapal tidak akan berlayar, di atas daratan ini.

(7)

Waktu terkadang terlalu lambat, bagi mereka yang menunggu kebahagiaan. Terlalu cepat bagi mereka yang takut api neraka, terlalu panjang bagi yang gundah dalam lumuran dosa dan jurang kenistaan. Dan terlalu pendek bagi yang sedang merasakan nikmatnya dalam latuan dzikir. Akan tetapi bagi yang selalu mengasihi waktu adalah keabadian.

Semoga Allah melimpahkan taufiqnya pada kita semua... Amin.

Penyusun

Roihan Zaenul Musthofa

(8)

Skripsi ini enyong persembahkan kepada

• Abi dan Umi Roihan tercinta yang telah membesarkan dalam lautan kasih sayang, membimbing dan mendidik enyong dari kecil.

• Abu Aska Abdillah sekeluarga yang memberi pengarahan dan dukungan moral.

• Temen-temen mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2002 sebagai generasi penerus peijuanigan Islam.

• Tiem Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) STAIN Salatiga di SMU 3 Salatiga.

• Tiem Kuliah Kerja Nyata (KKN) STAIN Salatiga di kampung Perengan Kaponan Pakis Magelang.

• Segenap santri di Padepokan Nurul Asna Pulutan Salatiga

• Spesial untuk Dek Himatul Aliyah sang Matahariku, sinar di tengah kegundahan hati, pengobar semangat di kala kemalasan menghampiri. Thank for all.

(9)

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji sesungguhnya hanya untuk Allah kita memuji, meminta pertolongan, memiilta ampunan, dan berlindung kepadaNya dari kejahatan jiwa dan keburukan amal kita, barang siapa diberi petunjuk oleh Alah, maka tidak seorangpun yang bisa menyesatkannya dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yallg bisa menunjukinya.

Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya skripsi sederhana yang berjudul “Persepsi Mahasiswa tentang Islam Fundamental Penaruhnya terhadap Ketekunan Beribadah Mahdhoh (Studi Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)” ini dapat terselesaikan.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Drs. H.M. Zulfa Makhasin, M.Ag selaku pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan perhatiannya kepada penulis.

3. Segenap dosen dan staf karyawan STAIN Salatiga yang memberikan pelayanan akademik maupun non akademik pada penulis.

4. Bapak Drs. KH. Nasafi selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna di Pulutan Sidorejo Salatiga tempat dimana penulis tinggal selama menyelesaikan studinya.

(10)

Losari Pakis Magelang tempat dimana penulis menemukan kembali sebuah spirit spiritualitas sebuah rangkaian syariat.

6. Abah Moh. Samsyul Bahri, S.Pd.I (the best wisudawan PBA) yang selalu memberi semangat spiritualitas, temen diskusi dalam segala hal di masa akhir penyelesaian study.

7. Abah dan umiku tercinta yang telah memberikanku dalam lautan kasih sayang, membimbing dan mendidik dari kecil.

8. Abu Aska Abdillah sekeluarga yang memberikan pengarahan dan dukungan moHl dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2002, thank for all. 10. Keluarga besar santri di Pondok Nurul Asna Pulutan Sidorejo Salatiga.

11. Tiem PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) STAIN Salatiga di SMU 3 kota Salatiga.

12. Tiem KKN (Kuliah Keija Nyata) STAIN Salatiga di kampung Pakis Magelang.

13. M. Syamsuri (pakar multi media) yang telah menuntun penulis dalam mengakses internet.

14. Mr. Yuli (Sahabat Comp) yang telah membantu penulis dalam hal teknis penulisan skripsi.

15. Diajeng Umi Khariroh, S.Pd.I yang telah membantu mencarikan referensi dalam pembuatan skripsi.

(11)

yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga jasa baik mereka diterima Allah SWT, dan dicatat sebagai amal sholih, Amin.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membdngun dari semua pihak demi keserrtpUmdan skripsi ini. Sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca yang budiman pada umumnya.

Alhamdulillah

Salatiga, 25 Januari 2006

Penulis

Roihdn Zainul Musthoia NIM. 111 02 041

(12)

HALAMAN JUDUL... i

DEKLARASI ... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR I S I ... xii

DAFTAR TABEL... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 3

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Hipotesis... 8

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Islam Fundamental ... 14

B. Latar Belakang Timbulnya Fundamentalisme ... 16

C. Islam Fundamental di Indonesia... 21

D. Islam Fundamentalisme di Timur Tengah... 26

(13)

F. Aplikasi Ibadah Madloh dalam Kehidupan Sehari-hari... 42

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga... 54

1. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga... 54

2. Bergabung dengan IAIN Walisongo... 55

3. Alih Status menjadi STAIN... 58

4. Organisasi STAIN ... 60

5. Struktur Organisasi... 60

6. Organisasi Kemahasiswaan... 61

B. Keadaan Responden... 66

1. Data Responden... 66

2. Jawaban Angket Persepsi mahasiswa tentang Islam Fundamental ... 69

3. Data tentang Ketekunan Beribadah Mahdhoh... 71

C. Korelasi antara Persepsi Mahasiswa tentang Islam Fundamental dengan Ketekunan Beribadah Mahdhoh... 74

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama... 77

B. Analisis Kedua... 91

C. Analisis Ketiga... 99

D. Interprestasi Data... 104

(14)

A. Kesimpulan... 106 B. Saran-saran ... 107 C. Kata Penutup... 108 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(15)

TABEL I KEADAAN MAHASISWA STAIN SALATIGA ANGKATAN 2002... 66

TABEL II JAWABAN ANGKET PERSEPSI MAHASISWA

TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL... 69 TABEL III HASIL OBSERVASI KETEKUNAN BERIBADAH

MADHOH... 71 TABEL IV DATA TENTANG PERSEPSI MAHASISWA TENTANG

ISLAM FUNDAMENTAL MAHASISWA STAIN

SALATIGA ANGKATAN 2002... 78

TABEL VIII PROSENTASE TINGKAT PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL... 82

TABEL IX PROSENTASE JAWABAN ANGKET PERSEPSI

MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL MAHASISWA STAIN SALATIGA ANGKATAN 2002... 82

TABEL X HASIL OBSERVASI TINGKAT KETEKUNAN

BERIBADAH MADHOH... 92 TABEL XI PROSENTASE TINGKAT KETEKUNAN BERIBADAH

MAHDHOH MAHASISWA... 96 TABEL XII PROSENTASE HASIL OBSERVASI ... 96

(16)

FUNDAMENTAL PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH... 100 TABEL XIV TABEL KERJA PRODUCT MOMENT KOEFISIEN

KORELASI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM

FUNDAMENTAL PENGARUHNYA TERHADAP

KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH... 102

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah fundamentalisme pertama kalinya digunakan oleh kelompok- kelompok penganut agama Kristen di Amerika Serikat untuk memahami aliran pemikiran keagamaan yang cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis (harfiah). Dalam konteks ini fundamentalisme pada umumnya dianggap sebagai reaksi terhadap modernisme. Reaksi ini bermula dari anggapan bahwa modernisme yang cenderung menafsirkan teks- teks keagamaan secara elastis dan fleksibel untuk menyesuaikan dengan berbagai kemajuan di zaman modem, akhirnya justru membawa agama ke posisi yang semakin terdesak ke pinggiran.1 Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim maka dapat dimengerti bahwa perhatian dan minat terhadap Islam yang lebih dari biasanya seperti ditunjukkan oleh kelompok- kelompok yang penting dan strategis seperti mahasiswa, kaum cendekiawan atau kelas pekerja perkotaan, menjadi pusat pembahasan baik nasional maupun internasional/

Jika kita hubungan dengan fakta sejarah memang dapat dijumpai adanya kelompok-kelompok dalam Islam yang berpandangan demikian, 1 2

1 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Indonesia, PT. Raja Grafindo ^ersada, Jakarta, 2001, him. 18

2 Riaz Hassan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme, CV. Rajawali, Jakarta, 1985, him. 156

(18)

walaupun tidak sepenuhnya muncul sebagai reaksi terhadap modernisme, melainkan juga karena latar belakang politik, teologi dan lain sebagainya.3 Kerinduan terhadap masa-masa keemasan pada zaman nabi dan kekhalifahan yang diperhadapkan pada efek tragedi kolonisasi yang dialami oleh umat Islam melatar belakangi tumbuhnya gerakan fundamentalis militan Islam yang mengangkat tema-tema seperti pan Islamisme, Daulah Islamiyah, syariat Islam, anti Barat, anti Zionis, dan anti Demokrasi, tema-tema tersebut dipersepsikan sebagai indikator kekafahan dan kejayaan Islam (The Glory of Islam).4 Maka dalam konteks ini, kelompok Islam radikal selalu menyerukan pemberlakuan syariat Islam secara kaffah oleh negara. Hal ini dapat dipahami karena doktrin relasi agama dan negaranya yang begitu integralistik; kesatuan antara agama dan negara (al din wa al siyasah)5 yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Bagi mereka syariat Islam harus diberlakukan oleh negara dengan alasan sebagai berikut:

1. Melaksanakan syariat Islam secara utuh dan menyeluruh (kaffah) merupakan kewajiban dan tanggung jawab kolektif dari setiap orang beriman (Al Baqarah : 208)

2. Kesengajaan melaksanakan sebagian syari’at Islam dan menolak sebagian yang iain akan mengakibatkan kesempitan hidup di dunia dan siksa Allah di akhirat (Al Baqarah : 85)

3 Abuddin Nata, op. c it, him. 19

4 S. Yunanto, et. al., Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara,

Friedrich-Ebert-Stiftung (FES), Jakarta, 2003. him.

(19)

3. Penegakan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) adalah puncak peijuangan umat Islam sebagaimana dikehendaki Allah yang akan menghantarkan pada kemuliaan hidup.

4. Penegakan syariat Islam secara kaffah adalah bentuk konkret dari ketaqwaan Allah SWT dan menjadi solusi dari semua krisis dan persoalan hidup manusia.6

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan objektif dengan memakai pendekatan ilmiah. Maka mendorong penulis mengkaji persoalan di atas secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul

“PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISLAM FUNDAMENTAL

PENGARUHNYA TERHADAP KETEKUNAN BERIBADAH MAHDHOH (Study Kasus Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2002)”.

B. Penegasan Istilah

Agar terhindar dari salah tafsir, maka penulis akan memberikan penjelasan dan pembatasan dari judul di atas sebagai berikut:

1. Persepsi mahasiswa tentang Islam fundamental

Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.7 Fundamental berarti dasar, alas pondamen atau sesuatu yang

6 Ibid., him. 122

(20)

menjadi pokok dasar tumpuan berpikir (berpendapat) dan sebagainya serta cita-cita yang menjadi dasar.

Jadi yang dimaksud persepsi mahasiswa tentang Islam Fundamental di dalam skripsi ini adalah pandangan mahasiswa tentang Islam yang dalam pemahaman dan praktiknya bertumpu kepada hal-hal yang azasi yakni landasan pokok Al Qur'an dan As Sunnah.Adapun indikator dari variabel Islam Fundamental adalah sebagai berikut:

a. Dalam menyikapi teks-teks suci menggunakan penafsiran Harfiyah Tekstual,serta menolak segala metafor dan takwil atas sesuatu nash (teks)8 9

b. Keiginan untuk kembali keajaran kitab suci dan mencontoh para pembawa risalah agama.10 *

c. Sikap dan pandangan yang radikal,militan,berfikir sempit (narrow­ minded) bersemangat secara berlebihan (ultra zealous) atau ingin mencapai tujuan dengan memakai cara-cara kekerasan.11

d. Kaum Fundamentalis Islam ingin memperjuangkan isu-isu syariat Islam dan adanya keinginan yang kuat untuk menegakkan khilafah.12 e. Fanatisme terhadap satu pendapat tanpa mengakui adanya pendapat

lain dan tanpa memberikan tempat bagi pendapat lain yang jelas memberikan kemaslahatan kepada manusia sesuai dengan tujuan

8 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pusataka, Jakarta, 1991, cet. XII, him. 61

9 http://Media .\sne\.Orgl\s\amlEc\JFundamentalismeXtfm\

10 http://www./r<*/ar.co.id 17 Abuddin nata, op. c it,b \m .\l

12 http://www. Sinar harapan.co.id.

(21)

syari’at, situasi zaman serta tidak membuka pintu dialoq untuk orang lain.13

f. Sikap kasar dalam bergaul, keras dalam metode dakwah, pedas dalam berdakwah, padahal Allah dan Rosululloh memerintahkan untuk berdakwah dengan hikmah dan pengajaran yang baik bukan dengan kekerasan serta untuk berdialoq dengan cara-cara yang baik.14

g. Kaum Fundamantalisme beranggapan bahwa selalu ada hal penting yang harus diambil dari agama pada masa lalu untuk dibawa kemasa sekarang.15

h Silai dan gerakan keagamaannya mengajak ke islam yang murni sebagai sebuah agama taukhid (mengesakan Allah) kepercayaan ini membawa kepada gerakan pemurnian islam dari kebiasaan-kebiasaan tradisi dan bid’ah -bid'ah asing.16

i. Rerprasangka buruk kepada orang lain serta memandangnya dengan kacamata hitam.sehingga tertutublah segala kebaikan dan yang terlihat hanyalah keburukan.17

j. Kaum fundamentalisme cenderung memaksakan kehendak dengan menggunakan berbagai cara-cara kekerasan seperti propaganda, hasutan, terorisme bahkan pembunuhan dan sebagainya.18

Yusuf Qardhowi, Islam Radikal (Analisis terhadap Radikalisme dalam berislam dan

Upaya Pemecahannya, Intermedia, Solo, 2004, hlm.4G

14 /A/</..hlni.47

' hiip://w\vw. Rahima or.id.

16 Yousscf M Choveiri, Islam Claris Keras, PT. Qorun,Yogyakarta, 2003, him.20

(22)

2. Ketekunan Beribadah Mahdhoh

Ketekunan mengandung arti kekerasan, tekat dan kesungguhan hati.19 Beribadah mahdhoh diartikan sebagai bakti manusia kepada Allah karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid.20 21 Sedangkan mahdhoh sendiri diartikan adalah ibadah yang sudah ditentukan dalam hubungan antara manusia dengan Allah yang tidak melibatkan kepentingan orang lain. Berdasarkan informasi di atas, maka yang kami maksud ketekunan beribadah mahdhoh pada mahasiswa adalah keadaan mahasiswa dengan rutinitas kesehariannya yang berhubungan dengan ibadah yang tidak melibatkan orang lain seperti shalat, puasa, zikir, dan lain-lain.

Adapun variabel tentang ketekunan beribadah mahdhoh mempunyai indikator sebagai berikut:

a. Kesadaran untuk mengerjakan shalat wajib dengan berjama’ah, karena mengetahui hakikat dan keagungannya.22

b. Melaksanakan shalat tepat pada waktunya bahkan menunggu shalat shalat jama’ah lebih afdhol dari pada shalat sendirian diawal waktu.23 c. Senantiasa meninggalkan semua pekerjaan ketika mendengarkan

panggilan adzan untuk segera melaksanakan shalat jama’ah.24

'9 /6*&,hlm.l035

zu Nasruddin Rozak, Dilema Islam,PT.Al-Ma’arif,Bandung. 1993,hlm.44

21 Wawancara dengan Bp Zulfa (Guru besar STAIN Salatiga) tanggal 10 Mei 2006 " Sholih bin Ghonim bin Abdulloh ass-Sadhani, Shalat Ja m a ’ah, terj. M Nur Abrari, Pustaka Arofah, Solo, 2002, hlm.34

23 Ibid.,him. 105

(23)

d. Merasa kepuasan tersendiri ketika shalat beijama’ah maupun sesudah shalat j ama’ah

e. Merasa harus untuk selalu melaksanakan shalat wajib dengan berjama’ah.

f. Kesadaran untuk mengerjakan shalat sunnah qobliyah maupun j e

ba’diyah / sebelum maupun sesudah shalat fardhu.

g. Kesadaran berdo’a atau berdzikir setelah melaksanakan shalat dan biasanya dilakukan dengan sendiri-sendiri tanpa dipimpin oleh imam shalat.25 26

h. Melaksanakan puasa wajib dibulan ramadhan sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan karena keutamaan dan manfaatnya yang besar.27 i. Kesadaran untuk melaksanakan puasa yang disunnahkan. Seperti:

Puasa hari arofah bagi selain yang berhaji yakni pada tanggal 9 dzulhijjah, puasa 6 hari dibulan syawal,puasa sepuluh pertama dibulan dzulhijjah, puasa dihari senin dan kamis, dan sebagainya.28

j. Kesadaran mengeluarkan zakat fitrah diakhir bulan ramadhan sebelum terbit fajar shalat idhul fitri maupun zakat harta benda ketika sudah mencapai nisobnya.29

25 Abdulloh bin Sulaiman Al-marzuq, Shalat Sunnah yang Dianjukan Rosululloh, terj.Hidayat.JS, Puataka Barokah, Solo, him. 28

26 Abdulloh bin Sholih Al-FauzanjSyarah Tiga Landasan Utama, terj. Abu ihsan Al- Atsary, Pustaka At-tibtyan, Solo, 2002, hlm.l 15

27 Abdulloh bin Jarulloh bin Ibrahim bin Jarulloh, Risalah Ramadhan, teij.M Yusuf Harun, Yayasan Assofa, Jakarta, Darul Fatah,Jakarta,2003,hlm.415-416

28 Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, Darul Fatah, Jakarta, 2003, him. 41 5-416

(24)

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul di atas, penulis merumuskan beberapa masalah pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi mahasiswa STAIN Salatiga tentang Islam Fundamental ?

2. Bagaimana tingkat ketekunan beribadah mahdhoh mahasiswa STAIN Salatiga ?

3. Adakah pengaruh persepsi tentang Islam Fundamental dengan ketekunan beribadah mahdhoh mahasiswa STAIN Salatiga ?

D. Tujuan Penelitian

Agar dalam penulisan ini lebih terarah dan mengena, penulis merumuskan tujuan yang ingin dicapai yakni:

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa STAIN Salatiga tentang Islam Fundamental

2. Untuk mengetahui ketekunan beribadah mahdhoh mahasiswa STAIN Salatiga.

3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang Islam Fundamental terhadap ketekunan beribadah mahdhoh mahasiswa STAIN Salatiga.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.30 *

(25)

Berdasarkan penelitian tersebut di atas maka peneliti mengajukan judul hypotesis yakni bahwa ada pengaruh positif pemahaman tentang Islam Fundamental terhadap ketekunan beribadah mahdhoh artinya semakin baik pemahaman mahasiswa tentang Islam Fundamental maka akan semakin baik pula ketekunan beribadah mahdhohnya, dan begitu pula sebaliknya.

F. Metode Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.31 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki.32 Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik porposive sample yakni sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil sempel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan pada tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.33

Dengan demikian yang diambil sampel adalah 60 mahasiswa dengan klasifikasi sebagai berikut : 25 mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, 15 mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Inggris, 10 mahasiswa

3' Ibid., him. 108

(26)

jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 10 mahasiswa jurusan Al Ahwal Al Syakhsyiyah.

3. Metode Pengumpulan data a. Metode angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.34 Metode angket digunakan penulis untuk memperoleh data tentang persepsi mahasiswa tentang Islam fundamental dan untuk memperoleh data tentang perilaku beribaah mahdhoh mahasiswa STAIN Salatiga.

b. Metode Interview

Metode interview juga disebut dengan wawancara atau quesioner lisan adalah sejumlah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).35 Metode ini digunakan sebagai metode kroscek (metode bantu) terhadap jawaban yang telah diberikan.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan metode dokumentasi. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

34 Ibid., him. 128

(27)

sebagainya.36 Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum STAIN Salatiga,

d. Metode observasi.

Metode observasi adalah menatap kejadian, gerak atau proses.37 Metode observasi ini digunakan penulis sebagai metode untuk mengetahui terhadap tingkah laku mahasiswa dalam ibadah mahdhoh. Dengan menggunakan 2 cara yakni observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung maksudnya penulis mengamati secara langsung tingkah laku mahasiswa dalam ibadah mahdhoh dan observasi tidak langsung maksudnya penulis ingin mengetahui tingkah laku mahasiswa dalam ibadah mahdhoh dengan jalan bertanya lewat orang yang dekat dengan yang bersangkutan.

4. Teknik Analisis Data

a. Teknik analisis prosentase

Teknik ini digunakan untuk mengetahui prosentase persepsi mahasiswa tentang Islam fundamental dan ketekunan beribadah mahdhoh. Adapun rumusannya sebagai berikut:

P = — xl00%

N

Keterangan

P : Prosentase

r M I L 1 K

PERPUSTAKAAN

S TA IN S A L A T IG A 1

36 Ibid., him. 135

(28)

F : Frekuensi

N : Banyaknya subyek seluruhnya b. Analisis Uji Hipotesis

Setelah data tersebut diperoleh kemudian diolah kembali dengan menggunakan analisis statistik product moment dengan rumus sebagai berikut:

_________N - I X Y - ( I X ) ( L Y )_______ W J { N - I X 2 - ( I X ) 2 } { N 1 Y 2 - ( I Y ) 2}

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y XY : Perkalian antara X dan Y

X : Variabel pengaruh

Y : Variabel terpengaruh

N : Jumlah sampel yang diselidiki

Z : Sigma (jumlah)38

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penlisan ini penulis membagi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang alasan pemilihan judul, penjelasan istilah, rumusan masalah, indikator variabel, hypotesis, tujuan

(29)

BAB II

BAB III

BAB IV

BABY

skripsi.

: Pengertian Islam fundamental, latar belakang timbulnya

fundamental, Islam fundamental di Indonesia, Islam fundamentalis di Timur Tengah, pengertian ibadah mahdhoh, aplikasi ibadah mahdhoh dalam kehidupan sehari-hari.

: Laporan Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Salatiga), sejarah berdirinya, dasar dan tujuan, susunan organisasi, program pendidikan, serta penyajian data penelitian, kolerasi antara persepsi mahasiswa tentang Islam fundamental dengan ketekunan beribadah mahdhoh.

: Analisis Data

Pada bab ini berisi tentang analisis data yang terkumpul, untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui tahapan analisis pendahuluan analisis lanjutan dan analisis ketiga.

: Penutup

Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran-saran dan kritik.

(30)

A. Pengertian Islam Fundamental

Secara harfiah kata Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata

salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama -

yuslimu - islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata

aslama itulah yang menjadi pokok kata Islam, dan mengandung arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Sebab itu orang yang melakukan aslama

atau masuk Islam dinamakan muslim.1

Selanjutnya Islam secara istilah menjadi nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran- ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia, yang seluruh ajaran Islam tersebut diarahkan untuk mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.

Adapun kata fundamental berasal dari bahasa Inggris yang berarti pokok, asas, fundamentil. sedangkan kata pokok atau asas dalam bahasa Indonesia berarti dasar, alas, pondamen, atau yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat) dan sebagainya serta cita-cita yang menjadi 1

1 Nasruddin Razak, Dienu! Islam, PT. Al Ma’arif, Bandung, 1997, him. 56

(31)

dasar.2 Secara umum fundamentalisme adalah paham yang cenderung / memperjuangkan sesuatu yang mendasar secara radikal. Definisi ini angat abstrak, meskipun kata dasarnya hanya berarti dasar atau hakikat, yang setiap orang bisa saja memaknainya secara beragam. Begitupun, kemudian menyandingkan fundamentalisme dan Islam, inipun tetap memunculkan konotasi ganda, bisa positif dan bisa negatif.

Syafiq Hasyim, direktur Internal Rahima, memandang nilai positif ini setidaknya buat penganut agama tertentu, karena seseorang yang percaya pada agamanya, maka dia akan menjadi true believer. Akan tetapi ini menjadi negatif kalau kemudian berhadapan dengan komunitas plural.3

Istilah “ushuliyah” (fundamentalisme) dengan makna yang populer dalam dunia media massa berasal dari Barat, dan berisikan pengertian dengan tipologi Barat pula. Sementara istilah “ushuliyah” dalam bahasa Arab dan dalam wacana pemikiran Islam, mempunyai pengertian-pengertian lain yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh wacana pemikiran Barat yang saat ini dipergunakan oleh banyak orang.

Perbedaan pemahaman dan subtansi dalam mempergunakan istilah yang sama, merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam banyak istilah yang digunakan oleh bangsa Arab dan kaum muslimin serta bersamaan dipergunakan pula oleh kalangan Barat, padahal keduanya mempunyai pengertian yang berbeda dalam melihat istilah yang sama itu. Hal ini banyak menimbulkan kesalahpahaman dan kekeliruan dalam kehidupan budaya,

(32)

politik dan media kontemporer yang padanya perangkat-perangkat komunikasi mempercampuradukkan berbagai istilah yang banyak yang semua istilahnya, namun berbeda-beda pengertian, latar belakang dan pengaruhnya.

Istilah yasar (kiri) misalnya. Dalam wacana pemikiran Barat istilah ini dipergunakan untuk menunjukkan orang-orang upahan, orang-orang fakir, dan miskin serta orang-orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan orang lain. Sementara, dalam pemahaman Arab dan Islam, istilah itu menunjukkan kepada orang-orang kaya raya, orang-orang yang berkecukupan, dan orang yang menikmati kehidupan enak.

Istilah Yamin (kanan) misalnya. Dalam wacana pemikiran Barat istilah ini dipergunakan untuk menunjukkan orang-orang kuno, terbelakang dan kaku. Sementara, dalam wacana pemikiran Arab dan Islam, dipergunakan untuk menunjukkan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.

B. Latar Belakang Timbulnya Fundamentalisme

Belakangan ini kita mengenal istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam fundamentalis”. Istilah ini cukup populer dalam dunia media massa baik yang berskala nasional maupun internasional. Istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam fundamentalis” ini banyak dilontarkan kalangan pers terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al Ikhwanul Muslimin, Jema’at Islami, dan Hizbut Tahrir Al Islamy.4 Penggunaan istilah fundamentalisme yang “dituduhkan” oleh media massa terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer tersebut,

(33)

disamping bertujuan memberikan gambaran negatif terhadap berbagai aktivitas mereka, juga bertujuan untuk menjatuhkan kredibilitas mereka di mata dunia.

Istilah fundamentalisme buat pertamakalinya digunakan oleh

kelompok-kelompok penganut agama Kristen di Amerika Serikat untuk menamai aliran pemikiran keagamaan yang cenderung menafsirkan teks-teks

keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis (harfiah). Dalam konteks ini,

fundamentalisme pada umumnya dianggap sebagai reaksi terhadap modernisme.5 Fundamentalisme di dunia Barat pada awalnya merupakan gerakan Kristen Protestan Amerika yang berlabuh pada abad ke- 19 masehi, dari barisan gerakan yang lebih luas, yaitu “gerakan millenium”. Gerakan ini

mengimami kembalinya Al Masih as. secara fisik dan materi ke dunia untuk yang kedua kalinya, guna mengatur dunia ini.

Tipe pemikiran yang menjadi ciri khas fundamentalisme ini adalah penafsiran Injil dan seluruh teks agama secara literatur dan menolak secara

utuh seluruh bentuk penakwilan atas teks-teks manapun. Walaupun teks-teks itu berisikan metafor-metafor rohani dan simbol-simbol sufistik, serta memusuhi kajian-kajian kritis yang ditulis atas Injil dan kitab suci. Dari penafsiran Injil secara literal ini, orang-orang fundamentalis protestan mengatakan akan datangnya Al Masih kembali secara fisik untuk mengatur

(34)

dunia selama seribu yang berbagia karena mereka menafsirkan “mimpi

Yohana” (kitab mimpi)6 secara literatur.

Ketika fundamentalisme Kristen itu menjadi sebuah sekte yang independen pada awal abad ke- 20 terkristallah dogma-dogma yang berasal dari penafsiran literatur atas injil itu melalui seminar-seminar, lembaga- lembaganya, serta melalui tulisan-tulisan para pendetanya yang mengajak untuk memusuhi realita, menolak perkembangan dan memerangi masyarakat sekular yang baik maupun yang buruk sekalian, misalnya mereka mengklaim mendapatkan tuntunan langsung dari Tuhan, cenderung untuk mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat, menolak untuk berinteraksi, memusuhi akal dan pemikiran ilmiyah serta hasil-hasil penemuan ilmiah. Oleh karena itu mereka meninggalkan universitas-universitas dan mendirikan lembaga-lembaga tersendiri bagi pendidikan anak-anak mereka. Mereka juga menolak sisi positif kehidupan sekular, apalagi sisi negatifnya. Seperti aborsi, pembatasan kelahiran, penyimpangan seksual dan kampanye-kampanye untuk membela hak-hak orang-orang yang berperilaku seperti itu dari barang-barang yang

(35)

memabukkan, merokok, dansa-dansi, hingga sosialisme itu semua adalah “fundamentalisme” dalam terminologi Barat dan dalam visi Kristen.

Mempertimbangkan perkembangan historis dan fenomena fundamentalisme Kristen, sementera orang-orang menolak penggunaan istilah “fundamental” untuk menyebut gejala keagamaan semacam di kalangan muslim, tetapi terlepas dari keberatan-keberatan yang bisa dipahami itu, ide dasar yang terkandung dalam istilah fundamentalisme Islam ada kesamaannya dengan fundamentalisme Kristen; yakni kembali kepada “fundamen” (dasar- dasar) agama secara “penuh” dan “literal”, bebas kompromi, penjinakan, dan reinterprestasi. Dengan mempertimbangkan beberapa karaktersitik dasar itu, maka fundamentalisme Islam bukanlah gejala baru.7 Muhammad bin Abd Al Wahhab dengan kaum wahhabiyah bisa dikatakan sebagai gerakan fundamentalisme Islam pertama yang berdampak panjang dan luas. Gerakan Wahhabi muncul sebagai reaksi terhadap kondisiintemal umat Islam sendiri, tidak disebabkan faktor-faktor luar seperti penetresi dari Barat, dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Kembali ke Islam yang mumi sebagai sebuah agama tauhid (mengesakan Tuhan)

Kepercayaan ini membawa kepada gerakan pemurnian Islam dari kebiasaan-kebiasaan bid’ah-bid’ah asing. Kebencian mereka tertuju kepada bid’ah dan tradisi, khususnya pengkultusan orang-orang suci, praktek klenik serta keijasama dengan orang-orang kafir.

(36)

2. Anjuran terhadap kebebasan berfikir dalam masalah hukum (ijtihad), disertai larangan melakukan taklid buta.

3. Keharusan meninggalkan (hijrah) daerah-daerah yang didominasi oleh orang-orang kafir, kaum politeis serta penyembah berhala.

4. Kepercayaan yang kuat terhadap seorang pemimpin tinggal sebagai “pembaharu” serta imam yang adil atau imam mahdi yang ditunggu- tunggu.8

Tema terakhir (Imam Mahdi) merupakan inti dari seluruh karakteristik-karakteristik penting, dengan munculnya seorang pembaharu (mujaddid) atau perwujudan sang mahdi, maka akan dapat dilakukan pembangkitan kembali Islam yang mumi, pernyataan hijrah dan jihad serta

pembangunan masyarakat Islam yang baru yang taat kepada, dan dibimbing oleh aturan hukum yang benar. Barang kali bia diasumsikan bahwa kepercayaan terhadap pembaharu atau mahdiisme ini telah menjadi ciri umum fundamentalisme Islam sering kali gelar al mahdi diberikan terhadap para pemimpin fundamentalisme meskipun para pemimpin tidak menghendakinya.9 Dalam hal ini para pemimpin mengharapkan untuk membangkitkan kembali masa yang lalu, dan untuk menyatukan kembali dan memperkokoh umat dengan 3 landas an pokok yakni pemurnian aqidah, kesatuan umat, dan kemahaesaan Allah atau persamaan antara orang-orang yang beriman merupakan tiga elemen pokok dalam fundamentalisme Islam.10

8Youssef M. Choveiri, op. ciL, him. 20

9Ibid., him. 21

(37)

C. Islam Fundamental di Indonesia

Perkembangan gerakan Islam yang terjadi di Timur Tengah sering kali memberikan pengaruh yang kuat bagi gerakan Islam di tanah air. Timur Tengah yang dipersepsikan sebagai pusat Islam selalu menjadi rujukan bagi gerakan Islam di Indonesia. Maka gagasan, pemikiran dan gerakan yang berkembang di Timur Tengah memiliki daya tarik yang kuat, sehignga dengan mudah dianut, disosialisasikan dan dipraktekkan di Indonesia. Demikian juga dengan gerakan fundamentalisme Islam kontemporer di Timur Tengah. Gerakan ini telah ditransmisikan ke Indonesia dan saat ini tengah tumbuh dengan subur di negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.

Gerakan revivalisme Islam11 di Indonesia menjelang dan awal abad ke 21. Sesungguhnya telah tumbuh sejak awal 1980-an. Ekspresi revivalisme ini terbentuk meningkatnya gairah kesantrian di tengah masyarakat. Terdapat peningkatan perhatian terhadap ajaran-ajaran agama seperti : perintah meramaikan masjid dengan berbagai pengajian, kewajiban sembahyang, puasa, haji, pengembangan berbagai program dan publikasi-publikasi keagamaan. Hal ini juga diikuti oleh meningkatnya praktek nilai-nilai Islam, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pemakaian busana muslim dan revitalisasi sufisme.11 12 Sebagai sebuah gerakan, munculnya revivalisme Islam

11 M. Imdadun Rahmat menyebut gerakan fundamentalisme Islam dengan revivolisme Islam, sebenarnya maknanya sama yakni berorientasi pada penciptaan kembali masyarakat salaf (generasi Nabi Muhammad dan para sahabatnya) dengan cara-cara keras dan radikal yang dianggap merupakan Islam yang paling sempurna, masih mumi dan bersih dari berbagai tambahan atau campuran (bid’ah) yang dipandang mengotori Islam. Radikalisme religio-historis ini diperkuat dengan pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur'an dan hadis Nabi secara harfiah tekstual

12 M. Imdadun Rahmat, A rus Baru Islam R adikal (Transm isi Revivalism e Islam Tim ur

(38)

di Indonesia ditandai dengan lahirnya gerakan dakwah kampus pada awal 1980an. Gerakan dakwah yang dimotori kalangan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi umum dengan metode usroh (gerakan rahasia dan tersembunyi) ini merupakan cikal bakal dari lahirnya tiga gerakan Islam baru yang menonjol, yakni tarbiyah,13 Hizbut Tahrir Indonesia dan dakwah salafi.

Setelah runtuhnya rezim orde baru, berbagai organisasi tumbuh secara mencengangkan, seperti Majlis Mujahidin Indonesia, Front Pembela Islam, berbagai kelaskaran yang tumbuh di berbagai kota serta 3 organisasi yang disebut di atas. Organisasi-organisasi baru inilah yang menjadi aktor utama revivalisme Islam di Indonesia. Organisasi-organisasi yan sering disebut “gerakan Islam baru” (New Islamic Movement) ini dapat dilacak asal muasalnya dari pemikiran organisasi gerakan Islam di Timur Tengah yang nyata-nyata mengimpor pemikiran dari Timur Tengah. Gerakan Tarbiyah pemikirannya sangat dengan Ikhwanul Muslimin (IM), bahkan menyebut dirinya “anak ideologis” IM. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) secara resmi merupakan cabang dari Hizbut Tahrir Internasional yang berpusat di Yordania. Sedangkan dakwah salafi termasuk didalamnya laskar jihad adalah himpunan dari para aktivitis dakwah salafi yang beijejaring dengan gerakan Alafi di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Kuwait.14

Pada masa lalu, pola transmisi gerakan dari Timur Tengah yang paling utama adalah melalui para alumni pendidikan di Timur Tengah, mereka

13 Gerakan Tarbiyah dalam Perkembangannya di Indonesia kemudian menjadi partai keadilan sejahtera yang dimotori oleh Dr. Hidayat Nur Wahid, Dr. Nur Mahmudi Ismail, dkk.

(39)

berkenalan dan mendalami pemikiran dan gerakan pembaharu Islam di Timur Tengah, kemudian membawanya ke Indonesia dan menyebarkannya di komunitas mereka dengan gerakan dakwah. Meskipun mengalami perkembangan pola yang lebih kompleks, pola ini (alumni Timur Tengah sebagai transmittor) masih menjadi pola utama transmisi gerakan revivolisme

(fundamentalisme) Islam kontemporer Timur Tengah ke Indonesia akhir-akhir ini.15

Dalam kasus gerakan tarbiyah, peranan para alumni Timur Tengah dalam proses tranmisi ini sangat besar. Mereka berperan dalam membawa pemikiran Ikhwanul Muslimin. Secara lebih utuh ke dalam kancah gerakan dakwah kampus yang lebih eksis dan menjadikan pemikiran Ikhwanul Muslimin sangat dominan dalam gerakan ini. Mereka juga terlibat sangat intensif dalam gerakan tarbiyah, hingga pada pembentukan dan pergerakan Partai Keadilan Sejahtera.

Sedangkan dalam kasus Hizbut Tahrir, peranan utama transmisi ini dilakukan oleh seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Libanon yakni Abdurrohman Al Baghdadi dan Muhammad Musthofa, (seorang alumni perguruan tinggi di Yordania). Merekalah yang memperkenalkan pemikiran pemikiran Hizbut Tahrir dan ikut menyebarkannya di kalangan kampus, Abdurrahman Al Baghdadi pulalah yang membuka jalan bagi para aktivis Hizbut Tahrir di Indonesia kepada jaringan Hizbut Tahrir Internasional.

(40)

Untuk kasus gerakan salafi, para alumnus LIPIA Jakarta memiliki peran yang sangat menonjol. Lembaga pendidikan yang merupakan cabang dari Universitas Islam Muhammadiyah Ibnu Sa’ad Riyadh Arab Saudi ini memang dimaksudkan untuk menyebarkan pemikiran salafi (Wahabi) di Asia Tenggara khususnya di Indonesia. Kurikulum pendidikan yang diterapkannya mengadopsi Universitas Induknya yang berbasis Wahabi, para pengajarnya didatangkan dari Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia. Maka tak heran jika mayoritas alumninya menjadi para penganut dan penganjur Wahabi - Salafiyah.16

Gerakan fundamentalisme, khususnya di Indonesia dengan stigma seperti literalis, radikalis dan ekstremis yang penuh menghiasi soal-soal kebangsaan pasca tragedi 11 September agak mulai meredup, bagitu pula wacana-wacana opini publik dan pemberitaan media seputar gerakan fundamentalisme kurang mendapat perhatian.

Pada tanggal 29 Juli 2004 jaringan Islam liberal mengadakan diskusi dengan tema “Gerakan fundamentalisme dan radikalisme di negara-negara Islam” dengan menghadirkan pembicara Ihsan Ali Fauzi dan Khorsid Ahmed.17 Salah satu kesimpulannya mengungkapkan bahwa gerakan fundamentalisme di Indonesia akan kembali memanas, meredupnya gerakan ini karena tergeser oleh isu-isu politik, terutama di masa pemilu legislatif/ presiden.

16 Ibid, him. 74

(41)

Gerakan fundamentalisme sudah dapat dipastikan kembali menghiasi dalam wacana kebangsaan, terkait belum terselesaikannya agenda krusial mereka seperti hendak mempeijuangkan isu-isu syariat Islam, penegakan khilafah dan sebagainya. Bertolak dari fenomena itu posisi negara terhadap gerakan fundamentalisme kemungkinan besar bersikap represif. Konflik sosial kebangsaan antara “negara vis a vis gerakan fundamentalisme” tak terelakkan lagi. Ada beberapa tesis mengapa negara akan represif terhadap gerakan fundamentalisme, di antaranya yakni :

1. Dari segi internal, karena kepentingan negara yang berbau “sekulerisme”, liberalisasi dan sebagainya akan direcoki (ditentang) dengan gerakan fundamentalisme yang menolak secara mentah-mentah kepentingan negara.

Gerakan fundamentalisme menganggap negara harus mengakomodasi sebesar mungkin kepentingan umat Islam (jika perlu ditegakkannya syariat Islam semi otonom) dengan penafsiran versi mereka.

2. Dari segi eksternal yakni karena negara berhadapan dengan kompromi kekuatan-kekuatan kapitalisme dan liberalisme global yang mengharapkan negara domestik dapat meredam aksi-aksi gerakan fundamentalisme yang merugikan dan membahayakan bagi kepentingan kekuatan kapitalisme liberalisme.18

Mantan mentri Agama “Tarmizi Taher” mengatakan bahwa pemeluk kristen protestanlah yang pertama kali menggunakan istilah fundamentalisme.

(42)

Mereka ingin kembali ke dasar ajaran agama dengan penafsiran kitab suci secara harfiah tekstual. Namun demikian pengertian fundamentalisme akhirnya dinisbatkan kepada semua pemeluk agama, fundamentalisme merupakan keinginan untuk kembali ke ajaran kitab suci dan mencontoh para pembawa risalah agama.19

Jadi berdasarkan fundamentalisme bisa mengarah kepada hal yang bagus maupun yang jelek. Para ulama dan kalangan intelektual memaknai fundamentalisme sebagai hal yang bagus karena terkait dengan upaya kembali dan menjalankan ajaran agam asecara sempurna akan tetapi fundamentalisme juga menimbulkan dampak negatif, terutama dalam sebuah masyarakat yang sangat plural, baik etnik maupuna gama. Bila setiap pemeluk agama tak mengedepankan toleransi, fundamentalisme ini menimbulkan masalah. Setiap pemeluk agama tentu akan menyatakan bahwa ajaran agamanyalah yang paling benar bila tidak ada upaya untuk saling menghormati, maka akan menimbulkan konflik antar pemeluk agama. Inilah mengapa perwujudan fundamentalisme harus diiringi dengan toleransi. Namun, kini banyak telunjuk yang menunjuk dan berprasangka terhadap fundamentalisme yang teijadi di kalangan umat Islam meski fundamentalisme teijadi di semua agama.

D. Islam Fundamentalisme di Timur Tengah

Gerakan fundamentalisme di Timur Tengah didirikan di pusat Arab yang diilhami oleh ajaran Muhammad bin Abdil Wahhab (1703-1792), tokoh yang telah mengembara dan belajar di kerajaan Usmaniyah di Irak dan Syiria.

(43)

Dengan mengedepankan wahhabisme, cabang revivalisme ini dikonsolidasikan ke dalam sebuah aliansi diantara suku-suku yang dipimpin oleh seorang ketua suku lokal, Ibnu Su’ud (wafat 1765)20 serta tokoh keagamaannya. Muhammad bin Abdil Wahhab memahami keadaan umat Islam dengan berbagai bentuk amalan dan kepercayaan pada masa hidupnya, yang telah menyimpang dari makna tauhid telah mendorong beliau bersama para muridnya untuk melancarkan dakwah Islamiyah guna mengingatkan umat agar kembali kepad atauhid yang mumi.21

Beliau menjadikan “pendahuluan akal atas zhahir syarat ketika terjadi benturan antara keduanya” sebagai pokok dari pokok-pokok Islam. Ia berkata “pemeluk Islam telah sepakat kecuali sedikit orang yang tidak memikirkannya bahwa jika ada pertentangan antara akal dan naql maka diambil pemahaman yang ditunjukan oleh akal”.22

Gerakan ini lahir bukan sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang dianut oleh kaum awam waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh tarekhat- tarekhat seperti pujaan dan kepatuhan yang berlebihan pada syekh-syekh tarekhat, ziarah ke kuburan-kuburan wali, dengan maksud meminta syafaat atau pertolongan dari mereka dan sebagainya.23 Menurut beliau

kebiasaan-20 Ibnu Su’ud adalah penguasa (Amir) di desa Ad Dar’iyah, sebuah desa di Utara Riyadh beliau mengikat janji setia dengan tokoh keluarga (kabilah) As Su’udy bahwa dia akan tetap berada di tengah-tengah keluarga As Su’udy kemanapun mereka pergi, sedangkan pihak pangeran berjanji akan membantu dalam menyampaikan dakwah dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki.

21 Yossef M. Choueri, op. c it, him. 14

22 http://cmm.oir.id

(44)

kebiasaan itu artinya mengadung syirik atau politheisme dan harus dibrantas. Semua itu adalah bid’ah (sesuatu yang asing) yang dibawa orang dari luar masuk ke dalam Islam. Bid’ah itu mesti dibuang dan orang harus kembali kepada tauhid dan Islam yang sebenarnya yakni tauhid dan Islam yang mumi.

Pindahnya wahabiyah dari eksistensi kepada esensi, dari yang aktual kepada yang ideal, dari apa yang diperbuat oleh muslim terhadap Islam kepada apa yang hams mereka perbuat kepada Islam. Tetap utuh dan kuat bahkan mempunyai daya pembebasan pengaruhnya melampaui masyarakat sekitar dan melampaui kekuatan yang ada. Dan jika ada kelompok konservatif fundamental yang memperoleh dari gerakan wahabiyah megajak “kembali kepada Al Qur'an” dan “kembali kepada sunnah” berarti “kembali kepada Allah yang menciptakan Al Qur'an dan perintah-perintahNya; dan kembali kepada jiwa sunnah dan kemuliaannya”.24

Masalah yang paling pokok yang memenuhi jiwanya pada waktu belajar dan mengembara dari satu negeri ke negeri yang lain adalah masalah tauhid yang merupakan tiang agama Islam, dan yang menyatu padat dalam kalimat la ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah) dan yang membedakan Islam dari agama-agama lain.25

Dengan demikian tidak ada patung, tidak ada berhala, tidak ada penyembahan terhadap orang-orang tua dan nenek moyang, dan tidak ada pemimpin agama yang disucikan, dan sebagainya. Hal itu semua dapat menjauhkan manusia dari Allah yang Maha Esa, dan sebaliknya

' 4 Mukti Ali, Alam Pikiran /siam M odern di Tim ur Tengah, PT. Djambara, Jakarta, 1995, him. 7-8

(45)

mensekutukan Allah dengan orang lain mengotori jiwa dan menjadikannya rendah dan jauh dari pikiran tauhid dan dari usaha ke arah penyempurnaan rohani seorang manusia.

Demikianlah jiwa Muhammad bin Abdul Wahab yang selalu memikirkan tauhid dalam aqidah yang jauh dari syirik, dan tauhid dalam syari’at bahwa tidak ada sumbe rhukum dalam berpijak dan melangkah kecuali Al Kitab dan Sunnah nabi. Itulah pokok-pokok dakwah Muhamamd ibn Abdil Wahab, dan berdasarkan itu pulalah tindakannya berlangsung. Gerakan wahabi inilah yang menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan fundamentalisme di Timur Tengah untuk kembali ke ajaran kitab suci dan mencontoh para pembawa risalah agama Islam ini, diantara gerakan fundamentalis itu adalah sebagai berikut:

1. Al Ikhwanul Muslimin di Mesir

Al Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi, pergerakan Islam kontemporer yang paling besar, organisasi pergerakan ini tersebar kurang lebih di 70 negara, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga di wilayah lainnya.26 Gerakan fundamentalisme ini didirikan tahun (1324-1368 H/l 906-1049 M) di Mesir, pada bulan April 1928. oleh Hasan Al Banna yang kemudian Syahid ditembak oleh kaki tangan raja Farug. Kemudian dilanjutkan dengan mengantungkan terhadap para pemimpin terasnya seperti : Sayyid Quthb, dan penyiksaan terhadap para aktifisnya seperti Dr. Yusuf Al Qardhawi, Musthofa Al Mansyur, Fathi Yakan, Said Hawa

(46)

Abdullah Nashih Ulwan, Abbas As Sisi, Zainab Al Ghozali dan lain-lain. Yang kemudian menyebar ke seluruh dunia membawa faham gerakan tersebut, tentang gerakan ini. Perdana Menteri Israel Moshe Dayan berkata “tak satupun negara Arab yang ditakuti Israel, satuannya pasukan yang paling ditakuti Israel hanyalah pasukan Ihwanul Muslimin”.

Pada awal mulanya gerakan ini menyeru untuk kembali kepada pangkuan Islam, sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur'an dan As Sunnah mengajak untuk menerapkan syariat dalam realitas kehidupan. Mengembalikan kejayaan Islam dan berdiri menentang arus sekularisasi di kawasan Arab dan dunia Islam, tujuan yang dicanangkan oleh anggota kelompok ini menunjukkan bahwa mereka tampaknya tidak memiliki maksud-maksud politik pada tahun-tahun pertama, tetapi mereka berjuang untuk kembali kepada Islam yang mumi dan menentang Westernisasi Barat di Timur Tengah.

Di dalam perkembangannya, gerakan ini hams menentukan posisi ideologisnya mengenai persoalan Islam dan politik berdasarkan pada agenda-agenda umum. Jadi secara bertahap gerakan ini mengembangkan sayap idiologinya yang jelas dan komprehensif sehingga sangat berbeda dengan idiologi yang menjadi titik pijakan semula. Idiologi ini didasarkan pada ajaran-ajaran sederhana tetapi mengancam struktur politik yang ada.27 28

27 http://swaramuslim.net

(47)

Ajaran-ajaran dasar Ihwanul Muslimin diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Islam harus dikembalikan kepada ajaran-ajaran awalnya yakni kembali ketentuan-ketentuan Islam dari sumber-sumbernya yang asli dan memahami Islam sebagaimana dipahami oleh pengikut-pengikut Nabi dan mengikutinya dari generasi salaf yang soleh.

b. Kosnep khilafah difahami sebagaimana sebelumnya yakni Ihwanul Muslimin meyakini bahwa khilafah merupakan simbul kesatuan umat. c. Inklusivitas Islam dalam artian Islam adalah agama dan negara, ibadah

dan jihad, ketaatan dan perintah, kitab (mushaf) dan pedang (jihad) d. Pan-Islam Al Banna menyatakan secara jelas bahwa “setiap milimeter

tanah tempat bendera Islam berkibar adalah tanah air bagi muslim dan harus dipertahankan seluruh umat manusia adalah satu umat dan tanah air Islam adalah satu tanah air.

e. Pemerintahan Islam, menurut Al Banna, pemerintahan Islam merupakan ajaran dasar.29

Pemikiran Ihwanul Muslimin sesungguhnya juga sangat dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu. Namun di tengah dinamika tersebut terdapat hal yang tidak berubah hingga kini Ihwanul Muslimin menekankan pentingnya kembali kepada dua sumber utama yakni Al Qur'an dan As Sunnah, serta menjaga diri dari setiap apapun bentuk kemusrikan demi mencapai kesempurnaan tauhid, kehidupan umat Islam

29

(48)

harus diupayakan untuk mengikuti zaman ideal yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya (salafal salih).30

Aliran pemikiran dakwah pergerakan mereka terpengaruh oleh gerakan dakwah Muhammad Abdul Wahab, sebagai sebuah organisasi, pemikiran Ihwanul Muslimin terbentuk dari interaksi dialog dengan pengumulan pemikiran tokoh-tokohnya. Tetapi pemikiran Ihwanul Muslimin sangat terpengaruh oleh dua tokoh besarnya yakni Hassan Al Banna sebagai motor penggerak dan Sayyid Qutb sebagai idiologinya. Hasan Al Banna sebagai motor penggerak organisasi lebih banyak meletakkan dasar-dasar manhaj dakwah. Sedangkan Sayyid Qutb memberikan konsep yang relatif lengkap dan utuh dan filosofi berjuang hingga metode perjuangan.31

Berdasarkan pemikiran di atas, maka bagi Ihwanul Muslimin Islam adalah agama dan negara (din wa dakwah) sekaligus, Islam memiliki konsep sosial dan politik tersendiri, yang harus ditegakkan oleh umat muslim maka selain wialayah kemasyarakatan, negara juga harus diislamkan. Untuk itu segala pemikiran, idiologi, nilai-nilai dan tindakan kolektif harus bersumber dari Islam. Demikian juga dengan sistem kenegaraan. Ia harus menempatkan Islam sebagai sumber satu-satunya. Maka syariat Islam harus mengatur perilaku politik, sistem dan aturan perundang-undangan. Maka dengan demikian syiar Islam akan menjadi

30 M. Imdadun Rahmad, op. c it, him. 35

(49)

luas dan negara akan menjadi kuat serta mampu menjamin kehidupan ideal bagi warga negara.

2. Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir adalah sebuah prtai politik Islam yang didirikan Tagiyuddin An Nabhany di Yordania pada tahun 1953, kegiatan utama partai ini adalah politik dan beridiologi Islam. Agenda utama partai ini membangun kembali sistem khilafah Islamiyah dan menegakkan hukum Islam dalam realitas kehidupan.32 Hizbut Tahrir bercita-cita membangun tatanan masyarakat dan sistem politik berdasarkan landasan aqidah Islam. Islam harus menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang, selain membangkitkan kembali uamt Islam dari kemerosotan, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang- undangan dan hukum-hukum yang tidak berasal dari Islam. Serta membebaskan kaum muslimin dari dominasi dan mengaruh Barat. Hizbut Tahrir juga berniat membangun kembali daulah Islamiyah di seluruh dunia, melalui daulah Islamiyah inilah Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum Islam dapat diberlakukan.33

Dalam rangka menjalankan agenda politiknya Hizbut Tahrir menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi yang menentang para penguasa yang tidak menerapkan sistem politik Islam, syariah dan

hukum-32 Ibid., him. 48

(50)

hukum Islam - menurut persepsi mereka menghianati amanat rakyat dan melakukan penindasan.

Menurut mereka nasionalisme dipandang bertentangan dengan konsep umat yang berdasarkan kesamaan agama (ukhuwah Islamiyah), kedaulatan rakyat dinilai mengingkari kedaulatan Tuhan (Hakimiyyah lillah). Demokrasi yang berbasis pemenangan suara mayoritas di hadapan dengan keharusan memenangkan kebenaran yang bersumber dari Islam. Sedangkan hukum sekuler harus diganti dengan hukum syariah y an diturunkan oleh Allah. Pemikiran inilah yang mendasari pilihan strategi perjuangan mereka dengan tidak melibatkan diri dalam proses-proses politik resmi, mereka memakai perjuangan ekstra parlementer. Karena dengan terlibat dalam proses politik demokrasi, berarti telah menghianati keyakinan dan kewjaiban keagamaan mereka.

Perhatian Hizbut Tahrir yang terlalu dipusatkan kepada agenda

khilafah Islamiyah, sehingga mereka melalaikan agenda membebaskan umat dari syirik, khurafat, bid’ah, melupakan pembentukan akhlak, pemikiran yang Islam serta menangani keterbelakangan dan kemunduran umat mereka menganggap problematika utama, bahaya yang paling mengancam, serta dosa terbesar, ialah tiadanya kekholifahan dalam kehidupan umat Islam, sehingga dengan demikian, solusi dari semua problematika penyelesaian semua bencana dan terapi bagi semua penyakit yang ada, hanya bisa dicapai bila kita memilih seorang yang kemudian kita 34

34

(51)

setbut “kholifah”. Seakan-akan Islam dapat terpresentasikan dalam kata “khilafah” atau “khalifah” saja.35

Untuk mewujudkan cita-cita dalam menegkkan khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah diantaranya yakni:

a. Tahap Pengkaderan

Pada tahap ini, pembinaan yang dilakukan adalah untuk melahirkan generasi penerus perjuangan yang mempunyai komitmen terhadap perjuangan dan solid dalam idiologi pergerakan untuk mewujudkan sebuah khilafah Islamiyah.

b. Tahap Ineraksi dengan masyarakat

Tahap ini berupa upaya mendorong masyarakat untuk mengemban dakwah Islam dengan membentuk kesadaran dan opini umum atas ide-ide dan hukum Islam yang telah dipilih dan ditetapkan Hizbut Tahrir.

c. Tahap merebut kekuasaan

Pada tahap ini strategi Hizbut Tahrir ditujukan pada penyebaran risalah Islam secara praktis ke seluruh penjuru negeri. Walaupun demikian, Hizbut Tahrir membatasi aktivitas dakwahnya dalam aspek politik tanpa kekerasan baik dalam menentang sistem kekuasaan atau dalam menentang orang-orang yang menghalangi dakwahnya. Perebutan kekuasaan dalam konsep Hizbut Tahrir. Ini akan muncul melalui perlawanan rakyat secara pasif tanpa

(52)

menggunakan senjata apalagi jika para pejabat maupun kalangan militer juga menggunakan hal yang sama. Bagi Hizbut Tahrir perjuangan fisik dalam konsep jihat hanya akan digunakan apabila musuh-musuh yang dianggap kafir menyerang atau mengintimidasi salah satu negeri Islam.36

3. Gerakan Salafi

Salah satu faktor kebangkitan Islam di Timur Tengah ialah jama’ah salafi, kita lebih tepat menyebutnya “jama’ah-jama’ah salafiyin”, karena kaum salafiyin pada hakikatnya tidak pernah menjadi satu jama’ah atau kelompok saja. Sebutan ini digunakan oleh berbagai kelompok yang berbeda dari masa ke masa. Tidak pernah ada institusi formal yang menjadi tempat bernaung kaum salafiyun. Sebab salafiyin adalah aliran umum yang tidak terbentuk dalam perkumpulan-perkumpulan kecuali di beberapa negara dalam beberapa waktu saja. Sebagai semisal jama’ah ansar Al Sunnah Al Muhammadiyah di Mesir dan di Sudan, atau Jami’iyyah Ihya Al Tarus Al Islami di Kuwait.37

Kumpulan ini mendefinisikan kelompoknya sebagai Islam itu sendiri. Salafi merupakan Islam yang mumi dan bebas dari penambahan, pengurangan dan pembahan Salafiyah adalah Al Qur'an dan sunnah. Salafi bukanlah partai politik atau mazhab baru tetapi dakwah salafi merupakan Islam dalam totalitasnya yang menuntun manusia. Apapun budaya, ras atau warna kulitnya, ia merupakan metode (manhaj) yang lengkap dan

36 M. Imdadan Rahmad, op. c it, him. 51-52

(53)

sempurna dalam memahami Islam dan melaksanakan tindakan dengan

• • i»

ajaran-ajarannya.

Dengan demikian dakwah yang mereka lakukan ialah dakwah dengan mengajarkan ketaatan yang total kepada manhaj Nabi Muhammad dan As Salaf As Salih. As Salaf merupakan kata umum yang menunjukkan para pelopor Islam yang shalih dan semua orang yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan moril dan tingkah laku. As Salaf As Salih menunjuk tiga generasi muslim terbaik dan umum. Mereka adalah sahabat Nabi, tabi’in dan tabiut tabiin. Mereka telah dijanjikan oleh Nabi sebagai sebaik-baik umat adalah generasi saya, lalu generasi setelahnya, lalu generasi yang datang setelahnya. Rasulullah telah mengkabarkan bahwa umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan saja :

oh

C fr* ^

'y

J'

( f &

o'

O

4-iil ojwft

»•

Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan terpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di neraka dan satu golongan di dalam surga yakni Al Jama ’ah” (HR. Ahmad)38 39

38www.gss.org

(54)

Hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah ketika mengkabarkan bahwa umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semua binasa kecuali satu golongan saja. Maka beliau tidak membiarkan ciri-ciri dan kriteria golongan yang selamat tersebut tidak jelas atas umatnya. Namun beliau menyebutkan dan menjelaskan ciri-ciri dan kriterianya dengan penjelasan yang sangat jelas dan gamblang, dengan kalimat yang singkat dan padat. Ini termasuk “jam i'ul kalim'*40 yang telah Allah karuniakan kepada beliau, maka beliau menyebutkan ciri-ciri dan kriteria tersebut dengan sabda

(

fjJ' ^ N ^

J

k

d*

(*■

*

“Mereka adalah orang-orang yang kondisinya seperti kondisiku dan kondisi para sahabatku pada hari in f'

Yang dimaksud “kondisi” pada konteks hadis tersebut adalah kondisi agama seseorang, baik dalam hal aqidah, manhaj, ibadah, dakwah, dan metode berfikir. Maka golongan yang selamat itu adalah orang-orang yang kondisi aqidah manhaj, ibadah, dakwah dan metode berfikimya sama dengan kondisi aqidah, manhaj, ibadah, dakwah dan metode berfikir Rasulullah dan para sahabat pada hari ini.41 Ini merupakan ciri dan kriteria yang singkat (namun padat dan jelas) bagi jalan yang ditempuh oleh golongan salaf yakni ittiba’ terhadap Al Qur'an dan As Sunnah harus dipahami dan dijalankan oleh generasi awal kaum muslimin yakni para

*' J aw am i'ul kalim adalah kalimat yang singkat namun kandungan maknanya luas dan

dalam

41 Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Sebuah Tinjauan Syariat, M ereka Adalah

(55)

sahabat, kemudian generasi tabi’in dan generasi berikutnya tabi’it tabi’in dan seruan inilah yang senantiasa dikumandangkan oleh dakwah salafiyah sekaligus sebagai rujukan utama baik dalam asas dakwah maupun dalam

A'}

manhaj tarbiyah.

Terma salaf juga digunakan untuk menyebut para ulama ahlussunah wal jama’ah sesudah tiga generasi yang diberkahi yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan maupun perilaku. Menurut pendukung dakwah salafi, diantara para ulama tersebut adalah Abu Hanifah (150), Al Awaa’i (157), Al Tawn (161) Al Lais bin Sa’d (175) Malik bin Anas (179), Abdullah bin Mubarok (181), Sofyan bin Unainah (198), As Safi’i (204), Ishag (238) Ahmad bin Hambal (241) A1 Bukhari (256), Muslim (261), Abu Dawud (275), Ibnu Taimiyah (728), A1 Zahabi (748), Ibn Qoyyim (751), Ibn Katsir (774), Muhammad bin Abdul Wahab (1206) dan sejumlah muridnya pada zaman kita.42 43

Kaum salafi bercita-cita menghidupkan kembali sunnah Nabi dalam ibadahnya dan kebiasaan hidupnya. Beberapa karakter seorang salafi antara lain :

a. Menganjurkan yang baik dan melarang yang munkar. Dia mengingatkan masyarakat tentang syirik, bid’ah jalan yang sesat, penyimpangan dan kelompok-kelompok yang senang dengan kekerasan.

42 Ibid., him. 81

Gambar

TABEL I KEADAAN
TABEL XIII PERSEPSI
TABEL IKEADAAN MAHASISWA STAIN SALATIGA
TABEL IIJAWABAN ANGKET PERSEPSI MAHASISWA
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Campaign Hair Fall • Campaign Rambut Bercabang Adwords Account Pantene Pro V Ad Group Ad Group Mencegah Rambut Rontok Keyword Ads Merawat Rambut Rontok Keyword Ads Ad Group Ad

Air merupakan bagian dari kehidupan kita, diantaranya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga, menjaga kesehatan, dan menjaga kelangsungan hidup manusia. Diare merupakan

Pada kegiatan D, yang menyebabkan benda yang digantung pada karet gelang bila ditarik. kebawah kembali keatas adalah karena

Klien mengambil gangguan interaksi sosial fase awal dan comforting klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan

pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas Indonesia, pengaruh nilai tukar rupiah.. terhadap ekspor non migas Indonesia, serta pengaruh inflasi dan nilai

lembaga keuangan, memiliki peranan yang sangat penting dalam

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian , PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm.. 20 Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuisioner atau

gmljp2:RootFeatureC ollection/annotation/ ntf:GraphicSegment/ graphicMetadata/Gra phicSubheader. The graphic data is stored