• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pelayanan Prima Kantor Depertemen Agama Jakarta Barat Terhadap Calon Jamaah Haji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pelayanan Prima Kantor Depertemen Agama Jakarta Barat Terhadap Calon Jamaah Haji"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR

DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT

TERHADAP CALON JAMAAH HAJI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Nur Siti Aliyah

NIM: 104053002030

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

STRATEGI PELAYANAN PRIMA

KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT

TERHADAP CALON JAMAAH HAJI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Nur Siti Aliyah

NIM: 104053002030

Pembimbing

Dr. Sihabudin Noor, MA

NIP: 150281998

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT TERHADAP CALON JAMAAH HAJI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Manajemen Dakwah

Jakarta, 04 Desember 2008 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA

NIP: NIP: 150287029

Anggota

Drs. Hasanuddin, MA Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.SI. NIP:150270815 NIP: 150293230

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur Ilahi Rabbi penulis haturkan kepada Allah SWT atas karunia dan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dengan judul “STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT TERHADAP CALON JAMAAH HAJI”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Paduka kita sekalian Umat Islam Nabi Muhammad Saw, suri tauladan, Pejuang dakwah Islamiyah beserta keluarga, kerabat, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman

Dengan sadar penulis akui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Namun tidaklah mengurangi kemanfaatan skripsi ini, khususnya bagi penulis pribadi umumnya bagi para pembaca. Penulis haturkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan skipsi ini baik moral maupun material, hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis yakin tanpa dukungan mereka semua, penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Murodi, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

Jurusan Manajemen Dakwah (MD) yang telah banyak membantu dan memberikan informasinya dikala penulis berkonsultasi

4. Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku pembimbing skipsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis supaya menghasilkan skripsi yang baik dan benar, beliau juga memberikan ruang kebebasan yang sungguh leluasa kepada penulis untuk menentukan berbagai proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.

5. Seluruh Staf Perputakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi.

6. Seluruh Dosen Dakwah dan Komunikasi baik yang tetap atau luar dan juga Staf akademis yang telah memberikan ilmunya dengan tulus, semoga bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi.

7. Drs. H. Sutami, M.Pd.I, selaku kepala KANDEPAG JAK-BAR, serta segenap jajaran TU, Haji dan lainnya yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan izin pada penulis guna melakukan penelitian skripsi ini. 8. Drs. H. Matroji, SH, selaku kasi haji KANDEPAG JAK-BAR yang telah

banyak membantu penulis dan meminjamkan beberapa buku dalam menyelesaikan skripsi ini

(6)

10.Untuk teman-teman seperjuanganku di MD-A (Tong-tong cs, ting-ting girl, nia, wirda, santi, henny, aan, aang, jayus, zikroq, komeng, kojek, suhe). Dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Dari kalianlah penulis banyak mendapatkan berbagai ilmu dan inspirasi serta kenangan yang tidak dapat dilupakan

Penulis berharap dan berdoa, semoga seluruh pengorbanan yang diberikan kalian semua kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini akan mendapatkan balasan yang setimpal disisi-Nya. Jazakumullah khairan katsiran wa ‘asa Allah an yahdiyani wa yahdiyakum ilaa husni sabilih. penulis juga menyadari bahwa karya ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap sekecil apapun makna yang ada dalam tulisan ini, semoga tetap memberi manfaat.

Amin Ya rabbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 28 November 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……… iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6

D. Metodologi Penelitian ………... 7

E. Tinjauan Pustaka ………. 10

F. Sistematika Penulisan ……… 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi 1. Pengertian Strategi ………. 13

2. Kriteria Strategi Yang Baik ………... 16

3. Proses Strategi ……… 18

4. Faktor-faktor Strategi ………. 21

5. Prinsip-prinsip Untuk Menyukseskan Strategi ……….. 22

B. Definisi Pelayanan Prima 1. Pengertian Pelayanan ……… 23

a. Service Triagle ……… 25

b. Total Quality Service ……….. 26

2. Kualitas Pelayanan ………... 27

C. Calon Jamaah Haji 1. Pengertian Calon Haji ………... 28

2. Pendaftaran Haji ……… 30

(8)

4. Pelatihan Calon Haji ………... 32 5. Pengelompokan Calon Haji ………. . 33 6. Perbekalan Haji ………. 33 BAB III GAMBARAN UMUM KANDEPAG JAKARTA BARAT

A. Sejarah Departemen Agama ………. 34 B. Visi-Misi Departemen Agama Kotamadya Jak-Bar ………. 40 C. Tugas Pokok dan Fungsi Depag Kotamadya Jak-Bar ………….. 41 D. Struktur Organisasi Depag Kotamadya Jak-Bar ………... 44

BAB IV STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT TERHADAP CALON JAMAAH HAJI

A. Pelayanan Prima KANDEPAG JAK-BAR terhadap calon jamaah haji ………..………. 50 B. KANDEPAG JAK-BAR melakukan pelayanan prima terhadap

calon jamaah haji ……….. 53

C. Strategi Pelayanan Prima KANDEPAG JAK-BAR dalam membentu perjalanan ibadah haji calon jamaah haji ……….. 57 D. Analisa Strategi ………. 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 69 B. Saran- Saran ………... 70

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya, pemerintah secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan penyelenggaraan haji, utamanya melalui pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembinaan petugas. Mengingat petugas haji merupakan unsur penting yang mempunyai peranan strategis dan turut menentukan keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji.

(10)

terhadap pelaksanaan ibadah haji telah terdapat sejak awal masuknya Islam ke negeri ini. Suatu pendapat menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah mengadakan ibadah haji ke Makkah sejak abad 12 Masehi dan sejak itu setiap tahunnya selalu ada jamaah yang berangkat ke tanah suci.1

Ibadah haji adalah ibadah fisik yang memerlukan baik kesehatan atau ketahanan stamina yang prima maupun kekuatan mentalitas. Kekuatan tersebut diperlukan dalam seluruh prosesi ibadah haji semenjak dari tanah air, menuju Arab Saudi, berada di Arab Saudi maupun kembali lagi di tanah air. Dalam pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam dari seluruh dunia setiap tahunnya mengandung makna dan nilai-nilai moral yang tinggi yang diperlukan dalam rangka membangun sumberdaya manusia yang ideal dan unggul. Hal ini tergantung kepada orang yang melaksanakannya dan manusia yang mampu menangkap makna yang subtansial dan seluruh rangkaian ibadah haji dari mulai mengenakan pakaian ihram, wukuf, melontar jumroh, tahalul, thawaf, sa’i dan lain sebagainya.

Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan operasional haji sehingga pembinaan, pelayanan dan perlindungan berlangsung lancar dan sukses.

Pertama Legalitas, UU No.17 Tahun 1999. Kedua adalah menyangkut fasilitas yang ada baik 10 asrama haji embarkasi yang ada serta kesiapan Departemen Agama dan Departemen Kesehatan dalam penyiapan atau penyediaan fasilitas

1

(11)

pendukung maupun fasilitas lainnya di Arab Saudi. Ketiga petugas haji yang harus profesional. 2

Dalam undang-undang No 17 Tahun 1999 tangtang penyelenggaraan ibadah haji di isyaratkan tiga hal yang harus diupayakan secara konsisten dan terus menerus oleh pemerintah. Dalam hal ini Departemen Agama sebagai leading sector penyelenggaraan ibadah haji, yaitu:

Pertama, Pembinaan yang mencakup bimbingan, penyuluhan dan penerangan

Kedua, Pelayanan yang terdiri dari pelayanan administrasi, transportasi,

akomodasi dan lain sebagainya

Ketiga, Perlindungan yang meliputi keselamatan, keamanan serta asuransi

perlindungan dari pihak lain yang merugikan jamaah.3

Bagi bangsa Indonesia, penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena di samping menyangkut kesejahteraan lahir-batin jamaah haji, juga menyangkut nama baik dan martabat bangsa Indonesia di luar negeri, khususnya di Arab Saudi. Mengingat pelaksanaannya bersifat massal dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, penyelenggaraan ibadah haji memerlukan manajemen yang baik agar tertib, aman dan lancar.

Pada statistik dibawah ini dapat dilihat ada peningkatan dalam pemberangkatan haji pada tahun ini sebanyak 161 orang yang berarti bahwa ekonomi masyarakat pada saat ini cukup baik dengan terlihat peningkatan pada pemberangkatan haji saat ini, dan peningkatan ini juga menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh para staf haji merupakan pelayanan yang

2

BULLETIN AL-MABRUR, Menuju Haji Mabrur (Jakarta, Departemen Agama RI, 2004), No.05/Desember/2004 M/1425 H. h. 3

3

(12)

memberikan sebuah kepuasan bagi calon jamaah haji, sehingga meningkatkan minat calon jamaah haji yang lebih memilih berangkat dengan Kantor Departemen Agama Wilayah setempat ketimbang mengikuti travel yang belum tentu tujuannya serta kepastiannya. Adapun jumlah jamaah yang berangkat pada tahun ini yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat adalah sebanyak1037 orang

Statistik Penyelenggaraan Haji Pada Kantor Departemen Agama Jakarta Barat

No Kecamatan Keadaan Jamaah Haji Ket 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009

1 Cengkareng 318 111 154 174

2 Grogol PTB 108 87 55 79

3 Taman Sari 32 33 68 80

4 Tambora 91 69 86 112

5 Kebon Jeruk 387 244 178 190

6 Kalideres 213 94 56 76

7 Palmerah 311 144 143 167

8 Kembangan 269 179 136 159

Jumlah 1729 961 876 1037

(13)

Untuk tercapainya maksud tersebut, diperlukan suasana yang kondusif bagi warga Negara yang akan melaksanakan ibadah haji. Suasana kondusif tersebut dapat dicapai apabila pihak penyelenggara ibadah haji mampu memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada calon jamaah haji dan jamaah haji.4

Mengingat penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat dan nama baik bangsa, kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan ibadah haji merupakan tanggung jawab pemerintah. Keikut sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji.

Kantor Departemen Agama Jakarta Barat (KANDEPAG JAK-BAR) merupakan salah satu instansi yang berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk calon jamaah haji, walaupun belum tersedianya sarana berupa mobil jemputan bagi calon jamaah haji, peling tidak sekarang Kantor Departemen Agama Jakarta Barat (KANDEPAG JAK-BAR) telah menyediakan studio foto untuk calon jamaah haji yang belum mengetahui ukurang foto yang harus di bawa saat pendaftaran. Untuk itu penulis akan mengkaji tentang : STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT TERHADAP CALON JAMAAH HAJI.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

4

DEPARTEMEN AGAMA RI, PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG

(14)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, skripsi ini skripsi ini akan mengkaji tentang Strategi Pelayanan Prima KANDEPAG JAK-BAR Terhadap Calon Jamaah haji.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai :

a. Apa yang dimaksud dengan pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR terhadap calon jamaah haji?

b. Mengapa KANDEPAG JAK-BAR perlu melakukan pelayanan prima terhadap calon jamaah haji?

c. Bagaimana startegi pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR dalam membantu perjalanan ibadah haji calon jamaah haji?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk menguraikan apa yang dimaksud dengan pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR terhadap calon jamaah haji

b) Untuk membuktikan mengapa KANDEPAG JAK-BAR perlu melakukan pelayanan prima terhadap calon jamaah haji

(15)

2. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai strategi pelayanan prima Kantor Departemen Agama Jakarta Barat

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

a. Sebagai bahan Masukan (input) bagi pihak KANDEPAG JAK-BAR dalam pemberian pelayanan prima terhadap calon jamaah haji

b. Memberikan sebuah kontribusi di bidang haji melalui sebuah

service quality yang baik

c. Memberikan motivasi bagi para jajaran haji untuk lebih bersikap baik, ramah, santun dan menolong dalam memberikan pelayanannya terhadap calon jamaah haji.

d. Menjadikan acuan bagi KANDEPAG wilayah lainnya yang ada di Jakarta

D. Metodologi Peneitian 1. Metode Penelitian

(16)

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah peneliyian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan, Metodologi Kualitatf adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.

2. Subjek dan Obbjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari 3 orang antara lain, kasi haji dan para jajaran bagian haji/staf haji serta jamaah haji yang telah dibantu oleh KANDEPAG JA-BAR melalui pelayanan prima yang diberikan. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah strategi yang digunakan dalam pelayanan prima terhadap calon jamaah haji.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian diantaranya yaitu Field Research (Penelitian Lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke lapangan (objek) penelitian di KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT Sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer (utama) penelitian.

5

(17)

Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Obsevasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan masalah pelayanan prima yang dilakukan oleh KANDEPAG JAK-BAR terhadap calon jamaah haji baik secara langsung maupun tidak.

b. Wawancara

Wawancara (interview) ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.7 Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin; yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden yang telah penulis persiapkan, lalu dijawab oleh pemberi data (responden) dengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.8 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR dan lain sebagainya yang dapat mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.

6

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial

(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2003), Cet. Ke-4, h. 53.

7

Usman, Metodologi Penelitian Sosial, h. 57.

8

(18)

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi sesuai kecenderungan dan frame of thinking. Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press Tahun 2007. 4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian pada bulan Septembar 2008 sampai dengan Nopember 2008. Adapun tempat penelitian KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Perdana No. 10 Wijaya Kusuma Telp. (021) 5663501, 5647452, Fax. (021) 5663501 Jakarta 11460

5. Teknis Analisi Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.

E. Tinjauan Pustaka

(19)

Terhadap Jamaah” pembahasan yang ada dalam skripsinya adalah mengenai upaya pembinaan PT Nurul Amanah Sirindo dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan pelaksanaan ibadah haji dan umrah pada jamaahnya. Serta faktor pendukung dan penghambat pelayanan ibadah haji. Berbeda dengan skripsi yang akan penulis teliti yaitu lebih melihat pada strategi pelayanan prima pada sebuah instansi pemerintah yang lebih akurat.

Demikianlah tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi terdahulu, terlihat pada obyek penelitiannya bahwa pada penelitian terdahulu hanya menjelaskan tentang pelayanan pada biro perjalanan haji PT Nurul Amanah sedangkan pada penelitian ini penulis akan memberikan penelitian terhadap Strategi Pelayanan Prima KANDEPAG JAK-BAR Terhadap Calon Jamaah Haji.

F. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi sistematika sebagai berikut

Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan

Bab II : TINJAUAN TEORI

(20)

BAB III : GAMBARAN UMUM KANDEPAG JAK-BAR

Terdiri dari : Profil atau gambaran umum KANDEPAG JAK-BAR, yang terdiri dari: Sejarah berdirinya DEPARTEMEN AGAMA, Visi-Misi KANDEPAG JAK-BAR, Tugas pokok KANDEPAG JAK-BAR, Fungsi KANDEPAG JAK-BAR dan Struktur Organisasi KANDEPAG JAK-BAR.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari: Maksud pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR terhadap calon jamaah haji, Mengapa KANDEPAG JAK-BAR perlu melakukan pelayanan prima terhadap calon jamaah haji, Bagaimana startegi pelayanan prima KANDEPAG JAK-BAR dalam membantu perjalanan ibadah haji calon jamaah haji, Analisa strategi

BAB V : PENUTUP

Terdiri dari : Saran dan Kesimpulan serta Lampiran-Lampiran yang diperlukan dalam penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang.9 Awalnya, istilah ini lebih banyak dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.

Sedangkan menurut pengertiannya, adalah strategi menurut sebagian orang didefinisikan sebagai berikut, di antaranya:

- Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan perubahan lingkungan.10

9

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach,

(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19 10

(22)

- Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan dasar

goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.11

- Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.12

- Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.13

- Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.14

Dari beberapa definisi diatas, dapat di ambil kesimpulan tentang strategi yaitu; Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32

13

A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58

14

(23)

1) Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan orgainisasi sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi

2) Strategi merupakan satu-kesatuan rencana yang terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

3) Dalam mencapai tujuan organisasi perlu alternative strategi yang harus dipertimbangkan dan harus dipilih

4) Strategi yang dipilih harus diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya harus di evaluasi terhadap strategi tersebut.

Dan strategi juga dapat dibedakan dari dua aspek penting yakni bentuk dan isi strategi. Segi bentuk memperlihatkan strategi sebagai suatu rencana. Sebagai rencana, maka strategi di rumuskan sebelum kegiatan di laksanakan dan berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan.

Dari aspek isi. Strategi merupakan rencana yang berisikan sasaran perusahaan dan program untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam periode tertentu. Sasaran dan program tersebut dirumuskan berdasarkan asumsi-asumsi mengenai situasi saat ini dan hasil prediksi tentang masa depan perusahaan.

(24)

Karena strategi adalah sebagai suatu alat untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, strategi memiliki beberapa sifat15:

a) Menyatu (unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam perusahaan

b) Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan

c) Integral (integrated), yaitu strategi akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan.

2. Kriteria Strategi Yang Baik

Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Menurut Hisyam Alie, yang dikutip oleh Rafi’udin, strategi yang disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut startegis. Menurutnya, untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhatikan hal-hal berikut :

a) Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dana, beberapa piranti yang dimiliki.

b) Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan

c) Peluang, melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia diluar hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.

15

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Stratejik,

(25)

d) Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar.16

Menurut Sondang Siagian dalam buku Analisa Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi, untuk memenuhi persyaratan-persyaratan strategi sebagai strategi yang baik, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi

1) Strategi sebagai keputusan jangka panjang harus mengandung kejelasan singkat tentang masing-masing komponen dari strategi organisasai yang bersankutan, dalam arti terlihat kejelasan dari ruang lingkup, pemanfaatan sumber dana dan daya serta keunggulannya, bagaimana menghasilkan keunggulan tersebut dan sinergi untuk komponen-komponen tersebut diatas.

2) Strategi sebagai keputusan jangka panjang yang mendasar sifatnya harus memberikan petunjuk tentang bagaimana strategi akan membawa organisasi lebih cepat dan efektif menuju tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

3) Strategi organisasi dinyatakan dalam pengertian fungsional, dalam arti jelasnya satuan kerja sebagai pelaksana utama kegiatan melalui pembagian kerja yang jelas sehingga tidak terjadinya tumpang tindih, saling melempar tanggung jawab dan pemborosan dapat dicegah

4) Pernyataan Strategi itu harus bersifat spesifik dan tepat, bukan merupakan pernyataan-pernyataan yang masih dapat diimplementasikan dengan berbagai jenis interpretasi yang pada selera dan persepsi individual dari pembuat interpretasi.

16

(26)

3. Proses Strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa adanya kemudi, bergerak berputus dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara, tanpa adanya tujuan tertentu.17

Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahap : I. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya, adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu obyektifitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan18. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.

Tehnik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja diantaranya:

a) Tahap Input (masukan)

Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi b) Tahap Pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternative yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.19

c) Tahap Keputusan

17

Fred R.David, Manajemen Strategis Konsep, (Jkt: PT Prenhalindo, 1998), h.3

18

David, Manajemen Strategis Konsep, h. 15

19

(27)

Menggunakan satu macam tehnik, diperoleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternative yang telah diidentifikasi dalam tahap ke-2.20

Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dengan tujuan, artinya peran perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar baik interen maupun ekstern.

II. Implementasi Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk21. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan, karena implementasi berarti mobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan, kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya implementasi strategi.

III. Evaluasi Strategi

Merupakan tahap akhir dari strategi. Ada 3 macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi :

1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan

20

David, Manajemen Strategis Konsep, h. 198

21

(28)

dalam pencapaian tujuan begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan denngan kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.22 Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. Fred R. David mengatakan dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep bahwa “…..Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan korektif diperlukan.23

Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk lebih mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi dan meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan internal. Segala kegiatan korektif harus konsisten secara internal dan bertanggung jawab secara sosial. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan, evaluasi strategi mungkin berupa

22

David, Manajemen Strategis Konsep, h. 5-6

23

(29)

tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan. Pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang akan dicapai. Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai, evaluasi strategi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.

4. Faktor-faktor Strategi

Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok organisasi, baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan sebuah usaha-usaha yang mengerahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi. Suatu strategi harus efektif dan jelas, karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:

1) Lingkungan

Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi tetap dan selalu berubah, perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara fakir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan dan pandangan hidup. 2) Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumberdaya dan kebijakan organisasi yang ada.

(30)

S.P.Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni “Seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan”. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal yang berbeda-beda.

5. Prinsip-prinsip Untuk Menyukseskan Strategi

Para pengambil kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang mereka tetapkan dapat berhasil dengan baik, bukan saja dalam tatanan konseptual saja, tetapi dapat dilaksanakan. Untuk itu Hatten dan Hatten memberi beberapa petunjuk mengenai cara pembuatan strategi sehingga bias berhasil, diantaranya yaitu

1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Ikutilah arus perkembangan yang bergerak dimasyarakat (jangan melawan arus) dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

2. Setiap strategi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila banyak strategi yang dibuat, maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi lainnya.

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lainnya. 4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

(31)

5. Sumber daya adalah suatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, maka harus membuat sesuatu yang layak dan dapat dilaksanakan.

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi kedalam lubang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya dapat dikontrol.

7. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi di atas kegagalan

8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.24

B. Definisi Pelayanan Prima 1. Pengertian Pelayanan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan dengan soal jual beli barang atau jasa 25

Pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah26

Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda satu sama lain. Diantaranya para ahli yang mengemukakan pendapat pelayanan yaitu sebagai berikut:

24

Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: Yrama Widya, 2007), cet. Ke-1, h. 76-77

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Edisi. Ke-3, cet. Ke-2, h.646

26

(32)

1) Menurut Philip Kottler, “ Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya27

2) Menurut AS. Moenir, “ Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapat kepuasan 28

3) Sedangkan menurut H.N. Casson, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta pendapatan29

4) Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi 30

5) Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Corenzi, Skinner dan Erosby (1997 : 448) “ Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata

27

Philip Kottler, Marketing Management : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey,(Prentice Hall, 1994), h. 446

28

AS. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesa, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-4, h.17

29

Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.13

30

(33)

(tidak dirasa) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan 31

6) Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci diberikan Gronross adalah “ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.32

Sedangkan Prima dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti: 1 Pertama, 2.Sangat baik;Utama.33

Jadi dapat dikatakan bahwa pelayanan prima adalah bantuan utama dalam kebaikan yang bermanfaat dan saling menghasilkan satu sama lain atau dapat dikatakan sebagai manfaat dari hasil karya yang bukan merupakan komoditi yang nyata, artinya hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung.

Ada dua konsep pelayanan berkualitas yang dikemukakan oleh Karl Albert, yaitu Service Triagle dan Total Quality Service

a. Service Triagle

Yaitu suatu model interaktif manajemen pelayanan yang menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggan/jamaah. Model tersebut terdiri dari 3 elemen dengan pelanggan/jamaah sebagai titik fokus, yaitu;

31

Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pengembangan: Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1, h.2

32

Ratminto , Manajemen Pengembangan: Model Konseptual,Penerapan Citizens Character & Standar Pelayanan Minimal, h. 3

33

(34)

1) Strategi Pelayanan

Adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan/jamaah dengan kualitas sebaik mungkin sesuai dengan standar yang oleh perusahaan atau lembaga pemerintah

2) Sumber Daya Manusia yang Memberikan Pelayanan

Orang yang berinteraktif secara langsung maupun yang tidak langsung dengan pelanggan/jamaah harus memberikan pelayanan secara tulus, responsive, ramah, fokus dan menyadari bahwa kepuasan dan kenyamanan pelanggan/jamaah adalah segalanya

3) Sistem Pelayanan

Adalah dengan prosedur pelayanan kepada pelanggan/jamaah yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan atau lembaga pemerintah lainnya

b. Total Quality Service

Pelayanan mutu terpadu adalah kemampuan perusahaan atau lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan yaitu pelanggan, pegawai dan pemilik

Pelayanan mutu terpadu memiliki 4 elemen penting yang saling terkait, yaitu;

1) Strategi Formulation

(35)

2) Education, Training and Communication

Adalah tindakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu memberikan pelayanan berkualitas, mampu memahami keinginan dan harapan pelanggan/jamaah

3) Process improvement

Adalah desain ulang berkelanjutan untuk menyempurnakan proses pelayanan

4) Assessment Measurement and Feedback

Adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah diberikan kepada pelanggan/jamaah

2. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan atau jasa (service quality) merupakan salah satu faktor penting dalam usaha mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage), untuk mencapai pelayanan atau jasa yang diinginkan, pengelola jasa memerlukan upaya pemenuhan keinginan konsumen serta penyampaian yang tepat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Pengertian kualitas pelayanan menurut Lapiyoadi adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh.34

Pemberian pelayanan atau jasa yang baik pada jamaah akan memberikan kepuasan kepada para jamaah yang pada akhirnya akan menciptakan loyalitas jamaah kepada mereka yang bersangkutan. Bila pelayanan atau jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan atau jasa akan

34

(36)

dipersepsikan baik dan memuaskan, sebaliknya bila pelayanan atau jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk.

Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani jamaah secara memuaskan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan adalah dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan/jamaah terhadap kualitas layanan pengelolahnya.

Pelayanan yang berkualitas adalah oriensi semua sumber daya manusia dalam suatu perusahaan terhadap kepuasan pelanggan/jamaah. Agar pelanggan/jamaah merasa puas, petugas yang melayani harus memiliki 4 kriterio pokok, yaitu : tingkah laku yang sopan, cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima orang yang bersangkutan, waktu penyampaian yang tepat dan keramah tamahan.

Jadi dapat dikatakan bahwa pelayanan prima adalah upaya dalam pemberian pelayanan yang sangat utama dan selalu mengedepankan kepentingan pelanggan atau calon jamaah haji, agar dapat terus menerus dapat di percaya oleh mereka dengan mutu pelayanan yang baik.

C. Calon Jamaah Haji

(37)

dilakukan pada waktu tertentu antara lain tanggal 8 sampai dengan 13 Dzulhijjah setiap tahun. Sebagaimana dapat dipahami dari ayat berikut :

!" #$ ! % &

' (

) ی + ,-

,. / 0

1 +

/ 0- 2 3 #$ی 4 1

#$5-“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah akan mengetahuinya. Berbekallah, Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqarah : 197)35

Melakukan ibadah haji dan umroh, tiap orang mempunyai pengalaman batin yang berbeda. Istitha’ah atau kemampuan adalah kunci utama bagi seseorang dalam menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Masing-masing mempunyai realita yang tidak sama bagi setiap manusia. Istitha’ah ini antara lain mampu secara materi, fisik dan mental.

Ketika seseorang mengawali keinginannya menjawab panggilan Ilahi untuk beribadah haji dan umroh, ia terlebih dahulu memasang niatnya dengan ikhlas lillahi ta’ala. Ia akan pergi berziarah ke Baitullah, menghadap dan bersujud keharibaan-Nya, atas dasar kerinduan dan kesadaran yang tinggi dengan hati yang suci. Seraya melafazdkan Talbiyah dalam hatinya.

Rasulullah SAW bersabda lalu ia thawaf 7 putaran, kemudian menuju maqam Ibrahim untuk shalat sunnah dua rakaat, kemudian pergi ke Zamzam untuk meminum airnya, niscaya Allah

35

(38)

akan mengampuni dosanya (sehingga bersih kembali) bagaikan anak yang baru dilahirkan ibunya” (H.R. Ibn al-Jauzy dalam kitab Mutsirul Garom As-Sakim)36

1. Pengertian Calon Haji

Secara individual seorang calon haji adalah seorang yang memiliki niat menunaikan ibadah haji dan memiliki kemampuan untuk melakukan pembiayaan. Seorang costumer yang menginginkan pelayanan prima dan mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang akan dipilihnya sesuai dengan kemampuan dan tingkat pelayanan yang dikehendaki. Semua itu mutlak tidak dapat dipenuhi sendiri, karena adanya keterkaitan dengan faktor-faktor lain yang hanya dapat disediakan oleh lingkungannya.

Calon haji juga merupakan masyarakat Islam yang telah mendaftarkan diri secara resmi pada Departemen Agama utuk melaksanakan ibadah haji

2. Pendaftaran Haji

1. Pendaftaran haji melaliui Kandepag Kabupaten/Kodya dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), selanjutnya diberi surat pengantar untuk membayar BPIH penuh di Bank- Bank yang sudah ditunjuk pemerintah 2. Pada saat pendaftaran, calon haji diharuskan membawa dan menyerahkan

persyaratan :

- Foto copy KTP

- Surat keterangan sehat dari Puskesmas

- Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar

36

(39)

3. Calon haji yang karena sesuatu hal ternyata batal/tidak menunaikan ibadah haji, maka BPIH yang telah disetor dapat dikembalikan setelah dipotong 1% (satu persen) untuk penggantian biaya administrasi

Pada saat calon haji melaporkan diri ke Kandepag Kabupaten/Kotamadya, setelah menyetor BPIH kepada yang bersangkutan dberikan :

1) Buku Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji 2) Buku Bimbingan Ibadah Haji, Umrah dan Ziarah 3) Buku Tanya Jawab Manasik Haji

4) Buku Doa Manasik dan Ziarah

Selanjutnya pada waktu yang ditetapkan, calon haji menerima pemberitahuan untuk pelatihan didaerah Tk.II dan pada saatnya pemberangkatan akan menerima Surat Panggilan Masuk Asrama

3. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)

Besarnya BPIH setiap tahun ditetapkan berdasarkan Presiden RI dengan komponen BPIH yang disesuaikan dengan biaya riil pada tahun yang bersangkutan. Dengan dikeluarkannya keputusan Presiden tersebut saat penyetoran BPIH dimulai. Untuk penerimaan penyetoran BPIH ditetapkan Bank-Bank yang ditunjuk Pemerintah antara lain:

a) Bank Negara Indonesia (BNI) b) Bank Negara Indonesia Syariah c) Bank Rakyat Indonesia (BRI) d) Bank Rakyat Indonesia Syariah e) Bank Mandiri Syariah

(40)

h) Bank Tabungan Negara (BTN)37

4. Pelatihan Calon Haji

Pelatihan Calon Haji dilaksanakan ditingkat Kabupaten/Kotamadya selama 4 (empat )hari. Bagi daerah Tk. II yang telah memiliki Pelatih Calon Haji, bimbingan haji dilaksanakan sebagai berikut:

a) Secara individual dalam kelompok-kelompok kecil 10 sampai 12 orang, tidak lagi secara massal dalam bentuk penataran/pelatihan

b) Pelatihan calon haji dilakukan sejak dini, yakni sejak calon haji melapor ke Kantor Departemen agama Kabupaten/Kotamadya. Selanjutnya calon haji dimasukan kedalam kelompok binaan, dan ditunjuk seorang pelatih yang akan melakukan pelatihan jamaah tersebut sampai matang dan siap berangkat menunaikan ibadah haji

c) Setiap kelompok binaan (1 rombongan 50 orang) dilatih oleh seorang pelatih secara paripurna dan terus menerus sampai matang dan mampu melaksanakan ibadah haji secara mandiri

d) Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode dialog, Tanya jawab, diskusi/sarasehan, dengan disertai praktek atau peragaan secukupnya sampai calon haji betul-betul matang

Adapun materi pikik pelatihan adalah bimbingan perjalanan haji, manasik haji, kesehatan haji, akhlak dan kepribadian jamaah haji. Pelatihan ini dilaksanakan oleh panitia Departemen agama. Untuk kepentingan calon haji

37

DEPARTEMEN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN URUSAN HAJI ,Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji,

(41)

sendiri hendaknya setiap calon mengikuti pelatihan tersebut dengan sebaik-baiknya secara penuh.

5. Pengelompokan Calon Haji

Di Daerah Tk.II (sesudah masa pendaftaran ditutup) calon haji dikelompokan sebagai berikut:

a) Regu, terdiri dari 10 orang termasuk seorang Ketua Regu yang dipilih dari dan oleh anggota regu dengan tugas membimbing dan menjaga keutuhan regu.

b) Rombongan terdiri dari 50 orang yaitu : 5 regu termasuk seorang Ketua Rombongan

c) Kloter (Kelompok terbang terdiri dari 7 s.d. 9 rombongan (lebih kurang 355 s.d. 480 orang), dipimpin oleh ketua/TPHI Kloter dari daerah yang bersangkutan dan bertugas mengkoordinasikan pimpinan rombongan agar tetap berada dalam satu kloter dan satu Maktab atau Muzawwir

6. Perbekalan Haji

untuk mempersiapkan perbekalan haji, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji menentukan asumsi jumlah jamaah berdasarkan quota yang ditetapkan. Asumsi jumlah jamaah ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk pengadaan perbekalan yaitu tentang buku-buku bimbingan-bimbingan, obat-obatan, jumlah petugas yang diupayakan nya lebih dini. 38

38

(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA BARAT

A. SEJARAH DEPARTEMEN AGAMA

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah Negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan.39

Dalam pelaksanaan nasional semangat keagamaan tersebut menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan.

Secara histories benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri sejak abad ke-5 Masehi, dengan berdirinya kerajaan Kutai yang bercorak Hindu di Kalimantan melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan Tarumanegaran di Jawa Barat dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah.

39

(43)

Pada abad VIII corak agama budha menjadi salah satu ciri kerajaan Sriwijaya yang pengaruhnya cukup luas sampai ke Sri Lanka, Thailand dan India. Pada masa kerajaan Sriwijaya, candi Borobudur dibangun sebagai lambang kejayaan agama Budha. Pemerintah kerajaan Sriwijaya juga membangun sekolah tinggi Agama Budha di Palembang yang menjadi pusat studi agama Budha se-Asia Tenggara pada masa itu. Bahkan beberapa siswa dari Tiongkok yang ingin memperdalam agama Budha lebih dahulu beberapa tahun membekali pengetahuan awal di Palembang sebelum melanjutkannya ke India.40

Menurut salah satu sumber Islam mulai memasuki Indonesia sejak abad VII melalui para pedagang Arab yang telah lama berhubungan dagang dengan kepulauan Indonesia tidak lama setelah islam berkembang di jazirah Arab. Agama Islam tersiar secara hampir merata di seluruh kepulauan nusantara seiring dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam seperti Perlak dan Samudra Pasai di Aceh, kerajaan Demak, Pajang dan Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Cirebon dan Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, kerajaan TIdore dan Ternate di Maluku, kerajaan Banjar di Kalimantan, dan lain-lain.41

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah Belanda banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah. Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Sultan Agung Mataram, Imam Bonjol, Pangeran Diponogoro, Sultan Agung Tirtayasa, Sultan Hasanuddin, Sultan Goa, Sultan Pangeran Antasari, dan lain-lain.42

40

www.depag.go.id

41

www.depag.go.id

42

(44)

Pola pemerintah kerajaan-kerajaan tersebut diatas pada umumnya selalu memiliki dan melakukan fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemerintahan umum, hal ini tercermin pada gelar “Sampean Dalem Hingkang Sinuhun” sebagai pelaksana fungsi pemerintahan umum. 2. Fungsi pemimpin keagamaan tercermin pada gelar “Sayidin Panatagama

Kalifatullah.”

3. Fungsi keamanan dan pertahanan, tercermin dalam gelar raja “Senopati Hing Ngalogo.” Pada masa penjajahan Belanda sejak abad XVI sampai pertengahan abad XX pemerintah Hindia Belanda juga “mengatur” pelayanan kehidupan beragama. Tentu saja “pelayanan” keagamaan tersebut tak terlepas dari kepentingan strategi kolonialisme Belanda. Dr.C. Snuck Hurgronye, seorang penasehat pemerintah Hindia Belanda dalam bukunya “Nederland en de Islam” (Brill, Leiden 1911) menyarankan sebagai berikut:

“Sesungguhnya menurut prinsip yang tepat, campur tangan pemerintah dalam bidang agama adalah salah, namun jangan dilupakan bahwa dalam sistem (tata Negara) Islam terdapat sejumlah permasalah yang tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan agama yang bagi suatu pemerintahan yang baik, sama sekali tidak boleh lalai untuk mengaturnya.”

Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda di bidang agama adalah sebagai berikut:

(45)

2. Bagi penduduk pribumi yang tidak memeluk agama Nasrani, semua urusan agama diserahkan pelaksanaan dan pengawasannya kepada para raja, bupati dan kepala bumiputera lainnya.

Berdasarkan kebijakan tersebut, pelaksanaannya secara teknis dikoordinasikan oleh beberapa instansi di pusat yaitu:

1. Soal peribadatan umum, terutama bagi golongan Nasrani menjadi wewenang Departement van Onderwijs en Eeredienst (Departemen Pengajaran dan Ibadah)

2. Soal pengangkatan pejabat agama penduduk pribumi, soal perkawinan, kemasjidan, haji dan lain-lain, menjadi urusan Departement van Binnenlandsch Bestuur (Departemen Dalam Negeri)

3. Soal Mahkamah Islam Tinggi atau Hofd voor Islamietische Zaken menjadi wewenang Departement van Justitie (Departemen Kehakiman). Pada masa penjajahan Jepang kondisi tersebut pada dasarnya tidak berubah. Pemerintah Jepang membentuk Shumubu, yaitu kantor agama pusat yang berfungsi sama dengan Kantoor voor Islamietische Zaken dan mendirikan Shumuka, kantor agama karesidenan, dengan menempatkan tokoh pergerakan Islam tersebut merupakan srtategi Jepang untuk menarik simpati umat Islam agar mendukung cita-cita persemakmuran Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon.43

Secara filosofis, sosio politis dan histories agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan

43

(46)

kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak zaman colonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke-2. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi dan falsafah Negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna rohaniah terhadap kemajuan-kemajuan yang akan dicapai.

Berdirinya Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945.

Ketentuan juridis tentang agama dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang Agama ayat 1dan 2:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan demikian agama telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.44

44

(47)

Dalam karangan yang berbeda dituangkan dalam sebuah cerita bahwa pada zaman pemerintahan jajahan Belanda, urusan agama kurang mendapat perhatian, sehingga mengalami kemunduran. Di sekolah tidak diperkenalkan ajaran agama, umat Islam di adu domba dan masjid di larang jadi tempat musyawarah umat Islam. Pada era kebangkitan, tanggal 1 April 1944 di tiap karesidenan mulai didirikan kantor agama dan di pimpin dari para ulama yang besar pengaruhnya, di daerah Banyumas didirikan kantor agama, kemudian di usulkan dapat menetapkan guru agama pada 124 sekolah rakyat untuk memberikan pengajaran agama Islam agar murid menjadi orang yang taat dan baik budi pekertinya.

Pada tanggal 24-28 Nopember 1945 diadakan sedan KNI, diusulkan supaya diadakan pemilihan kepala desa di seluruh Jawa dan Madura, kemudian H.M.Suadi, berbicara “mohon supaya Negara yang sudah merdeka hendaknya janganlah urusan agama hanya pada kementrian dan pengajaran”. Namun didiridan khusus Kementrian Agama pada tanggal 3 Januari 1946 pemerintah mengumumkan bahwa Kementrian Agama didirikan tersendiri.45

Adanya Kementrian Agama merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah Negara sekuler, motivasi adanya Depag selain merupakan ciri masyarakat yang religius, juga untuk mengembangkan agama dan membina umat beragama sesuai misinya yang di gariskan dalam GBHN dan UUD 1945 46. Sejak berdirinya Kementrian Agama mempunyai andil besar dalam menggalang persatuan dan kesatuan rakyat, mempelopori terwujudnya konsesus pemimpin Islam dan anggota PPKI, tugas Kementrian Agama yang sekarang menjadi Departemen Agama adalah menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan

45

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, “Derap Langkah Depag”, (Jakarta: Depag, 2002), h. 11

46

(48)

dalam bidang agama, membina umat beragama untuk hidup dalam suasana rukun dan damai.

Kalau diperhatikan dengan seksama, maka Departemen Agama adalah suatu departemen yang baru, yang tidak ada hubungannya dengan zaman penjajahan, karena ia dilahirkan seiring dengan Proklamasi Rakyat Indonesia menentang penjajahan itu. Ia ditampilkan ke tengah-tengah forum perjuangan oleh rakyat yang berjuang itu sendiri sebagai cermin jiwa dan kehendak aspirasi rakyat terbesar yang setia kepada ajaran-ajaran agamanya yang revolusioner.47

Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat merupakan bagian dari Kantor Departemen Agama Republik Indonesia yang mengemban tugas yang sama, hanya sub kerja dan wilayah yang berbeda. Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat berada di Jl. Perdana No. 10 Wijaya Kusuma Telp. (021) 5663501, 5647452, Fax. (021) 5663501 Jakarta 11460, sedangkan Kantor Departemen Agama Republik Indonesia berada di Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta 10710, Fax (021) 3812306, telp (021) 3812306 – 34833004 – 3843005.

B. VISI – MISI DEPARTEMEN AGAMA KOTAMADYA JAKARTA BARAT

Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat telah menentukan Visi dan Misi sebagai berikut:

47

(49)

VISI :

“Tanggap dan terampil dalam mewujudkan kehidupan umat beragama yang

berkualitas dan partisipatif di kotamadya Jakarta Barat”

MISI :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi dan manajemen

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan bidang urusan Agama Islam

3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan Bimbingan Haji dan Umrah

4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah dan pendidikan Agama Islam sekolah umum dan sekolah luar biasa

5. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan pendidikan keagamaan dan pondok pesantren

6. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan pemberdayaan Masjid

7. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan Zakat dan Wakaf

8. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan Umat Budha48

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN AGAMA

KOTAMADYA JAKARTA BARAT

Ada beberapa tugas pokok yang harus dijalani oleh Kantor Departemen Agama Jakarta Barat, antara lain adalah:

48

(50)

1. Tugas Pokok

1. Tugas Pokok Departemen Agama RI

Departemen Agama mempunyai tugas membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan dibidang agama.

2. Tugas Pokok Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

Menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang agama diwilayah kotamadya Jakarta Barat sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 45 Tahun 1981

2. Funfsi

1. Fungsi Pokok Departemen Agama RI

a. Penetapan kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis dan pengendalian pelaksanaannya, pengelolaan kekayaan Negara serta perumusan dan penyiapan kebijakan umum dibidang agama berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi Departemen Agama dalam arti perencanaan dan pendayagunaan sumberdaya, pengorganisasian, serta hubungan antar lembaga

c. Penelitian dan pengembangan proses dalam melaksanakan tugas serta penyajian informasi

d. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan data dan penyajian informasi

(51)

2. Fungsi Pokok Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis dibidang agama berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berdasarkan kebijaksanaan Menteri Agama dan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, serta Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat

b. Pembinaan, pembimbingan pelayanan kepada masyarakat umat beragama c. Koordinasi manajerial terhadap pelaksanaan tugas diseluruh jajaran

Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat dengan pemanfaatan seoptimal mungkin sumber daya yang ada

d. Pengelolaan dan pengamanan semua asset pemerintah yang menjadi tanggung jawab Departemen Agama Kotamadya Jakarta Barat

e. Penyajian informasi keagamaan dan pelaporan tentang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepada pemerintah daerah kotamadya Jakarta Barat, kantor wilayah Departemen Agama propinsi DKI Jakarta dan Menteri Agama

f. Pemantapan hubungan kerja yang serasi dengan pemerintah kotamadya Jakarta Barat, kantor wilayah Departemen Agama propinsi DKI Jakarta dan Menteri Agama RI serta lintas sektoral (lembaga pemerintahan maupun lembaga keagamaan) di wilayah kotamadya Jakarta Barat

g. Menjadi saluran hubungan kantor Wilayah Departemen Agama propinsi DkI Jakarta, Departemen Agama Pusat dengan pemerintah Daerah Kotamadya Jakarta Barat49

D. Stuktur Organisasi Kantor Departemen Agama Jakarta Barat

49

(52)

Struktur Organisasi KANDEPAG JAK-BAR KMA 373 Th 2003 Typology I.E

Kepala Drs. H. Sutami, Mpd.I

Kasi Urais Yusuf Qusyaeri,

S.Sos.I

Kasi Penyiaran Haji & Umrah H. Matroji, SH.

S.Ag

Kasi Pekapontern Euis Nurul Badriyah, SH

Kasi Mapenda Drs. H. Wahyudin, Mpd

Kasi Penamas Drs. H. Hamidullah

(53)

Adapun tugas dari masing-masimg bagan atau struktur organisasi Kandepag Jak-Bar adalah

1. Kepala Kandepag Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Mengepalai Kandepag Jak-Bar sebagai perwakilan dari daerah 2. Memimpin rapat di Kandepag Jak-Bar

3. Menghadiri berbagai undangan yang ditujukan kepada Kandepag Jak-Bar 2. Kasubag Tata Usaha Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar 2. Mewakili rapat di Kandepag Jak-Bar

3. Memimpin sub unit seketariat yang terdiri dari keuangan, kepegawaian, umum dan memimpin 8 seksi yang berada di Kandepag Jak-Bar

3. Kasi Urais Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Mengepalai atau memimpin KUA-KUA yang berada di wilayah Jakarta barat

2. Menghadiri rapat mengenai produk halal, hisab dan rakyat dan tugas-tugas yang dilimpahkan langsung kepada urais

4. Kasi Penyiaran Haji & Umrah Jak-Bar mempunyai tugas antara lain: 1. Menghadiri rapat ke Kanwil Jak-Bar

2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

3. Memimpin rapat intern dalam bidang haji kepada para staf haji. 5. Kasi Pekapontern Jak-Bar mempunyai tugas antara lain:

1. Memimpin MIN (Madrasah Islam Negeri) yang ada di wilayah Jak-Bar 2. Membantu tugas dari kepala Kandepag Jak-Bar

Gambar

TABEL I  Data Karyawan KANDEPAG Jak-BAR 2008-2009 M
Tabel II
Grafika, Sinar, Amandemen UUD 1945, Jakarta : SG, 1999

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diajukan oleh peneliti adalah berupa saran-saran dan keterbatasan yang ada,demi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.Penelitian ini adalah penelitian

Oleh karena itu, produsen harus benar-benar mengetahui kombinasi bauran pemasaran apa yang paling tepat digunakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga

While the computer can be used to conjecture the coefficients of a specific power, find- ing the general sequence of rationals has remained an open problem.. This note finds

SITU, SIUP, Akte Pendirian / Perubahan ( bila ada ), Data Keuangan : NPWP, Tanda Pelunasan SPT Tahunan, Data Personalia : Ijazah Asli/ Legalisir dan Sertifikat

 Produk mahal, jarang dibeli, berresiko tinggi  Konsumen berkeliling untuk mempelajari apa. yang tersedia dan dengan cepat melakukan

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari penelitian lapangan dengan sejumlah narasumber yang mengetahui perihal objek penelitian yaitu putusan Pengadilan Agama Nomor

Puskesmas Wedung II Kabupaten Demak belum memberikan papan informasi terkait biaya layanan rawat inap, informasi penanganan pengaduan serta informasi mengenai

Dengan memanfaatkan Simple Network Management Protocol (SNMP) dapat dihasilkan suatu mekanisme untuk mendapatkan informasi tentang lalu lintas (traffic) data sebuah