• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIIKUTI DENGAN SKMHT

C. Sita Jaminan Terhadap Jaminan Debitur Yang Hanya Diikuti Dengan SKMHT.

Pelaksanaan eksekusi terhadap jaminan yang hanya diikuti dengan pembuatan SKMHT saja dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri, dengan permohonan meletakan sita jaminan. Hanya dapat dilakukan degan permohonan saja, karena yang diajukan hanyalah berlandaskan SKMHT saja, bukan yang sudah ada Hak Tanggungannya. Apabila sudah adanya Hak Tanggungan, maka terhadap hal tersebut apabila debitur wanprestasi atau kredit macet dapat diajukan ke balai pelelangan, agar dapat dilakukannya pelelangan terhadap jaminan tersebut. Tetapi oleh hanya karena dengan SKMHT saja, maka yang dapat dilakukan adalah dengan sita jaminan. Hal ini dilakukan untuk memberikan

Cara atau pelaksanaan eksekusi jaminan harus sesuai dengan bentuk atau cara pengikatan kreditnya, yaitu sebagai berikut:157

a.Eksekusi jaminan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang sudah berkekuatan pasti.

Adapun urutan jalannya berperkara di Pengadilan Negeri adalah sebagai berikut: 1. Kreditor/bank menyiapkan surat gugatan terhadap debitur yang disertai bukti-

bukti berupa surat perjanjian kredit, surat jaminan, surat teguran dan sebagainya. Gugatan tersebut didaftarkan pada Pengadilan Negeri yang berwenang disertai permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) atas barang- barang jaminan.

2.Debitur, yang kemudian menjadi gugatan biasanya tidak akan tinggal diam dan mengajukan perlawanan dengan gugatan tersebut dengan mengajukan jawaban bahkan kadang-kadang mengajukan gugatan balik (gugatan rekovensi) dan banding serta kasasi., yang tujuannya hanyalah mengulur waktu. Gugatan harus memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a) Identitas para pihak, yaitu penggugat,tergugat, dan penjamin (bila ada). b) Posita atau dasar gugatan yang berisi antara lain:

1. Uraian tentang kejadian atau peristiwanya (feitelijk gronden). 2.Uraian tentang dasar hukumnya (recht gronden).

3. Petitum (tuntutan)

157

3. Setelah tergugat mengajukan jawaban, penggugat harus mengajukan replik kemudian dijawab oleh tergugat dengan duplik setelah itu disusul dengan pengajuan saksi-saksi. Terakhir mengajukan kesimpulan, kemudian hakim menjatuhkan putusan

4. Proses perkara ini biasanya berlangsung berbulan -bulan (kurang lebih 6-8 bulan) dan dapat berlangsung lebih dari itu apabila debitur berusaha mengulur- ulur waktu dengan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi, proses ini dapat berlangsung sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Setelah ada putusan dari Pengadilan Tinggi dalam perkara banding tersebut, masih ada upaya debitur untuk mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, dan proses mengajukan kasasi ini juga memakan waktu yang lama.

Prosedur penyelesaian kredit macet melalui gugatan di PengadilanNegeri memerlukan waktu cukup lama, karena debitur yang diputuskan kalah pada tingkatpertama pada umumnya melakukan upaya perlawanan (verzet), banding, kasasi, bahkan peninjauan kembali. Untuk mengatasi hal ini, dalam praktek bank meminta kepada Notaris PPAT yang membuat perjanjian kredit agar SKMHT yang telah dibuat ditindaklanjuti dengan pembuatan APHT dan juga didaftarkan di Badan Pertanahan Nasional agar diterbitkan sertipikat Hak Tanggungan, sehingga mempunyai asas spesialitas dan publisitas. Dengan diterbitkannya sertipikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata“DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” mempunyai kekuatan

hukum tetap dan berlaku sebagai gross akta sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 14 ayat (3) Undang-undang Hak Tanggungan. Manfaat adanya grosse akta itu yaitu bank dapat terhindar dari proses perkara yang berbelit-belit, karena dengan adanya grosse akta tersebut bank cukup mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Negeri.158

Sita jaminan diatur dalam Pasal 261 Rbg. Sita jaminan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sita jaminan diletakan atas harta yang disengketakan status kepemilikannya 2. Sita jaminan juga bisa diletakan terhadap harta kekayaan tergugat dalam sengketa

utang piutang atau tuntutan ganti rugi.

Berdasarkan dari kedua ciri terebut dapat dikatakan bahwa atas harta kekayaan tergugat pada perkara hak milik, utang-piutang atau pada tuntutan ganti-kerugian. Objek sita jaminan dapat berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak baik terhadap benda berwujud maupun tidak berwujud (lychammelijk on lychammelijk).

Mengenai harta benda berwujud tentunya dapat kita temukan dengan mudah. Sedangkan benda tak berwujud misalnya macam- macam hak.159 Pembebanan sita jaminan bisa hanya terbatas pada barang tertentu jika gugatan seperti hak gadai , hak merek dan lainya.didalilkan berdasarkan sengketa hak milik atas barang-barang tertentu. Namun dilain sisi sita juga dapat meliputi seluruh harta kekayaan tergugat

158

Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta Dalam Pembuktian Dan Eksekusi,Cet 1, (Jakarta: Rineka Cipta,1993) hal 150 .

159

C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Umum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),hal. 244

sampai mencukupi seluruh jumlah tagihan apabila gugatan didasarkan atas utang piutang atau tuntutan ganti-kerugian.

Mengenai tujuan dari pada sita jaminan tidak lain agar mampu menjamin gugatan penggugat agar tidak illusioner (hampa) saat putusan telah berkekuatan hukum tetap. Sehingga harta yang dipersengketakan atau harta tergugat yang disita tetap terjamin keutuhannya sampai tiba waktunya perkara untuk dieksekusi. Sita jaminan dapat dijalankan sebelum putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, jadi sita jaminan ini adalah upaya hukum yang bersifat eksepsional, yang berbeda dengan sita eksekusi yang dapat dilaksanakan apabila putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dari segi kewenangan pelaksanaan, kewenangan memerintahkan pelaksanaan sita jaminan terletak pada tangan ketua majelis yang memeriksa perkara tersebut. Ini karena hakim diperintahkan undang-undang sebagai penilai unsur persangkaan suatu permohonan sita jaminan. Terdapat hal lainnya juga yang perlu dibahas adalah berhubungan dengan sita jaminan yang diletakan

atas harta kekayaan tergugat atas jenis perkara sengketa utang-piutang dan tuntutan ganti-kerugian. Sita jaminan yang diletakan atas harta kekayaan tergugat dengan sendirinya akan berubah menjadi sita eksekusi. Hal ini terjadi apabila gugatan dikabulkan yang terhitung sejak putusan yang bersangkutan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Sehingga berdasarkan asasnya sita jaminan dapat menjadi sita eksekusi,apabila telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Oleh karena sita

jaminan otomatis mempunyai kekuatan hukum executorial beslag , dengan demikian tidak ada lagi diperlukan tahap proses executorial beslag.160

160

M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait