• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMINAN KEBEBASAN MENYATAKAN PENDAPAT DI DALAM

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA (DUHAM) 1948 DAN DEKLARASI KAIRO (1990)

A. Deklarasi Universal Hak Asasi manusia 1. Pengertian HAM

Menurut Teaching Human Right yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hak asasi masnusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup.38 Klaim ini berhubungan dengan standar kehidupan, yang setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat sebagai manusia.39 Dengan demikian, wewenang atau tuntutan merupakan bagian integral dari hak itu sendiri. Artinya, ketika hak-hak kemanusiaan diinjak-injak, dikesampingkan, disepelekan, dilecehkan, dan dilanggar sampai dihapus atau dibuang, secara Otomatis

38

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, hlm. 110.

39

Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia&Hukum Islam, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2007) Cet 1, hlm. 15.

akan timbul tuntutan untuk memperbaikinya. 40

Senada dengan pengertian di atas adalah pernyataan awal hak asasi manusia (HAM) yang dikemukakan oleh John Lokce.41 Menurut Lokce, HAM adalah hak-hak yang diberikan lansung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Kerana sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan bukan pemberian dari manusia atau lembaga negara.42 Menyadari bahwa setiap orang memiliki hak asasi sejak lahir, terutama di dalam pemerintahan, serta di samping setiap pribadi warga masyarakat dituntut suatu dari alam untuk saling menghormati, mempertahan, dan mengobarkan terus penghormatan hak asasi antar sesamanya. Sikap tersebut seharusnya menjadi pilar dan pegangan umat manusia untuk saling menghormati hak asasi manusia.43

2. Sejarah perkembangan HAM

HAM sebagai suatu sistem yang dibentuk secara normatif dan formal, banyak yang menyatakan bahwa kelahiran HAM dimulai dari Magna Charta (1215), Bill of Right (1689) The American Declaration (1776), The French Declaration (1789),

40

A. Masyhur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham (Hukum Hak Asasi) Dalam Masyarakat,

(Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2007) Cet 1, hlm. 10. 41

Seorang filsuf Zaman Pencerahan, (1632-1704) . 42

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, hlm. 110.

43

A. Masyhur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham (Hukum Hak Asasi) Dalam Masyarakat,

kemudian The Four Freedom (1941), dan barulah Universal Declaration of Human Right (1948).44

Kemudian langkah-langkah tersebut diikuti oleh berbagai Negara dengan mencantumkan klausul HAM ke dalam Konstitusi. Akan tetapi sesungguhnya perkembangan HAM dalam dunia internasional dapat dibagi dalam lima fase.45 Fase pertama: pada fase ini, norma-norma HAM masih terbagi beberapa aspek dan masih bersifat lokal, dalam arti hanya pada wilayah Negara tertentu saja. Termasuk dalam fase ini adalah:

a. Magna Charta (Piagam Agung 1215), wacana awal HAM di Eropah dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang membatasi kekuasaan absolut para penguasa atau raja-raja,46 sehingga hak-hak dasar rakyat tetap terjamin.47 Pada tahun 1215 ditandatangani satu perjanjian, Magna Charta, antara Raja John dari Inggris dan sejumlah bangsawan. Raja John dipaksa mengakui beberapa hak dari para bangsawan sebagai imbalan untuk mereka membiayai penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan perang. Hak yang dijamin mencakup hak politik dan sipil yang mendasar, seperti hak untuk diperiksa di muka hakim. Sekalipun pada awalnya hanya berlaku untuk sebagian bangsawan, hak-hak itu kemudian menjadi

44

Febry Menende, Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Di Republik Iran Periode 1997-2005,

“Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 16

45

Ibid. hlm. 16. 46

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, hlm. 110.

47

bagian dari sistem Konstitusional Inggris yang berlaku bagi semua warga Negara.48

b. Bill of Right (Undang-undang Hak 1689) Empat abad kemudian, tepatnya pada 1689, lahir Undang-undang Hak Asasi Manusia (HAM) di Inggris.49 Undang-undang Hak (Bill of Right) diterima satu tahun sesudah Parlemen berhasil mengusir Raja Jamae II dan mengudang puterinya Mary bersama suaminya, William of Orange, untuk menduduki takhta kerajaan Inggris (the Glorious Revolution 1688). Hak-hak yang dirumuskan tidak boleh dilanggar oleh raja sekalipun.50 Menurut Bill of Right, asas persamaan di hadapan hukum harus diwujudkan betapa pun berat rintangan yang dihadapi, kerana tanpa hak persamaan maka hak kebebasan mustahil dapat terwujud.51

c. The American Declaration Independence (1769), disusun dan hanya berlaku di Amerika. Melalui deklarasi ini mulai mempertegas bahwa manusia merdeka sejak dalam perut ibunya. Sehingga tidak logis, sesudah lahir harus dibelenggu.52

d. The French Declaration (1789), Sebuah deklarasi yang menjamin persamaan hak dan penghormatan terhadap harakat dan martabat kemanusiaan.53 Deklarasi ini memuat aturan-aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam proses

48

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 213. 49

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5,, hlm 111.

50

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 215. 51

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, hlm 111.

52

Febry Menende, Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Di Republik Iran Periode 1997-2005,

“Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 17.

53

hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan seseorang secara sewenang-wenang tanpa alasan yang sah atau penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh lembaga hukum yang berwenang.54 Deklarasi ini dirumuskan pada awal Revolusi Prancis.55

e. The four freedoms (1941) perkembangan HAM di fase pertama diakhiri dengan munculnya wacana empat hak kebebasan manusia di Amerika Serikat pada 6 Januari 1941, yang diproklamirkan oleh Presiden Theodore Roosevelt.56 Keempat hak tersebut ialah; kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari ketakutan (freedom from fear), dan kebebasan dari kemiskinan (freedom from want). 57

Fase kedua: adalah fase kelahiran HAM yang bersifat universal58 dan dinyatakan berlaku secara internasional,59 dengan merumuskan HAM yang diakui seluruh dunia sebagai standar universal bagi perilaku manusia.60 Fase ini ditandai dengan lahirnya

Universal Decalration Of Human Rights (DUHAM) setelah PD II.61 Menurut DUHAM, terdapat lima (5) jenis hak asasi yang dimiliki oleh setiap individu: hak personal (hak

54

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet, 5hlm. 112.

55

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 215. 56

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, 112.

57

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 215 58

Diterima oleh 48 negara. 59

Febry Menende, Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Di Republik Iran Periode 1997-2005,

“Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 17.

60

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 218 61

Febry Menende, Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Di Republik Iran Periode 1997-2005,

“Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 18.

jaminan kebutuhan pribadi); hak legal (hak jaminan perlindungan hukum); hak sipil dan hak politik; hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupan); dan hak ekonomi, sosial, dan budaya.62

Fase ketiga: adalah fase perkembangan HAM yang hendak memperluas cakupan HAM dari sekadar hukum dan politik.63 pada tahun 1966 upaya rekonseptualisasi hak-hak asasi manusia itu mencapai puncaknya ketika sidang umum PBB mengesahkan Kovenan International Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Right), dan Kovenan Hak Sipil dan Politik (Covenant on Civil and Political Right). Dua kovenan inilah yang menjadi dokumen dasar “generasi II”konsepsi dasar hak asasi manusia sebagai babak baru dalam perkembangan hak-hak asasi manusia.64

3. Substansi Deklarasi Universal HAM

Seperti telah diuraikan sebelumnya, seusai Perang Dunia II timbullah keinginan untuk merumuskan hak asasi yang diakui seluruh dunia sebgai standar universal bagi perilaku manusia. Usaha pertama ke arah standar setting ini dimulai oleh Komisi Hak Asasi Manusia.

Dalam sidang Komisi Hak Asasi Manusia, kedua jenis hak asasi manusia dimasukkan sebagai hasil kompromi antara negara-negara Barat dan negara-negara lain,

62

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrsasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakar ta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet 5, hlm 112.

63

Febry Menende, Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Di Republik Iran Periode 1997-2005,

“Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 18

64

sekalipun hak politik masih lebih dominan. Pada 1948 hasil pekerjaan komisi ini,

Universal Decalaration of Human Right, diterima 48 negara dengan catatan bahwa delapan negara, antara lain Uni Soviet, Arab Saudi, dn Afrika Selatan tidak membeikan suaranya atau abstain.65

Hasil gemilang ini tercapai hanya dalam dua tahun, kerana dalam waktu yang menguntungkan. Negara-negara sekutu (termasuk Uni Soviet) baru saja memenangkan perang dan ingin menciptakan suatu tantangan hidup baru yang lebih aman. Sebab lain mengapa Deklarasi Universal agak cepat dapat dirumuskan adalah sifatnya yang “tidak mengikat secara yuridis” sesuai usul beberapa negara, antara lain Uni Soviet.66

Di satu sisi, ini patut dinilai sebagai langkah menuju kemenangan hak asasi manusia dalam tataran gagasan. Tapi juga sebagai suatu kegagalan untuk menjadikan hak asasi manusia sebagai kenyataan. Bangsa-bangsa ini beberapa tahun kemudian secara konsisten akhirnya mengesahkan DUHAM dan ini terjadi setelah lebih dari seratus negara muncul sebagai negara merdeka pasca 1948. Ini merupakan prestasi tersendiri bagi DUHAM, kerana bagaimanapun tak ada satu negara pun yang boleh berbangga atas pelanggaran hak asasi yang telah dilakukannya.

Formulasi HAM yang dirumuskan dalam Deklarasi Universal PBB tersebut, terbagi dalam 30 pasal dan sangat sarat dengan ketentuan mengenai mengenai hak-hak asasi manusia. Secara teori, hak-hak yang terdapat dalam deklarasi tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga bagian. Bagian pertama, menyangkut hak-hak politik dan

65

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) Cet 3, hlm. 218. 66

yuridik; bagian kedua, menyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia; dan bagian ketiga, menyangkut hak-hak sosial, ekonomi, dan hak-hak budaya.67

B. Kebebasan menyatakan pendapat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)

Kalau kita kembali ke ide dasar HAM, di mana setiap manusia sejak lahir memiliki hak utama yang melekat dan suci, yaitu hak hidup dari Tuhan dan hak-hak lainya demi pemenuhan kebutuhan lahir batinnya, maka tidak ada kekuatan apa pun yang berhak dan mampu mencabutnya. Hanya dengan landasan hukum Konstitusional yang adil dan benar lewat proses legal, maka pencabutannya dibenarkan baik untuk sementara maupun seterusnya.

Karena akibat beragam perbedaan kepercayaan, keyakinan politik, etnik, golongan, dan agama dengan segala variasinya, maka perbedaan tersebut akan selalu hidup dan ada dalam komunitas nasional dan internasional. Untuk mempertahankan hak tersebut, perlu perjuangan dan gerakan bersama (politik moral) umat manusia melalui lembaga internasional, nasional, baik politik, sosial, ekonomi, keagamaan, budaya dan sejenisnya maupun perseorangan.

Negara hukum (rule of law)lekat” dengan sistem politik demokrasi. Agar terbina harmonisasi sistem hukum dan sistem politik dalam tataran bermasyarakat, maka hidup bermasyarakat berarti siap/mau mengikuti pola hubungan antara individu dalam kelompok yang telah ada sebelumnya. Adanya pola tingkah laku sama yang dipertahankan dan dikembangkan terus oleh warganya, menyebabkan

67

tercipta/terjalinnya interaksi sosial. Sistem politik dan sistem hukum yang ada sangat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat. 68

Dalam hubungan ini, kelompok warga menempati posisi dan pemegang peran yang penting dalam hidup nasional maupun internasional. Hal ini pasti akan melihatkan kepentingan warga untuk menyatakan pendapat dan inspirasinya. Lalu bagaimana kepentingan warga ini mendapat tempat atau perlindungan yang sewajarnya.

Sejak awal, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) telah memberikan perhatiaannya dalam hal kepentingan politik. Hak warga untuk menyatakan pendapatnya dinyatakan secara jelas di dalam DUHAM, pasal 19 yang berbunyi: ”Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan dengan tidak memandang batas-batas”.

Seperti yang sudah dibahaskan sebelumnya, hak-hak yang terkandung di dalam DUHAM masih bersifat ”tidak mengikat secara yuridis”.69 Oleh kerana itu, Komisi Hak Asasi Manusia PBB telah menyusun ”sesuatu yang lebih mengikat daripada deklarasi belaka”, dalam bentuk perjanjian (covenant). Ditentukan pula bahwa setiap hak akan dijabarkan, dan prosedur serta aparatur pelaksnaan dan pengawasan dirumuskan secara

68

A. Masyhur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham (Hukum Hak Asasi) Dalam Masyarakat,

(Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2007) Cet 1, hlm. 79.

69

rinci.70 Pada sidang umum PBB 1966, telah disepakati dua konvensi HAM Internasional di bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta konvensi bidang sipil dan hak-hak politik sipil. Maka dengan persepakatan dua deklarasi tersebut, hak warga untuk menyatakan pendapat semakin mendapat tempat dan lebih bersifat mempunyai kekuatan mengikat. C. Hak kebebasan menyatakan pendapat menurut Deklarasi Kairo

Mempercayai bahwa hak asasi manusia dan kebebasan universal dalam Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari agama Islam,71 maka pada tahun 1990 Organisasi Kenferensi Islam telah merumuskan Deklarasi Kairo yang terdiri dari 25 pasal sesudah perundingan selama tiga belas tahun.72

Hak yang dirumuskan dalam deklarasi ini kebanyakan bersifat hak ekonomi. Hak lain ialah bahwa semua individu adalah sama di muka hokum (pasal 19). Ditentukan pula bahwa keluarga merupakan dasar masyarakat; perempuan sama dengan laki-laki dalam martabat manusia (woman is equal to man in human dignity); hak atas hidup dijamin.

Hak kebebasan menyatakan pendapat dinyatakan dalam pasal 22 dengan bunyinya:

a) Setiap orang memiliki hak untuk mengungkapkan pendapatnya secara bebas sedemikian sehingga tidak bertentangan dengan aturarn-aturan Syariat.

70

Ibid, hlm. 219 71

Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia&Hukum Islam, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2007) Cet 1, hlm. 245.

72

b) Setiap orang memiliki hak untuk membela apa yang dianggap benar, dan mendakwahkan apa yang dianggap baik, dan mengingatkan apa yang dianggap salah dan mungkar menurut norma-norma Syariat Islam.

c) Informasi merupakan kebutuhan vital masyarakat. Ia tidak boleh dieksploitasi atau disalah gunakan denga cara sedemikian sehingga bisa menodai kesucian dan kehormatan para nabi, merendahkan nilai-nilai moral dan etika, atau memecah, merusak dan merugikan masyarakat atau melemahkan Iman mereka. Hak ini dirumuskan berdasarkan kepada firman Allah dalm surat An-Nisa‟ ayat 135 yang berbunyi:                                                           

Artinya: “Wahai orang-orang Yang beriman! hendaklah kamu menjadi orang-orang Yang sentiasa menegakkan keadilan, lagi menjadi saksi (yang menerangkan kebenaran) kerana Allah, sekalipun terhadap diri kamu sendiri, atau ibu bapa dan kaum kerabat kamu. kalaulah orang (yang didakwa) itu kaya atau miskin (maka janganlah kamu terhalang daripada menjadi saksi Yang memperkatakan kebenaran disebabkan kamu bertimbang rasa), kerana Allah lebih bertimbang rasa kepada keduanya. oleh itu, janganlah kamu turutkan hawa nafsu supaya kamu tidak menyeleweng dari keadilan. dan jika kamu memutar-balikkan keterangan ataupun enggan (daripada menjadi saksi), maka Sesungguhnya Allah

sentiasa mengetahui Dengan mendalam akan apa Yang kamu lakukan”.

Menurut Kamali, beliau mencatat bahwa telah diakui secara umum bahwa kebebasan mengemukakan pendapat dalam Islam dalam banyak hal melengkapi

kebebasan beragama; bahwa ia adalah perpanjangan dan konsenkuensi logis dari kebebasan berkedaran dan berkeyakinan yang telah dibenarkan dan dijunjung oleh Syariat.73 Ada begitu banyak Hadis dan praktik yang terakam semasa kehidupan Nabi dan para Khalifah setelah beliau yang mendukung bahwa kebebasan berbicara dan mengemukakan pendapat adalah hak yang telah diakui sejak lahirnya hukum Islam.

Kesimpulan yang dapat kita peroleh di sini ialah, kalau kita kembali ke ide dasar HAM, di mana setiap manusia sejak lahir memiliki hak utama yang melekat dan suci, yaitu hak hidup dari Tuhan dan hak-hak lainya demi pemenuhan kebutuhan lahir batinnya, maka tidak ada kekuatan apa pun yang berhak dan mampu mencabutnya. Hanya dengan landasan hukum Konstitusional yang adil dan benar lewat proses legal, maka pencabutannya dibenarkan baik untuk sementara maupun seterusnya.

Seterusnya, hak kebebasan menyatakan pendapat telah mendapat posisi penting dalam tamadun kehidupan manusia. Tidak ada banyak perbedaan jaminan yang terkandung antara kehendak semulajadi manusia dan aturan yang tekandung dalam seperti dalam DUHAM dan Deklarasi Kairo. Yang membedakan keduanya hanyalah dalam pengertian agama. Deklrasi melatarbelakangi hak-hak yang terkandung di dalamnya dengan cerminan agama, seterusnya DUHAM dalam pengertian secara universal. Akan hak-hak dasarnya tetap sama, iaitu mendukung hak-hak semulajadi manusia seluruhnya.

73

Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia&Hukum Islam, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2007) Cet 1, hlm. 129.

Dokumen terkait