• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN PINGGIRAN KOTA & PERDESAAN

B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM

7) Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011-

7.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman

a. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMD Kota Tegal, RTRW Kota Tegal, Renstra Dinas, SPPIP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air limbah sesuai di Kota Tegal.

Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor Air Limbah di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan air limbah dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan air limbah.

Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Tegal adalah sebagai berikut:

ii. Isu teknis operasional layanan pengelolaan air limbah domestik

 Masyarakat Kota Tegal sebagian besar menggunakan tangki septik untuk mengolah air limbah rumah tangga, namun sebagian besar fasilitas tangki septiknya masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Disamping itu, permintaan warga dalam pelayanan sedot tinja untuk melakukan pengurasan tangki septik juga masih rendah. Padahal tangki septik memerlukan pengurasan paling tidak sekali dalam 5 tahun.

 Sebagian masyarakat Kota Tegal telah memperoleh layanan MCK Umum maupun MCK plus (Sanimas) yang berbasis komunal, namun operasional dan pemeliharaannya belum berjalan optimal.

 Di daerah yang padat penduduk di wilayah Tegal Timur dan sebagian Tegal Barat, jarak antar rumah/bangunan berdekatan, sehingga menyulitkan masyarakat dalam mengatur jarak antara bidang resap buangan efluen dari tangki septik dengan sumur gali sesuai standar teknis. Selain itu kondisi muka air tanah yang tinggi akibat genangan dan rob juga menyulitkan dalam pembangunan tangki septik dan pembuangan efluennya.

 Masih rendahnya permintaan masyarakat atas jasa layanan pengurasan limbah tinja dan pengolahan limbah industri perikanan menyebabkan pemanfaatan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Muarareja dan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) tidak berjalan optimal, disamping masih kurang perhatiannya Pemerintah Kota terhadap pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas tersebut.

 Masih banyak masyarakat yang membuang black water dan grey water secara langsung maupun terselubung ke saluran drainase dan badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Hal ini berarti pencemaran akibat pembuangan air limbah yang tidak terkontrol telah menyebabkan pencemaran air di badan air.

iii. Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

 Adanya program bantuan penyediaan sarana pengolahan air limbah domestik bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (pro poor), seperti terlihat dalam program pengadaan jamban keluarga bagi masyarakat miskin.

 Sudah adanya lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu UPTD Pengolahan Limbah Tinja di Diskimtaru, yang bertanggung jawab secara khusus untuk memberikan layanan instalasi pengolahan limbah tinja di IPLT Margadana.

 Tersedianya Perda pendukung bagi penyediaan sarana dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik yaitu Perda No. 11 tahun 1987 tentang Bangunan dan Perda No. 7 tahun 2003 tentang retribusi penyedotan kakus. Namun substansinya belum menegaskan hak dan kewajiban serta pola tindak yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan secara baik. Selain itu penegakkan aturan tersebut masih belum optimal.

 Organisasi/lembaga pengelola layanan air limbah masih lemah dalam melaksanakan fungsi operasi dan pemeliharaan karena keterbatasan sumber daya manusia, anggaran serta sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Tegal yang masih belum terintegrasi.

 Sistem layanan pengelolaan air limbah belum dirancang untuk terintegrasi antar SKPD, dan juga belum menetapkan dengan tegas pola kerjasama dengan swasta yang akan dijalankan oleh Pemerintah Kota Tegal dalam pengelolaan air limbah domestik skala kota.

iv. Isu keuangan

 Komitmen Pemkot Tegal terhadap pembangunan sub sektor air limbah domestik makin meningkat dengan indikasi belanja publik dan trend alokasi anggaran sub sektor air limbah meningkat dari tahun ke tahun.

 Pendapatan Kota Tegal (termasuk dari retribusi sedot kakus) meningkat rata- rata 2,5% tiap tahun.

 Pendapatan dari retribusi sanitasi persampahan dan sedot tinja masih bisa dikembangkan, mengingat potensinya jauh melebihi realisasi yang ada saat ini.

 Tersedia sumber-sumber potensial pendanaan sanitasi alternatif (pendanaan berbasis masyarakat), seperti misalnya BKK dan BKM/KSM yang berpotensi memfasilitasi dalam mengakses pendanaan dan bahkan menyediakan pendaanaan kepada masyarakat terkait pembangunan sarana air limbah domestik sederhana.

v. Isu komunikasi

 Sudah ada hasil Media Mapping yang handal dan mutakhir yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan program dan kegiatan komuniasi terkait pembangunan sub sektor air limbah.

 Rendahnya prioritas pembahasan regulasi pengelolaan air limbah domestik di kalangan DPRD, SKPD dan Panitia Anggaran.

selama ini dalam sosialisasi bersama akan akibat dari pencemaran limbah cair.

 Kurangnya keterlibatan dan kerjasama antar sesama lembaga dan program yang terkait dalam pengelolaan air limbah domestik.

 Lemahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya pencemaran air limbah domestik.

 Sosialisasi kurang efektif karena tidak menjangkau seluruh pemangku kepentingan kunci (key stakeholder).

vi. Isu keterlibatan pelaku bisnis

 Telah tersedianya truk sedot dan angkut lumpur tinja milik Pemkot dan Swasta yang bisa dikembangkan lagi karena potensi pasar (pemakai tangki septik yang aman) masih dapat dikembangkan.

 Masih ada pihak swasta usaha sedot kakus yang membuang lumpur tinja ke sungai dan mencemari lingkungan sehingga diperlukan pengaturan yang jelas dan tegas.

vii. Isu peran serta masyarakat

 Operasional dan Maintenance MCK Umum dan MCK Plus (Sanimas) belum optimal.

 Masyarakat belum terbiasa untuk menjalankan pemeliharaan sarana pengolahan air limbah domestik yang telah dibangun, ketergantungan kepada pemerintah masih tinggi.

 Masih ada 7, 2% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (hasil studi EHRA)

 Pemanfaatan saluran drainase dan badan air untuk buangan air limbah secara langsung maupun secara terselubung

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman i. Aspek Teknis

Sebagian besar pembuangan air limbah domestik di Kota Tegal dalam pengolahannya menggunakan septic tank dengan akhir pengelolaannya diresapkan ke dalam tanah dan sebagian kecil dilakukan penyedotan tinja oleh mobil penyedot tinja baik milik pemerintah maupun swasta yang kemudian dilakukan pengolahan akhir di IPLT. Secara umum cakupan kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat (tangki septik) baru mencapai 77,02%. Hanya sebagian kecil saja yang sesuai standar (kedap) sisanya dicurigai merupakan cubluk karena tidak pernah dikuras (tidak kedap). Cubluk menurut spesifikasi teknik adalah jamban dengan ‘tangki septik’ yang terbuka

pada bagian bawahnya.

Fungsi pengelolaan air limbah domestik baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

1. Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik 2. Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.

3. Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik. Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Limbah Tinja saat ini baru sebesar 0,122% atau baru melayani 60 KK dari total masyarakat Kota Tegal dan 3 perusahaan swasta penyedia jasa layanan sedot tinja. Saat ini UPTD masih kesulitan untuk :

• Memperbanyak pelanggan,

• Menilai potensi pelanggan serta kebutuhan pelanggan yang dapat diorganisir untuk dapat memanfaatkan jasa penyedotan kakus

• Memiliki sarana dan prasarana IPLT yang mendukung pengolahan limbah tinja secara optimal.

Pada Kota Tegal terdapat program SANIMAS yang salah satunya terdapat di Kelurahan Pasurungan Lor. Selain itu juga terdapat MCK umum seperti pada Kelurahan Tegalsari. Hal ini merupakan langkah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sanitasi.

ii. Pendanaan

Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, pengurasan tanki septik, retribusi air limbah sistem komunal dan tempat-tempat umum, serta anggaran Pemda (APBD) untuk pengelolaan air limbah permukiman.

iii. Kelembagaan

Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga adalah Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tegal dan UPTD Pengolahan Limbah Tinja pada Diskimtaru Kota Tegal.

1. Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

2. Kebijakan yang ada baru sebatas :

pengolahan air limbah domestik bagi setiap bangunan termasuk rumah tinggal. • Perda No. 7 tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus.

3. Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.

a) Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monitoring evaluasi belum optimal dan masih menemui beberapa kendala.

b) Masalah utama:

• Belum efektifnya pola sosialisasi pedoman pengelolaan air limbah domestik di lingkungan SKPD maupun masyarakat, sehingga masih terdapat perbedaan persepsi antar SKPD tentang cara pengelolaan air limbah domestik, dan belum terbangunnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat secara optimal.

• Masih terdapat kelemahan yang dirasakan oleh personil-personil KLH dan Diskimtaru untuk dapat melakukan advokasi tentang cara yang benar dan arti penting pengelolaan air limbah domestik pada berbagai pihak.

Dilakukan pemantauan dan evaluasi di bidang persamhahan akan dilakukan untuk menilai capaian-capaian subsektor persampahan sehingga terwujud lingkungan yang bersih dan sehat.

Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk:

1. Memverifikasi tingkat efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan kegiatan. 2. Mengidentifikasi capaian dan kelemahannya.

3. Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan pencapaian.

Pihak yang terlibat dalam pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut: Penanggungjawab Utama:

1. Ketua: Kepala Bappeda.

2. Wakil Ketua: Kabid Prasarana dan Pengembangan Wilayah Pengumpul Data dan Dokumentasi:

1. Kasubid Prasarana dan staff Bappeda Pengolah data/Pemantau:

1. Kabid Pertamanan dan Persampahan Diskimtaru 2. UPTD IPLT Diskimtaru

3. Ka. Seksi Pengkajian Dampak dan Laboratorium KLH 4. Kabid Cipta karya DPU

5. Kabid Pengairan DPU

7. Kabid Pemberdayaan Masyarakat BPMPKB

8. Kasubid Dokumen dan Publikasi Bagian Humas dan Protokol

iv. Peraturan Perundangan

Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman yang dimiliki saat ini oleh Kota, misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola air limbah, retribusi, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

v. Peran Serta Swasta dan Masyarakat

 Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik sudah ada.

 Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian, air bekas mandi, dan lain-lain) dilakukan oleh masyarakat dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tegal, namun kondisinya belum optimal. Sarana IPAL komunal sudah mulai didirikan di beberapa lokasi percontohan. Pengelolaan IPAL dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tegal.

 Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat, perusahaan swasta jasa penyedotan kakus, dan UPTD Pengolahan LImbah Tinja (Diskimtaru).

c. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah i. Identifikasi Permasalahan Air Limbah

Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah: (1) Belum optimalnya penanganan air limbah

(2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah (3) Belum optimalnya manajemen air limbah:

a. Belum optimalnya perencanaan;

b. belum memadainya penyelenggaraan air limbah.

Permasalahan sektor air limbah di Kota Tegal berkaitan dengan pola perilaku masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dari masih adanya sarana sanitasi mck yang dibangun oleh masyarakat secara konvensional di atas sungai atau tambak sehingga sungai tersebut menjadi tercemar.

Kondisi tersebut juga terjadi untuk limbah rumah tangga dan sabun. Masyarakat mengalirkan limbah cair Grey Water menuju saluran drainase yang seharusnya berfungsi untuk mengalirkan air hujan atau air permukaan sehingga air pada saluran drainase

menjadi keruh dan tercemar.

ii. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.

Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum