• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolat Jamur Udara Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Isolat Jamur Udara Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

Berdasarkan pengamatan jamur secara makroskopik dan mikroskopik dapat dideskripsikan dengan panduan buku kapang tropik umum Gandjar et al.,

(1999), John dan Roland (2007) dan jurnal identifikasi jamur, sehingga didapatkan identikasi jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Hasil pengamatan morfologi dan identifikasi Jamur dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Jamur

No. isolat Pengamatan Keterangan Makroskopik Mikroskopik 1. Cladosporium sp. Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 196  Warna koloni : hijau  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : bundar  Diameter : 0,4-2,3 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (Ari dan Shanti, 2001). a. Konidia : bulat dan

semibulat b. Konidiofor : tunggal c. Hifa septum b a c

2.

Aspergillus niger

Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 50  Warna koloni : hitam  Warna tepi : putih  Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 0,7-3,8 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Wuryanti, 2008).

a. Konidia : bulat dan semibulat b. Konidiofor : tunggal c. Hifa septum 3. Aspergillus fumigatus Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 73  Warna: hijau lumut  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irregular  Diameter : 0,6-2,2 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Eni, 2007).

a. Konidia : bulat dan semibulat b. Konidiofor : tunggal c. Hifa septum 4. Aspergillus sp.1 Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 3  Warna koloni : hitam  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 3 cm

 Referensi identifikasi : (Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Ari dan Shanti, 2001). a. Konidia : bulat dan

semibulat b. Konidiofor : tunggal c. Hifa septum c b c a b a c a b

5.

Fusarium sp.

Perbesaran 400x

 Jumlah koloni total : 6  Warna koloni : merah

muda

 Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 0,3-0,9 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Ilyas, 2007).

a. Konidia : bulan sabit b. Konidiofor : bercabang 6.

Paecilomyces sp.

Perbesaran 400x

 Jumlah koloni total : 29  Warna koloni : hijau

muda

 Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 1,2-2,9 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). a. Konidia : bulat dan

semibulat b. Vesikel c. Konidiofor : tunggal d. Hifa septum 7. Rhizopus sp. Perbesaran 400x

 Jumlah koloni total : 46  Warna koloni : putih  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 1-5 cm  Sporangiofor : tunggal  Sporangium : bulat  Hifa tidak berseptum  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Ari dan Shanti, 2001).

b a

a

b

8.

Mucor sp.

Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 78  Warna koloni : putih  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : bulat  Diameter : 0,7-1,8 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). (Ilyas, 2007).

a. Spora

b. Sporangiofor : tunggal c. Sporangium : bulat d. Hifa tidak berseptum 9.

Neurospora sp.

Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 24  Warna koloni : orange  Warna tepi : putih  Warna miselium : putih  Bentuk koloni : irregular  Diameter : 1-5 cm

 Referensi identifikasi : (Gandjar et al., 1999). (John dan Roland, 2007). a. Konidia : bulat

b. Konidiofor : tunggal c. Hifa septum

10.

Saccharomyces sp. Perbesaran 1000x

 Jumlah koloni total : 238  Warna : putih mengkilap  Bentuk koloni : bulat  Diameter : 0,2-0,8 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (Ari dan Shanti, 2001). a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

d b a c a c b a b

11.

Cryptococcus sp. Perbesaran 1000x

 Jumlah koloni total : 11  Warna koloni : kuning

mengkilap

 Bentuk koloni : bulat  Diameter : 0.5-1.3 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir 12.

Candida sp.1 Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 4  Warna koloni : krem

mengkilap

 Bentuk koloni : bulat  Diameter : 0.2-0.6 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (Merlin, 2012). a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir 13.

Candida sp.2 Perbesaran 200x

 Jumlah koloni total : 21  Warna koloni : krem

mengkilap

 Bentuk koloni : irreguler  Diameter : 0.5-1.2 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (Merlin, 2012). a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir 14.

Rhodoturula sp. Perbesaran 400x

 Jumlah koloni total : 8  Warna koloni : merah

muda mengkilap  Bentuk koloni : bundar  Diameter : 0.3-0.7 cm  Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999). (Iq, 2014).

a. Sel khamir semibulat (blastospora)

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni dan identifikasi jamur (Tabel 6), dapat diketahui warna koloni jamur berbeda-beda akan tetapi warna dasar miselium koloni jamur yang hampir sama, yaitu berwarna putih. Hasil pengamatan jamur udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan diperoleh 14 isolat jamur dengan ciri morfologi yang berbeda. Jamur jenis kapang didapatkan pada isolat nomor 1-9 dan jamur jenis khamir didapatkan pada isolat nomor 10-14. Isolat jamur memiliki bentuk koloni bundar dan sebagian yang berbentuk irregular. Bentuk koloni jamur yang irreguler dapat tumbuh diseluruh permukaan agar cawan seperti isolat

Rhizopus sp. Diameter koloni terbesar Neurospora sp., yaitu mencapai 5 cm, sedangkan diameter koloni terbesar Candida sp.1, yaitu 0,2 cm. Perbedaan ciri morfologi pada isolat jamur merupakan suatu identitas dari masing-masing jenis jamur sehingga dapat diidentifikasi jenis jamur. Jumlah total koloni dari masing-masing jenis jamur yang ditemukan, dapat menunjukkan dominansi penyebaran jenis jamur di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik jamur dapat dibedakan dan identifikasi dari bentuk hifa aseksual. Bentuk hifa aseksual pada jamur merupakan ciri khas suatu jamur. Hifa aseksual pada jamur berfungsi untuk menghasilkan spora-spora dalam jumlah yang banyak. Spora aseksual yang berukuran kecil dapat tertiup angin dan dapat tumbuh membentuk koloni jamur pada tempat-tempat yang mendukung kelangsungan hidup bagi jamur tersebut. Bentuk hifa aseksual jamur pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Hifa Aseksual

Konidiofor Sporangiofor Blastospora

Aspergillus niger Ket : a. Konidia b. Vesikel c. Konidiofor d. Kepala konidia Mucor sp. Ket : a. Spora b. Sporangiofor c. Sporangium Cryptococcus sp. Ket :

a. Sel khamir semibulat (blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

Bentuk hifa aseksual yang didapatkan pada penelitian, yaitu konidiafor, sporangiofor dan blastospora. Bentuk hifa aseksual konidiofor memiliki struktur konidia yang berbentuk oval, semibulat, atau bulat dan ada yang membentuk rantai. Konidia melekat pada fialid (sel konidiogenus) dan fialid melekat pada bagian ujung konidiofor yang mengalami pembengkakan yang disebut vesikel. Fialid dapat melekat langsung pada vesikel (tipe sterigmata uniseriat) atau dapat melekat pada struktur metula (tipe sterigmata biseriat). Jenis jamur yang hifa aseksualnya berbentuk konidiofor dalam penelitian ini adalah Cladosporium sp.,

Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus sp.1, Fusarium sp.,

Paecilomyces sp. dan Neurospora sp.Bentuk hifa aseksual sporangiofor memiliki spora yang berbentuk bulat. Hifa yang panjang tumbuh menjulang yang berfungsi mendukung pertumbuhan sporangium. Spora bersel satu yang terbentuk di dalam sporangium. Jenis jamur yang hifa aseksualnya berbentuk sporangiofor dalam

penelitian ini adalah Rhizopus sp. dan Mucor sp.Bentuk hifa aseksual blastospora hanya terdapat pada jenis jamur khamir. Spora pada khamir berada pada kuncup atau tunas sel-sel khamir. Hal ini menjadikan bentuk sel khamir bulat atau semibulat. Jenis jamur yang hifa aseksualnya berbentuk blastospora dalam penelitian ini adalah Saccharomyces sp., Cryptococcus sp., Candida sp.1,

Candida sp.2 dan Rhodoturula sp. (Pelczar et al., 2008).

Nomor isolat 1 sampai dengan 9 merupakan jamur jenis kapang. Kapang merupakan jenis fungi multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan-bahan organik kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium. Kapang tersebut mudah dijumpai pada bagian-bagian ruangan yang lembab, seperti langit-langit bekas bocor, dinding yang dirembesi air, atau pada perabotan lembab yang jarang terkena sinar matahari (Lampiran 2). Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga

penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara, apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan (Pelczar et al., 2008).

Nomor isolat 10 sampai dengan 14 merupakan jamur jenis khamir. Khamir merupakan jenis fungi uniseluler. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak

berfilamen tetapi uniseluler berbentuk semibulat dan bulat. Bentuk khamir dapat bulat cembung sampai semibulat, kadang dapat membentuk miselium semu. Ukuran juga bervariasi. Struktur yang dapat diamati meliputi dinding sel, sitoplasma, vakuol air, globula lemak dan granula. Kebanyakan khamir melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukan tunas secara multilateral ataupun polar. Reproduksi secara seksual menghasilkan askospora melalui konjugasi dua sel atau konjugasi dua askospora yang menghasilkan sel anakan kecil (Pelczar et al., 2008).

Berdasarkan jumlah koloni setiap jamur yang ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan, dapat diketahui persentase setiap jamur yang tumbuh dan memiliki tingkat kehadiran yang dominan. Hal tersebut dapat menunjukkan jamur yang dominan keberadaannya di ruang tunggu Puskesmas, sehingga dapat diwaspadai dan dicegah terkait infeksi yang mungkin terjadi. Persentase keberadaan jamur yang mendominasi dari hasil pengukuran di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Berdasarkan Gambar 3, persentase keberadaan jamur dominan yang tumbuh pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Total jenis isolat jamur yang ditemukan pada kedua ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan adalah 14 jenis isolat jamur. Jenis jamur

Neurospora sp. hanya ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur, sedangkan jenis jamur Aspergillus sp.1, Cryptococcus sp.,

Candida sp.1, Candida sp.2 dan Rhodoturula sp. hanya ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat.

Jenis jamur yang memiliki persentase keberadaan tertinggi adalah

Saccharomyces sp. Persentase Saccharomyces sp. pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 23,6% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 36%. Jenis jamur ini memiliki spora aseksual yang diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering. Spora ini mudah beterbangan di udara (Sjamsuridzal, 2006). Hal ini yang dapat membuat Saccharomyces sp. memiliki persentase keberadaan tertinggi pada udara ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Jenis jamur dominan selanjutnya adalah isolat 1, yaitu Cladosporium sp. Persentase Cladosporium sp. pada Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 29,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 21,2%. Koloni

Cladosporium sp. memiliki warna hijau kehitaman dan memiliki konidia gelap berpigmen yang terbentuk dalam rantai sederhana atau bercabang. Cladosporium

yang tersebar oleh angin membuat penyebarannya sangat berlimpah di udara bebas (Jeffrey, 1996).

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni dan identifikasi jamur (Tabel 6), isolat Aspergillus sp. ditemukan dengan ciri-ciri yang berbeda, yaitu pada isloat 2 (Aspergillus niger), isolat 3 (Aspergillus fumigatus) dan isolat 4 (Aspergillus sp.1). Jenis jamur Aspergillus yang paling dominan adalah

Aspergillus fumigatus dengan nilai presentase pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 10,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 8,6%. Jenis jamur Aspergillus sp.1 hanya ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat dengan persentase sebesar 0,7%. Aspergillus

sp. merupakan jenis jamur yang sering menimbulkan infeksi penyakit. Berbagai penyakit berkaitan dengan jamur jenis ini. Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat di alam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergillus termasuk jamur kontaminan. Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah A. fumigatus, A. niger

dan A. flavus. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk, yaitu Aspergilosis kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru dan Aspergilosis sistemik (Jeffrey, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2013), menunjukkan jenis jamur dari genus Aspergillus yang dapat menyebabkan

Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA) adalah Aspergillus fumigatus. ABPA ditemukan pada sekitar 7-18% penderita asma dan 5-10% penderita fibrosis kistik. Spora Aspergillus fumigatus sangat kecil berukuran 3-5 μm

sehingga akan dapat mencapai saluran napas distal jika spora atau miselia ataupun antigen Aspergillus tersebut terhirup.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangunnegoro (2008), menunjukkan

Aspergillus fumigatus dapat menyebabkan infeksi paru hingga 90%. Gambaran klinis bisa berupa pneumoni (radang paru-paru), dalam parenkim paru-paru terjadi bulatan granulomatosa yang dapat sembuh dan terjadi klasifikasi membentuk coin lesion. Sputum biasanya mukopurulen dan kadang-kadang terdapat bercak darah. Penyebaran secara hematogen biasanya ke ginjal dan organ-organ lain.

Aspergillus fumigatus terbukti menghasilkan endotoksin yang mampu

menghemolisis eritrosit manusia dan hewan. Jamur A. fumigatus ternyata memang merupakan yang paling sering menimbulkan aspergilosis pada manusia. Jamur

Aspergillus lain yang menyebabkan Aspergilosis pada manusia ialah Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus nidulans. Hal ini menunjukkan bahwa

Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis jamur yang paling sering ditemukan dan penyebab kontaminasi udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Jenis jamur dominan selanjutnya adalah isolat Mucor sp. dan Rhizopus sp. Persentase Mucor sp. pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 14.4% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 6%. Persentase

Rhizopus sp. pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 5,4% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 6,2%. Mucor sp. dan

Rhizopus sp. masuk ke dalam golongan Zygomycetes.

Infeksi yang disebabkan oleh berbagai jamur kontaminan, yaitu

Aspergillus, Candida, Mucor, Rhizopus dan Penicillium disebut otomikosis. Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara bebas. Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur

dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi, melalui udara atau air (Gandahusada et al., 1988). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Edward dan Irfandy (2012), kasus otomikosis pada seorang wanita umur 41 tahun ditemukan jenis-jenis jamur Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus terreus, Candida albicans dan Candida parapsilosis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2005), dari kultur biakan yang diambil dari penderita otomikosis didapatkan isolate-isolat jamur Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus fumigatus

(34,14%), C.albicans (11%), C.pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp. (1,21%). Hal ini perlu diwaspadai oleh pasien, keluarga pengantar pasien dan paramedis Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan karena ditemukan genera jamur penyebab penyakit otomikosis.

Hasil penelitian ini menemukan jamur Fusarium sp., persentase keberadaannya terendah, yaitu pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar 1,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 0,5%.

Fusarium adalah salah satu genus jamur berfilamen yang hidup dan

berkembangbiak di batang tanaman dan di permukaan tanah. Keadaan ruang tunggu pada kedua Puskesmas berjarak cukup jauh dari tanaman dan tanah hal ini memungkinkan Fusarium sp. ditemukan dalam jumlah yang sedikit dan menjadi presentase keberadaannya terendah. Golongan Fusarium dicirikan dengan struktur tubuh berupa miselium bercabang, hialin, dan bersekat (septat) dengan diameter 2-4 µm. Jamur ini juga memiliki struktur fialid yang berupa monofialid ataupun polifialid dan berbentuk soliter atau merupakan bagian dari sistem percabangan yang kompleks. Reproduksi aseksual jamur ini menggunakan mikrokonidia yang

terletak pada konidiospora yang tidak bercabang dan makrokonidia yang terletak pada konidiospora bercabang dan tak bercabang. Makrokonidia dibentuk dari fialid, memiliki struktur halus serta bentuk silindris, dan terdiri dari 2 atau lebih sel yang memiliki dinding sel tebal. Mikrokonidia yang dihasilkan umumnya terdiri dari 1-3 sel, berbentuk bulat atau silinder, dan tersusun menjadi rantai atau gumpalan (Gandjar et al., 1999).

Hasil penelitian ini menemukan jenis jamur Candida sp., keberadaannya sering ditemukan pada setiap cawan petri sampel jamur udara pada kedua ruang tunggu Puskesmas. Jamur dari genus Candida dapat berpotensi menimbulkan penyakit pada manusia. Menurut Crofton et al., (2001), menunjukkan 50% penderita Tuberkulosis (TB) paru bisa dijumpai Candida albicans dalam dahak mereka, sehingga untuk menetapkan bahwa seseorang menderita Kandidiasis bronkial harus diperiksa dan dijumpai kepositifan organisme ini di dahak secara berulang-ulang. Gambaran radiologik foto dada biasanya normal atau dijumpai pengaburan berupa garis di lapangan tengah dan bawah paru. Pasien yang menderita kandidiasis paru biasanya tampak lebih sakit, mengeluh demam dengan pernapasan dan nadi yang cepat. Selain itu muncul batuk, hemaptoe, sesak dan nyeri dada. Pada foto dada biasa tampak pengaburan dengan batas tidak jelas terutama di lapangan bawah paru. Bayangan lebih padat atau efusi pleura bisa juga dijumpai pada foto dada. Diagnosis dengan menemukan jamur Candida di sputum serta kultur yang positif dengan medium Agar Sabouraud.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukamto (2010), dari 131 bahan dahak penderita TB yang diteliti, didapatkan jamur Candida spp. dengan frekuensi terbanyak (40,45%), diikuti berturut-turut oleh Aspergillus spp., (19,84),

Zygomycetes (6,87%), Norcardi spp., (2,29%), Geotrichum (1,52) dan lain-lain (1,55%). Penularan TB paru terjadi melalui batuk, bersin, berbicara atau meludah. Data penderita TB di Puskesmas Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan sekitar 23%. Hal ini perlu diwaspadai pada para pengunjung Puskesmas Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dikarenakan ditemukan jenis-jenis jamur dari penyakit TB ini.

Hasil penelitian ini menemukan jenis jamur Cryptococcus sp., presentase keberadaan jamur ini tidak begitu dominan karena hanya ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat dengan presentase sebesar 2,6%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Efida dan Desiekawati (2010), jenis jamur dari genus Cryptococcus yang dapat menyebabkan kriptokokosis adalah Cryptococcus neoformans. Jamur Cryptococcus neoformans dapat tumbuh di permukaan tanah. Transmisi penyakit ini terjadi secara inhalasi melalui basidiospora yang terhirup bersama udara dan debu lingkungan yang terkontaminasi, kemudian masuk ke paru. Penyakit ini dapat mengenai penderita dengan sistem imun rendah umumnya penderita HIV/AIDS. Tes aglutinasi tabung mendeteksi hanya 30% pasien dengan

Cryptococcus, immunofluorescence assay (IFA) mendeteksi 38% kasus dengan

Cryptococcus.

Fluktuasi konsentrasi partikel bioaerosol yang signifikan di ruangan rumah sakit atau Puskesmas dapat berhubungan dengan variasi penghuni ruangan seperti pasien (dengan berbagai macam penyakit), paramedis, dan pengunjung serta kegiatan yang dilakukan (Li dan Hou, 2003). Pengambilan sampel udara harus secara teratur dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti epidemiologi,

pengawasan, penelitian, keselamatan atau tujuan kontrol kualitas udara (Joseph dan Anjali, 2006).

4.3 Hasil Analisis Pengaruh Faktor Fisik Udara dan Jumlah Orang

Dokumen terkait