• Tidak ada hasil yang ditemukan

IUS RAHAIL

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 71-78)

A-282 .A .. -461

PUPPK-PPI

7

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN INDUSTRIAL

Disampaikan oleh Anggota Nomor

: Ir. H.Amaruddin Djajasubita : A-60

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Tenaga Kerja beserta staf, Yang terhormat rekan-rekan Anggota Dewan,

Para Hadirin yang saya hormati,

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal'afiat untuk mendengarkan pemandangan umum para Anggota Dewan dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan dan Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial. Atas nama Fraksi POU saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan pemandang~n umum ini.

Sidang Dewan yang terhormat,

Sebelum kami menyampaikan pandangan secara khusus mengenai dua RUU dibidang ketenagakerjaan, yaitu Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan dan Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial, izinkanlah kami sekilas menyampaikan beberapa hal yang dipandang perlu sebagai latar belakang pemandangan umum ini.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Pertama, perlu kami sampaikan mengenai hak-hak pekerja yang perlu diperjuangl<an demi kesejahteraan mereka, terutama yang tercantum dalam Perjanjian lnternasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang muncul sebagai tambahan Resolusi yang diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 160esember 1966, dan mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976, dan ditandatangani oleh 66 (enam puluh enam) negara. Dalam kaitan dengan ketenagakerjaan, Pasal 7 dan 8 Perjanjian ini. menyebutkan, bahwa negara peserta perjanjian menjamin kepada setiap orang untuk menikmati suasana kerja yang adil dan nyaman dalam hal, tingkat gaji yang adil tanpa diskriminasi, sehingga dapat menjamin kehidupan yang layak bagi para pekerja dan keluarganya. Lebih lanjut disebutkan sebagai sebuah bentuk penghargaan atas keberdayaan pekerja, maka negara wajib menjamin kebebasan berserikat bagi setiap pekerja.

Hal ini penting disampaikan mengingat arti penting pemenuhan hak atas pekerjaan terhadap setiap warga negara. Oalam kaitan ini FPDU berpendapat, bahwa pekerjaan merupakan hak dasar manusia yang keberadaannya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena tanpa memiliki pekerjaan seseorang mustahil dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Oleh karena itu, jaminan akan terpenuhiinya hak-hak tersebut menjadi kewajiban yang harus diwujudkan oleh negara.

Sekurang-kurangnya ada dua alasan penting, mengapa pekerjaan merupakan satu hal y~ng penting dalam kehidupan seseorang. Pertama, pekerjaan berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Fungsi ini terkait dengan tingkat upah yang diterima oleh seorang pekerja. Dalam arti ini, terpenuhinya hak atas pekerjaan yang layak, maka akan ada jaminan, bahwa seseorang memiliki tingkat pendapatan yang layak sebagai balas jasa dari pekerjaan yang dimilikinya itu. Kedua, adalah fungsi status, yaitu adanya anggapan bahwa pekerjaan menjadi begitu penting bagi status sosial seseorang.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Namun persoalannya adalah bahwa pekerjaan selama ini dianggap sebagai salah satu faktor produksi, yang dapat diperjual-belikan sama persis seperti faktor-faktor produksi lain menurut harga pasaran. Nilai tenaga kerja hanya diukur menurut hukum tawar-menawar, karena kedudukan buruh lebih lemah daripada kedudukan majikan atau pemilik modal. Akibatnya, terjadilah eksploitasi, melalui penghisapan sampai batas akhir kemampuan fisik tenaga kerjanya oleh majikan. Selama si buruh dalam pekerjaannya hanya diperalat, dihisap, tidak dihargai, tidak diperlakukan sebagai manusia dan tidak mendapatkan imbalan yang wajar, selama itu pula ia tidak akan pernah mengembangkan suatu sikap positif terhadap pekerjaan yang digelutinya. Atau dengan perkataan lain apa yang ingin kami sampaikan adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesejahteraan buruh, produktivitas, dan kemajuan perusahaan. Selama si pekerja dalam pekerjaannya dihisap tenaganya dan tidak dihargai sebagai manusia bebas dan berperasaan yang bercita-cita membangun hidup yang bahagia, mustahil menuntut tingkat produktivitas yang tinggi dengan etas kerja yang memadai.

Kondisi tersebut selama Orde Baru menjadi fenomena yang mudah dikenali, apalagi "buruh murah" selama ini telah dijadikan keunggulan komparatif untuk menarik investor asing menanamkan modalnya di negeri ini. Dan agar sistem perekonomian yang bercorak kapitalis ini berjalan, pemerintah memberikan dukungan melalui stabilitas politik yang mantap, adanya kontrol terhadap buruh baik kontrol terhadap upah maupun kebebasan untuk berserikat.

Akibatnya, tidak mengherankan apabila akhir-akhir ini Gedung Dewan yang terhormat ini, yang dinyatak sebagai "Rumah Rakyat" tak henti-hentinya didatangi oleh anggota masyarakat yang merasa dirugikan, dan sebagian besar dari mereka adalah tenaga kerja yang mengadukan nasibnya. Bagi Fraksi POU kondisi itu positif, karena memperlihatkan adanya kesadaran para buruh dan pekerja telah tumbuh dan berkembang dengan pesat khususnya kesadaran akan perlindungan hukum bagi mereka. Maraknya aksi buruh, mogok kerja, tuntutan pesangon PHK dan lain-lain, itu semua menunjukkan bahwa dalam diri

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

mereka telah muncul kesadaran akan hak-hak mereka yang belum sepenuhnya dijamin oleh aturan perundang-undangan. Bila kita lihat secara seksama, sebenarnya kesadaran tersebut dilandasi oleh adanya semangat anti-diskriminasi dan anti-eksploitasi.

Sidang Dewan yang terhormat,

Pada dua dekade terakhir ini, telah terjadi internasionalisasi kapital dan aliran migrasi tenaga kerja yang begitu intens, dihampir seluruh belahan dunia.

Akibatnya, arus migrasi buruh menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Dari waktu-kewaktu terjadi peningkatan jumlah buruh migran Indonesia, terutama perempuan memenuhi lapangan kerja diluar negeri, yang antara kurun waktu 1991-1998 tercatat 1.049.627 orang. Mereka bekerja disektor rumah tangga, perkebunan, konstruksi, transportasi, manufaktur dan industri hiburan. Bahkan, sebagian diantara mereka bekerja disektor prostitusi. Dalam kaitan ini secara khusus, F-PDU menyambut baik, substansi RUU ini yang telah memuat materi yang meskipun masih harus didiskusikan lagi, merupakan antisipasi protektif terhadap buruh migran tersebut.

Memahami kondisi yang demikian, Fraksi POU menyadari benar, bahwa satu-satunya instrumen yang efektif untuk melindungi para buruh dan pekerja dari tindakan diskriminatif dan eksploitatif adalah hukum yang mengatur perlindungan ketenagakerjaan. Perlindungan ketenagakerjaan merupakan sarana yang esensial untuk mewujudkan kesejahteraan mereka beserta keluarganya. Secara normatif RUU Tentang Pembinaan dan Perlindungan Tenaga Kerja telah memuat aturan-aturan perlindungan tersebut. Namun demikian, menurut hemat kami secara tegas RUU ini harus memuat tiga hal penting, yaitu perlindungan terhadap kecelakaan dan keamanan tempat kerja, perlindungan jam kerja dan perlindungan terhadap kontrak.

Dalam kaitan perlindungan kecelakaan dan keamanan tempat kerja, secara tegas perlu diatur, bahwa "perusahaan wajib melengkapi dan merawat tempat-tempat kerja, sarana usaha, mesin dan peralatan sedemikian rupa,

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

.,

sehingga pekerja teriindung dari bahaya terhadap hidup dan kesehatan sesuai dengan jenis pekerjaannya." Dalam kaitan ini, terutama sekali diatur dan adanya ''jaminan terhadap tersedianya penerangan yang memadai, ruang udara yang memadai, pembuangan debu yang ditimbu/kan dari pekerjaan, uap dan gas yang muncu/ dari pekerjaan dan limbah." Dengan demikian, "perusahaan wajib menyediakan sarana dan memeliharanya, serta mengeluarka peraturan mengenai sikap pekerja ditempat ke1ja, semata-mata demi keselamatan dan kesehatannya."

Sidang Dewan yang terhormat,

Sebelum mengakhiri pemandangan umum ini, izinkanlah kami secara singkat mengulas mengenai hubungan kerja, yang penyelesaian perselisihannya diatur dalam RUU tersendiri, yaitu RUU Tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial. Perlindungan hubungan kerja terdiri atas kode norma-norma hukum, yang secara umum harus dipegang dalam pembuatan kontrak kerja. Hal ini semata-mata untuk mengurangi ketergantungan pekerja terhadap perusahaan (pemberi kerja) dan melindungi mereka dari eksploitasi dan perlakuan sewenang-wenang, terutama pengaturan khusus mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Dalam kaitan PHK, dalam RUU ini perlu ditegaskan, pnns1p bahwa pemutusan hubungan kerja yang secara sosial dirasakan tidak adil, maka secara hukum dinyatakan tidak berlaku atau batal demi hukum. F-PDU memaksudkan PHK yang secara sosial tidak adil adalah PHK yang terjadi tidak didasarkan atas pelanggaran atas hubungan pekerja itu atau karena kebutuhan perusahaan yang mendesak. Perselisihan hanya dapat dijembatani melalui mediasi yang independen dan adil, atau melalui arbitrase.. PHK semacam · ini, juga dimungkinkan jika dilakukan tanpa surat peringatan terlebih dahulu. Selain itu, perlu pula diatur jika terjadi kondisi perusahaan perlu melakukan PHK masal.

PHK masal ini hanya dibenarkan apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, atau melalui penetapan pengadilan yang khusus dibentuk untuk itu.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Sidang Dewan yang terhormat,

Ketentuan Pidana yang terdapat dalam kedua RUU ini terasa rnasih ringan jika dibandingkan dengan beban sosial yang ditanggung oleh masyarakat jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur. Namun demikian, yang lebih penting dari kesemua itu adalah konsistensi penegakan hukum, kendatipun tergantung pada kemampuan teknis para penegak hukum dalam menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, integritas serta moral para aparat hukum dalam menghadapi godaan kolusi dengan . para pengusaha yang melakukan perbuatan diskriminatif dan ekspolitatif.

F-PDU berpendapat, bahwa kehadiran kedua RUU ini setidak-tidaknya merupakan upaya dalam menciptakan norma-norma hukum yang melindungi hak-hak pekerja, yang pada akhirnya merupakan penciptaan tatanan sosial ketenagakerjaan yang menjamin, bahwa manusia sebagai faktor produksi ekonomi tidak dapat direndahkan hanya sebagai instrumen, melainkan dipandang sebagai individu yang terjamin hak-hak pribadinya. Selain itu, tatanan sosial ketenagakerjaan ini mengandung norma-norma sebagai gambaran nilai sosial masyarakat, yaitu tujuan jaminan sosial, keadilan sosial, dan kerukunan sosial.

Sidang Dewan yang terhormat,

Demikianlah pemandangan umum Fraksi POU dalam menanggapi Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan dan Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial. Fraksi POU menyetujui agar kedua Rancangan Undang-undang ini diteruskan ke pembicaraan tingkat tiga, sesuai dengan Tata Tertib DPR RI. Hal-hal yang belum sempat kami sampaikan di sini akan kami sampaikan dalam pembicaraan tingkat tiga nanti.

~/ .\

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

'

..

Atas kesabaran saudara-saudara sekalian mengikuti pemandangan umum ini, atas nama Fraksi POU saya mengucapkan banyak terima kasih.

Jazakumullahu khairo jaza'.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Jakarta 27 Juni 2000

PIMPINAN FRAKSI POU,

Ketua,

/~~

/ - - K. H. Achmad Sjatari A-277

Sekretaris,

Ir. Mudahan Hazdie A-455

.., '~ L ,

-BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 71-78)

Dokumen terkait