• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN PERSELISIHAN INDUSTRIAL

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 51-59)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Yth. Saudara Pimpinan Rapat,

Yth. Saudara Menteri Tenaga Kerja yang mewakili Pemerintah beserta jajarannya,

Yth. Saudara Anggota Dewan dan hadirin yang saya muliakan.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita dalam rangka mengikuti Sidang Paripurna DPR-RI pada acara penyampaian Pemandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan dan Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial.

Fraksi TNl/Polri menyampaikan terima kasih kepada Saudara Pimpinan Rapat atas kesempatan yang· diberikan untuk menyampaikan Pemandangan Umum ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Pemerintah khususnya Saudara Menteri Tenaga Kerja yang telah menyampaikan keterangan atas kedua Rancangan Undang-undang tersebut pada tanggal 8 Juni 2000 yang lalu.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Pimpinan Rapat dan hadirin yang kami hormati.

Sesuai informasi yang dapat diserap Fraksi TNl/Polri, bahwa dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 202 juta di tahun 1998, memiliki angkatan kerja lebih dari 93,5 juta, yang terdiri dari 80, 1 juta pekerja dan 13,44 juta pencari kerja. Dengan memperkirakan bahwa terdapat penganggur kritis dalam arti mereka yang bekerja kurang dari lima belas jam seminggu berjumlah 18,36 juta, maka total pengangguran menjadi 31,8 juta. Angka pengangguran ini jelas semakin membesar pada tahun 2000 akibat krisis yang belum sepenuhnya dapat diatasi, yang berdampak timbulnya PH K dan kecilnya pertumbuhan lapangan kerja baru.

Walaupun angka-angka tersebut tidak dapat dikatakan akurat, namun kita dapat memaknai bahwa besarnya jumlah tenaga kerja dan penggangguran itu menjadi masalah besar yang harus ditangani secara serius oleh bangsa kita. Upaya memperluas pasar kerja melalui pengiriman tenaga kerja keluar negeri dirasakan adanya kendala yaitu rendahnya

· kuaiitas sumber daya yang dimiliki serta lemahnya sistem perlindungan bagi pekerja. Tingkat kesejahteraan pekerja yang masih rendah dengan indikator bahwa Upah Minimum Regional pada April 2000 rata-rata baru mencapai 80% kebutuhan hidup minimum berdampak membesarnya jumlah perselisihan industrial. Hal ini memerlukan terobosan-terobosan

baru untuk mengangkat derajat hidup yang layak bagi pekerja.

Fraksi TNl/Polri memahami usulan pembahasan · Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan merupakan pengganti dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan yang telah ditunda pemberlakuannya sampai tanggal

1

Oktober 2000 melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998. Kehadiran Undang-undang ini merupakan bagian dari reformasi hukum yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat pekerja, disertai harapan akan melahirkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas kemampuan dan pendayagunaan tenaga kerja, memperbaiki kesejahteraan dan melindungi kepentingan pekerja.

2

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Pimpinan Rapat dan hadirin yang kami hormati.

Mekanisme penyelesaian perselisihan industrial saat ini, berpedoman pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, yang pada prinsipnya bila tidak dapat diselesaikan melalui perundingan bipartit, tripartit ataupun melalui mediasi, maka perselisihan selanjutnya ditangani oleh Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4D/P4P). Tetapi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara maka keputusan P4D/P4P tidak bersifat final, karena masih dapat dilakukan upaya banding.

Dampak dari panjangnya proses upaya hukum yang harus ditempuh tersebut, maka penyelesaian perselisihan industrial memakan waktu relatif lama dan timbul kesan bahwa pekerja berada pada posisi lemah.

Kelemahan-kelemahan lain penyelesaian melalui P4D/P4P adalah adanya intervensi pemerintah melalui kewenangannya yang dapat menunda/membatalkan keputusan P4D/P4P. Duduknya unsur pemerintah pada lembaga ini, oleh masyarakat pekerja dianggap kurang berpihak terhadap keadilan. Atas dasar kondisi ini, maka penyempurnaan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial merupakan kebutuhan yang mendesak.

Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berkembang serta kondisi sosial yang dihadapi, dalam pembahasan kedua Rancangan Undang-undang tersebut, Fraksi TNl/Polri berpedoman dari pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

Pertama : Undang-undang ini harus merupakan perwujudan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan memberikan landasan yang kuat pada pembangunan ketenagakerjaan yang menjamin hak-hak pekerja untuk memperoleh peningkatan kualitas kemampuan, perlindungan, kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan, tanpa diskriminasi.

3

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Kedua

Ketiga

U ndang-undang yang akan diterbitkan harus dapat menjamin kepastian hukum bahwa penyelesaian perselisihan industrial dilaksanakan dengan cepat, murah dan berkeadilan.

Dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antara pengusaha dan pekerja, dengan adanya perlindungan dan keseimbangan kepentingan kedua belah pihak.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati.

Memperhatikan substansi yang terkandung dalam Rancangan Undang-undang yang diajukan Pemerintah maupun aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, Fraksi TNl/Polri ingin mendapatkan penjelasan tambahan tentang berbagai hal sebagai berikut :

Berkaitan dengan Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan.

Pertama : Judul Rancangan Undang-undang dengan mengangkat kata

"Pembinaan" dapat menimbulkan konotasi negatif yaitu menempatkan masyarakat sebagai obyek pada pihak yang tidak berdaya bahkan lemah. Pada pihak lain, pemerintah ditempatkan sebagai subyek yang memiliki kekuasaan dan kewenangan berlebihan terhadap pekerja.

Kedua

Apa tidak sebaiknya judul · diubah dengan judul lain yang disesuaikan dengan substansi yang akan dimuat dalam RUU.

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa : "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan".

Dikaitkan dengan isi Bab Ill Pasal 5 dan 6 RUU belum terlihat peran Pemerintah. Fraksi TNl/Polri perlu penjelasan, bagaimana kewajiban negara melalui pemerintah terhadap implementasi Pasal 27 UUD 1945 tersebut, apa tidak perlu ditegaskan kewajiban tersebut dalam undang-undang ini.

4

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Ketiga

Keempat

Dalam Bab VI tentang Penempatan Tenaga Kerja, telah mengatur secara detail penempatan tenaga kerja termasuk pengiriman keluar negeri. Pada Pasal 35 ditegaskan pelaksana penempatan tenaga kerja adalah pemerintah dan lembaga swasta berbadan hukum.

Perlu dijelaskan keberadaan lembaga pengusaha jasa tenaga kerja Indonesia, apa tidak sebaiknya ditegaskan dalam undang-undangini.

Bab X Hubungan Industrial Indonesia RUU berisi 48 pasal, terdiri atas Ketentuan Umum dan Ketentuan Pelaksanaan.

Apa tidak sebaiknya ketentuan umum pada bab ini yang berisi konsepsi dan fungsi ditempatkan pada Bab I Ketentuan Umum.

Berkaitan dengan Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perse/isihan Industrial.

Pertama : Dalam hal perselisihan industrial tidak dapat diselesaikan oleh perundingan bipartit, medi.asi, arbitrase ketenagakerjaan, maka dilakukan oleh Pengadilan Perselisihan Industrial pada Pengadilan Negeri.

Kedua

Ketiga

Dapatkah dijelaskan kesiapan lembaga peradilan untuk menampung beban yang kemungkinan secara kuantitatif akan meningkat.

Pada Pasal 16 ketentuan mengenai persyaratan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian mediator serta tata cara mediasi diatur dalam Keputusan Menteri.

Dapatkah dijelaskan, syarat untuk menjamin profesionalisme dan integritas mediator.

Dalam penyelesaian perselisihan melalui pengadilan neg6ri maka keputusan merupakan keputusan akhir dan bersifat tetap. Dari segi pendekatan proses memang akan lebih cepat dan dapat memotong rantaibirokrasi hukum yang panjang.

Perlu penjelasan untuk mengadakan pengawasan terhadap independensi dan integritas hakim dalam penegakan keadilan.

5

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Pimpinan Rapat dan hadirin yang kami hormati.

Setelah mempelajari dengan seksama kedua rancangan undang-undang ini serta memperhatikan penjelasan latar belakang dan pokok-pokok pikiran yang disampaikan oleh Pemerintah, maka Fraksi TNl/Polri : umenyetujui Rancangan Undang-undang tersebut dibahas di da/am Pembicaraan Tingkat Ill".

Demikian Pemandangan Umum Fraksi TNl/Polri, dan pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih atas kesabaran dan ketekunan para hadirin yang terhormat dalam mengikuti Pemandangan Umum yang disampaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu meridhoi kepada kita sekalian.

Sekianterima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 Juni 2000 Mengetahui :

,.-,:~•·>:;;·;Js~-ruA FRAKSI TNl/POLRI DPR-RI

.tffe'<;~;'·:.·C}:: .. ~--.J'

JURU BICARA

~ .~ ~::~ :. ... ... --~

,t··\

. ··.:·;.·-;..

'> ' . ·, i • '

. · .. : · .. H. ACHMAD ROESTANDL SH NO. A-464

6

P RAY

0 G 01

S.IP NO. A-478

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN

DAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENT ANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN INDUSTRIAL

Assalainu'alaikum Wr. Wb.

Saudara Pimpinan Dewan yang saya hormati;

Saudara-Saudara Anggota Dewan peserta Sidang yang saya hormati;

Saudara Menteri Tenaga Kerja RI beserta jajarannya yang saya honnati;

Serta seluruh hadirin dan hadirat yang kami hormati pula.

Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-NY A, pada hari ini, kita dapat melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita, dalam rangka pembicaraan tingkat II atas Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan Dan Perlindungan Ketenagakerjaan dan Rancangan Undang-Undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial yang telah disampaikan oleh Pemerintah pada tanggal 8 Juni 2000 yang

lalu. ·

Saudara-saudara yang kami hormati,

Sebelum kami memberikan tanggapan secara umum terhadap Rancangan Undang-Undang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan tersebut, maka terlebih dahulu kami mengajak saudara-saudara' sekalian untuk bersama-sama menyimak kembali ketentuan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yaitu: Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Bahwa, sekalipun rumusan UUD 1945 tersebut sangat singkat namun karena jelas tegas dan mudah dipahami bahwa dalam ayat (2) Pasal 27 UUD 1945

memuat dua unsur pokok yaitu:

1. Setiap Warga Negara berhak atas pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan;

2. Setiap Warga Negara berhak memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;

Bahwa, oleh karena itu dalam membangun, dan mewujudkan lapangan kerja haruslah selalu sesuai dengan maksud dan kehendak yang telah. digariskan dalam Pasal 27 (2) tersebut;

Bahwa, dengan disebutkan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan, maka disadari pula bahwa ada pekerjaan yang tidak layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu kami berpendapat agar pekerjaan yang tidak layak bagi kemanusiaan tidak termasuk yang diatur maupun diakui sebagai pekerjaan yang berhak mendapatkan perlindungan;

Bahwa, sebagaimana telah kita sepakati oleh seluruh rakyat Indonesia yang telah menjadikan Pancasila sebagai falsafah negara/dasar negara dimana sila pe11ama Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan prima causa dari siia-sila lainnya telah memberikan inspirasi terhadap semua perbuatan termasuk dalam hal penciptaan tenaga kerja tidak boleh ada yang melanggar/bertentangan dengan larangan Allah SWT.

Bahwa, tentang pekerjaan yang tidak layak bagi kemanusiaan kiranya kita semua sudah mafhum, oleh karena itu kami tidak perlu lagi mengetengahkan tentang hal tersebut;

Saudara-saudara yang saya hormati,

Sungguh banyak pekerjaan yang tidak layak bagi kemanusiaan yang dari segi materi mungkin mendapatkan penghasilan yang besar namun akan menimbulkan akibat-akibat yang maha dahsyat yaitu terjadinya dekadensi moral bangsa yang nantinya akan berakibat pula hancumya bangsa ini.

Selanjutnya setiap warga negara berhak penghidupan yang layak.

2

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Bahwa, penghidupan yang layak barulah dapat diwujudkan jika keadilan

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 51-59)

Dokumen terkait