• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

1. Pihak Puskesmas disarankan untuk melakukan pengoptimalan ventilasi dan alat elektronik seperti kipas angin pada ruang tunggu Puskesmas agar mengurangi tingginya suhu dan kelembaban udara. Material dan benda-benda dalam ruang tunggu Puskesmas juga perlu diperhatikan untuk dibersihkan secara berkala dan dengan teknik yang benar.

2. Pencegahan atau antisipasi secara dini dapat dilakukan untuk terhindar dari penularan penyakit dari orang sakit maupun sebaliknya yang dapat dilakukan oleh pasien, keluarga pengantar pasien dan para medis dengan cara menggunakan masker.

3. Penelitian lebih lanjut tentang kualitas udara dalam ruangan dengan parameter jamur udara disarankan untuk pengambilan sampel lebih banyak dan menambahkan lebih banyak variabel bebas selain suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan jumlah orang dalam ruangan.

59

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2005. Pencemaran Udara dan Gangguan Penyakit Pernapasan Non Infeksi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Penerbit Buku Kompas.

Ari Susilowati, Shanti Listyawati. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS. Jurnal Biodiversitas. 2(1) : 110-114.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2004. Pencemaran Udara. Jakarta. Badan Pusat Statistika. 2013. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan tim FKUI. Salemba Medika Utama. Jakarta.

John Webster dan Roland Weber. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge University Press. Cambridge.

Chandra, F. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, cetakan 1. EGC. Jakarta. Carol, Y., Roa, A. Harret, Burge. 2012. Quantitative Standards and Guidelines for

Fungi in Indoor Air. Journal of the Air and Waste Management Assosiation. 46(9): 899-908.

CIAR. 1996. Sick Building Syndrome, Biological Aerosols and System Control of Indoor Air Quality. Published by CIAR. Maryland.

Cox, C.S., Wathes, C.M. 1995. Bioaerosols Handbook. Lewis Publisher. New York.

Crofton J, Douglas A,Wattles.2001. Fungi Infection of the Lung. In: Respiratory Diseases. Blackwell Scientific Publications. p: 329-45.

David, E., D. Stephen, R. Handke, R. Bartley. 2007. Descriptions of Medical Fungi. Molecular & Biomedical Science University of Adelaide. Adelaide. Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan. 2012. Profile beserta Visi dan Misi.

http://dinkes-tangsel.com/p/tentang-dinkes.html Diakses pada 21 Oktober 1014 pukul 19.08 WIB.

Djuanda, A., Hamzah, M. Aisah, S. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Eduard, W.R. 2009. Fungal Spores: a Critical Review of the Toxicological and Epidemiological Evidence as a Basis for Occupational Exposure Limit Setting. Crit Rev Toxicol. 39: 799-864.

Edward, Y dan Irfandy, D. 2012. Otomycosis. Jurnal Kesehatan Andalas. 1: 2. Efida dan Desiekawati. 2012. Kriptokokal meningitis: Aspek klinis dan diagnosis

laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1: 1.

Elsberry, RB. 2007 Indoor Air Pollution Can Sicken Office Workers. Electrical Apparatus. August.18:34-44.

Eni, K. 2007. Viabilitas dan Morfologi Aspergillus fumigatus pada Penyimpanan dengan Kertas Saring dan Agar Dalam Air Suling. Jurnal Besar Penelitian Veteriner. Bogor.

EPA (Environmental Protection Agency). 2010. SOP Sampling and Characterization of Bioaerosols in Indoor Air. Enviromental health and Engineering. U.S.

Fletcher, L.A., C.J. Noakes, C.B. Begg, P.A. Sleigh. 2010. The Importance of Bioaerosols in Hospital Infections and the Potential for Control using Germicidal Ultraviolet Irradiation. Journal University of Leeds. 26: 142-158.

Gandahusada, S., Wita, P., Herry, D. 1988. Parasitologi Kedokteran. FKUI. Jakarta.

Gandjar, I., R.A. Samson, K. Vanden, A. Oetari, I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia.Jakarta.

Haisley, P. dan G. Wong. 2002. Fungal Colonization of Building Material and Impact on Occupant Health. Manoa: Departement of Botany.University of Hawai. Hawai.

Ilyas, M. 2007. Isolasi dan Identifikasi Kapang pada Relung Rizosfir Tanaman di Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biodiversitas. 7(3): 216-220.

Iq, S.F. 2014. Kualitas Udara Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dengan Parameter Jamur (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan). Skripsi FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Jeffrey C, Edman. 1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi ke-20. EGC. Jakarta. Joseph dan Anjali. 2006. The Impact of the Environment Infections in Healtcare

Facilities. Gateway Boulevard. USA.

Karuppasamy, C., R. Lalsanglura, R. Kannan, Saravanakumar. 2013. A Preliminary Assesment of Aerofungal Allergens from the Wards of Civil Hospital Aizawl. International Jounal of Enviroment Science. 4(3): 274-283.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 132. 2010. Pedoman Kerja Puskesmas III Tahun 2010/2011. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 829. 1999. Persyaratan Kesehatan Perumahan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1204. 2004. Tentang Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1335. 2002. Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Kumar, A. 2005. Fungal Spectrum in Otomycosis Patiens. JK Science. 3: 152-155.

Li, C.S. dan P.A. Hou. 2003. Bioaerosol Characteristic in Hospitals Clean Rooms.

Journal Science Total Environment. 305: 169-176.

Maeir, R.M., Pepper, J.L., Gerba, P.C. 2002. Environmental Microbiology. Academic Press. Canada.

Mandal, J. dan H. Brandl. 2011. Bioaerosols in Indoor Environment : A Review with Special Reference to Residential and Occupational Locations. The Open Environmental and Biological Monitoring Journal. 4: 83-96.

Mangunnegoro, H. 2008. Pulmonologi klinik FKUI. Berbagai Permasalahan Dalam Penyakit Tuberkulosis Paru.. 8: 73 -79.

Merlin. 2012. Studi Kualitas Udara Mikrobiologi dengan Parameter Jamur pada Ruangan Pasien Rumah Sakit (Studi Kasus: Ruang Rawat Inap Gedung A

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Ciptomangunkusumo). Skripsi

FTUI. Depok.

Miller, Hung. F, Dillon. 2005. Field Guide for the Determination of Biological Contaminants in Environmental Samples 2nd edition. AIHA.

NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). 1989. Indoor Air Quality. Selected References. Ohio.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Peavy, Howard S., Donald R. Rowe, Tchobanoglous G.1985. Environmental

Engineering. McGraw-Hill Inc. New York.

Pelczar, J. Michael, E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Penerjemah Ratna Siri Hadioetomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999. Mengenai Pengendalian Pencemaran

Udara.

Pollard, S.J.T., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wootton, M. 2006. Bioaerosol releases from compost facilities: evaluating passive and active source terms at green waste facility for improved risk assesment. Atmospheric Environment. 40: 1159-1169.

Pudjiastuti, L., Rendra, S., Santosa, H.R. 1998. Kualitas Udara dalam Ruang. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Setyaningsih, Y. Soebijanto, Soedirman. 2003. Hubungan antara kualitas udara

dalam ruangan berpendingin sentral dan Sick Building Syndrome. Sains Kesehatan, 16(3): 373-388.

Sjamsuridzal, W. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Spengler, J., Samet, J.M., McCarthy, F. 2001. Indoor Air Quality. McGraw-Hill. New York.

Srikandi, F. 1993. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Sudarmanto, R. 2005. Analisis Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sukamto, T. 2010. Pemeriksaan Jamur Bilasan Bronkus pada Penderita Tuberkulosis Paru. Skripsi FKUSU. Sumatra Utara.

Sulistiowati. 2001. Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara

dalam Ruang dengan Kejadian SBS. Depok.

Tavora, L.G., W. Gambale, E.M. Heins, G.L. Arriagada, A. Levin. 2003.Compara tive Performance of Two Air Sampler for Monitoring Airborne Fungal.

Brazillian Journal of Medical and Biological Research. 36: 613-616. Trinanda, N.G. 2011. Analisis Kualitas Udara Mikrobiologi di Fasilitas

Pengomposan dan Wilayah Sekitarnya. (Studi Kasus : UPS Jalan Jawa, Depok. Skrpsi FTUI. Depok.

Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan Biotin Pada Media Pertumbuhan Terhadap Produksi Sel Aspergillus niger. Jurnal Kimia FMIPA UNDIP.

10(2) : 46-50.

WHO (World Health Organization). 2009. Guidelines for Indoor Air Quality:

Dampness and Mould. Europa.

64

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisis SPSS

1. Perbandingan Konsentrasi Jamur terhadap Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan Tangerang Selatan

ANOVA

Konsentrasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig, Between Groups 11656,333 1 11656,333 0,263 0,619 Within Groups 442936,667 10 44293,667

Total 454593,000 11

H0 = Tidak ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

H1 = Ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Sig (0,619) > 0,05 maka H0 diterima

F hitung = 0,263 ; F tabel = df1, df2 : 1, 10 = 4,96 Fhitung < Ftabel : 0,263 < 4,96 maka H0 diterima

Deskripsi Konsentrasi N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Min Max Lower Bound Upper Bound Puskesmas Perawatan 6 432,33 149,755 61,137 275,17 589,49 177 594 Puskesmas Non-Perawatan 6 494,67 257,217 105,008 224,73 764,60 297 989 Total 12 463,50 203,290 58,685 334,34 592,66 177 989

2. Perbandingan Konsentrasi Jamur terhadap Faktor Fisik (Suhu, Kelembaban Dan Intensitas Cahaya) dan Jumlah Orang

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig, 1

Regression 96687,233 4 24171,808 0,473 0,755b Residual 357905,767 7 51129,395

Total 454593,000 11 a, Dependent Variable: Konsentrasi

b, Predictors: (Constant), Jumlah_Orang, Suhu, Kelembaban, Intensitas_Cahaya H0 = Tidak ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap faktor fisik (suhu,

kelembaban dan intensitas cahaya) dan jumlah orang.

H1 = Ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap faktor fisik (suhu, kelembaban dan intensitas cahaya) dan jumlah orang.

Sig (0, 755) > 0,05 maka H0 diterima

F hitung = 0,473 ; F tabel = df1, df2 : 4, 7 = 4,12 Fhitung < Ftabel : 0,473 < 4,12 maka H0 diterima

3. Nilai Pengaruh Faktor Fisik (Suhu, Kelembaban Dan Intensitas Cahaya) dan Jumlah Orang terhadap Konsentrasi Jamur

R Square 0,213 x 100% = 21,3 %, Berarti = 21,3 % dipengaruhi faktor fisik, 78,7% dipengaruhi faktor lain

R = 0,461 yang berarti korelasi sedang.

Model Summaryb Model R R Square Adjuste d R Square Std, Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig, F Change 1 0,461a 0,213 -0,237 226,118 0,213 0,473 4 7 0,755 a, Predictors: (Constant), Jumlah_Orang, Suhu, Kelembaban, Intensitas_Cahaya

4. Analisis Regresi Linear Berganda Koefisiena Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig, B Std, Error Beta 1 (Constant) -335,511 2866,947 -0,117 0,910 Suhu 7,959 69,562 0,060 0,114 0,912 Kelembaban 10,848 15,805 0,381 0,686 0,515 Intensitas_Cahaya -16,148 24,938 -0,365 -0,648 0,538 Jumlah_Orang 1,347 1,668 0,543 -0,807 0,446 a, Dependent Variable: Konsentrasi

Persamaan regresi Y = -335,511 + 7,959 X1 + 10,848 X2– 16,148 X3 + 1,347 X4 5. Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Faktor Fisik (Suhu,

Kelembaban Dan Intensitas Cahaya) dan Jumlah Orang Korelasi

Konsentrasi Suhu Kelembaban Intensitas _Cahaya Jumlah _Orang Konsentrasi Pearson Correlation 1 -0,309 0,312 -0,203 0,071 Sig. (2-tailed) 0,329 0,323 0,527 0,827 N 12 12 12 12 12 Suhu Pearson Correlation -0,309 1 -0,423 0,087 0,325 Sig. (2-tailed) 0,329 0,170 0,788 0,303 N 12 12 12 12 12 Kelembaban Pearson Correlation 0,312 -0,423 1 -0,620 0,496 Sig. (2-tailed) 0,323 0,170 0,032 0,101 N 12 12 12 12 12 Intensitas_Cahaya Pearson Correlation -0,203 0,087 -0,620* 1 0,723 Sig. (2-tailed) 0,527 0,788 0,032 0,008 N 12 12 12 12 12 Jumlah_Orang Pearson Correlation -0,071 0,325 0,496 -0,723 1 Sig. (2-tailed) 0,827 0,303 0,101 0,008 N 12 12 12 12 12

5.1 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Suhu

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan suhu,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan suhu, Sig 2 tailed 0,329 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan -0,309 (tidak mendekati 1),

5.2 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Kelembaban

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan kelembaban,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan kelembaban, Sig 2 tailed 0,323 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan 0,312 (tidak mendekati 1),

5.3 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Intensitas Cahaya

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan intensitas cahaya,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan intensitas

cahaya,

Sig 2 tailed 0,527 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

5.4 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Jumlah Orang

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan jumlah

orang

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan jumlah orang

Sig 2 tailed 0,827 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima) Besarnya hubungan 0,071 (tidak mendekati 1)

6. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Konsentrasi Suhu Kelembaban Intensitas _Cahaya Jumlah _Orang N 12 12 12 12 12 Normal Parametersa,b Mean 463,50 30,025 81,983 4,394 191,83 Std. Deviation 203,290 1,5398 7,1366 4,5891 81,894 Most Extreme Differences Absolute 0,205 0,199 0,260 0,225 0,252 Positive 0,205 0,199 0,260 0,225 0,252 Negative -0,123 -0,195 -0,160 -0,186 -0,165 Kolmogorov-Smirnov Z 0,711 0,689 0,900 0,778 0,874 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,694 0,729 0,392 0,580 0,430 a. Distribusi data normal

Sig > 0,05 = Distribusi data normal.

Nilai sig konsentrasi (0,694), suhu (0,729), Intensitas cahaya (0,580) dan jumlah orang (0,430) > 0,05, sehingga dapat dikatakan data yang diolah merupakan data berdistribusi normal.

Berdasarkan kurva di atas dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar kurva dengan mengikuti model regresi, sehingga dapat dikatakan data yang diolah merupakan data berdistribusi normal.

Lampiran 2. Foto Kondisi Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

Kondisi pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Kondisi penuh dan sesak pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Titik sampling pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Titik sampling pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Tempat sampah pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Kipas angin yang menyala pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Pengukuran faktor fisik (suhu dan kelembaban)

Kipas angin yang tidak menyala pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Pengukuran laju udara pada pompa vakum Cahaya dari lampu yang menyala pada ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Keset dapat menjadi tempat pertumbuhan jamur

Pertumbuhan jamur pada langit-langit ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Konsentrasi Jamur di Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Puskesmas Titik Sampel Konsentrasi (CFU/m3)

Perawatan 1.1 594 1.2 459 1.3 530 1.4 346 1.5 177 1.6 488 Non-Perawatan 2.1 466 2.2 516 2.3 396 2.4 989 2.5 297 2.6 304

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Faktor Fisik Udara Dan Jumlah Orang Pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan

Puskesmas Titik Sampel Konsentrasi (CFU/m3) Suhu (0C) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (KLx) Jumlah Orang Dalam Ruangan Perawatan 1.1 594 29,4 78,1 11,3 136 1.2 459 29,2 77,8 4,23 136 1.3 530 28,1 76,8 7,3 112 1.4 346 28,5 78,6 4 112 1.5 177 31,7 75,7 13,8 115 1.6 488 32,3 72,8 6,5 115 Non-Perawatan 2.1 466 28,7 93,5 0,4 249 2.2 516 29,9 88,7 3,9 249 2.3 396 28,7 93,5 0,4 214 2.4 989 29,9 88,7 0,3 214 2.5 297 31,8 80,3 0,3 325 2.6 304 32,1 79,3 0,3 325

Lampiran 5. Foto Koloni Jamur setelah di Inkubasi selama Tiga Hari 5.1 Koloni Jamur Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

1.1: Titik sampel 1 1.2: Titik sampel 2

1.3: Titik sampel 3 1.4 : Titik sampel 4

5.2 Koloni Jamur Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Non-Perawatan

2.1 : Titik sampel 1 2.2: Titik sampel 2

2.3: Titik sampel 3 2.4 : Titik sampel 4

Dokumen terkait