• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERJALANAN ISLAM DARI MASA KE MASA

D. Islam pada Periode Pertengahan dan Modern

Periode ini ditandai dengan kemunduran total kekuasaan Islam di Baghdad. Pemberontakan mulai muncul di mana-mana. Muncul Dinasti Umawiyah periode ke dua di Spanyol yang diproklamirkan oleh ’Abd al-Rahman al-Dakhil (w. 788 M). Di Mesir juga muncul Dinasti Fatimiyah yang didukung oleh kelompok Syi’ah.

Hulagu Khan (cucu Jengis Khan) ikut melakukan penghancuran kekuasaan Islam di Baghdad, di mana ia

merobohkan bangunan masjid, madrasah, rumah-rumah penduduk, membakar perpustakaan beserta seluruh isinya.5

Di bidang politik misalnya, dinasti yang berkuasa di Mesir silih berganti dan saling menjatuhkan. Dimulai dari Dinasti Fatimiyyah, yang beraliran Syi’ah, digantikan oleh Dinasti Ayyubiyyah yang beraliran Sunni.Ayyubiyyah berakhir pada tahun 1250 dan digantikan oleh Dinasti Mamlukiyyah sampai tahun 1517.

Dalam keadaan demikian ini muncullah tiga Kerajaan besar Islam yang mencoba untuk membangkitkan kembali kekuasaan Islam, yaitu Utsmani di Turkey (1290-1924 M), Safawi di Persia (1501-1732 M) dan Mughal di India (1526-1858 M).

Akan tetapi ketiga kerajaan ini tidak bisa bertahan, satu demi satu berjatuhan dan digantikan oleh kekuatan lain; Kerajaan Utsmani digantikan oleh Republik Turki (1924), Safawi di Persia digantikan oleh Dinasti Qajar (1925), dan Kerajaan Munghal di India digantikan oleh penjajah Inggris (1875) dan Mesir dikuasai Napoleon dari Perancis tahun 1798. Akhirnya umat Islam memasuki fase kemunduran kedua.

Pada periode modern, Islam mengalami perkembangan yang luar biasa, sehingga Harun Nasution menyebut periode itu sebagai zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon yang berakhir tahun 1801 membuka mata umat Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kelemahan umat Islam di hadapan kekuatan Barat. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Dia membawa dua set alat percetakan huruf Latin, Arab dan Yunani.

5

Ekspedisi itu bukan hanya membawa misi militer, tetapi juga misi ilmiah.Napoleon membentuk lembaga ilmiah yang disebut dengan Institut d’ Egypte yang mempunyai empat bidang kajian, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi dan politik, serta ilmu sastra dan seni.Selain itu diterbitkan juga majalah ilmiah yang bernama Courier d’Egypte.

Ide-ide baru yang diperkenalkan oleh Napoleon di Mesir adalah sistem negara republik yang kepala negaranya dipilih untuk jangka waktu tertentu, persamaan (egalite) dan paham kebangsaan (nation).Para pemuka Islam pun mulai berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengembalikan kejayaanumat Islam.

Maka muncullah gerakan pembaruan yang dilakukan di berbagai negara, seperti Turki dan Mesir.Gagasan-gagasan pembaruan itu kemudian diserap di berbagai negeri Muslim, termasuk di Indonesia.

Dari sejarah Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa agama lahir dari dan dalam sebuah realitas sosial tertentu. Tingkat akomodasi dan apresiasinya terhadap realitas sosial di sekitarnya begitu kuat, sehingga dalam berbagai fenomena keagamaan dapat ditemukan adanya keterkaitan antara agama dan budaya yang sangat erat.

Hal ini terjadi karena dua hal: pertama, bahwa tidak semua nilai dan prinsip budaya lokal itu bertentangan dengan doktrin dan ajaran keagamaan, bahkan sebaliknya, banyak yang berkesesuaian, sehingga budaya menjadi layak untuk diakomodasi ke dalam agama; kedua, bahwa dengan mengakomodasi nilai budaya lokal, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran agama tersebut, akan mempermudah usaha sosialisasi agama tersebut.

Sebab, sesuatu yang asing akan lebih mudah diakomodasi oleh masyarakat setempat jika ia telah lama

dikenal dan akrab dengan masyarakat tersebut. Dari sinilah agama kemudian berusaha tampil dalam wajahnya yang ramah, lunak dan bersahaja di balik budaya dasar yang dianut sebuah masyarakat.

Rangkuman

Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Pada masa di Madinah inilah Nabi Muhammad saw

mampu menerapkan gagasan al-Qur’an secara maksimal. Perpindahan Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah pada saat itu merupakan sebuah langkah yang sangat revolusioner, karena hijrah di masa itu tidak sekedar perpindahan tempat tinggal, tetapi merupakan bagian dari upaya perubahan pola pikir, perilaku dan tradisi. Di mana dalam tradisi Arab pra-Islam, suku merupakan nilai suci. Dan meninggalkan kelompok yang masih memiliki hubungan darah dan bergabung dengan kelompok lain yang tidak memiliki hubungan darah adalah suatu hal yang belum pernah terdengar. Pada prinsipnya, hal itu dianggap penghinaan dan merupakan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan.

2. Di Madinah Nabi mampu membentuk komunitas ummah yang terbentuk oleh suatu ideologi bersama. Dalam komunitas ummah itu, tidak seorang pun dipaksa untuk mengikuti Islam, akan tetapi semua dapat bersatu, tidak saling menyerang, dan bahkan berjanji untuk saling melindungi. Sehingga kaum Qurays di Makkah berusaha untuk memusnahkan komunitas ummah di Madinah itu. 3. Di masa Khulafa’ al-Rashidun muncul tiga kelompok

besar; yaitu Syi’ah, yanghanya mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Nabi (tidak mengakui kepemimpinan Sahabat Abu Bakar, Umar bin al-Khattab,

dan Utsman bin ‘Affan); yang kedua adalah Sunni, yang meyakini bahwa pengganti Nabi adalah Abu Bakar sesuai dengan kesepakatan umat Islam, dilanjutkan oleh Umar, Utsman dan Ali bin abi Thalib, dan tidak mengkafirkan mereka hingga selesai kepemimpinannya; dan ketiga adalah Khawarij, yang mengakui kepemimpinan Abu

Bakar, Umar, Utsman sebelum masa akhir

pemerintahannya, dan mengakui Ali hingga masa proses terjadinya tahkim (arbitrasi).

Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan sejarah Islam di masa Nabi Muhammad saw! 2. Jelaskan perkembangan Islam di masa Khulafa’

al-Rashidun!

Paket 3

OBJEK STUDI ISLAM