• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis

Dalam dokumen PERENCANAAN STRATEGIS (Halaman 83-89)

ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.5 Isu Strategis

Dari berbagai identifikasi masalah dan hasil telaahan diatas, maka isu strategis dalam penyelenggaraan pembangunan Dinas Pertanian antara lain : 1. Rendahnya kompetensi penerapan inovasi teknologi oleh petani

Peningkatan kualitas dilakukan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk berusaha di sector produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang berorientasi agroindustri. Pengembangan mekanisasi pertanian (alsin tepat guna) merupakan solusi untuk mengatasi kurangnya tenaga kerja.

Peningkatan kualitas sumber daya pertanian baik petani maupun petugas lapang sangat ditentukan oleh peran/ kompetensi semua pihak sesuai dengan perannya, namun dalam pelaksanaannya hendaknya saling membutuhkan satu sama lain.

2. Produksi pertanian menurun

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil produksi pertanian, sejak mulai proses produksi sampai ke pemasaran. Diantaranya kegiatan persemaian, penggunaan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian OPT dan panen. Semua faktor tersebut adalah faktor intern sedangkan faktor extern antara lain bencana alam, serangan hama penyakit dan lain-lain.

3. Meningkatnya alih fungsi lahan

Seiring dengan visi Kota Samarinda yang akan dijadikan Kota Metropolitan, maka saat ini luasan lahan pertanian semakin berkurang, yang diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tambang, pemukiman, infrastruktur jalan, perkantoran, industri dan lain-lain.

Berubahnya fungsi lahan pertanian tanaman pangan ke peruntukan non pertanian tanaman pangan tidak diikuti dengan pembukaan lahan baru yang berimbang. Permasalahan lain yang dihadapi adalah degradasi lingkungan pembangunan daerah yang mengutamakan keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan kelestarian sumbr daya alam serta terjadinya kelangkaan pupuk, kekeringan, banjir serta anjloknya harga gabah pada musim panen, yang pada akhirnya berdampak pada penghasilan petani itu sendiri. Sebagai jalan keluar karena tidak ada keperdulian para pelaku ekonomi, terjadinya pergeseran struktur ketenagakerjaan dan penguasaan pemilikan lahan pertanian perdesaan serta adanya transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri dan demografis dari perdesaan ke perkotaan. Hal ini akan berakibat lahan pertanian yang ada menjadi tidak produktif dan sangat mudah teralih fungsikan. Sejak beberapa tahun terakhir terjadi alih fungsi sawah ke non pertanian sehingga mengurangi luasan pertanaman padi sawah.

4. Dampak perubahan iklim

Penurunan kualitas lingkungan akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sector pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sector lain yang terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian dan lainnya) telah mengalami dampak perubahan tersebut. Pada sector pertanian terutama pada pertanian tanaman pangan perubahan iklim akan berdampak pada :

- Kerusakan sumberdaya lahan pertanian.

- Peningkatan frekuensi, luas dan intensitas kekeringan/banjir.

- Intensitas gangguan organism pengganggu tanaman (OPT)

- Kegagalan panen dan tanam, penurunan indek pertanaman (IP), penurunan produtivitas, kualitas danproduksi.

5. Kurang optimalnya infrastruktur, sarana & prasarana penunjang pengelolaan lahan & pengairan

Keberadaan dan berfungsinya infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan pembibitan merupakan prasyarat bagi kelangsungan proses produksi pertanian. Saat ini jaringan jalan produksi dan jalan usahatani dari dan ke sentra produksi pertanian masih sangat terbatas, alat dan mesin pertanian kesulitan keluar masuk ke daerah pertanian untuk membawa sarana produksi maupun memasarkan hasil pertanian secara efisien.

6. Produk pertanian yang aman dari residu pestisida

Dalam rangka mewujudkan produk pertanian yang ramah lingkungan, maka

bebas dari residu pestisida, penggunaan bahan organik sebagai pupuk dan pestisida nabati selama proses produksi adalah syarat yang diperlukan untuk menjawab solusi tersebut.

7. Terbatasnya aksesbilitas pembiayaanperkebunan

Mahalnya biaya investasi perkebunan merupakan kendala yang harus dicarikan jalan keluar dalam budidaya perkebunan. Kita harus bisa mengupayakan untuk dapat meningkatkan kemampuan penyediaan benih unggul dan penyediaan sarana produksi serta memfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan dan penyediaan OPT dan penanganan gangguan usaha serta dampak perubahan iklim.

8. Penggunaan bibit bersertifikat masih belum seragam

Penggunaan bibit bersertifikat di tingkat petani masih belum seragam, hal ini dikarenakan kurangnya pemberdayaan di tingkat penangkar, akibatnya dalam mengawali musim tanam khusunya padi , para petani hanya mengandalkan bibit yang tersedia disekitarnya tanpa melihat apakah bibit tersebut masih bisa ditangkarkan atau hanya bisa untuk dikonsumsi, hanya sebagian kecil saja petani yang menggunakan bibit bersertifikat.

9. Belum optimalnya aksesbilitas jaringan pemasaran dan kualitas hasil pertanian.

Peningkatan mutu hasil pertanian dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing. Peningkatan daya saing akan difokuskan pada pengembangan produk berbasis sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri dan biasa mengurangi ketergantungan impor.

Saat ini, petani dengan skala usaha mikro (rumah tangga) dihadapkan kepada keterbatasan aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan, teknologi, serta pasar dan informasi pasar. Kondisi ini membutuhkan penguatan kelembagaan usaha, pembinaan dan pendampingan serta kemudahan fasilitas pelayanan penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam proses produksi. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya pemantapan untuk memperkokoh kelembagaan usaha kelompok untuk mampu berperan dalam meningkatkan kapasitas anggota sehingga mampu meningkatkan aksesbilitas kelompok maupun anggotanya terhadap sumber pembiayaan, teknologi, pasar dan informasi pasar.

10. Aksesbilitas terhadap kapasitas kelembagaan petani rendah

Salah satu faktor kendala yang menyebabkan rendahnya daya saing di tingkat petani adalah kapasitas kelembagaan petani. Para petani cenderung untuk melakukan manajemen sendiri dalam menjalankan usaha taninya tanpa memperhatikan bahwa mereka punya wadah untuk berdiskusi dan mencari solusi guna kesinambungan usaha taninya, wadah tersebut adalah kelembagaan kelompok. Sebagian besar mereka bernaung dibawah anggota kelompok tani, tetapi dalam pelaksanaannya mereka jalan sendiri-sendiri.

11. Produksi ternak masih rendah

Ketersediaan bibit yang semakin terkuras, disebabkan karena pemotongan sapi betina produktif, selain itu adanya sistem perdagangan ternak melalui taksiran bukan melalui timbangan, sehingga mempengaruhi nilai pendapatan petani (minat petani)

12. Rendahnya kualitas produk peternakan

Adanya fasilitas sarana & prasarana pasca panen (RPH) yang belum optimal, disertai juga kurangnya kesadaran pelaku usaha yang kurang memperhatikan produk asal ternak yang berstandar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).

Ketersediaan pakan baik dari jumlah maupun kualitas masih belum optimal, dalam arti limbah hasil pertanian sebagai sumber pakan tidak berlimpah sehingga harganya pun tidak ekonomis.

13. Penanggulangan penyakit hewan menular strategis

Penyakit zoonosis merupakan penyakit atau infeksi pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia, misalnya flu burung, rabies, anthrax dan lain-lain.

Oleh sebab itu karena adanya potensi penyebaran penyakit hewan menular kepada manusia, diperlukan adanya pengendalian dan pencegahan sebelum kejadian tersebut datang sebagai wabah.

14. Peningkatan penerapan teknologi peternakan tepat guna

Kurangnyapemanfaataninovasiteknologi peternakandilingkungan masyarakat masih belum optimal,

15. Masih rendahnya kapasitas kelembagaan &penyuluh

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk mendukung penyuluhan, keberadaan lembaga penyuluhan sangat penting.

BAB IV

Dalam dokumen PERENCANAAN STRATEGIS (Halaman 83-89)

Dokumen terkait