• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI POLITEKNIK PERTANIAN

PAYAKUMBUH

R

eorganisasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menjadi Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional mempunyai tujuan untuk mensinergikan lembaga-lembaga penelitian baik dari kementerian, non-kementerian, perguruan tinggi maupun swasta. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mengkoordinasikan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan di pemerintah. Lembaga Litbang dalam lingkup pemerintah pusat akan berada dibawah naungan BRIN. Perguruan Tinggi Negeri adalah salah satu pihak yang melakukan penelitian, diharapkan penelitiannya akan berkelanjutan dan semakin berkembang serta semakin memberikan manfaat bagi masyarakat.

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (Politani Payakumbuh) adalah perguruan tinggi negeri yang

terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh saat ini memiliki 3 jurusan yaitu Teknologi Pertanian, Budidaya Tanaman Perkebunan dan Budidaya Tanaman Pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Politani Payakumbuh adalah penelitian-penelitian di bidang pertanian yang bertujuan untuk menjawab masalah-masalah pertanian secara nyata di lapangan. Tim Reportase Majalah INFESTERA telah merangkum perkembangan penelitian di Politani Payakumbuh sebagai berikut:

Hendra Suryanto (Kepala Bagian Kepegawaian, Hukum, dan SIP): BRIN akan mengintegrasikan unit-unit penelitian termasuk Perguruan Tinggi Negeri. Lembaga penelitian lain juga akan berada di bawah koordinasi Kemenristek/ BRIN. Berbagai hal terkait permasalahan penelitian diharapkan akan bisa teratasi

dengan terbentuknya BRIN. Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional sedang menata bagaimana lembaga ini bisa berjalan. Kami selaku Tim Reportase bermaksud untuk mendapatkan informasi terkait program litbang di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang sudah berjalan maupun yang akan datang.

izar (Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): Kami merasa senang sekali atas kedatangan Bapak dan Ibu dari Kemenristek/BRIN sehingga kami bisa menyampaikan informasi terkait penelitian. Secara umum kami bersyukur dengan RistekBRIN karena sangat mengangkat harkat dan martabat Politani setelah 25 tahun yang lalu. Walaupun dana penelitian tidak banyak, tetapi sebelumnya kami berada dalam peringkat 25 sekarang menjadi peringkat 5. Dana penelitian yang kami terima dari Kemenristekdikti sebesar 5M. Karena kinerja penelitian kami, peringkat kami menjadi naik. Kami juga kaget dan merasa luar biasa dan ini menjadi capaian bagi kami, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih. Tema penelitian kami adalah seputar pertanian mulai dari mesin peralatan pertanian, teknologi hasil pertanian, mengolah hasil pertanian menjadi makanan, agroekoteknologi dan juga terkait energi terbarukan terutama energi surya untuk pertanian. Tujuan penelitian adalah untuk merekomendasikan bagaimana pertanian yang baik dan sesuai dengan ekologi, tidak merusak lingkungan, sedikit erosi, kesuburan tanah terpelihara, menggunakan teknologi yang sesuai, dan dapat menaikkan ekonomi masyarakat. Sesuai perkembangan teknologi, sekarang kami memiliki jurnal online. Jurnal kami yang

terindeks SINTA ada dua yaitu Journal of Applied Agricultural Science and Technology (JAAST) di SINTA 3 dan Lumbung di Sinta 5. Pada tahun 2017 terdapat temuan BPK mengenai honor atau upah peneliti yang diperbolehkan sebesar 15% di buku panduan tetapi ternyata tidak diperbolehkan oleh aturan PMK sehingga peneliti harus mengembalikan sejumlah dana tersebut padahal berdasarkan yang kami tahu, hal itu diperbolehkan buku panduan. Namun yang sudah mengembalikan ada yang belum.

Bagaimana sumber daya yang menunjang penelitian? Seperti laboratoriumnya apakah sudah mendukung?

Sumber daya penelitinya sudah cukup kompeten. Beberapa Dosen S3 sekarang sedang mengajukan Prodi S2 Seni Terapan. Adapun soal alat penelitian kami kurang, namun para dosen ini tidak mudah menyerah. Mereka mengikuti seminar internasional untuk mendapatkan network dan melakukan kerjasama untuk penggunaan peralatan penelitian dari pihak lain. Misalnya bertemu dan bekerjasama dengan peneliti Malaysia, lalu penelitian dilakukan disana karena alatnya mendukung. Alat penelitian juga berpengaruh terhadap apakah artikel di jurnal dapat diterima. Contoh lain, terdapat juga penelitian yang meminta bantuan ke BATAN.

Lalu untuk sumber pendanaan, adakah sumber pendanaan dari industri atau dari pemda, atau yayasan atau lembaga, apakah pernah terjadi yang seperti itu?

Terkadang jika ada dana penelitian dari Pemda, ada kecenderungan Pemda lebih mengalokasikan dana kepada PTN yang lebih besar dan Reportase

Reportase

berkualitas seperti Universitas Andalas . Namun Politani terkadang dilibatkan oleh perguruan tinggi tersebut, biasanya berupa penelitinya saja. Dosen Politani pernah mendapat dari dinas perternakan provinsi, namun itu lebih cenderung menggunakan pendekatan yang personal jadi misal saya ada riset ini, apakah bisa dibantu? Bisa seperti itu. Sampai sekarang tahun 2020 masih belum ada yang datang lalu menawarkan kerjasama penelitian.

Berhubungan dengan penelitian yang bekerjasama dengan BATAN apakah penelitian yang sudah terjadi atau masih sedang dilakukan? Kadang penelitian membutuhkan jangka waktu tertentu, apakah penelitian yang dimaksud bapak tadi adalah teknologi padi yang menggunakan teknologi nuklir pak?

Iya jadi hal itu bertujuan untuk mendapatkan bibit baru padi yang kemudian di beri paparan sinar alfa dan gama. Dosen yang melakukan peneliti ini mengirimkan sampel ke BATAN, lalu sampel ditanam lagi untuk mendapatkan varietas bibit unggul. Contohnya, hasil penyinaran padi lokal Solok mempunyai rasa yang berbeda dari varietas bibit baru ini. Penelitian ini dimana padi ditanam di Solok, padi yang menghasilkan beras merah lokal yang ingin dibuat menjadi lebih enak dan lebih banyak produksinya.

Bagaimana untuk proses pemasaran? Apakah lembaga yang bekerjasama dengan Politani ini turut andil juga atau sebatas penelitiannya saja?

Ada satu program untuk membantu pemasaran ke Malaysia, dari kemasan dan dibantu jaringan sampai bisa dikonsumsi para orang minang di Malaysia. Pernah tahun 2015 ini terjadi. Lalu sampai sekarang ini belum ada lagi.

Jika penelitian kurang didukung dengan alat, sarana dan prasarana di sini, dan di tempat lain ada untuk mendukung penelitian standar scopus. Ada tidak target yang harus dicapai Politani? Misal produk pemasyaran rendang ke Malaysia dalam beberapa tahun harus ada lagi yang seperti ini sebagai acuan kedepan?

Itu salah satu kendala kami saat ini. Kami ada buku panduan untuk sasaran kedepan, untuk tahun ini belum ada yang lolos proposalnya untuk program itu karena kendalanya setelah teman-teman peneliti mendapatkan surat peringatan BPK, mereka semacam trauma padahal mereka sangat berpotensi termasuk yang scopus Q1. Jadi kami sekarang mencari cara lagi bagaimana mengurangi rasa takut mereka. Dana yang dapat dari DIPA kita kan ada 300 juta-an dan dibagikan untuk pengabdian semua dosen politani, jika mereka bisa ikut riset nasional dana nya sangat besar sekali, tiap tahun bertambah. Politani tidak sanggup mendanai. Kami harap mereka membuat proposal lagi ke pusat namun saat ini mereka masih belum mau karena trauma di atas.

Apakah ada desa binaan disini untuk pengembangan masyarakat?

Setiap dana DIPA pengabdian masyarakat Politani, diikutsertakan kedalam kelompok tani yang berada dalam beberapa jorong yang dalam satu Nagari. Desa di pulau Jawa, setara dengan Nagari di Sumbar. Nagari itu terdiri dari banyak jorong. Jorong di Sumbar itu setara dengan Desa di Jawa. Dana desa disini masuk ke Nagari. Akhirnya menjadi lebih kecil dananya diterima Nagari karena mengacu pada Nagari sedangkan Jorong-Jorong itu sungguh luas dan kumpulan Jorong itu menjadi Nagari. MoU dengan Kepala Jorong disini sedsikit sulit, karena kalau pengabdian kan kepada desa miskin, sedangkan mereka tidak mau disebut desa miskin. Jadi Dosen pengabdian melakukan MOU

Reportase

dengan kelompok tani di Jorong.

Adakah desa yang memang mau di bina?

Iya ada. Kami melakukan pendekatan dalam bentuk kolaborasi. Kami mengadakan pengabdian yang berbentuk kolaborasi. Kendala nya adalah apabila kita membuat MoU, khawatirnya dananya tidak sanggup untuk memenuhi semua kelompok tani yang sama karena ini sifatnya sementara. Biasanya ada kecemburuan diantara mereka, maka diadakan penggiliran.

Salah satu kendala terbesarnya adalah SDM, yaitu dosen masih belum termotivasi untuk membuat proposal penelitian lagi akibat kejadian yg telah disebutkan di atas dan juga berakibat kurang percaya diri. Dari bapak sendiri adakah upaya atau rencana atau harapan agar dosen kembali percaya diri agar mau untuk produktif lagi menyampaikan proposal penelitiannya?

Kami tidak menyerah, jadi disini sengaja mendatangkan narasumber internasional untuk

memberikan pencerahan atau semangat supaya para dosen mau membuat proposal lagi. Hasil tahun 2019 kemarin masih belum seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2020 ini baru aktif masuk proposal baru, dari proposal yang masuk 20 proporsal, proposal yang diterima adalah 2. Sebelumnya ada 100 proposal yang masuk dan yang diterima adalah 40.

Mengenai dana hibah ataupun bantuan dari pemerintah iasanya masuknya ke rekening LPPM atau orang ketiga? Bagaimana teknisnya mengenai dana hibah atau bantuan dari pemerintah?

Sebelum ada temuan BPK di tahun 2017 dana masuk ke rekening penerima dana di Poltani, lalu dibagikan secara langsung ke peneliti sesuai dengan pengajuannya mereka. Kalau sekarang dana langsung masuk ke Politani lalu diminta no rekening peneliti dan masuk kerekening mereka, lalu mereka hanya bertanggung jawab atas kwitansi yang nanti diserahkan dengan upload ke SIMLITABMAS dan dapat diambil BPK. Namun masalahnya peneliti tidak belajar tentang

Reportase

administrasi atau apa yang harus di lakukannya sehingga mereka mengupload apa adanya.

Apakah harapan bapak untuk Ristek/BRIN kedepannya?

Kalau Ristek/BRIN tidak ada salahnya, saya rasa t a p a d n e m i a p m a s a si b i m a k a n e r a k l u t e b h a d u s

peringkat 5. Jadi menurut saya sudah pas. Ristek/ BRIN saya rasa sudah memperjuangkan dosen-dosen kami. Hanya saja untuk mengembalikan hati dosen ini yang memang perlu waktu, yang pernah mengalami kendala temuan akibat standar regulasi yang berbeda.

Apakah ada efek bagi para dosen setelah mengikuti kegiatan tentang penelitian sebagai dorongan agar mereka kembali produktif dalam membuat proposal?

Ada efeknya sedikit, karena banyak proposal yang masuk diajukan oleh dosen-dosen baru sedangkan dosen senior masih dirasa kurang berminat akibat hal di atas. Nama para dosen yang terkait dengan temuan BPK selalu muncul di portal Simlitabmas dari tahun 2017 sebagai nama yang belum menindaklanjuti temuan BPK. Semoga pada tahun 2020 ini tidak muncul sehingga mereka akan giat untuk membuat proposal lagi.

Apakah ada pendekatan personal yang sudah dilakukan?

Saya rasa tidak ada yang bisa dilakukan pak, karena di portal Simlitabmas pun kalau sudah keluar maka akan terbit e-billing nya bila peneliti mau mengembalikan hasil temuan. Setiap karena tidak sanggup membayar dan uang nya sudah habis.

Adakah penelitian besar yang menjadi fokus Politani? Contohnya di ITS ada motor listrik atau di IPB dengan beras unggulnya, kalau untuk Politani ini apakah ada penelitian yang menjadi grand design andalan?

Secara umum penelitian andalan Politani yaitu pertanian berkelanjutan.

Dari struktur organisasinya di P3M, tadi bapak menyebutkan SDM-nya ada 4 orang termasuk bapak, dalam pelaksanaannya apakah ada kendala?

Tidak ada, pertimbangannya adalah karena Politani mempunyai lingkup kecil dan untuk meminimalisir banyaknya “kekuasaan atau raja-raja kecil” maka dibuatlah satu kepala sebagai koordinasi untuk penelitian, pengabdian dan jurnal online. Dibantu 3 anggota masing-masing sebagai operator, keuangan, dan arsip, hal ini karena jumlah dosen hanya 155 orang dan mahasiswa sekitar 1500-an secara kumulatif dalam waktu 3 tahun ini.

Bagaimana peran SPI terkait pengawalan dana penelitian?

SPI bekerja atas dasar perintah direktur, namun selama ini SPI tidak pernah mengawasi keuangan dalam konteks transfer ke rekening. Kwitansi dilaporkan ke P3M, SPI tidak memberikan warning bila ada kesalahan, kalau tidak betul tidak diupload, SPI sebaiknya harus tau kegiatan kami, kalau memang salah ya paling tidak memberi peringatan. Cek kuitansi dulu baru diupload, namun mekanismenya memang belum ada. Baik jajaran direktur dan bawahannya harus melakukan pengawalan dana tersebut untuk kedepannya, karena SPI adalah garda terdepan dari hal tersebut dan harus terlibat dalam hal tersebut.

Reportase

Apakah sudah menggunakan sistem keuangan online?

Bapak

SIMLITABMAS, ada surat tanggung jawab belanja. Bagi yang yang melakukan penelitian kadang kebenaran data nanti baru scan dan upload.

Apakah harapan dari Politeknik Negeri Payakumbuh mengenai Kemenristek/BRIN yang sekarang dibentuk untuk mengintegrasi semua lembaga, pemda, swasta, pemkot dan PTN?

Bapak

maka itu adalah ranah Mendikbud, sedangkan jika dari segi penelitian maka itu ranah Ristek/ BRIN, untuk detailnya kami belum tahu seperti apa peraturan yang lama, honor itu apakah boleh?Kemudian perihal pemeriksaan BPK ini, jika dilakukan dengan online dan mencantumkan nama-nama peneliti, hal ini dianggap mempertaruhkan harga diri. Bertahun-tahun peneliti menempuh

pendidikan yang mendukung harga diri mereka, dan ketika ada temuan BPK, diumumkan online di portal SIMLITABMAS maka hancur rasanya harga diri dalam beberapa menit. Kami dikira korupsi oleh rekan sejawat kami hanya karena tidak mengerti atau perbedaan persepsi tentang hal itu.

Apakah sebelumnya belum ada sosialisasi?

Kami dosen umumnya tahu portal SIMLITABMAS yang kami jadikan pedoman kami, tidak tahu ada peraturan PMK seperti ini, 15 % honor ternyata tidak boleh untuk peneliti, padahal ada buku panduan penelitian dan pengabdian di ristekdikti waktu itu menyatakan boleh. Alasan tidak boleh karena dosen sudah menerima Serdos. Sekarang kalau ada masalah kami konsultasi dahulu kepada SPI. BPKP bisa jadi konsultan apabila ada peraturan yang membingungkan, misal ada integrasi di industri obat, hilirisasinya langsung pada swasta karena dana RND nya besar. Kami harap BRIN akan menghubungkan perguruan tinggi dengan industri dan swasta atau bekerja kearah tersebut.

Dari Jamkesmas Hingga

Dokumen terkait