Pendanaan Pengembangan SPAM
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:
1) Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
2) Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3) Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya VI - 43 dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5) Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Provinsi Bali dan Kota Denpasar antara lain:
1) sistem pembuangan air limbah setempat secara individual terutama pada kawasan
permukiman yang letaknya tersebar di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan;
2) sistem pembuangan air limbah perpipaan terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan perkotaan yang padat kegiatan dan kawasan- kawasan pariwisata;
3) sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan yang
tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat dan/atau komunal kota dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas).
4) pendayagunaan dan pemeliharaan sistem prasarana pembuangan air limbah perpipaan
terpusat yang telah dibangun.
5) Pengembangan baru sistem prasarana pembuangan air limbah perpipaan terpusat untuk
melayani kawasan perkotaan fungsi PKN dan PKL, pusat-pusat kawasan pariwisata dan pusat kegiatan lainnya.
6) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah
tangga yang berwawasan lingkungan
7) Keterpaduan sistem pengelolaan air limbah dan sistem pengelolaan drainase.
B. Kondisi Eksisting
Salah satu prasarana perumahan dan permukiman yang cukup penting dalam menjaga kesehatan lingkungan maupun masyarakat adalah prasarana dan sarana pembuangan air limbah. Pembuangan air limbah sejak dari sumbernya sampai ketempat pembuangan akhir perlu dilakukan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Air limbah rumah tangga (air limbah domestik) adalah air limbah yang berasal dari perumahan dan permukiman, tidak termasuk limbah industri, limbah rumah sakit dan buangan bahan tercemar dan berbahaya lainnya (B-3).
Sampai saat ini dikenal ada dua sistem pembuangan air limbah yaitu :
Sistem sanitasi/pembuangan air limbah setempat (on site system) yang biasanya menggunakan
tangki septik dan cubluk. Endapan lumpur tinja dalam tangki septik perlu dikuras secara berkala dan diangkut dengan truk tinja ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk disempurnakan prosesnya agar tidak mencemari lingkungan.
melalui jaringan perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk diolah secara terpusat ( Ditjen Cipta Karya, DPU, 1999).
Tujuan utama dari pengembangan sektor air limbah adalah :
Memperbaiki kesehatan lingkungan agar kesehatan masyarakat meningkat.
Menyelamatkan investasi infrastruktur dan fasilitas air limbah.
Melindungi sumber daya alam seperti air permukaan dan air tanah.
Perbaikan sanitasi tidak hanya ditekankan bagi perbaikan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) air limbah saja, tetapi juga perbaikan lingkungan, termasuk Program Kali Bersih (Prokasih), penggelontoran dan lain-lainnya.
Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Berdasarkan hasil identifikasi Pemerintah Pusat maupun Daerah di Kota Denpasar dan kawasan –
kawasan wisata sekitarnya yaitu Sanur dan Kuta di wilayah Kabupaten Badung telah terjadi pencemaran terutama pada sungai, laut (pantai), dan sumur penduduk, yang diakibatkan oleh air limbah. Hal tersebut diatas akan sangat mengganggu lingkungan dan kualitas hidup masyarakat Kota Denpasar dan sekitarnya. Upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan ini sangat penting dilakukan agar kesejahteraan masyarakat Kota Denpasar dan sekitarnya semakin meningkat. Disamping itu mengingat Bali, terutama Kota Denpasar serta Kabupaten Badung merupakan pintu gerbang wisata internasional, maka peningkatan kualitas lingkungan didaerah tersebut harus diupayakan agar citra Bali didunia internasional tetap baik. Perkembangan penduduk Kota Denpasar semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan data BPS tahun 2005 jumlah penduduk Kota Denpasar adalah 574.995 dengan laju pertumbuhan 2,13 persen per tahun. Laju Pertumbuhan penduduk alami sebesar 0,7 persen dan yang non alami sebesar 1,43 persen pertahun. Jumlah penduduk yang semakin meningkat khususnya yang disebabkan oleh migrasi penduduk akan memberikan tekanan yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan Kota Denpasar. Demikian pula dengan pencemaran lingkungan oleh air limbah sangat signifikan ditentukan oleh tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar. Peningkatan jumlah penduduk tersebut belum diimbangi dengan usaha peningkatan kualitas lingkungan sehingga terjadi terus penurunan kualitas lingkungan, hunian sungai, dan pantai.
Sampai saat ini upaya pelestarian lingkungan melalui penanganan pembuangan Air Limbah sudah dilakukan. Walaupun demikian masih banyak dijumpai pembuangan air limbah secara sembarangan di Kota Denpasar. Pembuangan limbah WC melalui septic tank dan sumur resapan (kondisi yang ada) dapat menimbulkan pencemaran air tanah/air sumur dimana sebagian
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya VI - 45 dapat dilihat sebagai berikut :
56% menggunakan WC dan septic tank
42% melalui WC dan leaching pit
Sisanya 2% tidak mempunyai fasilitas
Pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur kesaluran sungai dan pantai, seperti yang ada ini akan mengakibatkan: kesehatan lingkungan menurun; lingkungan terlihat kotor; air sungai terpolusi; pantai menjadi kotor. Kalau dilihat lebih jauh pembuangan air limbah di Kota Denpasar dijelaskan sebagai berikut :
62% dibuang kesaluran/kali
26% dibuang melalui septic tank/leaching pit
12% dibuang kehalaman
Sedangkan untuk industri pariwisata pembuangan air limbahnya dapat dilihat bahwa 30 – 40% hotel berbintang dan 10% hotel Melati yang mempunyai STP (Sewage Treatment Plant), sedangkan sisanya masih menggunakan septic tank. Mengingat Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) di Suwung kapasitasnya masih terbatas sehingga sebagian dialihkan ke IPAL BTDC. Bila dilihat lebih lanjut kondisi lingkungan hasil penelitian Tahun 1997 Kualitas air (sungai, air tanah dan laut) dibagian selatan dan pusat Kota Denpasar semakin menurun.
Nilai pencemaran air sungai telah mencapai 47 mg BOD/ltr
71% sumur penduduk ditempat pengujian tercemar bakteri
Air laut dipantai Kuta, Tanjung Benoa, Sanur dan Nusa Dua tercemar hingga mencapai nilai
3,7 mg BOD/ltr
Dikhawatirkan akibat pencemaran air tersebut akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Hal ini juga menunjukkan kondisi perairan (sungai dan pantai) yang kotor dan tidak sehat. Obyek wisata pantai yang merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan Bali dan Denpasar khususnya, menjadi tidak menarik.
Kegiatan penaganan air limbah yag sudah dilakukan, antara lain :
Preliminary studi & DED PS AL Kws yang Tidak Terlayani DSDP di Denpasar dan
Sekitarnya
DED Sambungan Air Limbah Denpasar&Sanur
Denpasar Sewerage Development Project II Package ICB-1 (Multi Years)
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase Badung Denpasar
DED Jaringan Air Limbah dan Sambungan Pelayanan di Pemogan
DED Jaringan Air Limbah dan Sambungan Pelayanan di Denpasar
Pembangunan air limbah Kota Denpasar Tahap I (Jaringan AL Pedungan)
Pengadaan Peralatan O&M dan CCTV Air Limbah DSDP
C. Permasalahan
Penanganan air limbah di Kota Denpasar sampai saat ini, belum terkoordinasi dengan baik, mengingat belum ada instansi khusus yang bertugas untuk menangani limbah, sehingga limbah menjadi komoditi yang dapat mendatangkan untung bila dikelola dengan baik. Permasalahan yang ada dalam penanganan air limbah adalah :
1. Kelembagaan.
Dalam hal ini belum ada instansi yang bertugas menangani air limbah secara tersendiri. Air limbah masih ditangani oleh berbagai instansi, sehingga sulit dalam mengkoordinasikan kegiatannya dilapangan.
2. Keuangan.
Sampai saat ini dana yang dikeluarkan untuk penanganan air limbah masih sangat minim, demikian pula dengan perhatian terhadap penanganan air limbah tidak seperti sektor yang lainnya.
3. Kesadaran masyarakat.
Masyarakat kota Denpasar belum semuanya menyadari bahwa air limbah yang dihasilkannya perlu diolah kembali sehingga tidak mencemari lingkungan.
4. Sarana pembuangan air limbah masih relatif terbatas.
Pembuangan limbah melalui septic tank dan sumur resapan serta pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur masih banyak dilakukan ke sungai dan pantai.
5. Terbatasnya daya tampung Instalasi Pengolah Lumpur Tinja di Suwung sehingga sebagian
dialihkan ke IPAL BTDC.
6. Peraturan tentang air limbah, pedoman, standard dan manual masih terbatas penyediaannya.
7. Pemeliharaan peralatan untuk fasilitas pembuangan air limbah belum jelas.
8. Secara kualitatif dan kuantitatif pencemaran pada air permukaan dan air tanah terus
bertambah akibat perkembangan penduduk dan ekonomi yang mempengaruhi jumlah air limbah dan juga jenis kandunganya misalnya limbah beracun.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya VI - 47
1. Peningkatan cakupan pelayanan sarana sanitasi menjadi 100 % penduduk di tahun 2019
untuk mencapai total pelayanan sanitasi secara nasional yang selaras dengan sasaran RPJMN Tahap III
2. Peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada peningkatan pemakaian air bersih dan
juga peningkatan kuantitas/volume limbah cair dan padat
3. Dibutuhkan perbaikan dan perkuatan koordinasi antar instansi pemerintah dan antara
pemerintah daerah dengan masyarakat serta pihak terkait lainnya dalam pengelolaan limbah.
4. Peningkatan kesadaran terhadap masalah sanitasi dan perubahan perilaku rumah tangga untuk
mengurangi resiko kesehatan lingkungan.
5. Pelibatan masyarakat dan sektor swasta di sektor sanitasi untuk menyeimbangkan pembagian
peran, hak dan kewajiban serta tanggung jawab selaku pelaku pembangunan.
6. Terpenuhinya Standar Pelayanan Minimum subsektor air limbah.
7. Perubahan iklim akan sangat berdampak pada curah hujan dan kondisi sumber air yang juga
mempengaruhi kondisi limbah
8. Operasi dan Pemeliharaan Sistem Air Limbah Terpusat (DSDP) yang telah dibangun.