• Tidak ada hasil yang ditemukan

Covid-19

Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti M.Sc. Ph.D

profil

P

rof. dr Ali Ghufron Mukti M.Sc., Ph.D., yang lahir pada 17 Mei 1962 di Blitar, Jawa Timur ini adalah seorang dokter yang dikenal sebagai akademisi dan pakar kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Guru besar kesehatan masyarakat ini pernah menjabat sebagai Direktur Gajah Mada Medical Center and Health Centre (2001) dan menjadi Dekan Fakultas Kedokteran UGM (2008), saat ia berusia usia 46 tahun. Sejak muda, Ali Ghufron menyadari mahalnya biaya pengobatan. Setelah lulus dokter di UGM, kemudian dia menekuni urusan sistem jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Berbagai rangkaian diskusi di kampus dan dengan pemangku pemerintah lokal di Yogyakarta dilakukannya demi memperjuangkan sistem pelayanan masyarakat ini. Termasuk dengan menerobos birokrasi akademik untuk membuka program asuransi kesehatan masyarakat, tentu bukanlah perkara yang mudah. Awal program Jamkesmas pertama kali dilakukan di daerah Yogyakarta ini, kemudian diadopsi oleh Pemerintah untuk dilaksanakan secara nasional. Lahirnya Jamkesmas maupun Jamkesda tidak lepas dari rasa kepedulian Ali Ghufron terhadap kesehatan masyarakat, yang dipeloporinya saat ia menjadi Direktur Gajah Mada Medical Center dan Health Centre. Dia juga turut menjadi salah satu penyokong pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berkat ketekunan, kegigihan, dan ketajaman visi itu akhirnya menghantarkan sosok yang meraih gelar profesor di usia 40 tahun ini menjadi Wakil Menteri Kesehatan Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu (19 Oktober 2011 - 20 Oktober 2014) dan juga pejabat sementara Menteri Kesehatan menggantikan Endang Rahayu Sedyaningsih yang

wafat pada tahun 2012 (30 April 2012 - 14 Juni 2012). Terpilinya Ghufron sebagai Wakil Menteri Kesehatan, tidak lepas dari pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya seperti Jamkesmas dan keahlian dalam masalah pembiayaan kesehatan tersebut. Peraih Master di bidang tropical hygiene (epidemiology) dari University of Mahidol, Bangkok, Thailand dan doktor di bidang kesehatan masyarakat di Universitas Newcastle, Australia ini pun berharap program kesehatan yang dibuatnya bisa berjalan dengan baik khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik dengan catatan orang kaya harus tetap membayar. Selain itu, saat menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran UGM, dia tergolong berhasil membawa Fakultas Kedokteran UGM masuk dalam top world university. Menempati urutan ke-103 dari sekitar 1.000 fakultas kedokteran di dunia dari sebuah lembaga survei, Time Higher Education Survey (THES)-QS World University Rankings 2009 untuk kategori bidang ilmu life sciences and biomedicine. Prestasi yang membanggakan bagi fakultas kedokteran UGM yang diraih selama tiga tahun berturut-turut tidak lepas dari terobosan-terobosan yang dilakukan pria yang saat ini berusia 58 tahun tersebut. Diantaranya melakukan perubahan, dengan memperbesar pemberian insentif dan perbaikan SDM di fakultas tersebut. Selain itu meningkatkan proses pembelajaran dan penambahan keahlian bagi lulusan dokter. Serta manajemen pengelolaan yang lebih akuntabel, partisipatif dengan memanfaatkan teknologi informasi kepada staf pengajar, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Selesai menjalankan tugasnya di Kementerian Kesehatan, Ali Ghufron ayah tiga orang putra ini kemudian melanjutkan karirnya sebagai

profil

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2015-2019). Posisi ini mengharuskan Ghufron untuk melakukan terobosan guna meningkatkan mutu sumber daya manusia, khususnya di ranah ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan tinggi. Perjuangannya dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pun bergeser menjadi mengupayakan kapasitas serta kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan di Indonesia. Ghufron juga memikirkan kebutuhan sumber daya manusia unggul untuk memperkuat daya saing bangsa. Di bidang kesehatan misalnya, Rektor Universitas Trisakti sejak 2016 ini membangun Komite Bersama dengan Kementerian Kesehatan dalam rangka mengembangkan academic health system (AHS), yakni sebuah sinergi antara fakultas kedokteran dengan rumah sakit terkait pendidikan, penelitian, serta pelayanan kesehatan. Di samping itu, ia juga fokus pada pembangunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) di berbagai universitas. Sepak terjang Ghufron di bidang pendidikan tinggi ini kemudian membuahkan pengakuan secara internasional. Ia pernah mendapatkan ucapan terima kasih dan penghargaan dari WHO atas kiprahnya selama dua tahun ikut merumuskan strategi global SDM kesehatan dunia tahun 2030. Bahkan, pria yang sudah menerbitkan lebih dari 40 jurnal medis itu menerima gelar doktor kehormatan dalam bidang kesehatan dari Coventry University di Inggris. Bagi Ghufron, penghargaan tersebut menjadi motivasi dan inspirasi untuk melakukan kontribusi yang lebih besar bagi negara di masa depan. Saat ini Ali Ghufron merupakan ketua konsorium

Riset dan Inovasi Covid-19. Sebagai ketua konsorsium, Ali Ghufron mendorong peneliti khususnya dosen untuk melakukan penelitian yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat terutama terkait penanganan pandemi covid-19 di Indonesia. Ali Gufron berusaha mendorong para peneliti di Indonesia untuk menciptakan APD, hand sanitizer dan lain-lain. Menurut Ali Ghufron, saat ini riset tentang Covid-19 yang dibiayai pemerintah diprioritaskan untuk empat hal, yaitu pertama, pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan kekayaan alam seperti empon-empon, jahe merah, jambu biji dan lain sebagainya. Termasuk pencegahan dengan menggunakan vaksin. Kedua, tentang screening dan diagnosis dapat berupa rapid test berbasis antibodi dan antigen, test kit RT-PCR, dan mobile lab. Ketiga, tentang pengobatan dan terapi. Dan terakhir, keempat, tentang inovasi alat kesehatan seperti APD, ventilator, robot pemberi obat. Menurutnya, saat ini sudah ada proposal tentang vaksin virus Covid-19 yang diajukan, yakni dari lembaga riset Eijkman, Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Gajah Mada. Pemerintah berkomitmen agar Indonesia mampu menciptakan vaksin sendiri meskipun tidak semua vaksin bisa ditemukan, seperti HIV/AIDS dan DHF. Terutama untuk vaksin Covid-19, didorong mampu menciptakan sendiri atau melalui konsorsium. Lembaga-lembaga yang berada di bawah pondasi Kemenristek seperti LIPI, Eijkman dan BPPT yang memiliki alokasi anggaran rutin masing-masing, menurut Ali Ghufron juga dapat difokuskan untuk membantu anggaran penelitian Covid-19 ini. Pengembangan obat dan vaksin untuk virus corona juga terus dilakukan oleh Biofarma, Litbangkes, dan Lembaga Eijkman.

profil

Saat ini, pengembangan sudah memasuki tahapan uji klinis. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) serta PT Dharma juga tengah mengembangkan ventilator. Pengembangan ini sudah masuk tahap uji ketahanan oleh Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Selain itu, Kemenristek juga akan mengembangkan sejumlah teknologi untuk mengatasi pandemi Covid-19, salah satunya dengan robot raisa untuk membantu para tenaga medis menangani pasien terinfeksi virus corona. Terkait dengan penelitian Covid-19 ini, Ali Ghufron meminta agar hasil penelitian jangan hanya berhenti sampai publikasi. Akan tetapi, harus dapat menghasilkan teknologi tepat guna yang mampu memberikan nilai tambah untuk mengurangi ketergantungan dari produk impor. (Renwi) Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/311389- dosen-trisakti-juga-diminta-lakukan-riset-penanganan-covid-19 https://www.klikwarta.com/penelitian-tentang-covid-19-di-indonesia-mengalami-kemajuan https://www.kompas.com/edu read/2020/05/18/183817271/ini-jumlah-proposal- yang-didanai-kemristek-untuk-penanganan-covid-19?page=all https://m.suarakarya.id/detail/111993/Pemerintah- Dorong-Lembaga-Riset-Indonesia-Mampu-Ciptakan-Vaksin-Virus-Covid-19 https://adv.kompas.id/baca/dosen-didorong-lakukan-riset-covid-19/ https://mediaindonesia.com/read/detail/311389- dosen-trisakti-juga-diminta-lakukan-riset-penanganan-covid-19

“Konsorsium selalu mencoba bekerja berbasis bukti,

Dokumen terkait