• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCATATAN PERKAWINAN

A. Itsbat Nikah

pasangan suami istri yang perkawinannya tidak dicatatkan dan tidak dapat dibuktikan.

1

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Unit

Pengadaan Buku-Buku Keagamaan PP Al-Munawwir,1984) ,h..145

2

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional,( Jakarta: Rineka Cipta) h.62

3

Yayan Sopyan,“Isbat Nikah Bagi Perkawinan yang Tidak Tercatat Setelah

Diberlakukannya UU No.1 Tahun 1974 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan“.Kompilasi Jurnal Ahkam No.08/IV/2002 hal.67

Dasar hukum itsbat nikah terdapat pada Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada pasal 64 aturan peralihan yang berbunyi: Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang dijalankan menurut peraturan lama adalah sah.4 Dari ketentuan ini maka perkawinan yang ada sebelum Undang-undang berlaku adalah sah. Begitu juga masalah itsbat nikah pun tetap sah, karena itsbat nikah ini sudah ada dan melembaga dalam himpunan penetapan dan putusan pengadilan agama tahun lima puluhan.

Lembaga itsbat nikah/pengesahan nikah yang ditampung dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Undang-Undang-undang No. 7 Tahun 1989 hanya terbatas pada ulasan perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang No. 1 Tahun 1974, hal ini dapat dilihat dalam pasal 49 ayat (2), yaitu Bidang Perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a, ialah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku, sedangkan dalam penjelasan pasal 49 ayat (2) tersebut dikatakan bahwa salah satu bidang perkawinan yang diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 adalah “Pernyataan tentang sahnya

perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijalankan menurut peraturan yang lain.”

Itsbat nikah ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Agama Tahun 1975 yang dalam pasal 39 ayat (4) menentukan bahwa jika Kantor Urusan Agama tidak bisa membuat duplikat akta nikah karena catatannya karena telah rusak atau hilang, maka

4

Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan

untuk menetapkan adanya nikah, cerai atau rujuk harus dibuktikan dengan penetapan Pengadilan Agama. Namun, aturan ini hanya berkaitan dengan perkawinan yang dilangsungkan sebelum adanya Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, bukan perkawinan yang terjadi sesudahnya. Akan Tetapi, Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam ternyata memberi Pengadilan Agama kompetensi absolut yang sangat luas terhadap itsbat nikah.

Kompilasi Hukum Islam pasal 7 mengatur isbat nikah sebagai berikut:

(1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.

(2) Dalam hal ini perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan Itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.5

2. Syarat-Syarat Itsbat Nikah

Itsbat nikah merupakan suatu permohonan untuk mensahkan perkawinan di hadapan Pengadilan Agama. Bagi yang beragama Islam namun tak dapat membuktikan perkawinan dengan akta nikah dapat mengajukan itsbat nikah (penetapan atau pengesahan nikah) kepada Pengadilan Agama. Namun, Itsbat nikah ini hanya dimungkinkan bila berkenaan dengan hal-hal tertentu.6 Isbat nikah hanya bisa dimohonkan jika perkawinan yang diajukan isbatnya memenuhi ketentuan yang mencakup, diantaranya:7

5

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam.h.115

6

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak dicatat Menurut Hukum

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian. Hal ini berlaku bagi perkawinan yang diselenggarakan sebelum tahun 1974.

b. Hilangnya akta nikah.

c. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.1 Tahun 1974.

d. Adanya keraguan tentang sahnya atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974

3. Cara mengajukan Itsbat Nikah.

Adapun cara mengajukan itsbat nikah ke Pengadilan Agama adalah sebagai berikut:

1. Pemohon datang ke kantor Pengadilan Agama di wilayah kekuasaan relatif Pengadilan Agama tersebut (wilayah tempat tinggalnya) dengan membawa surat-surat yang diperlukan misalnya surat keterangan dari Rukun Tetangga (RT) Rukun Warga (RW) Lurah/Kepala Desa setempat atau surat keterangan kehilangan akta nikah dari kepolisian bila akta nikah hilang.

2. Mengajukan permohonan baik secara tertulis maupun secara lisan kepada ketua Pengadilan Agama dengan menyampaikan sebab-sebab pengajuan permohonan. 3. Membayar uang muka biaya perkara. Bagi yang tidak mampu membayar uang

perkara PA bisa mengajukan prodeo (pembebasan biaya)

7

Alimin dan Euis Nurlaelawati, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia

4. Membawa saksi-saksi yang diperlukan. Yaitu orang yang bertindak sebagai awal dalam pernikahan yang telah terjadi, petugas (orang) yang menikahkan, para saksi perkawinan, orang-orang yang mengetahui adanya perkawinan itu.8

4. Akibat Hukum Itsbat Nikah

Dengan adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat atau berkuatan hukum tetap maka berakibat pada sahnya suatu perkawinan dan secara otomatis yang berkepentingan akan mendapatkan bukti autentik tentang pernikahan mereka yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyelesaikan persoalan di Pengadilan Agama nantinya. Itsbat nikah ini berfungsi sebagai kepastian hukum, ketertiban hukum, dan perlindungan hukum atas perkawinan itu sendiri. Akibat dari itsbat nikah tersebut adalah:

a. Pemohon mendapatkan Akta Nikah.

Dimana dengan adanyanya akta nikah pengurusan administrasi sesuai hukum Indonesia sampai keperluan warisan dan harta gono-gini dalam perkawinan. b. Anak-anak yang lahir dapat dibuatkan akta kelahiran, apabila dalam perkawinan

tersebut telah dilahirkan anak-anak.

8

Yayan Sopyan,“Isbat Nikah Bagi Perkawinan yang Tidak Tercatat Setelah

Diberlakukannya UU No.1 Tahun 1974 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.”, Kompilasi Jurnal Ahkam No.08/IV/2002 .h.71

B. Isbat Nikah Terpadu

1. Pengertian Isbat Nikah Terpadu

Itsbat Nikah Terpadu adalah sebuah program layanan keliling identitas hukum yang memadukan itsbat nikah, penerbitan buku nikah, dan penerbitan akta kelahiran dalam satu kesatuan pelayanan.9

Program Itsbat Nikah Terpadu (Layanan Hukum Terpadu) merupakan inisiatif Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (Mahkamah Agung), Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kementerian Agama), dan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Kementerian Dalam Negeri) untuk mendekatkan pelayanan identitas hukum, terutama bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan.10

Pelaksanaan program ini adalah Pengadilan Agama (Mahkamah Agung), KUA (Kementrian Agama) dan Disdukcapil atau Dinas Catatan Kependudukan dan Catatan Sipil (Kementerian Dalam Negeri) yang bekerjasama dengan Australia-Indonesia Patnership for Justice (AIPJ) dan Pusat Kajian Perlindungan Anak (PUSKAPA) UI.

Pelayanan terpadu merupakan “pelayanan satu atap” namun bukan pelayanan

satu hari penerbitan dokumen. Dengan pelayanan terpadu ini akan memberikan keuntungan pada masyarakat. Selain mendapatan penetapan itsbat nikah dari

9

Dokumen Layanan Terpadu identitas Hukum (Itsbat Nikah Terpadu) yang disusun oleh Pusat Kajian Perlindungan Anak (PEKKA) UI salah satu lembaga yang terkait dalam pelaksanaan program Layanan Hukum Terpadu (Itsbat Nikah Terpadu).

10

Dokumen PUSKAPA UI

pengadilan agama, tapi juga mendapatkan surat nikah dari Kantor Urusan Agama (KUA) dan akta kelahiran dari Dinas Kependudukan Catatan Sipil yang dapat dilakukan oleh masyarakat hanya satu kali kepengurusan. Karena antar 3 instansi ini sudah ada koordinasi pelayanan satu pintu.11

Mekanisme pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu (layanan Terpadu) ini merupakan gabungan dari pelaksanaan sidang keliling (Pengadilan Agama), layanan diluar Kantor Urusan Agama (KUA), dan layanan keliling pebuatan akta lahir (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)

Adanya pelayanan terpadu ini masyarakat tidak akan banyak menghabiskan waktu dan biaya. Pelayanan terpadu dilakukan dengan sistem sidang dan layanan keliling. Jadi, masyarakat tidak harus mendatangi kantor Pengadilan Agama atau dinas kependudukan dan catatan sipil (Disdukcapil) yang berlokasi di kota atau kabupaten. Mereka tinggal datang ke kota kecamatan atau bahkan ke kelurahan.

Program layanan identitas hukum terpadu (itsbat nikah terpadu) ini akan dilaksanakan di pengadilan-pengadilan agama di 20 kabupaten di bawah lima provinsi, yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dan ada 4 (empat) pengadilan yang akan dijadikan percontohan yaitu Pengadilan Agama Cibinong, Pengadilan Agama Watampone, Pengadilan Agama Girimenang dan Pengadilan Agama Kisaran.12

11

Wawancara pribadi dengan Wahyu Widiana (Senior Consultant Australia-Indonesia Partnership for Justice) pada tanggal 29 November 2013

.

12

Wawancara pribadi dengan Wahyu Widiana (Senior Consultant Australia-Indonesia Partnership for Justice) pada tanggal 29 November 2013.

2. Dasar Hukum Itsbat Nikah Terpadu (Layanan Identitas Hukum Terpadu)

Adapun dasar hukum dalam Itsbat Nikah Terpadu (Layanan Hukum Terpadu) adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Peradilan Agama No.3 Tahun 2006 Jo Undang-undang No.7 Tahun 1989 pasal 57 ayat (3) yang mengatur mengenai asas peradilan yaitu cepat, sederhana dan biaya ringan.

Makna yang lebih luas dari pasal diatas ini, dicantumkan dalam penjelasan umum dan penjelasan pasal 4 ayat (2) itu sendiri. Sedangkan Undang-undang No.7 Tahun 1989 tidak ada lagi memberi penjelasan, yang ada hanyalah sekedar memberi peringatan tentang makna dan tujuan atas asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan.

Hal ini bisa dilihat dari penjelasan umum pasal 5 alinea kelima yang berbunyi:

“...setiap keputusan dimulai dengan Demi Keadilan berdasarkan Tuhan

Yang Maha Esa, peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan...”13

Makna dan tujuan asas ini bukan sekedar menitikberatkan unsur kecepatan dan biaya ringan namun yang dicita-citakan adalah suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan waktu yang lama sampai bertahun-tahun, sesuai dengan kesederhanaan hukum acara itu sendiri.14

13

Sulaikin Lubis, Dkk, Hukum Acara Peradila Agama di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), h.35

b. Undang-undang No.24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Pasal 16.

Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan peristiwa penting yang dialami seseorang pada instansi pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 17

Peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.

Pasal 27

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 32

(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dan

14

M. Yahya Harahap, kedudukan dan Kewenangan Peradilan Agama (Jakarta: Pustaka Kartini, 1993), h.54

penerbitan Akta Kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

c. Peraturan Presiden No.25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

d. Peraturan Menteri Agama No.11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah

e. Surat Edaran Mahkamah Agung No.41 Tentang Tempat Sidang Pengadilan Negeri.

Pada surat edaran ini pengadilan negeri dapat melakukan sidang di luar tempat kedudukannya atau di luar kantor pengadilan, surat edaran ini juga berlaku untuk Pengadilan Agama.

f. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 01 2013 Tentang Pedoman Penetapan Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas waktu Satu Tahun Secara Kolektif. g. SK Dirjen Badilag Nomor 01/SK/TUADA-AG/I/2013 tentang Pedoman

Pelaksanaan Sidang Keliling

3. Urgensi Itsbat Nikah Terpadu (Layanan Identitas Hukum Terpadu)

Based on SUSENAS 2012 we know that in Indonesia, around 24 million children do not have birth certificates, and a large majority of them come from the poorest of families. A study conducted by PEKKA, Family Court of Australia & AusAID in 2009 showed that nearly 50% of married couples did not have an official document on the status of their marriage. Yet according to applicable regulations,

the availability of a marriage or divorce certificate greatly affect whether or not the child can obtain a birth certificate that lists the names of both parents.15

Dari penelitian tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam mendapatkan hak identitas hukum masyarakat khususnya masyarakat kecil yang terpinggirkan. Maka pelayanan terpadu atau itsbat nikah terpadu ini merupakan upaya menjawab permasalahan ini.

Pelayanan terpadu identitas hukum (Itsbat Nikah Terpadu) diperlukan untuk menanggulangi 3 kendala yaitu:

1. Kendala Biaya

Biaya dalam memperoleh identitas hukum, biaya perkara di Pengadilan dan biaya transportasi.

2. Kendala Jarak

Jarak dan titik tempuh ke titik pelayanan serta minimnya akses bagi penyandang disabilitas.

3. Kendala Prosedural

Prosedur yang rumit, harus mendatangi 3 penyelenggara pelayanan yang berbeda, persyaratan (yang dianggap) kompleks16

15 Dokumen PUSKAPA UI 16 Dokumen PUSKAPA UI

4. Tujuan Pelayanan Terpadu

Pelayanan Terpadu bertujuan untuk :

(1) Mewujudkan pemenuhan hak atas identitas hukum (akta nikah, akta cerai dan akta kelahiran) yang dilakukan dengan mudah, cepat dan biaya ringan.

(2) Membantu masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi dan terpinggirkan dalam memperoleh hak atas identitas hukum.

(3) Meningkatkan akses terhadap keadilan.

(4) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencatatan pernikahan di KUA Kecamatan dan pencatatan kelahiran di Dukcapil

(5) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui kepemilikan akta resmi sebagai syarat pengakuan identitas hukum.

Tujuan pelaksanaan pelayanan terpadu (Itsbat Nikah Terpadu) di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor ini adalah untuk pembuatan payung hukum dan petunjuk pelaksanaan atau SOP (Standar Operational Procedure) dari layanan terpadu.17

4. Ruang Lingkup Pelayanan Terpadu

(1) Pelayanan Terpadu yang dilakukan oleh Pengadilan Agama, KUA Kecamatan dan Dukcapil, diwujudkan dalam bentuk kegiatan layanan keliling.

(2) Pelayanan Terpadu meliputi:

a. Persidangan perkara itsbat nikah oleh Pengadilan Agama;

17

Wawancara pribadi dengan Rama Adi Putra (Research Associate) Pusat Kajian Perlindungan Anak (PUSKAPA) UI pada tanggal 16 April 2014.

b. Pencatatan pernikahan oleh KUA Kecamatan; dan c. Pencatatan kelahiran oleh Dukcapil.

5. Tekhnis Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu (Layanan Identitas Hukum Terpadu)

a) Tahap Persiapan.

1. Sosialisasi Pelayanan Terpadu. 2. Pendaftaran Pemohon.

3. Pemeriksaan Berkas.

4. Pengumuman Jadwal Pelaksanaan Pelayanan Terpadu.

b) Tahap Pelaksanaan

1. Pendaftaran ulang pemohon. 2. Pembukaan .

3. Sidang Itsbat.

4. Penerbitan Buku Nikah. 5. Penerbitan Akta Kelahiran.

c) Tahap Evaluasi & Tindak Lanjut

1.Evaluasi pelaksanaan pelayanan.

2.Rekapitulasi jumlah permohonan yang belum diterbitkan.

3.Menentukan langkah-langkah tindak lanjut dan tenggang waktu penyelesaian dokumen.

44

A. Kondisi Obyektif Masyarakat Kecamatan Tenjolaya

Kecamatan Tenjolaya terletak di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah Kecamatan Tenjolaya di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak atau Kabupaten Sukabumi, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pamijahan dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Taman Sari. Kecamatan Tenjolaya terdiri dari 7 (tujuh) desa yaitu, Desa Tapos I, Desa Tapos II, Desa Cibitung Tengah, Desa Situ Daun, Desa Cinangneng, Desa Gunung Malang dan desa Gunung Mulya.

Luas wilayah kecamatan Tenjolaya 2.617 ha, 1.432,2 ha dipergunakan untuk tanah sawah (irigasi setengah tekhnis dan sawah rendengan), 225 ha digunakan untuk tanah kering (ladang/huma), 18 ha digunakan untuk tanah basah (balong/empang/kolam), 35 ha merupakan tanah hutan (hutan lindung), 1 ha digunakan untuk lapangan olahraga, 15 ha merupakan taman rekreasi, 15 ha digunakan untuk pemakaman, dan lainnya seluas 875,8 ha.1

Jumlah penduduk Kecamatan Tenjolaya berjumlah 60.399 jiwa, yang terdiri dari 32.269 laki-laki dan 28.130 perempuan (15.380 Kepala keluarga 4.148 merupakan keluarga pra sejahtera). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

1

Tabel 4.1. Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah Presentase

1. PNS 2.66 orang 0,99%

2. TNI/ POLRI 14 orang 0,05%

3. Pensiunan PNS/TNI 76 orang 0.29%

4. Wiraswasta 577 orang 2,24 %

5. Pedagang 1.850 orang 6,14%

6. Pengrajin / UKM 550 orang 2,13%

7. Petani / Buruh Tani 18.377 orang 71,46%

8. Buruh /jasa 2.750 orang 10,69%

9. Lain-lain 1.533 orang 5,96%

Sumber: Data Sekunder yang diolah pada Desember 2013

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa penduduk Kecamatan Tenjolaya yang bekerja sebagai PNS berjumlah 266 orang (0,99%), yang berprofesi TNI/ POLRI berjumlah 14 orang (0,05%) pensiunan berjumlah 76 orang (0,29%), yang berprofesi sebagai wiraswasta berjumlah 577 orang (2,24%), yang bekerja sebagai Pengrajin/ UMKM sebanyak 550 orang (2,29%), pedagang berjumlah 1.850 (6,14%) buruh jasa sebanyak 2.750 (10,69%) dan pekerjaan yang mendominasi penduduk Kecamatan Tenjolaya bekerja sebagai petani/buruh tani sebanyak 18.377 orang (71,46%) dan lainnya sebanyak 1.533 orang (5,96%)

B. Profil Obyek Penelitian (Respoden)

Obyek yang menjadi penelitian penulis adalah pasangan suami istri masyarakat Kecamatan Tenjolaya yang menjadi peserta program Itsbat Nikah Terpadu. Perserta program Itsbat Nikah Terpadu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Peserta Itsbat Nikah Terpadu

No Nomor Perkara Nama Pihak Alamat

1. 0545/Pdt.P/2013 1. Cece 2. Satiah Kp. Babakan Cibitung RT 04/01 Ds.Cibitung Tengah 2. 0546/ Pdt.P/2013 1. Darma 2. Yunah Kp Tugu Mekar RT 17/05 Ds. Cibitung Tengah 3. 0547/Pdt.P/2013 1. Cucup S 2. Elah Kp.Tugu Mekar RT.17/05 Ds. Cibitung Tengah 4. 0548/Pdt.P/2013 1. Didis 2. Nuryanah Kp. Cibitung RT08/02 Ds Cibitung Tengah 5. 0549/Pdt.P/2013 1. Nali 2. Marnah Kp.Babakan Cibitung RT 04/01 Ds. Cibitung Tengah 6. 0550/Pdt.P/2013 1. Adang 2. Hopsah Kp. Babakan Cibitung RT 04/01Ds. Cibitung Tengah 7. 0551/Pdt.P/2013 1. Kurniawan 2. Dewi Kp.Tugu Mekar RT 17/05 Ds. Cibitung Tengah

8. 0552/Pdt.P/2013 1. Ridwanto 2. Neng Ihat Kp.Tugu Mekar RT 17/05 Ds. Cbitung Tengah 9. 0553/Pdt.P/2013 1. Saepudin 2. Rati Kp.Cinangka RT 18/04 Ds.Cibitung Tengah 10. 0554/Pdt.P/2013 1. Samsudin 2. Nuryati Kp. Areska RT 03/03 Ds. Gunung Mulya 11. 0555/Pdt.P/2013 1. Surya 2. Farida Kp. Tugu Mekar RT17/05 Ds. Cibitung Tengah 12. 0556/Pdt.P/2013 1. Sukarta 2. Maryani Kp. Cibitung RT10A/03 Ds. Cibitung Tengah 13. 0557/Pdt.P/2013 1. Idris B 2. Diah Kp. Situ Daun RT 12/03 Ds. Situ Daun 14. 0558/Pdt.P/ 2013 1. Anwar Sadad 2. Nenah Kp. Situ Daun RT05/02 Ds. Situ Daun 15. 0559/ Pdt.P/2013 1. Sadi 2. Enung Kp. Cibitung RT07/02 Ds. Cibitung Tengah 16. 0560/Pdt.P/2013 1. Iyan S 2. Lita Lestari Kp. Tapos Lebak RT 02/03 Ds. Tapos II 17. 0561/Pdt.P/2013 1. Kiki Zaelani 2. Ani Kp. Tapos Lebak RT 02/03 Ds. Tapos II

Sumber : Dokumen Pengadilan Agama Cibinong Tentang Pengumuman Sidang Itsbat Nikah Nomor: W.10.A.20/1442.1/Hk.05/XI/2013

Dari tabel 4.2 di atas peserta program Itsbat Nikah Terpadu berjumlah 17 pasang, namun pada pelaksanaannya ada satu pasang peserta program yaitu bapak Ridwanto dan ibu Neng Solihat yang tidak bisa mengikuti sidang itsbat terpadu dikarenakan sedang sakit. Jadi, obyek penelitian penulis pada program ini adalah 16 pasang suami-istri. Adapun identitas responden mengacu pada 3 indikator : (1) Tingkat pendidikan (2) Pekerjaan (3) keterangan tahun pernikahan dan alasan pernikahannya tidak tercatat.

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan

Jumlah (F) Persentase (P)

Suami Istri Suami Istri

1. SD /MI 12 orang 12 orang 75% 75%

2. SMP/ Mts - 3 orang 0% 18,75%

3. SMA / MA 4 orang 1 orang 25% 6,25%

Jumlah 16 orang 16 orang 100% 100%

Sumber : Data Primer berdasarkan hasil penelitian diolah April 2014

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dari tingkat pendidikan, jumlah suami yang berpendidikan SD adalah 12 orang (75%) dan istri yang berpendidikan SD berjumlah 12 orang (75%), suami yang berpendidikan SMP tidak ada (0%) dan istri yang berpendidikan SMP sebanyak 3 orang (18,75%) dan suami yang berpendidikan SMA

sebanyak 4 orang (25%) dan istri yang berpendidikan SMA sebanyak 1 orang (6,25%). Jadi peserta program isbat nikah terpadu ini dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar adalah SD.

Tabel 4.4 Jenis pekerjaan Suami

No Jenis pekerjaan Jumlah (F) Persentase (P)

1. Wiraswasta 3 orang 18,75%

2. Pedagang 5 orang 31,25%

3. Guru Madrasah 1 orang 6,25%

4. Buruh 7 orang 43,75%

Jumlah 16 orang 100%

Sumber: Data Primer hasil penelitian diolah bulan April 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diatas pekerjaan dari suami yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (18,75%), yang bekerja sebagai pedagang adalah 5 orang (31,25%), yang bekerja sebagai guru madrasah hanya 1 orang (6,25%) dan suami yang bekerja sebagai buruh sebanyak 7 orang (43,75%). Jadi peserta program dilihat dari pekerjaan suami paling banyak bekerja sebagai buruh yaitu 7 orang (43,75%).

Tabel 4.5 Tahun pernikahan

No Tahun Pernikahan Jumlah (F) Presentase (P)

1. 1975-1979 3 Pasang 18,75%

3. 1985-1989 3 Pasang 18,75%

4. 1990-1994 4 Pasang 25%

5. 1995-1999 3 pasang 18,75%

6. 2000-2005 3 Pasang 18,75%

Jumlah 16 Pasang 100%

Sumber : Data Primer dari hasil penelitian diolah bulan April 2014

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa pasangan yang menikah tahun 1975-1979 berjumlah 3 pasang (18,75%) dan pasangan yang menikah tahun 1985-1989 berjumlah 3 pasang (18,75%), pasangan yang menikah tahun 1990-1994 sebanyak 4 pasang (25%), pasangan yang menikah tahun 1995-1999 berjumlah 3 pasang (25%) dan pasangan yang menikah pada tahun 2000-2005 sebanyak 3 pasang (18,75%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa semua responden melakukan pernikahan di atas tahun 1974.

Tabel 4.6 Alasan Pernikahan Tidak Tercatat

No Alasan Tidak Tercatat Jumlah Presentase

1. Sah secara agama sudah cukup (tidak tahu harus tercatat)

10 pasang 62,5%

2. Faktor Ekonomi 3 pasang 18,75%

3. Kesalahan Amil/Penghulu 2 Pasang 13,5%

4. Kehamilan 1 pasang 6,25%

Sumber : Data primer dari hasil penelitian diolah pada bulan April 2014

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa alasan responden tidak mencatatkan perkawinan karena pemahaman mereka pernikahan secara agama sudah cukup atau tidak tahu harus dicatat berjumlah 10 pasang (62,5%), responden yang tidak mencatatkan perkawinannya karena faktor ekonomi sebanyak 3 pasang (18,75%), responden yang tidak tercatat karena kesalahan penghulu disini yaitu responden yang sudah mendaftarkan pernikahannya tapi karena alasan tertentu buku nikahnya tidak keluar berjumlah 2 pasang (13,5%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa lebih dari setengah responden (62,5%) tidak mencatatkan perkawinannya dikarenakan ketidaktahuannya tentang pencatatan atau karena pemahamannya tentang pernikahan sah secara agama sudah cukup.

C. Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu Pengadilan agama di Kec. Tenjolaya. 1. Tahap persiapan

a. Rapat Koordinasi

Rapat kooordinasi dilakukan di awal bulan November yang dihadiri oleh perwakilan dari Badilag Mahkamah Agung, perwakilan dari Kementerian Agama, Ketua Pengadilan Agama Cibinong, perwakilan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bogor, tim Australia-Indonesia Patnership for Justice (AIPJ), tim dari Pusat Kajian Perlindungan Anak (PUSKAPA) UI, Camat dan staff kecamatan Tenjolaya dan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Tenjolaya.2

2

Wawancara pribadi dengan Hj.Solihat (Ketua Tim Pelaksana) Itsbat Nikah Terpadu pada tanggal 29 November 2013

Selanjutnya dibentuk tim tekhnis pelaksana di lapangan yang diketuai oleh Hj. Solihat Kepala Desa Cibitung Tengah dan dibantu oleh tim tekhnis lainnnya.

b. Sosialisasi dan Pendataan Peserta.

Sosialisasi program terpadu ini dimulai dengan cara ketua panitia (Kepala Desa Cibitung Tengah) berkoordinasi dengan enam kepala desa lainnya yang ada di kecamatan Tenjolaya. Karena waktu yang singkat hanya dalam waktu 7 hari, hanya 4 (empat) desa yang dapat mengumpulkan warganya untuk menjadi peserta dalam program Itsbat Nikah Terpadu ini. Dari 17 pasangan yang mendaftar, 1 pasangan dari Desa Gunung Malang, 2 pasangan dari Desa Tapos II, 2 Pasangan dari Desa Situ Daun dan 11 pasangan dari Desa Cibitung Tengah. Untuk mengikuti program terpadu ini masyarakat yang ingin mendaftar sebagai peserta program harus melengkapi berkas yang menjadi syarat administratif yaitu antara lain:

1. Foto kopi KTP pasangan suami-istri (2 lembar) 2. Foto Kopi KTP wali (2 lembar)

3. Foto Kopi KTP saksi-saksi (2 lembar) 4. Pas Foto 2x3 (8 lembar)

5. Keterangan hari lahir dan jam lahir dari desa atau bidan

Dokumen terkait