• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO PERSYARATAN KETENTUAN

7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan

7.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan

a. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah. Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor Persampahan di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan persampahan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan persampahan. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Tegal adalah sebagai berikut:

1. Isu teknis operasional layanan pengelolaan persampahan

 Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, Kontainer dan Transfer depo) di lokasi-lokasi strategis akibat keterbatasan lahan penempatan fasilitas tersebut. Hal tersebut juga disebabkan oleh adanya penolakan dari warga masyarakat dalam penempatan fasilitas pengumpulan sampah.

 Keterbatasan armada pengangkutan serta lemahnya manajemen pengangkutan sampah menyebabkan tertumpuknya sampah di TPS dan kontainer yang

menimbulkan polusi bau dan lingkungan di sekitar TPS dan kontainer.

 Partisipasi masyarakat dalam pengumpulan sampah dari rumah tangga ke TPS/kontainer sudah berjalan di beberapa kelurahan di wilayah Tegal Timur, Tegal Barat dan sebagian Margadana. Program reduksi sampah oleh masyarakat melalui komposting skala rumah tangga juga telah dilakukan di beberapa kelurahan di wilayah Tegal Timur, Tegal Barat dan sebagian Margadana melalui stimulan komposter (pilot project).

 Belum dioperasikannya komposting skala kota di TPA Muarareja menyebabkan program reduksi sampah melalui program 3R belum berjalan optimal.

2. Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

 Telah mulai dilakukannya program pemicuan pengolahan kompos skala rumah tangga di beberapa wilayah percontohan dalam rangka memicu minat untuk mengurangi sampah di lingkungan rumah tangga (reducing).

 Sudah adanya lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu UPTD Pengolahan Sampah di Diskimtaru, yang bertanggung jawab secara khusus untuk memberikan layanan pengolahan sampah di TPA Muarareja.

 Perda No. 26 tahun 1981 jo Perda No. 6 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Kota dan Pengumpulan serta Pembuangan Sampah-Sampah / Kotoran-Kotoran belum sepenuhnya sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Tegal untuk mendorong pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di Kota Tegal. Perda ini pun belum sepenuhnya sejalan dengan arah pola pengelolaan sampah yang diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

 Saat ini Pemerintah Kota Tegal masih mengalami kesulitan untuk menemukan skema kelembagaan pengelolaan sampah regional yang tepat dan realistis guna pemecahan masalah sampah Kota Tegal karena habisnya masa kontrak TPA Muarareja.

3. Isu keuangan

 Keterbatasan kemampuan pendanaan APBD kota Tegal mengakibatkan anggaran yang dialokasiakan untuk pengelolaan persampahan terbatas sehingga dalam penganggaran menganut sistem prioritas

 Keterbatasan pendanaan disebabkan belum tercantumnya aspek sanitasi belum sepenuhnya menjadi program prioritas dalam dokumen – dokumen perencanaan kota yang ada

4. Isu komunikasi

Media yang digunakan untuk sosialisasi dan promosi persampahan kurang menarik 5. Isu keterlibatan pelaku bisnis

Sudah ada beberapa usaha pengepul dan pengolah sampah yang cukup potensial dalam mendukung program Reduce, Re-use dan Recycle (3R) yang diperkenalkan Pemerintah.

6. Isu peran serta masyarakat

 Partisipasi warga dalam pengangkutan sampah dari rumah ke TPS sudah cukup tinggi dan dilakukan secara swadaya.

 Adanya upaya oleh masyarakat untuk mereduksi sampah skala rumah tangga dengan cara komposting memalui pilot project (Tegal Timur dan Tegal Barat)

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota Tegal, perlu diuraikan hal- hal berikut ini:

i. Aspek teknis

Sampah di Kota Tegal berasal dari 1) perumahan 2) kantor, sekolah, rumah sakit dan sejenisnya (non patogen), gedung umum lainnya 3) pasar, pertokoan, restoran 4) pabrik/industri yang sejenisnya dengan sampah permukiman (tidak berbahaya dan beracun), 5) penyapuan jalan, taman, lapangan 6) pemotongan hewan, kandang hewan, 7) bongkaran bangunan 8) instalasi pengolahan sampah.

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain tidak dapat terdegradasi secara alami. Sampah terbanyak dihasilkan dari permukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar khusus seperti sayur mayur dan buah-buahan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari permukiman umumnya sangat beragam dan terjadi pencampuran antara sampah organic dan anorganik, walaupun secara umum paling banyak sampah organic

Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal, total timbunan sampah di Kota Tegal pada tahun 2013 yaitu sebesar 737,65 M3/Hari. Angka tersebut dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang berbanding lurus dengan pertambahan penduduk setiap tahunnya. Secara umum sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan sampah non-organik. Berdasarkan studi EHRA, sampah rumah tangga dalam pengelolaannya sudah dilakukan pemilahan yaitu sampah plastik 39,1% rumah tangga, sampah organik

sebanyak 14,5%, dan gelas kaca sebanyak 15,3%. Sedangkan 31,9% rumah tangga sudah melakukan pemilahan pada sampah kertas dan 40,6% berupa besi/logam, sedangkan 10% rumah tangga tidak tahu cara pemilahannya.

Tabel 6.20

Volume Sampah Kota Tegal

Tahun Produksi (m3) Terangkut (m3) Persentase (%)

2010 700 400 57,14

2011 725 435 60,00

2012 728 450 61,81

2013 730 450 61,64

2014 733 450 61,39

Sumber: Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal

Banyaknya timbulan sampah di Kota Tegal sebagian besar dihasilkan dari warga masyarakat yang tinggal di perkotaan, sebagian kecil timbulan sampah tersebut belum dapat terangkut. Perkiraan sampah di Kota Tegal yang mempunyai total sampah sebesar 733 m3/hari dan sampah terangkut sebesar 450 m3/hari dengan prosentase pelayanan sebesar 61,39%.

Pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk container sebanyak 4 buah dengan volume 8 m3. Kemudian alat angkut sampah dari permukiman ke TPS berupa motor tossa berjumlah 19 buah serta 1 buah pick up. Berikut inventarisasi sarana pengumpulan sampah di Kota Tegal dari tahun 2010 hingga 2014.

Tabel 6.21

Jumlah Sarana Pengumpulan Sampah/Tinja di Kota Tegal Tahun 2010-2014

Tahun Truk Sampah Truk Container Container Gerobak Sampah TPS Transit TPA End Truk Tinja Transfer Depo Gerobak Sampah Tossa Pick up Boul Exca TPST 2010 10 4 50 540 85 1 1 4 8 1 2 1 - 2011 12 4 52 580 84 1 1 4 11 1 2 1 - 2012 15 4 52 680 61 1 1 2 11 1 2 1 3 2013 21 4 20 680 85 1 1 2 11 1 2 1 3 2014 22 4 26 732 85 1 1 2 19 1 2 1 9

Sumber: Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal

Pengelolaan persampahan di Kota Tegal saat ini selain ditangani oleh Sub Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal juga didukung oleh masyarakat melalui Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola oleh Kelurahan (RT/RW). Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal dalam melaksanakan tugasnya salah satunya menangani persampahan di Kota Tegal.

Pola pengumpulan sampah di Kota Tegal sebagian besar dilakukan di TPS. Secara umum, TPS tersebut memerlukan perbaikan fisik dan peningkatan operasionalnya berupa pengaturan jadwal pembuangan dan pengangkutan. Tempat pengolahan sampah terpadu Kota Tegal sampai dengan tahun 2014 berjumlah 7 unit TPST yang tersebar di beberapa kelurahan di Kota Tegal. Berikut daftar TPS dan TPST di Kota Tegal.

Tabel 6.22 TPS dan TPST Kota Tegal

No. Lokasi TPS Luas (m2) Volume (m3) Pengambilan

1 TPS Jl. Batanghari (Mintaragen) 3x4=12 10 1 rit pagi-sisa

2 TPS Jl. Cimanuk 3x6=18 18 2 rit pagi-sisa

3 TPS Jl. Sembilang 2x2=4 4 1 kali pagi

4 TPS Jl. Bandeng Transfer Depo 4x10=40 20 2 ½ rit pagi-sisa 5 TPS Jl. Martoloyo (Pasar Beras) 3x8=24 16 2 rit pagi-sisa

6 TPS Jl. Slamet Riyadi PLN 4x10=40 16 2 rit pagi-sisa

7 TPS Jl. Waringin 2x5=10 16 2 rit pagi-sisa

8 TPS Jl. Zaenal Arifin (Makam Panggung) 3x12=36 25 2 rit pagi-sisa

9 TPS Jl. Kol Sugiarto 3x2=6 10 1 rit pagi-sisa

10 TPS Jl. Panggung Timur (Radio Sananta) 3x6=18 15 2 rit pagi-sisa 11 TPS Jl. Tentara Pelajar (PKL) 2x3=6 10 1 rit pagi-sisa 12 TPS Jl. Cendrawasih (Samping Bank Mandiri) 2x2=4 8 1 rit pagi-sisa 13 TPS Jl. Dr. Sutomo (Pasar Mambo) 2,5x4=10 12 1 rit pagi-sisa 14 TPST Jl. Melati (Samping Makam Pahlawan) 4x4=16 20 2 rit pagi-sisa

15 TPS Pasar Karangdawa 2x3=6 8 1 rit pagi-sisa

16 TPS Jl. Kompol Suprapto (Belakang Dolog) 4x6=24 20 2 rit pagi-sisa 17 TPS Jl. Kapten Sudibyo (Depan eks mono) 2x5=10 16 2 rit pagi-sisa 18 TPST Arum Karya (makam Ciaret) 4x4=16 20 2 rit pagi-sisa 19 TPS Jl. Jalak Barat (Belakang Pasific Mall) 4x5=20 10 1 rit pagi-sisa 20 TPS Jl. KS. Tubun (Pasar Randugunting) 3x4=12 12 2 rit pagi

21 TPS Villa Garden 2x2,5=5 6 1 rit pagi

22 TPS Jl. Gatot Subroto (Tirus Kebarat) 2x2=4 7 1 rit pagi

23 TPS Jl. Sumbodro (Pasar Langon) 3x3=9 6 1 rit pagi

24 TPS Jl. Sumbodro (Belakang SMA 3) 2x8=16 18 2 rit pagi-sisa

25 TPS Jl. Durian 2x10=20 20 2 rit pagi-sisa

26 TPS Jl. Perintis Kemerdekaan (Pasar Anyar) 3x3=9 12 2 rit pagi dan siang

No. Lokasi TPS Luas (m2) Volume (m3) Pengambilan 28 TPST Bersama Kita Maju (Sipelem) 4x4=16 20 2 rit pagi-sisa 29 TPS Ki Hajar Dewantoro (Kalkul) 3x2,5=7,5 7 1 rit pagi 30 TPS Ki Hajar Dewantoro (Belakang Kel

Sumurpanggang) 3x2,5=7,5 7 1 rit pagi

31 TPS Jl. Ki Mojo (Pasar Sumurpanggang) 4x8=32 18 2 rit pagi-sisa 32 TPS Jl. Mataram (Belakang Terminal Bus) 4x8=32 8 1 rit pagi-sisa 33 TPS Jl. Kapten Samadikun (Pesurungan Lor-5

TPA) 3x2=6 10 1 rit pagi-sisa

34 TPS Jl. Palangkaraya 1x2=2 3 1 rit pagi

35 TPS Jl. Martapura 4x7=28 10 1 ½ rit pagi

36 TPS Jl. Hotel Plaza 3x4=12 10 1 ½ rit pagi

37 TPS Hotel Bahari inn 3x4=12 10 1 ½ rit pagi

38 TPS Pesurungan Kidul (Waringan) 5x5=25 14 2 rit pagi-sisa

39 TPS Jl. Dewi Sartika (Akper) 3x3=9 7 1 rit pagi

40 TPS Keturen-Tunon (5 TPS) 1x5=5 7 1 rit pagi

41 TPS Pasar Bandung 2x2=4 6 1 rit pagi

42 TPS Lapangan Tegal Selatan (7 TPS) 1x7=7 7 1 rit pagi

43 TPS Pasar Pagi 5x5=25 18 2 ½ rit pagi

44 TPS Jl. Kaligung (SMA 4) 2x5=10 8 1 ½ rit pagi

45 TPS Jl. Abdul Sukur (SMA 5) 2x3=6 7 1 ½ rit pagi

46 TPS Jl. Temanggung 2x4=8 9 1 rit pagi-sisa

47 TPS Kel. Krandon (15 TPS) 1x15=15 12 1 rit 2 hari sekali

48 TPS Lapangan Krandon 4x5=20 12 1 rit pagi-sisa

49 TPS Kel. Cabawan 2x1,5=3 5 1 rit pagi

50 TPS Jl. Buya Hamka (Kel. Margadana) 3x4=12 8 1 rit pagi-sisa 51 TPS Kaligangsa (3 TPS Kecil) 1,5x3=4,5 6 1 rit pagi-sisa 52 TPS Bayeman (Utara Rel Kereta Api) 4x6=24 16 2 rit pagi-sisa

53 TPS Jl. Irian (Bong Cina) 2x3=6 6 1 rit pagi

54 TPS Jl. Timor Timur (TPS Baru) 4x6=24 10 1 ½ rit pagi

55 TPS Jl. Halmahera (Bumper) 3x4=12 10 1 ½ rit pagi

56 TPS Pondok Martoloyo 3x4=12 10 1 ½ rit pagi

57 TPS Karimun Jawa 2x1,5=3 5 1 rit pagi

58 TPS Pelabuhan 2x1,5=3 5 1 rit pagi

Pelayanan persampahan di Kota Tegal termasuk dalam penanganan prioritas untuk segera ditangani, karena pelayanan ini termasuk pelayanan utama dari aspek penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan. Pengelolaan persampahan ini terkait erat dengan luas dan jangkauan layanan, karakteristik manajemen persampahan, kondisi fisik Tempat Pengelolaan Akhir (TPA), prasarana dan sarananya serta partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan yang ada. Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah berada di JI. Mataram - Kelurahan Muarareja - Kecamatan Tegal Barat, dengan luas lahan TPA 6,8 Ha, dengan kapasitas operasi 132.000 m3. Jarak TPA ke pemukiman terdekat yaitu sekitar 1 Km serta Jarak TPA ke sungai/pantai terdekat 0,3 Km. Pada TPA ini menggunakan sistem pengolahan open dumping untuk itu perlu dilakukan penataan dan pembenahan menuju sanitary landfill yaitu dilakukan penutupan tanah setiap hari. Di TPA ini sudah ada instalasi pengkomposan, instalasi pembakaran sampah dan instalasi daur ulang sampah yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

ii. Pendanaan

Pendanaan dalam pengelolaan persampahan masih didukung oleh Pemerintah Kota Tegal dan masyarakat melalui retribusi persampahan. Pendapatan daerah dari retribusi persampahan ini belum mampu mendukung semua operasionalisasi pengelolaan persampahan di Kota Tegal, hal ini terlihat dari perbandingan dari realisasi retribusi persampahan dengan biaya operasional dan pemeliharaan pengelolaan persampahan.

iii. Kelembagaan

Lembaga utama yang menangani sub-sektor persampahan adalah Seksi Persampahan dan UPTD Pengelolaan Sampah pada Diskimtaru Kota Tegal. Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah belum optimal. Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Sampah saat ini baru sebesar 60% atau baru melayani 147.836 jiwa penduduk Kota Tegal. Jumlah timbulan sampah rata-rata per hari di tahun 2009 sejumlah + 700 m3, sedangkan yang terangkut sejumlah + 400 m3 atau 57,14 %.

iv. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan antara lain dengan membuang sampah rumah tangga ke tempat-tempat sampah/ tong sampah yang kemudian diangkut oleh armada sampah (Dump Truck sampah) menuju TPA sampah dengan gerobak sampah atau becak sampah ke TPS sampah atau ke Depo transfer,

selanjutnya ke TPA.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan, Pemerintah Kota Tegal juga memberikan sosialisasi melalui RT/RW dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan persampahan demi tercapainya kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan.

c. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan i. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Identifikasi permasalahan persampahan dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut. Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Kota Tegal, secara umum adalah:

(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat);

(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat Kota Tegal:

1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang

2. Perilaku masyarakat Kota Tegal membuang sampah di sungai atau badan saluran masih banyak terlihat

3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah 4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan

persampahan

5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar jalan protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual.

Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah Kota Tegal:

2. Pihak Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal mengalami kesulitan menempatkan TPS (baik permanen maupun kontainer)

4. Pemerintah Kota Tegal belum memiliki TPA sanitary landfill Permasalahan persampahan ditingkat swasta. Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut.

Permasalahan dalam sektor persampahan di Kota Tegal dapat dilihat dari kondisi sampah yang tidak termanajemen dengan baik. Kondisi ini ditandai dengan adanya tumpukan sampah di beberapa titik di Kota Tegal seperti di sekitar rumah warga, pinggiran sungai, pinggir jalan, fasilitas umum maupun saluran drainase.

Selain itu, perilaku atau kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah masih dilakukan secara konvensional seperti dibuang di pekarangan atau lahan kosong baik sampah individu maupun kolektif, yang kemudian dibakar atau dibiarkan saja. Masyarakat juga terbiasa membuang sampah pada saluran drainase, sehingga sampah tersebut terangkut ke daerah lain dan mengakibatkan penyumbatan pada saluran tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab timbulnya genangan air dan banjir di beberapa titik lokasi. Kebiasaan masyarakat lainnya yaitu tidak membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan sehingga sampah tersebut terlihat berserakan.

Tabel 6.23

Permasalahan Persampahan Kota Tegal

No. Lokasi Permasalahan

1 RT 2 RW 8, Kel. Tegalsari Sampah yang menyumbat drainase 2 RT 10 RW 10, Kel. Tegalsari Adanya tumpukan sampah

3 RT 2 RW 7 Kel. Panggung Sampah dibuang ke sungai

4 Jalan Hanoman, Kel. Slerok Sampah terdapat di sepanjang jalan 5 RW 1, Kel. Mangkukusuman Sampah di buang ke saluran drainase 6 RT 2 RW 4, Kel. Pesurungan Lor Sampah yang menyumbat drainase

7 Kel. Kraton Sampah yang menyumbat drainase

8 RT 2 RW 2, Kel. Muarareja Tumpukan sampah di sekitar kolam 9 RT 1 RW 2, Kel. Muarareja Tumpukan limbah kulit kerang 10 Kel. Keturen Sampah terdapat di pinggiran jalan 11 Terminal Bus, Kel. Pasurungan Lor Sampah menumpuk

12 Jl. Martapura, RT 1 RW 3, Kel. Pasurungan Lor

Persampahan buruk/tidak diangkut 13 RT 7 RW 2, Kel. Pasurungan Lor Persampahan buruk/tidak diangkut 14 RT 3 RW 4, Kel. Debong Tengah Saluran drainase tersumbat oleh sampah

yang berasal dari daerah lain 15 RT 4 RW 1, Kel. Tunon Sampah dibakar di pekarangan

16 RW 2, Kel. Sumurpanggang Sampah yang di buang ke pinggir sungai Sumber : Hasil Observasi Tim Konsultan, 2015

Permasalahan persampahan sebagian besar terdapat pada daerah pesisir yang mengakibatkan lingkungan menjadi kumuh. Kondisi persampahan ini juga diperparah dengan adanya genangan air yang dapat menjadi sarang penyakit bagi masyarakat.

ii. Tantangan Pengembangan Persampahan

Setiap Kabupaten/Kota perlu menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik masing-masing daerah terkait pembangunan sektor persampahan. Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihak swasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmen stakeholder kota/kabupaten dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah.

Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM bdang Cipta Karya yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Persampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.

Tabel 6.24

Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan sampah Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. 20% 2014 Dinas yg membidangi PU Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan. 70% 2014 Dinas yg membidangi PU

Tantangan persampahan di Kota Tegal antara lain sebagai berikut:

i. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam hal pengelolaan dan pengolahan sampah

ii. Masyarakat belum sepenuhnya menerima keberadaan TPS di lingkungan sekitar pemukiman dan TPA kota karena menimbulkan bau dan sumber penyakit

iii. Apabila tidak segera disiapkan TPA maka 2 tahun yang akan datang Kota Tegal terancam kebanjiran sampah

iv. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam swadaya / iuran sampah

v. Sebagian Masyarakat masih membuang sampah tidak pada TPS yang disediakan vi. Adanya aktifitas pemulung yang menyebabkan sampah yang terkumpul kembali

berserakan

vii. Kertas dan plastik sebagai media publikasi justru menyebabkan timbulnya sampah viii. Radio mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan beralih ke media elektronik lainnya

seperti televisi dan internet

ix. Dengan cepatnya pertambahan penduduk dan semakin rapatnya bangunan, maka tidak banyak tersedia ruang untuk fasilitas persampahan seperti container, TPS, dan transfer depo