• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Kredit Yang Berupa Hak Tanggungan 1 Pengertian Parate Executie (Parate Eksekusi)

DIIKUTI DENGAN SKMHT

A. Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Kredit Yang Berupa Hak Tanggungan 1 Pengertian Parate Executie (Parate Eksekusi)

Apabila debitur cidera janji obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kreditur pemegang hak tanggungan berhak mengambil seluruh atau sebagian dari hasilya untuk pelunasan piutangnya yang dijamin dengan hak tanggungan tersebut, dengan hak mendahulu dari pada kreditur-kreditur yang lain, inilah yang disebut eksekusi hak tanggungan.146

Pengertian Parate Eksekusi dan grosse akta parate eksekusi (parate executie) adalah pelaksanaan dari suatu perikatan dengan langsung tanpa melalui suatu vonnis pengadilan. Dalam Hukum Acara perdata Indonesia parate eksekusi atau eksekusi langsung terjadi apabila seorang kreditur menjual barang-barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial. Menurut kamus hukum oleh Sudarsono, parate eksekusi ialah pelaksanaan langsung tanpa melalui proses pengadilan; eksekusi

146

Boedi Harsono Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Cet 8, (Jakarta: Djambatan, 2007 ) hal 410

langsung yang biasa dilakukan dalam masalah gadai sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian. 147

Parate eksekusi merupakan eksekusi langsung berdasarkan adanya grosse pada suatu akta pengakuan hutang. Dari sinilah kreditur dapat mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri bila debitur tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan tanpa melalui proses peridangan. Grosse adalah salinan pertama dari akta otentik. Salinan pertama tersebut diberikan kepada kreditur. Dalam buku Pedoman Tugas (Buku II) yang dimaksud dengan grosse adalah salinan pertama dari akta otentik yang diberikan kepada kreditur. Menurut Pasal 258 RBg ada dua macam grosse yang mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik.

Asli akta pengakuan hutang (minut) tersebut disimpan oleh Notaris, sedangkan salinan pertama akta tersebut diberi kepala/irah-irah yang berbunyi “Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dipegang kreditur. Dan salinan yang

diberikan kepada debitur tidak memakai irah-irah seperti yang dipegang oleh kreditur tersebut. Dalam acara perdata dijelaskan bahwa menurut pasal 258 RBg ada dua macam grose akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial yaitu grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik. Dan yang kita bicarakan disini ialah grosse akta pengakuan hutang. Disamping itu parate eksekusi juga berlaku bagi pemegang gadai (Pasal 1155 KUHPerdata).

147

Parate Eksekusi Grose Akta Pengakuan Hutang, http://johansyam.blogspot.co.id/2008/12/ parate-eksekusi-grose-akta-pengakuan.html , diakses tanggal 15 September 2015.

Jika debitur wanprestasi, maka pemegang gadai berhak menjual benda gadai atas kekuatan sendiri. Hak pemegang gadai untuk menjual barang gadai tanpa title eksekuturial (tanpa perlu perantara) disebut parate eksekusi. Dengan demikian pemegang menjual barang gadai seakan menjual barangnya sendiri, dan berhak mengambil pelunasan piutangnya terlebih dahulu. Tetapi ketentuan Pasal 1155 ini bersifat mengatur (aanvullend recht) dimana para pihak diberi kebebasan untuk memperjanjikan lain, misalnya melalui penjualan dimuka umum atau dibawah tangan. Namun demikian pemegang gadai dilarang memiliki benda gadai (Pasal 1154 KUHPerdata).

2. Jenis-Jenis Eksekusi Jaminan Kredit

Mengenai pengeksusian terhadap obyek jaminan kredit yang berupa hak tanggungan, pengaturannya terdapat dalam Pasal 20 ayat (1) UUHT, yang mengatur bahwa apabila debitur cidera janji, maka obyek hak tanggungan dapat dieksekusi dengan dua cara yaitu :Eksekusi Atas Kekuasaan Sendiri (Parate Eksekusi) Dan Kekuatan Eksekutorial Sertifikat HakTanggungan,yakni:

a. Eksekusi Atas Kekuasaan Sendiri (Parate Eksekusi).

Berdasarkan Pasal 6 UUHT bahwa kreditur pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum, dari hasil pelelangan tersebut kreditur mengambil untuk pelunasan piutangnya, atau yang biasa disebut dengan parate eksekusi.

Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri dinyatakan sebagai janji, namun undang-undang hak tanggungan juga menentukan sebagai hak yang diberikan Undang-undang, yaitu jika debitur cidera janji, maka pemegang hak tanggungan pertama diberi hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut (Pasal 6 UUHT).

Ketentuan ini bersifat Overlapping dan berlebihan (overboding),yakni disatu sisi diatur sebagai janji yang dibuat oleh para pihak, namun disisi lain ditentukan sebagai hak yang diberikan oleh undang-undang. Pembentuk UUHT mencampuradukan kekuasaan untuk menjual sendiri obyek hak tanggungan, yakni sebagai norma dan juga sekaligus sebagai janji.148

Menurut Herowati Poesoko, prosedur pelaksanaan parate executie menurut Pasal 6 UUHT menegaskan pelaksanaan parate eksekusi melalui pelelangan umum, maka rasio hukumnya pejabat tersebut adalah Pejabat Kantor Lelang Negara. Oleh karenanya prosedur pelaksanaan parate executie tanpa memerlukan fiat Ketua Pengadilan Negeri. 149

148

Koidin, Problematika Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan, (Yogyakarta: Laks Bang Pressindo, 2005), hal. 19

149

Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam UUHT) ,(Yogyakarta: LaksBang PRESSindo,2007), hal 259- 260

b.Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan

Pemenuhan piutang kreditur dengan mendasarkan kekuatan eksekutorialnya dari sertifikat hak tanggungan timbul sebagai akibat hukum adanya irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga sertifikat hak tanggungan mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde).

Eksekusi objek hak tanggungan melalui pengadilan negeri dalam praktek dijadikan upaya utama oleh pihak kreditur. Kreditur jarang menempuh langkah penjualan dibawah tangan atau penjualan lelang atas kekuasaan sendiri (parate eksekusi) jika debitur wanprestasi, kreditur langsungmeminta kepada Pengadilan Negeri agar dilaksanakan eksekusi berdasarkan sertifikat hak tanggungan yang mempunyai titel eksekutorial. Eksekusi ini didasarkan pada pasal 224 HIR (Pasal 258RBg).150

Sebelum pelelangan dilaksanakan harus diumumkan sebanyak dua kali berturut- turut melalui surat kabar dalam tenggang waktu 15 hari (Pasal 200 (7) HIR). Sebelum saat pengumuman lelang dikeluarkan debitur masih diberi kesempatan untuk melunasi utang, biaya dan bunga (Pasal 20 ayat 5 UUHT dan penjelasannya). Dalam praktek meski pelelangan sudah diumumkan namun jika debitur membayar hutang beserta bunga, maka pelelangan akan dihentikan.

150

Koidin, Problematika Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan, (Yogyakarta : LaksBangPersindo,2005), hal 27.

B.Pelaksanaan Sita Jaminan Terhadap Jaminan Debitur Yang Hanya Diikuti

Dokumen terkait