• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

C. Calon Jamaah Haji

C. Calon Jamaah Haji

Ibadah haji adalah berkunjung ke Baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan, antara lain : wukuf, thawaf, sa’I dan amalan lainnya pada masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya. Haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang pelaksanaannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu antara lain tanggal 8 sampai dengan 13 Dzulhijjah setiap tahun. Sebagaimana dapat dipahami dari ayat berikut :

!" #$ ! % &

' ( ) ی + ,- ,. / 0 1 + / 0- 2 3 #$ی 4 1

#$5-“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah akan mengetahuinya. Berbekallah, Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqarah : 197)35

Melakukan ibadah haji dan umroh, tiap orang mempunyai pengalaman batin yang berbeda. Istitha’ah atau kemampuan adalah kunci utama bagi seseorang dalam menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Masing-masing mempunyai realita yang tidak sama bagi setiap manusia. Istitha’ah ini antara lain mampu secara materi, fisik dan mental.

Ketika seseorang mengawali keinginannya menjawab panggilan Ilahi untuk beribadah haji dan umroh, ia terlebih dahulu memasang niatnya dengan ikhlas lillahi ta’ala. Ia akan pergi berziarah ke Baitullah, menghadap dan bersujud keharibaan-Nya, atas dasar kerinduan dan kesadaran yang tinggi dengan hati yang suci. Seraya melafazdkan Talbiyah dalam hatinya.

Rasulullah SAW bersabda

6 4 ﺏ 8

9

:#ﺱ 3#8 2 #< 2 = ﺱ 6

9

3ﺏ > ? @ ﺡ "( BC D

=8 (ﺱ

E

.$F G H8 IJ#K L 3 #8 : C ﺏ L , I- :M

E

' N L0 O I- :M

3& P 3- 4L F 3ﺏ ﻥR I $- 2 3 1 S

“Barang siapa yang datang ke Baet ini (Ka’bah) untuk beribadah haji lalu ia thawaf 7 putaran, kemudian menuju maqam Ibrahim untuk shalat sunnah dua rakaat, kemudian pergi ke Zamzam untuk meminum airnya, niscaya Allah

35

akan mengampuni dosanya (sehingga bersih kembali) bagaikan anak yang baru dilahirkan ibunya” (H.R. Ibn al-Jauzy dalam kitab Mutsirul Garom As-Sakim)36

1. Pengertian Calon Haji

Secara individual seorang calon haji adalah seorang yang memiliki niat menunaikan ibadah haji dan memiliki kemampuan untuk melakukan pembiayaan. Seorang costumer yang menginginkan pelayanan prima dan mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang akan dipilihnya sesuai dengan kemampuan dan tingkat pelayanan yang dikehendaki. Semua itu mutlak tidak dapat dipenuhi sendiri, karena adanya keterkaitan dengan faktor-faktor lain yang hanya dapat disediakan oleh lingkungannya.

Calon haji juga merupakan masyarakat Islam yang telah mendaftarkan diri secara resmi pada Departemen Agama utuk melaksanakan ibadah haji

2. Pendaftaran Haji

1. Pendaftaran haji melaliui Kandepag Kabupaten/Kodya dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), selanjutnya diberi surat pengantar untuk membayar BPIH penuh di Bank- Bank yang sudah ditunjuk pemerintah 2. Pada saat pendaftaran, calon haji diharuskan membawa dan menyerahkan

persyaratan :

- Foto copy KTP

- Surat keterangan sehat dari Puskesmas

- Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar

36

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Kiat Meraih Haji Mabrur, (Jakarta : KANTOR URUSAN HAJI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA bekerja sama dengan BANK DKI, 2005), h. 1-5

3. Calon haji yang karena sesuatu hal ternyata batal/tidak menunaikan ibadah haji, maka BPIH yang telah disetor dapat dikembalikan setelah dipotong 1% (satu persen) untuk penggantian biaya administrasi

Pada saat calon haji melaporkan diri ke Kandepag Kabupaten/Kotamadya, setelah menyetor BPIH kepada yang bersangkutan dberikan :

1) Buku Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji 2) Buku Bimbingan Ibadah Haji, Umrah dan Ziarah 3) Buku Tanya Jawab Manasik Haji

4) Buku Doa Manasik dan Ziarah

Selanjutnya pada waktu yang ditetapkan, calon haji menerima pemberitahuan untuk pelatihan didaerah Tk.II dan pada saatnya pemberangkatan akan menerima Surat Panggilan Masuk Asrama

3. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)

Besarnya BPIH setiap tahun ditetapkan berdasarkan Presiden RI dengan komponen BPIH yang disesuaikan dengan biaya riil pada tahun yang bersangkutan. Dengan dikeluarkannya keputusan Presiden tersebut saat penyetoran BPIH dimulai. Untuk penerimaan penyetoran BPIH ditetapkan Bank-Bank yang ditunjuk Pemerintah antara lain:

a) Bank Negara Indonesia (BNI) b) Bank Negara Indonesia Syariah c) Bank Rakyat Indonesia (BRI) d) Bank Rakyat Indonesia Syariah e) Bank Mandiri Syariah

f) Bank DKI g) Bank BPN

h) Bank Tabungan Negara (BTN)37

4. Pelatihan Calon Haji

Pelatihan Calon Haji dilaksanakan ditingkat Kabupaten/Kotamadya selama 4 (empat )hari. Bagi daerah Tk. II yang telah memiliki Pelatih Calon Haji, bimbingan haji dilaksanakan sebagai berikut:

a) Secara individual dalam kelompok-kelompok kecil 10 sampai 12 orang, tidak lagi secara massal dalam bentuk penataran/pelatihan

b) Pelatihan calon haji dilakukan sejak dini, yakni sejak calon haji melapor ke Kantor Departemen agama Kabupaten/Kotamadya. Selanjutnya calon haji dimasukan kedalam kelompok binaan, dan ditunjuk seorang pelatih yang akan melakukan pelatihan jamaah tersebut sampai matang dan siap berangkat menunaikan ibadah haji

c) Setiap kelompok binaan (1 rombongan 50 orang) dilatih oleh seorang pelatih secara paripurna dan terus menerus sampai matang dan mampu melaksanakan ibadah haji secara mandiri

d) Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode dialog, Tanya jawab, diskusi/sarasehan, dengan disertai praktek atau peragaan secukupnya sampai calon haji betul-betul matang

Adapun materi pikik pelatihan adalah bimbingan perjalanan haji, manasik haji, kesehatan haji, akhlak dan kepribadian jamaah haji. Pelatihan ini dilaksanakan oleh panitia Departemen agama. Untuk kepentingan calon haji

37

DEPARTEMEN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN URUSAN HAJI ,Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji,

sendiri hendaknya setiap calon mengikuti pelatihan tersebut dengan sebaik-baiknya secara penuh.

5. Pengelompokan Calon Haji

Di Daerah Tk.II (sesudah masa pendaftaran ditutup) calon haji dikelompokan sebagai berikut:

a) Regu, terdiri dari 10 orang termasuk seorang Ketua Regu yang dipilih dari dan oleh anggota regu dengan tugas membimbing dan menjaga keutuhan regu.

b) Rombongan terdiri dari 50 orang yaitu : 5 regu termasuk seorang Ketua Rombongan

c) Kloter (Kelompok terbang terdiri dari 7 s.d. 9 rombongan (lebih kurang 355 s.d. 480 orang), dipimpin oleh ketua/TPHI Kloter dari daerah yang bersangkutan dan bertugas mengkoordinasikan pimpinan rombongan agar tetap berada dalam satu kloter dan satu Maktab atau Muzawwir

6. Perbekalan Haji

untuk mempersiapkan perbekalan haji, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji menentukan asumsi jumlah jamaah berdasarkan quota yang ditetapkan. Asumsi jumlah jamaah ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk pengadaan perbekalan yaitu tentang buku-buku bimbingan-bimbingan, obat-obatan, jumlah petugas yang diupayakan nya lebih dini. 38

38

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT

A. SEJARAH DEPARTEMEN AGAMA

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah Negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan.39

Dalam pelaksanaan nasional semangat keagamaan tersebut menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan.

Secara histories benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri sejak abad ke-5 Masehi, dengan berdirinya kerajaan Kutai yang bercorak Hindu di Kalimantan melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan Tarumanegaran di Jawa Barat dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah.

39

Pada abad VIII corak agama budha menjadi salah satu ciri kerajaan Sriwijaya yang pengaruhnya cukup luas sampai ke Sri Lanka, Thailand dan India. Pada masa kerajaan Sriwijaya, candi Borobudur dibangun sebagai lambang kejayaan agama Budha. Pemerintah kerajaan Sriwijaya juga membangun sekolah tinggi Agama Budha di Palembang yang menjadi pusat studi agama Budha se-Asia Tenggara pada masa itu. Bahkan beberapa siswa dari Tiongkok yang ingin memperdalam agama Budha lebih dahulu beberapa tahun membekali pengetahuan awal di Palembang sebelum melanjutkannya ke India.40

Menurut salah satu sumber Islam mulai memasuki Indonesia sejak abad VII melalui para pedagang Arab yang telah lama berhubungan dagang dengan kepulauan Indonesia tidak lama setelah islam berkembang di jazirah Arab. Agama Islam tersiar secara hampir merata di seluruh kepulauan nusantara seiring dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam seperti Perlak dan Samudra Pasai di Aceh, kerajaan Demak, Pajang dan Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Cirebon dan Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, kerajaan TIdore dan Ternate di Maluku, kerajaan Banjar di Kalimantan, dan lain-lain.41

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah Belanda banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah. Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Sultan Agung Mataram, Imam Bonjol, Pangeran Diponogoro, Sultan Agung Tirtayasa, Sultan Hasanuddin, Sultan Goa, Sultan Pangeran Antasari, dan lain-lain.42

40 www.depag.go.id 41 www.depag.go.id 42 www.depag.go.id

Pola pemerintah kerajaan-kerajaan tersebut diatas pada umumnya selalu memiliki dan melakukan fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemerintahan umum, hal ini tercermin pada gelar “Sampean Dalem Hingkang Sinuhun” sebagai pelaksana fungsi pemerintahan umum. 2. Fungsi pemimpin keagamaan tercermin pada gelar “Sayidin Panatagama

Kalifatullah.”

3. Fungsi keamanan dan pertahanan, tercermin dalam gelar raja “Senopati Hing Ngalogo.” Pada masa penjajahan Belanda sejak abad XVI sampai pertengahan abad XX pemerintah Hindia Belanda juga “mengatur” pelayanan kehidupan beragama. Tentu saja “pelayanan” keagamaan tersebut tak terlepas dari kepentingan strategi kolonialisme Belanda. Dr.C. Snuck Hurgronye, seorang penasehat pemerintah Hindia Belanda dalam bukunya “Nederland en de Islam” (Brill, Leiden 1911) menyarankan sebagai berikut:

“Sesungguhnya menurut prinsip yang tepat, campur tangan pemerintah dalam bidang agama adalah salah, namun jangan dilupakan bahwa dalam sistem (tata Negara) Islam terdapat sejumlah permasalah yang tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan agama yang bagi suatu pemerintahan yang baik, sama sekali tidak boleh lalai untuk mengaturnya.”

Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda di bidang agama adalah sebagai berikut:

1. Bagi golongan Nasrani dijamin hak hidup dan kedaulatan organisasi agama dan gereja, tetapi harus ada izin bagi guru agama, pendeta dan petugas misi/zending dalam melakukan pekerjaan di suatu daerah tertentu.

2. Bagi penduduk pribumi yang tidak memeluk agama Nasrani, semua urusan agama diserahkan pelaksanaan dan pengawasannya kepada para raja, bupati dan kepala bumiputera lainnya.

Berdasarkan kebijakan tersebut, pelaksanaannya secara teknis dikoordinasikan oleh beberapa instansi di pusat yaitu:

1. Soal peribadatan umum, terutama bagi golongan Nasrani menjadi wewenang Departement van Onderwijs en Eeredienst (Departemen Pengajaran dan Ibadah)

2. Soal pengangkatan pejabat agama penduduk pribumi, soal perkawinan, kemasjidan, haji dan lain-lain, menjadi urusan Departement van Binnenlandsch Bestuur (Departemen Dalam Negeri)

3. Soal Mahkamah Islam Tinggi atau Hofd voor Islamietische Zaken menjadi wewenang Departement van Justitie (Departemen Kehakiman). Pada masa penjajahan Jepang kondisi tersebut pada dasarnya tidak berubah. Pemerintah Jepang membentuk Shumubu, yaitu kantor agama pusat yang berfungsi sama dengan Kantoor voor Islamietische Zaken dan mendirikan Shumuka, kantor agama karesidenan, dengan menempatkan tokoh pergerakan Islam tersebut merupakan srtategi Jepang untuk menarik simpati umat Islam agar mendukung cita-cita persemakmuran Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon.43

Secara filosofis, sosio politis dan histories agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan

43

kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak zaman colonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke-2. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi dan falsafah Negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna rohaniah terhadap kemajuan-kemajuan yang akan dicapai.

Berdirinya Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945.

Ketentuan juridis tentang agama dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang Agama ayat 1dan 2:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan demikian agama telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.44

44

Dalam karangan yang berbeda dituangkan dalam sebuah cerita bahwa pada zaman pemerintahan jajahan Belanda, urusan agama kurang mendapat perhatian, sehingga mengalami kemunduran. Di sekolah tidak diperkenalkan ajaran agama, umat Islam di adu domba dan masjid di larang jadi tempat musyawarah umat Islam. Pada era kebangkitan, tanggal 1 April 1944 di tiap karesidenan mulai didirikan kantor agama dan di pimpin dari para ulama yang besar pengaruhnya, di daerah Banyumas didirikan kantor agama, kemudian di usulkan dapat menetapkan guru agama pada 124 sekolah rakyat untuk memberikan pengajaran agama Islam agar murid menjadi orang yang taat dan baik budi pekertinya.

Pada tanggal 24-28 Nopember 1945 diadakan sedan KNI, diusulkan supaya diadakan pemilihan kepala desa di seluruh Jawa dan Madura, kemudian H.M.Suadi, berbicara “mohon supaya Negara yang sudah merdeka hendaknya janganlah urusan agama hanya pada kementrian dan pengajaran”. Namun didiridan khusus Kementrian Agama pada tanggal 3 Januari 1946 pemerintah mengumumkan bahwa Kementrian Agama didirikan tersendiri.45

Adanya Kementrian Agama merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah Negara sekuler, motivasi adanya Depag selain merupakan ciri masyarakat yang religius, juga untuk mengembangkan agama dan membina umat beragama sesuai misinya yang di gariskan dalam GBHN dan UUD 1945 46. Sejak berdirinya Kementrian Agama mempunyai andil besar dalam menggalang persatuan dan kesatuan rakyat, mempelopori terwujudnya konsesus pemimpin Islam dan anggota PPKI, tugas Kementrian Agama yang sekarang menjadi Departemen Agama adalah menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan

45

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, “Derap Langkah Depag”, (Jakarta: Depag, 2002), h. 11

46

dalam bidang agama, membina umat beragama untuk hidup dalam suasana rukun dan damai.

Kalau diperhatikan dengan seksama, maka Departemen Agama adalah suatu departemen yang baru, yang tidak ada hubungannya dengan zaman penjajahan, karena ia dilahirkan seiring dengan Proklamasi Rakyat Indonesia menentang penjajahan itu. Ia ditampilkan ke tengah-tengah forum perjuangan oleh rakyat yang berjuang itu sendiri sebagai cermin jiwa dan kehendak aspirasi rakyat terbesar yang setia kepada ajaran-ajaran agamanya yang revolusioner.47

Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat merupakan bagian dari Kantor Departemen Agama Republik Indonesia yang mengemban tugas yang sama, hanya sub kerja dan wilayah yang berbeda. Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat berada di Jl. Perdana No. 10 Wijaya Kusuma Telp. (021) 5663501, 5647452, Fax. (021) 5663501 Jakarta 11460, sedangkan Kantor Departemen Agama Republik Indonesia berada di Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta 10710, Fax (021) 3812306, telp (021) 3812306 – 34833004 – 3843005.

B. VISI – MISI DEPARTEMEN AGAMA KOTAMADYA JAKARTA BARAT

Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat telah menentukan Visi dan Misi sebagai berikut:

47

Azyumardi Azra, MENTERI-MENTERI AGAMA RI Biografi Sosial – Politik, ( Jakarta: PPIM,1998), h. 6-7

VISI :

“Tanggap dan terampil dalam mewujudkan kehidupan umat beragama yang berkualitas dan partisipatif di kotamadya Jakarta Barat”

MISI :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi dan manajemen

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan bidang urusan Agama Islam

3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan Bimbingan Haji dan Umrah

4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah dan pendidikan Agama Islam sekolah umum dan sekolah luar biasa

5. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan pendidikan keagamaan dan pondok pesantren

6. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan pemberdayaan Masjid

7. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan Zakat dan Wakaf

8. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan Umat Budha48

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN AGAMA

KOTAMADYA JAKARTA BARAT

Ada beberapa tugas pokok yang harus dijalani oleh Kantor Departemen Agama Jakarta Barat, antara lain adalah:

48

1. Tugas Pokok

1. Tugas Pokok Departemen Agama RI

Departemen Agama mempunyai tugas membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan dibidang agama.

2. Tugas Pokok Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

Menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang agama diwilayah kotamadya Jakarta Barat sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 45 Tahun 1981

2. Funfsi

1. Fungsi Pokok Departemen Agama RI

a. Penetapan kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis dan pengendalian pelaksanaannya, pengelolaan kekayaan Negara serta perumusan dan penyiapan kebijakan umum dibidang agama berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi Departemen Agama dalam arti perencanaan dan pendayagunaan sumberdaya, pengorganisasian, serta hubungan antar lembaga

c. Penelitian dan pengembangan proses dalam melaksanakan tugas serta penyajian informasi

d. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan data dan penyajian informasi

2. Fungsi Pokok Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis dibidang agama berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berdasarkan kebijaksanaan Menteri Agama dan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, serta Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat

b. Pembinaan, pembimbingan pelayanan kepada masyarakat umat beragama c. Koordinasi manajerial terhadap pelaksanaan tugas diseluruh jajaran

Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat dengan pemanfaatan seoptimal mungkin sumber daya yang ada

d. Pengelolaan dan pengamanan semua asset pemerintah yang menjadi tanggung jawab Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

e. Penyajian informasi keagamaan dan pelaporan tentang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepada pemerintah daerah kotamadya Jakarta Barat, kantor wilayah Departemen Agama propinsi DKI Jakarta dan Menteri Agama

f. Pemantapan hubungan kerja yang serasi dengan pemerintah kotamadya Jakarta Barat, kantor wilayah Departemen Agama propinsi DKI Jakarta dan Menteri Agama RI serta lintas sektoral (lembaga pemerintahan maupun lembaga keagamaan) di wilayah kotamadya Jakarta Barat

g. Menjadi saluran hubungan kantor Wilayah Departemen Agama propinsi DkI Jakarta, Departemen Agama Pusat dengan pemerintah Daerah Kotamadya Jakarta Barat49

D. Stuktur Organisasi Kantor Departemen Agama Jakarta Barat

49

Struktur Organisasi KANDEPAG JAK-BAR KMA 373 Th 2003 Typology I.E

Kepala Drs. H. Sutami, Mpd.I Kasi Urais Yusuf Qusyaeri, S.Sos.I Kasi Penyiaran Haji & Umrah H. Matroji, SH. S.Ag Kasi Pekapontern Euis Nurul Badriyah, SH Kasi Mapenda Drs. H. Wahyudin, Mpd Kasi Penamas Drs. H. Hamidullah Ka H. D

Adapun tugas dari masing-masimg bagan atau struktur organisasi Kandepag Jak-Bar adalah

1. Kepala Kandepag Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Mengepalai Kandepag Jak-Bar sebagai perwakilan dari daerah 2. Memimpin rapat di Kandepag Jak-Bar

3. Menghadiri berbagai undangan yang ditujukan kepada Kandepag Jak-Bar 2. Kasubag Tata Usaha Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar 2. Mewakili rapat di Kandepag Jak-Bar

3. Memimpin sub unit seketariat yang terdiri dari keuangan, kepegawaian, umum dan memimpin 8 seksi yang berada di Kandepag Jak-Bar

3. Kasi Urais Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Mengepalai atau memimpin KUA-KUA yang berada di wilayah Jakarta barat

2. Menghadiri rapat mengenai produk halal, hisab dan rakyat dan tugas-tugas yang dilimpahkan langsung kepada urais

4. Kasi Penyiaran Haji & Umrah Jak-Bar mempunyai tugas antara lain: 1. Menghadiri rapat ke Kanwil Jak-Bar

2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

3. Memimpin rapat intern dalam bidang haji kepada para staf haji. 5. Kasi Pekapontern Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Memimpin MIN (Madrasah Islam Negeri) yang ada di wilayah Jak-Bar 2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

1. Mengepalai atau memimpin guru-guru agama maupun umum yang ada di wilayah Jakarta Barat

2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

3. Mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan guru agama yang berada di lingkungan Jakarta Barat

7. Kasi Penamas Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Mengepalai atau memimpin Majlis Taklim, Tpq/k di wilayah Jakarta Barat 2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

8. Kasi Penyelenggaraan Zakat & Wakaf Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

Dokumen terkait