G. Metode Penelitian
5. Jalannya Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan adalah penelitian data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan serta dari berbagai dokumen yang berkaitan dengan permasalahan perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen listrik. Selanjutnya untuk menguatkan data sekunder yang telah didapatkan, maka diadakan studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap para informan yang telah ditetapkan/ditentukan, yaitu dengan melakukan wawancara terstruktur.
Pengumpulan data dilapangan dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat izin tertulis untuk melakukan penelitian dari Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan Nomor : 2073/H5.2.2/KRK/2009.
Pengumpulan data di lapangan yang dilakukan dengan wawancara, dilakukan dengan mendatangi langsung para responden/informan. Wawancara yang dilakukan terhadap informan tidak cukup hanya sekali, bisa beberapa kali sampai penulis
merasa yakin telah mendapatkan data yang cukup dan akurat. Wawancara mana dilakukan terhadap informan yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bapak Zulfitri, Manager PT. PLN Ranting Dewantara;
2. Bapak Maimun Muhammad, Asisten Manager PT. PLN Lhokseumawe; 3. Bapak H. Ali Basyah , Manager Rayon PT. PLN Lhokseumawe;
4. Bapak Irwansyah, SH, An. Kepala Kejaksaan Negeri Lhokseumawe;
5. Ibu Fahmiwati, SE ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) kota Banda Aceh, dan
BAB II
ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK KONSUMEN LISTRIK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1985
TENTANG KETENAGALISTRIKAN
A. Profil Perusahaan PT. PLN (Persero)37
Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 (dua) Perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, dimulai dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah Kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan- perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 27 Oktober 1945 Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas.
37
Brosur : PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO), Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik, tanpa halaman.
listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara. Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17, PT. PLN ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan.
Tahun 1992, Pemerintah Indonesia memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijaksanaan di atas, pada bulan Juni tahun 1994 status PT. PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
Membaiknya perekonomian nasional merupakan tantangan bagi PT. PLN untuk bangkit kembali setelah bertahun-tahun sebelumnya menghadapi krisis yang berkepanjangan akibat krisis moneter. Sedang, lingkungan bisnis yang sarat dengan kompetensi akan merupakan tantangan bagi PT. PLN sebagai perusahaan listrik terbesar untuk tetap eksis.
Upaya untuk meningkatkan investasi sarana penyediaan tenaga listrik dan pelayanan kepada pelanggan, yang merupakan usaha untuk tetap dapat mempertahankan dan melaksanakan tanggung jawab PT. PLN dalam menjamin kelangsungan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat akan terus ditingkatkan. Upaya peningkatan kemampuan perusahaan tersebut diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi pelanggan, perusahaan dan pemegang saham.
Dalam menjalankan roda perusahaan supaya tetap eksis dalam bisnis kelistrikan di Indonesia, maka PT. PLN terus berupaya dalam meningkatkan dan
mengembangkan Visi dan Misi perusahaan. Visi PT. PLN adalah: diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh berkembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu kepada potensi insani.
Adapun yang menjadi Misi dari perusahaan listrik terbesar ini adalah:
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Selain memiliki Visi dan Misi perusahaan, PT. PLN juga menerapkan nilai-nilai perusahaan dalam setiap kegiatan operasional perusahaan, yaitu: “Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar”.
a. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat dan sesuai.
b. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia.menjunjung tinggi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis.
c. Integritas.menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan bisnis.
d. Kualitas Produk untuk ditingkatkan secara terus menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan. e. Peluang yang sama untuk memajukan seluas-luasnya kepada setiap
anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan.
f. Inovatif, bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan semua anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
g. Mengutamakan kepentingan perusahaan, konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin didalam setiap keputusan yang diambil ditujukan guna kepentingan perusahaan.
h. Pemegang saham dalam mengambil keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai inventasi pemegang saham.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik diharapkan pertumbuhan listrik akan normal kembali. Prospek usaha PT. PLN pada dasar rumah tangga maupun industri dan bisnis, merupakan peluang bisnis yang lebih besar karena rasio electrifikasi dan konsumsi listrik perkapita masih rendah serta Indonesia sendiri masih dalam tahap industrialisasi.
Pada akhir tahun 2009, daya terpasang pembangkit tenaga listrik PT. PLN mencapai 850 MW yang baru, berkapasitas pembangkitan sesuai jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Pembangkit Listrik di pelabuhan Sicanang...125 MW 2. Pembangkit Listrik di Sibayak Karo dan Sipa Horas...125 MW 3. Pembangkit Listrik di Nagan Raya...2 x 100 MW 4. Pembangkit Listrik di Pangkalan Susu………..……….2 x 200 MW38
B. Pengaturan Hukum Tentang PT. PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan Serta Hak dan Kewajiban Perusahaan
Dalam ruang lingkup peraturan tentang ketenagalistrikan di Indonesia, yang mengatur tentang keberadaan PT. PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan, dapat dibedakan yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur dasar hukum perusahaan dan pengaturan perundang-undangan yang mengatur di luar itu. Dasar hukum perusahaan, berdasarkan kepada :
1. Anggaran Dasar PT. PLN Tahun 1998;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum ( Perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas ( Persero);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1998 Tentang Pengalihan kedudukan, Tugas;
5. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Pembinaan Terhadap Perusahaan Perseroan (Persero) yang sebahagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Perdayagunaan BUMN.39
Selain dasar hukum perusahaan yang mengaturnya, terdapat peraturan perundang-undangan diluar itu dalam bidang ketenagalistrikan di Indonesia yang
38
Harian Medan Bisnis, 8 Januari 2009, hal, 1 39
Brosur : PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO), Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik, tanpa halaman.
menjadi acuan, selain dari peraturan dasar hukum perusahaan yang telah disebut diatas, yaitu Undang-undang Nomor 15 Tahun 1 985 Tentang Ketenagalistrikan (yang dinyatakan berlaku kembali setelah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 Tentang ketenagalistrikan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi) dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tantang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
PT. PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan maksudnya adalah kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah kepada badan usaha milik negara yang diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, dan diberi tugas untuk melakukan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. 40
40
Pasal 1, angka (5) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan.
Dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan tidak ditemui pasal yang mengatur tentang hak dari Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PT. PLN), namun tentang kewajiban dari Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan ini diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tersebut. Pegaturan tentang kewajiban PT. PLN ditemui dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, yang berbunyi :
(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum wajib :
a. menyediakan tenaga listrik;
b. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; c. memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum.
(3) Ketentuan tentang hubungan antara Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan Umum dengan masyarakat yang menyangkut hak, Kewajiban dan tanggung jawab masing-masing diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, menegaskan lebih lanjut kewajiban dari PT. PLN yaitu pada Pasal 15 ayat (1) berbunyi : tenaga listrik yang disediakan untuk kepentingan umum, wajib diberikan dengan mutu dan keandalan yang baik.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, pada Pasal 25 menegaskan lebih lanjut kewajiban dari PT. PLN yaitu :
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik wajib :
a. memberikan pelayanan yang baik;
b. menyediakan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;
c. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik;
d. bertanggung jawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa, kesehatan, dan barang yang timbul karena kelalaian , dan
e. melakukan pengamanan instalasi ketenagalistrikan terhadap bahaya yang mungkin timbul karena kelalaian.
Selain itu, dalam Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor 114-12/39/600.2/2002 Tentang Indikator Mutu Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik untuk Umum yang disediakan oleh PT. PLN (Persero), pada Pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa PT. PLN wajib memenuhi pelayanan yang baik kepada masyarakat umum dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Hak dan kewajiban penerima pelayanan dan jadwal waktu pelayanan yang baik diatur secara jelas;
b. Prosedur dan mekanisme pelayanan mudah dipahami, sederhana serta diimpormasikan secara luas;
c. Pelayanan diberikan secara tertib dan teratur sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Pengaturan tentang hak dari PT. PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dapat dijumpai dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, yang dinyatakan :
(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik berhak untuk :
a. memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang diperlukan oleh masyarakat, baik sebelum maupun sesudah mendapat sambungan tenaga listrik;
b. mengambil tindakan atas pelanggaran perjanjian penyambungan listrik oleh konsumen dan
c. mengambil tindakan penertiban atas pemakaian tenaga listrik secara tidak sah.
(2). Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum tidak bertanggung jawab atas bahaya kesehatan, nyawa dan barang yang timbul karena penggunaan tenaga listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya atau salah dalam pemanfaatan..
Sepintas kita melihat bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagalistrikan telah memuat pengaturan hak dan kewajiban yang berjalan secara paralel, dan diharapkan pelaksanaannya terhadap masyarakat terutama pelanggan/konsumen listrik sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh perundang- undangan dibidang ketenagalistrikan.
C. Hak dan Kewajiban Masyarakat, Pelanggan/Konsumen Listrik Menurut Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan
Kewajiban utama pelanggan PT. PLN adalah membayar rekening listrik tepat waktu. Sebaliknya pelanggan PT. PLN berhak mendapatkan tenaga listrik secara berkesinambungan dengan keadaan baik.Bahkan apabila terjadi gangguan, pelanggan PT. PLN berhak mendapatkan pelayanan untuk perbaikan terhadap gangguan penyediaan tenaga listrik atau penyimpangan atas mutu tenaga listrik yang disalurkan.41
Namun kondisi yang ditemui sekarang ini adalah bahwa pelanggan belum mendapatkan pelayanan secara optimal, mungkin akibat kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka sebagai konsumen listrik dan apa pula hak dan kewajiban PT. PLN selaku produsen tenaga listrik. Selain itu, belum terciptanya hubungan timbal balik yang serasi antara PT. PT. PLN dengan pelanggan/konsumen listrik telah menyebabkan banyak informasi dari PT. PLN yang sebenarnya layak untuk diketahui pelanggan, tidak sampai kepada pelanggan. Boleh jadi, banyaknya keluhan pelanggan tentang pelayanan PT PLN lahir karena pelanggan selama ini tidak mengetahui informasi mengenai pelayanan PT PLN. Akibat ketidaktahuan pelanggan tersebut, tidak jarang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Tentu saja perbuatan ini tidak hanya merugikan pelanggan, tetapi juga sangat merugikan PT. PLN.42
41
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia,Cetakan Pertama, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 51.
42
Tindakan-tindakan yang merugikan tersebut sebenarnya dapat dihindari oleh para pihak, jika masing-masing pihak paham betul apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka masing-masing. Seyogyanya keserasian hubungan timbal balik antara PT. PLN dengan pelanggan/konsumen listrik perlu lebih ditingkatkan. Untuk itulah, alangkah bagusnya jika apa saja yang menjadi hak-hak dan kewajiban dari pelanggan/konsumen listrik benar-benar diketahui dan dapat dimengerti oleh setiap pelanggan/konsumen listrik itu sendiri. Undang-undang tentang Ketenagalistrikan mengatur secara jelas apa saja yang menjadi hak dan kewajiban bagi masyarakat dan pelanggan/konsumen listrk. Tentang apa saja yang menjadi hak dan kewajiban serta tanggung jawab para pihak diatur Peraturan Pemerintah yaitu sekarang ini berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik43
43
Lihat ketentuan Pasal 15 ayat (2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan. Bab IV Tentang Hubungan antara Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dengan Masyarakat dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tersebut, ditegaskan bahwa apa saja yang menjadi Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Pemanfaatan Tenaga Listrik yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 yang tidak dirubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tetap berlaku, seperti apa yang ditentukan dalam Pasal 26 dan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Pasal 26
(1) Masyarakat di daerah usaha Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum berhak mendapatkan tenaga listrik yang disediakan oleh Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum yang bersangkutan;
(2) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai hak untuk : a. mendapat pelayanan yang baik;
b. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;
c. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik.
(3) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai kewajiban : a. Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul
akibat pemanfaatan tenaga listrik;
b. Menjaga dan memelihara keamanan instalasi ketenagalistrikan; c. Mengunakan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya.
(4) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik bertanggung jawab karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan umum.
Pasal 28
Masyarakat yang memanfaatkan tenaga listrik wajib mentaati persyaratan teknis di bidang ketenagalistrikan yang ditetapkan oleh Menteri.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02. P/451/M.PE/1991 tentang Hubungan Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dan Masyarakat menegaskan juga apa yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat dan pelanggan, yang diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 5 yang berbunyi :
Pasal 4
(1) Masyarakat di daerah usaha Pengusaha, berhak mendapatkan tenaga listrik yang disediakan Pengusaha setelah memenuhi persyaratan penyambungan tenaga listrik;
(2) Pelanggan mempunyai hak untuk : a. mendapatkan pelayanan yang baik;
b. mendapatkan tenaga listrik secara berkesinambungan dengan mutu dan keandalan yang baik;
c. mendapatkan pelayanan untuk perbaikan terhadap gangguan penyediaan tenaga listrik atau penyimpangan atas mutu tenaga listrik yang disalurkan.
Pasal 5
(1) Kewajiban pelanggan adalah :
a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul sebagai akibat pemanfaatan tenaga listrik;
b. menjaga dan memelihara keamanan Instalasi Pelanggan;
c. menjaga dan memelihara Alat Pembatas dan atau Alat Pengukur Pengusaha yang terpasang pada bangunan atau persil pelanggan;
d. menjaga keamanan sambungan tenaga listrik yang berada pada bangunan atau persil pelanggan;
e menggunakan tenaga listrik sesuai dengan peruntukkannya;
f. menaati persyaratan penyambungan tenaga listrik sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik;
g. memenuhi ketentuan Peraturan Instalasi Ketenagalistrikan yang berlaku;
h. mengizinkan Pengusaha untuk melaksanakan haknya sebagaimana termaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri ini.
(2) Pelanggan bertanggung jawab atas kesalahannya yang mengakibatkan kerugian terhadap pengusaha;
(3) Pelanggan bertanggung jawab atas bahaya terhadap kesehatan, jiwa dan barang yang timbul karena penggunaan tenaga listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya atau salah pemanfaatannya.
Tenaga listrik yang disediakan untuk kepentingan umum, baik oleh Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan maupun oleh Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum44
“Listrik untuk kehidupan lebih baik”, begitu semboyan PT. PLN yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Namun, ketika begitu gencarnya semboyan tersebut dilecutkan oleh PT. PLN; disisi yang lain, begitu besar pula problem yang melingkupi masalah ketenagalistrikan di Indonesia. Salah satunya, adalah masalah krisis pasokan energi listrik.
harus diberikan dengan standar mutu dan keandalan yang baik, yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi berdasarkan persetujuan Dewan Standarisasi Nasional. Disamping itu, dalam rangka memberikan perlindungan kepada pelanggan, maka instalasi ketenagalistrikan harus sesuai dengan Standar Ketenagalistrikan Indonesia, karena tenaga listrik mempunyai resiko bahaya yang cukup tinggi.
D. Pengaturan Tarif Dasar Listrik (TDL) Dalam Hubungannya Dengan Perlindungan Hukum Konsumen Listrik
45
44
Lihat ketentuan Pasal 1 huruf (d) yang mengatakan bahwa Pengusaha adalah Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan yang didirikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum termasuk Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Sendiri yang menjual kelebihan tenaga listriknya kepada mas yarakat.
45
Tulus Abadi dan Sudaryanto, Memahami Hak dan Kewajiban Anda sebagai Konsumen Listrik, Cetakan Pertama. Pnerbit Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perbaikan Pelayanan Listrik, Jakarta, 2004, hal. 3.
Ratusan pembangkit tenaga listrik yang terserak diberbagai pelosok tanah air tidak mampu lagi memasok kebutuhan listrik masyarakat, yang kian hari menghubung tinggi.
Kondisi ketenagalistrikan di Indonesia, terutama sejak tahun 1996, memang sangat memprihatinkan. Kenaikan Tarif Listrik (TDL) yang sudah mencapai di atas 100 %, terbukti belum mampu menyehatkan financial PT. PLN.46
Kenaikan TDL salah satunya disebabkan oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), karena lebih dari 60 % mesin pembangkit listrik PT. PLN menggunakan BBM (solar)
Bagi konsumen, besaran kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) terasa sudah sangat mencekik leher, di tengah situasi kehidupan yang serba sulit sekarang ini.
47
. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa setiap kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah akan dibarengi dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh PT. PLN. Namun demikian, pemerintah tetap memberikan jatah subsidi untuk sektor ketenagalistrikan, khususnya untuk konsumen rumah tangga dengan daya terpasang 450 Volt Ampere/VA, dengan pemakaian 60 kilowatt hour/kWh. Jadi kalau konsumen rumah tangga 450 VA tetapi pemakaian lebih dari 60 kWh, maka sudah tidak berhak lagi mendapat subsidi. Tahun 2003, tidak kurang dari 4 triliyun pemerintah memberikan subsidi untuk sektor listrik.48
Ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi harga listrik, antara lain : harga bahan bakar, harga pembelian listrik dari pihak ketiga, tingkat inflasi, suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah valuta asing.
49 46 Ibid, hal 4. 47
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zulfitri (Manager PT. PLN Ranting Dewantara), pada tanggal 20 April 2009.
48
Op-Cit., 2004, hal. 19. 49
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zulfitri. (Manager PT. PLN Ranting Dewantara), pada tanggal 20 April 2009.
Saat ini, sebenarnya kondisi ketenagalistrikan nasional dalam posisi “tidak aman”. Dikarenakan, antara kebutuhan dan persediaan tidak seimbang. PT. PLN sudah tidak lagi memasok tenaga listrik kepada konsumennya secara maksimal. Buktinya adalah begitu seringnya pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN terhadap pelanggannya, kadangkala tanpa pemberitahuan/pengumuman terlebih dahulu.
Sebenarnya masyarakat terutama konsumen listrik akan lebih mengerti situasi keadaan PT. PLN jika saja PT. PLN bersikap terbuka dalam menyampaikan informasi dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang merupakan sumber utama pendanaan perusahaan/PT. PLN sah-sah saja dinaikkan dengan berbagai alasan yang tepat asal saja PT. PLN juga ikut menaikkan mutu pelayanannya kepada konsumennya.
Bagi konsumen, kenaikan TDL berarti menaikkan biaya hidup. Sementara, pendapatan konsumen/masyarakat belum ada perubahan akibat krisis yang berkepanjangan di negara ini dan sampai sekarang belum dapat dipulihkan. Yang lebih memprihatinkan adalah, kenaikan TDL merupakan keputusan sepihak yang