• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LINGKUNGAN DAN STRATEGI PROGRAM

3.1. Isu-Isu Strategis Program Adiwiyata SMP Negeri 2 Boja

Isu- isu strategis dalam upaya menuju sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Boja:

a. Pembelajaran di SMP Negeri 2 Boja belum

menggunakan kurikulum berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup.

Perencanaan pembelajaran di SMP Negeri 2 Boja tertuang dalam Dokumen Kurikulum KTSP SMP Negeri 2 Boja Tahun Pelajaran 2013/2014.

Visi dan Misi Sekolah dijabarkan dalam

program-program pembelajaran yang akan

dilaksanakan di SMP Negeri 2 Boja. Program pembelajaran dalam KTSP disesuaikan tiap mata pelajaran dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Untuk itu, silabus disusun berdasarkan kondisi SMP Negeri 2 Boja oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sekolah, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, kondisi peserta didik SMP Negeri 2 Boja, kondisi sarana dan

prasarana sekolah, serta jenis program

pembelajaran yang dibutuhkan. Selanjutnya, masing-masing guru mata pelajaran menyusun RPP

152 berdasarkan silabus yang telah ditetapkan. RPP disusun guru mata pelajaran disesuaikan lebih spesifik pada karakteristik dan kebutuhan tiap kelas yang berbeda.

Pada dokumen Kurikulum KTSP SMP Negeri 2 Boja Tahun Pelajaran 2013/2014, Peneliti

menemukan bahwa pembelajaran berbasis

lingkungan hidup sudah termaktub di dalam dokumen kurikulum, yaitu di dalam indikator visi dan misi sekolah (Dokumen KTSP SMP Negeri 2 Boja 2014/2015, Lampiran). Akan tetapi belum tertulis di dalam penyusunan silabus maupun dalam penyusunan RPP oleh guru mata pelajaran. Hanya 25,5% guru mata pelajaran mencantumkan pemanfaatan lingkungan alam sekitar sekolah sebagai media pembelajaran pada penulisan RPPnya. 53% guru mengangkat isu global tentang kelestarian alam dan lingkungan hidup pada penyusunan materi pembelajaran, dan 17% guru mencantumkan slogan motivasi cinta alam dan lingkungan hidup pada RPPnya.

Sebagaimana tercantum dalam indikator standar Sekolah Adiwiyata, Sekolah haruslah memiliki visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/atau mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan

153 haruslah memuat pelestarian fungsi lingkungan

dan/atau mencegah terjadinya pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup pada komponen mata pelajaran wajib, dan/atau muatan lokal, dan/atau pengembangan diri. Akan tetapi, indikator-indikator tersebut belum Peneliti temukan di dalam dokumen perencanaan kurikulum SMP Negeri 2 Boja.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis

lingkungan hidup di SMP Negeri 2 Boja, menurut pengamatan Peneliti, telah dilaksanakan secara sporadis. Beberapa guru yang melaksanakan pembelajaran berbasis lingkungan hidup hanya melaksanakan pembelajaran tersebut hanya karena secara kebetulan materi pembelajaran yang harus mereka sampaikan di kelas berhubungan dengan

lingkungan alam. Namun pelaksanaan

pembelajaran ini hanya terbatas pada isi materi

pelajaran dan kadang-kadang pemanfaatan

lingkungan alam sekitar sebagai media

pembelajaran.

Dibandingkan dengan angka 70% jumlah guru yang melaksanakan pelaksanaan pembelajaran sesuai standar Sekolah Adiwiyata, walaupun hampir 100% tenaga pendidik menerapkan metode yang melibatkan peserta didik secara aktif dan inovatif, akan tetapi hanya 38,3% guru yang

154 memberikan pembelajaran berupa pengalaman

lapangan ataupun praktek langsung yang

menggunakan media lingkungan sekitar. Hanya 53% guru tenaga pendidik yang mengembangkan isu lokal (daerah) dan isu global yang terkait dengan PLH. 25,5% guru yang mengembangkan indikator pembelajaran dan instrumen penilaian yang terkait dengan PPLH, serta 25,5% menyusun RPP yang terkait dengan PPLH.

Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler

(pramuka, Karya Ilmiah Remaja, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, dll) di SMP Negeri 2 Boja

belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk

pembelajaran terkait dengan PPLH seperti: pengomposan, tanaman toga, biopori, daur ulang, dll. Kegiatan lomba-lomba internal sekolah (class meeting) yang diadakan di SMP Negeri 2 Boja juga belum memasukan unsur kreatifitas terkait PPLH seperti daur ulang sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya ilmiah, karya seni, hemat energi dan/atau energi alternatif.

b. Permasalahan sampah dan pengelolaannya.

Jumlah siswa SMP Negeri 2 Boja yang besar berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah siswa di lingkungan sekolah, semakin banyak pula volume sampah yang dihasilkan. Terlebih lagi dengan pola

155 pikir dan pola hidup sebagian besar siswa yang serba instan ditandai dengan kecenderungan siswa memilih jenis makanan berkemasan plastik. Hal ini menyebabkan jumlah sampah non-organik yang dihasilkan siswa setiap harinya menjadi sangat besar. Menurut hasil survey, seorang siswa rata- rata membuang 10 - 30 gram sampah non-organik seperti bungkus plastik makanan dan minuman, gelas/botol plastik, sedotan plastik, kerdus dan kertas pembungkus makanan/minuman, kertas dan/atau bulpen bekas. Peneliti mencatat, dengan 750 siswa serta 57 guru dan karyawan SMP Negeri 2 Boja, 8 – 12 kg sampah non-organik terkumpul di lingkungan sekolah setiap harinya.

Peneliti juga mengamati bahwa banyaknya pepohonan di lingkungan SMP Negeri 2 Boja juga menyumbangkan satu permasalahan sampah. Guguran daun-daun yang berjatuhan setiap hari menimbulkan sejumlah sampah organik bertebaran di berbagai tempat. Menurut petugas kebersihan SMP Negeri 2 Boja, dalam sehari 10 – 50 kg sampah organik bisa terkumpul di lingkungan sekolah.

Sejauh ini pengelolaan sampah di SMP Negeri 2 Boja dilaksanakan oleh Urusan K7 dibantu oleh 2 tenaga kebersihan. Urusan K7 mencanangkan berbagai program kebersihan yang melibatkan partisipasi seluruh warga sekolah, yaitu: piket

156 kebersihan kelas, sanksi melakukan kebersihan lingkungan bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah dan program unggulan “SSB” atau Sabtu Sehat dan Bersih, di mana seluruh siswa serentak melakukan kebersihan kelas dan lingkungan secara menyeluruh. Akan tetapi pengelolaan sampah yang terkumpul, menurut petugas kebersihan adalah dengan melakukan pembakaran baik sampah organik maupun non organik.

Urusan sarana prasarana SMP Negeri 2 Boja sejauh ini telah menyediakan tempat sampah di berbagai tempat strategis. Akan tetapi Peneliti menemukan bahwa jumlah dan jenis tempat sampah ini masih belum cukup dan belum memenuhi standar 3R (Reuse-Reduce-Recycle).

Dalam hal upaya pelestarian lingkungan hidup melalui pendidikan karakter cinta lingkungan di SMP Negeri 2 Boja, sudah dilaksanakan melalui himbauan slogan-slogan himbauan cinta alam dan lingkungan yang banyak ditempelkan di tempat- tempat strategis yang sering dilalui siswa. Pembiasaan peduli dan berbudaya lingkungan oleh guru dengan memberikan pendidikan kepada siswa akan pentingnya peduli lingkungan sekitar dan mampu menjaga kelestarian serta kebersihan belum terlaksana secara rutin dan terprogram.

157

c. Penghijauan dan pengelolaan lingkungan

Pengelolaan sarana prasarana yang ramah lingkungan sudah berjalan dengan terus diadakan evaluasi dan perbaikan di SMP Negeri 2 Boja. Tersedianya sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah sesuai

dengan standar sarana dan prasarana

Permendiknas no 24 tahun 2007, seperti air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air limbah/drainase, ruang terbuka hijau, kebisingan/getaran/radiasi dll, sebagian sudah tersedia dan terus diperbaiki serta

dilengkapi. Akan tetapi Peneliti menemukan bahwa

sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah seperti: pengomposan, pemanfaatan dan pengolahan air, hutan/kebun sekolah, green house, toga, kolam ikan, biopori, sumur resapan yang memungkinkan disediakan dan dimanfaatkan untuk pembelajaran di sekolah belum ada.

Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, seperti ruang yang memiliki pengaturan cahaya dan ventilasi udara secara alami, pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan, serta paving block dan rumput, sudah dilaksanakan secara baik dan terus menerus di SMP Negeri 2

158 Boja. Melalui Urusan Sarpras bekerja sama dengan Urusan K7 dan karyawan kebersihan sekolah, SMP Negeri 2 Boja melibatkankan partisipasi seluruh siswa, guru dan karyawan dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, salah satunya melalui kegiatan ‘Sabtu Bersih dan Sehat’. Akan tetapi di sisi lain, listrik, air dan ATK menurut pengamatan Peneliti belum dimanfaatkan secara efisien.

Lebih lanjut Peneliti belum menemukan upaya nyata dari sekolah terhadap peningkatan kualitas pelayanan kantin yang sehat dan ramah lingkungan seperti: kantin yang bebas dari makanan/minuman ynag mengandung pengawet/pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan,

kantin tidak menjual makanan yang

tercemar/terkontaminasi, kedaluwarsa, serta kantin yang tidak menjual makanan kemasan yang tidak ramah lingkungan seperti plastik, styrofoam atau alumunium foil.

d. Bagaimana pengawasan (controlling) pembelajaran

berbasis lingkungan hidup di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?

Pengawasan terhadap pengelolaan dan

pemeliharaan serta pemanfaatan sarana prasarana pendukung terkait PPLH juga belum dilaksanakan secara spesifik dan intens. Sekolah belum memiliki

159

badan pengawas yang khusus mengawasi

pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan hidup di sekolah, pengadaan, pemeliharaan dan pemanfaatan sarana prasarana pendukung PPLH, ataupun mengawasi mutu dan kualitas kantin yang sehat dan ramah lingkungan.

e. Bagaimana pengembangan Manajemen Pendidikan

Lingkungan Hidup di SMP Negeri 2 Boja?

Pengembangan manajemen pendidikan

lingkungan hidup di SMP Negeri 2 Boja belum berjalan dengan maksimal. Menurut pengamatan Peneliti, hal ini karena kurikulum berbasis lingkungan hidup belum dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan manajemen belum bisa berjalan maksimal, salah satunya yaitu kurangnya dukungan partisipasi dari warga sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan dan tenaga kebersihan). Partisipasi warga sekolah sangat penting dalam pengembangan manajemen pendidikan lingkungan hidup di sekolah, karena warga sekolah adalah subyek dan objek yang menjadi pelaksana dan sekaligus tujuan dari pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan hidup itu sendiri. Tanpa dukungan partisipasi warga sekolah, program ini tidak akan bisa berjalan, sekalipun pengembangan manajemen

160 sudah dilaksanakan. Selain itu, Peneliti juga menemukan belum adanya good will dari manajemen SMP Negeri 2 Boja untuk mengatur Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP Negeri 2 Boja secara profesional sesuai aturan yang ada dalam Sekolah Adiwiyata yang telah dicanangkan Pemerintah.

Program Sekolah Adiwiyata, menurut Peneliti, adalah satu bentuk pengembangan Manajemen Pendidikan Lingkungan Hidup yang dibutuhkan di SMP Negeri 2 Boja. Program Adiwiyata akan mengatur dan memberi kerangka pada perencanaan (planning), pengaturan (organizing), pelaksanaan

(actualizing) dan pengawasan (controling)

Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP Negeri 2 Boja.

3.2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Dokumen terkait