• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Penerapan Peraturan Perundang Undangan Pertambangan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup

1. Izin Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya dengan pertambangan

Sebagaiman telah diuaraikan, bahwa di dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, salah satu asasnya adalah asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan Mineral dan Batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.

Gagasan pembangunan berwawasan lingkungan berkelanjutan

(Environmentally sustainable development), yang dikembangkan para pakar ekonomi,

ilmu sosial, dan merupakan alternatif terhadap model-model pembangunan yang sedang berjalan. Paradigma tersebut pada galibnya, merupakan suatu ikhtisar untuk meningkatkan standard dan kualitas hidup manusia tanpa mendegradasi lingkungan hidup yang sangat dibutuhkan demi menjaga survivalisme hidup manusia. Itulah suatu paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai pusat (put the

people first), mengutamakan persamaan dan keadilan, menghargai nilai-nilai sosial

dan kultural, mengakui partisipasi rakya, pertumbuhan ekonomi yang lebih manusiawi bagi semua orang. Karena strategi pembangunan yang dilaksanakan

diharapkan untuk lebih berorientasi pada hak-hak asasi manusia dan pada ciri-ciri pembangunan berkesinambungan.76

Salah satu instrumen dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah perizinan

Asas dan paragdigma tersebut telah dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, antara lain dalam Pasal 1 butir 3 dari Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menetapkan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

77

. Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.78

Adapun pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap

76Harman K Benny, Hak Asasi dan Pembangunan Berkesinambungan, Majalah Andal, No.7, 1992. hlm 5.

77

Pasal 14 Undang-undang nomor 32 tahun 2009, instrumen pencegahan dan pencemaran lingkungan hidup terdiri atas, KLHS, Tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, UKL-UPL, perizinan....dstnya.

78Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm 168.

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan. Dengan demikian berarti, pada pokoknya izin , bahwa sesuatu tindakan dilarang kecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dilakukan dengan cara-cara tertentu. Penolakan izin terjadi bila kriteria-kriteriayang telah ditetapkan penguasa tidak dipenuhi. Misalnya, tentang hal ini adalah dilarang mendirikan suatu bangunan atau dilarang untuk melakukan suatu kegitan usaha dalam pengelolaan Sumber Daya alam, kegiatan itu baru boleh dilakukan jika ada izin tertulis dari pejabat yang berwenang dengan ketentuan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.

Salah satu bentuk yang berhubungan dengan substansi dari penulisan ini adalah izin lingkungan, yaitu izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.79

79

Pasal 1 butir 35 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009.

perusahaan yang melakukan usaha dibidang apa saja terutama yang melakukan pengelolaan terhadap sumber daya alam wajib memiliki izin dari pihak yang berwenang yaitu Pemerintah. Sejalan dengan perkembangan keadaan dan semua kegiatan yang terdapat pada sektor-sektor terkait dengan diberlakukannya ketentuan yang berhubungan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dimulai dengan Undang-undang Nomor 4 tahun 1982, Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 setiap perusahaan wajib memiliki izin lingkungan hidup.

Izin lingkungan diatur dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, yang menyebutkan, bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL, wajib memiliki izin lingkungan. Kewajiban tersebut dilatarbelakangi, karena negara atau pemerintah berkeinginan agar setiap perusahaan untuk bersungguh-sungguh memperhatikan lingkungan hidup supaya dapat dicegah atau diminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat hanya dibebankan kepada pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat termasuk perusahaan.

Di dalam pasal 68 dari Undang-undang nomor 32 tahun 2009 menyebutkan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban :

a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.

c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Sebagai penjabaran dari ketentuan tersebut, adalah pengaturan yang mewajibkan pengusaha wajib memiliki izin lingkungan karena pemerintah bermaksud serius untuk mengawasi lingkungan hidup dan mewujudkan keadaan lingkungan hidup dan ingin mewujudkan keadaan lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat kemasa depan. Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan.80 Selanjutnya menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.81

Berdasarkan uraian tersebut di atas, setiap kegiatan Usaha Pertambangan wajib memiliki izin lingkungan, sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-undang nomor 32 tahun 2009, bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan. Pengaturan mengenai izin lingkungan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor

80Pasal 72 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

81Pasal 73 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

27 tahun 2012, di dalam Pasal 1 butir 1 menetapkan, bahwa izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kejadian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.82 Sedangkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.83

Untuk dapat mengetahui, bahwa suatu usaha dan/ atau kegiatan dalam hal ini perusahaan, dampak84

a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

penting ditentukan berdasarkan kriteria :

b. luas wilayah penyebaran dampak;

82Pasal 1 butir 11 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, jo Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 20`12.

83Pasal 1 butir 12 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, jo Pasal 1 butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012.

84Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; e. sifat kumulatif dampak;

f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau

g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.85

Selanjutnya Pasal 23 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 menetapkan sebagai berikut:Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas :

a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbaharukan maupun yang tidak terbarukan;

c. proses & kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik; g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;

85

h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau

i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

Usaha di bidang pertambangan termasuk di dalam kriteria berdampak penting terhadap lingkungan hidup karena setidak-tidaknya memenuhi kriteria huruf a sampai dengan huruf d dari Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, dan juga kegiatan yang berdampak penting sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 23 ayat (1) pada huruf a sampai dengan huruf, e, karena inti dari usaha pertambangan adalah melakukan penggalian tanah dengan jumlah, kedalaman dan luas yang akan menimbulkan akibat besar antara ;lain tanah longsor, ambles, tidak subur, tidak mudah direklamasi, banjir dan berdampak akan merugikan kepada masyarakat luas yang ada disekitar pertambangan, serta akibat yang ditimbulkan pasca pertambangan.

Tindak lanjut dari ketentuan di atas, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri NegaraLingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal, dalam bidang Energi dan Sumber daya Mineral dan Batubara, jenis kegiatan Eksplorasi (operasi produksi) Mineral dan Batubara, terdiri dari luas perizinan dengan skala besar > 200 ha, luas daerah terbuka untuk pertambangan > 50 ha (kumulatif partikel).86

86

Setelah diketahui kegiatan apa saja yang wajib Amdal, maka di dalam Pasal 2 dari Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012, menetapkan :

(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL – UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan, kegiatan yang meliputi :

a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL.

b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL, dan c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

Penyusunan Dokumen Amdal, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4 dari Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012, yaitu :

(1) Amdal sebagai mana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

(2) Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagarencana tata imana dimaksud ayat (1) wajib sesuai dengan tata ruang.

(3) Dalan hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.87

87Dokumen Amdal terdiri atas, Kerangka Acuan, Andal; dan RKL-RPL, Pasal 5 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012.

Penilaian Amdal ini dimulai dari Kerangka Acuan, Andal, RKL-RPL yang telah disusun oleh Pemrakarsa diajukan keapada :

a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat. b. Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal procvinsi.

c. Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota.

Jika Kerangka Acuan, dapat disepakati , Komisi Penilai Amdal menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan, selanjutnya pemrakarsa menyusun Andal, RKL-RPL yang juga diajukan dan dinilai melalui rapat Komisi Penilai Amdal, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 29 dari Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012, sebagai berikut:

1) Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal.

2) Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL, kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

3) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL dapat berupa: b. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau

c. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.

4) Rekomendasi ditetapkan berdasarkan pertimbangan paling sedikit meliputi: a. perkiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari

kesehatan masyarakat pada tahap pra konstruksi, operasi dan pascaoperasi Usaha dan/atau Kegiatan.

b. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting hipotetik sebagai sebuah kesatuan yang paling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga diketahui pertimbangan Dampak Penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negataif; dan

c. kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi Dampak Penting yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan, dengan pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.

5) Dalam hal rapat Komisi Penilai Amdal menyatakan bahwa dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, Komisi Penilai Amdal mengembalikan dokumen Andal dan RKL-RPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki.

Selanjutnya Menteri, gubernur atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi atau penilai akhir dari Komisi Penilai Amdal, menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup paling sedikit memuat :88

a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; b. pernyataan kelayakan lingkungan;

c. persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan RKL-RPL; dan ayat (4) huruf c.

88

Dalam Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, keputusan Kelayakan Lingkungan hidup harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Permohonan izin lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Permohonan izin lingkungan disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal dan RKL-RPL.89 Setelah menerima permohonan izin lingkungan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan izin lingkungan.90

Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diumumkan. Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan melalui wakil masyarakat yang terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang menjadi anggota Komisi Penilai Amdal.91

89Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012. 90Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012. 91

Penerbitan Izin Lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya,92

a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuatdalam izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup’

dan kewajiban pemegang izin lingkungan adalah :

b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan

c. menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Laporan disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.93

Berdasarkan uaraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan diterbitkannya izin lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur; mekanisme dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha dan/atau kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kekegiatan. Selain itu pula dengan diterbitkannya izin maka telah menimbulkan akibat hukum antara pemerintah dan perusahaan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan.

92Pasal 47 dan Pasal 48 dari Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012. 93

Dokumen terkait