• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3. Janda dan Duda dalam Hukum Waris Islam

Di dalam hukum waris Islam, janda atau duda sebagai ahli waris terjadi karena adanya hubungan perkawinan antara keduanya. Janda atau duda termasuk ahli waris dzawil furudh. Oleh karena itu, janda atau duda merupakan ahli waris keutamaan sehingga tidak terhalang oleh ahli waris yang lain. Meskipun tidak meninggalkan anak, janda atau duda tidak dapat mewaris seluruh harta warisan. Tetapi, janda atau duda dapat mewaris bersama orangtua dan saudara-saudara pewaris lainnya.85

Pembagian warisan untuk janda atau duda sudah diatur dalam $O4XU¶DQVXUDW An Nisa (4) ayat 12 86. Harta warisan tersebut terdiri dari harta bawaan pewaris dan 1/2 harta bersama setelah dikurangi dengan biaya pewaris selama sakit, biaya pengurusan jenazah, pembayaran hutang untuk pewaris, pemberian untuk kerabat (wasiat). Sedangkan 1/2 bagian dari harta bersama menjadi milik janda. Apabila seorang pria mempunyai istri lebih dari satu, maka bagian janda diatur dalam

85 Abdul Hamid dan Muhammad Muhyiddin, Ahkam Mawarits fi Syari'ah Al-IslamL\DKµDOD 0DGKDKLE $O-Arba'ah, Terj. Wahyudi Abdurrahim, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), hlm. 174.

86 ³'Dn bagianmu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan sesudah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (sesudah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan sesudah dibayar) utang-XWDQJPX´

69

pasal 190 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yaitu sebesar 1/4 dan 1/8 harta warisan dibagi dengan para istri tersebut.

1. Bagian Waris Duda

a. Suami atau duda yang ditinggalkan oleh istrinya, mendapatkan 1/2 (setengah), jika istri tidak mempunyai anak yang diwarisi yaitu anak laki-laki dan perempuan, cucu laki-laki-laki-laki dan kebawah, sedangkan cucu perempuan tidak menerima warisan.

b. Duda mendapat 1/4 apabila ada keturunan yang mewarisi, baik mereka berasal dari hubungan dengan suami yang sekarang atau suami yang lain. 2. Bagian Waris Janda

a. Istri atau janda yang ditinggal mati suaminya, maka memperoleh 1/4 (seperempat) bagian, jika tidak mempunyai anak (lakii-laki maupun perempuan, cucu laki-laki dan ke bawah.

b. Istri atau janda mendapatkan 1/8 (seperdelapan) bagian, jika suami mempunyai anak yang diwarisi baik dari istri sekarang atau istri yang lain. c. Istri atau janda lebih dari satu, maka berbagi dari bagian 1/4 atau 1/8

tersebut yang tercantum GDODP$O4XU¶DQ6XUDW$QNisa ayat 12.

Hal tersebut juga ditegaskan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 mengenai Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyebutkan bahwa :

Pasal 179 yang berbunyi:

³'XGDPHQGDSDWVHSDUXKEDJLDQapabila pewaris tidak mempunyai anak, dan bila pewaris mempunyai anak, maka duda mendaSDWVHSHUHPSDWEDJLDQ´ Pasal 180 yang berbunyi:

70

pewaris mempunyai DQDNPDNDMDQGDPHQGDSDWVHSHUGHODSDQEDJLDQ´

Ketentuan dalam akhir kalimat pada Pasal 179 dan Pasal 180 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengenai bagian waris untuk janda atau duda banyak menimbulkan persepsi bahwa bagian untuk janda/duda hanya sebesar yang tersebut dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Persepsi yang demikian ini adalah tidak benar. Perhitungan yang benar adalah janda atau duda mendapat bagian sesuai ketentuan tersebut diatas, setelah terlebih dahulu janda atau duda tersebut memperoleh haknya sebesar setengah dari harta bersama, yang didapatkan selama perkawinan.

Namun demikian jelaslah bahwa hak janda atau duda tidak hanya mendapat bagian warisan sesuai yang disebutkan dalam Pasal 179 dan 180 Kompilasi Hukum Islam (KHI), tetapi ditambah separuh harta bersama. Dengan demikian keseluruhan harta yang dimiliki janda atau duda adalah harta asal milik janda atau duda, separuh harta bersama, dan bagian warisan untuk janda atau duda87.

Janda dan duda merupakan ahli waris sababiyah dan termasuk kelompok ashabul furudh yang memiliki bagian tertentu. Janda dan duda tidak dapat menghijab para ahli waris manapun baik secara hirman maupun nuqsan. Atau sebaliknya janda dan duda tidak dapat dihijab oleh siapapun secara hirman kecuali secara nuqsan. Para ahli waris yang dapat menghijabnya secara nuqsan adalah:

1. Anak laki-laki 2. Anak perempuan

3. Ahli waris pengganti laki-laki maupun perempuan, seperti cucu dari pancar

87 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil, (Surabaya: Airlangga University Press, 2003), hlm. 62-64.

71 laki-laki atau perempuan.

Janda dalam pembagian waris menurut Islam berhak mendapatkan harta peninggalan dari suaminya baik dari harta bawaan maupun harta bersama. Namun pembagian tersebut ditentukan apakah janda tersebut mempunyai anak atau tidak dengan suaminya yang telah meninggal dunia atau cerai. Oleh sebab itu kedudukan janda atau duda ditentukan oleh keberadaan anak.

72 BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kedudukan kelebihan pembagian harta warisan (radd) untuk janda dan duda dalam hukum waris Islam dan pengaturannya dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).

3.1. Munculnya Radd

Di dalam Hukum Waris Islam ada masalah kewarisan yang memerlukan suatu penyelesaian secara khusus, masalah khusus dalam kewarisan ini timbul apabila dalam pembagian harta warisan terjadi kekurangan (aul) ataupun kelebihan harta (radd). Aul diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 192 yang menyatakan bahwa

³$pabila pembagian harta warisan diantara para ahli waris Dzawil Furudh menunjukkan bahwa angka pembilang lebih besar dari pada angka penyebut, angka penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan sesudah itu KDUWDZDULVDQGLEDJLVHFDUD$XOPHQXUXWDQJNDSHPELODQJ´

Definisi al-Aul menurut Istilah, adalah bertambahnya jumlah harta waris dari yang telah ditentukan dan berkurangnya bagian para ahli waris. Hal ini terjadi ketika makin banyaknya ashabul furudh sehingga harta yang dibagikan habis, padahal diantara mereka ada yang belum menerima bagian. Oleh karena itu, masalah pokoknya harus ditambah sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashabul furudh yang ada meskipun bagian mereka menjadi berkurang. Sebaliknya apabila terjadi kelebihan maka terjadi radd. Tidak ada nash secara khusus dalam Al 4XU¶DQ DWDX 6XQDK 5DVXO WHQWDQJ radd. Karena itulah ada perbedaan pendapat para ulama tentang radd. Pada prinsipnya perbedaan pendapat para ulama adalah ada atau tidak adanya radd. Radd muncul karena

73

adanya harta yang lebih setelah dibagikan dan tidak adanya ashabah. Munculnya radd ini bertujuan untuk mengembalikan sisa harta tersebut kepada para ahli waris dzawil furudh sesuai dengan bagian yang diterima masing-masing. Radd terjadi apabila memenuhi 3 rukun, yaitu terwujudnya ashabul furudh, terwujudnya kelebihan harta, dan tidak adanya ahli waris ashabah. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) masalah radd diatur dalam pasal 193 88.

Pendapat para ulama yang menerima adanya radd adalah sebagai berikut: 1. Pendapat Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab

Radd itu diberikan kepada ashabul furudh, kecuali suami, istri, ayah dan kakek pewaris. Karena suami atau istri bukanlah kerabat nasab. Dasar hukum yang menjadi pedoman mereka terdapat GDODP$O4XU¶DQVXUDW$OAnfal ayat 75, yang artinya:

´GDQ RUDQJ-orang yang memiliki hubungan kekerabatan itu sebagiannya lebih berhak daripada yang lainnya´

Sedangkan penjelasan dari Nabi SAW, ketika seorang perempuan datang kepada beliau dengan sebuah pertanyaan untuk status budak yang baru saja dia serahkan ke ibunya dalam beberapa hari kemudian meninggal dunia, bahwa budak pantas menerima pahala melalui jalan pewarisan.

2. Pendapat Usman bin Affan

Radd adalah sisa harta peninggalan yang dikembalikan kepada seluruh ahli waris (ashabul furudh) yang ada tanpa terkecuali. Bahwa radd dapat diberikan kepada seluruh ahli waris dzul furudh sekalipun kepada suami istri

88 ³$SDELOD GDODP SHPEDJLDQ KDrta warisan diantara para ahli warisnya dzawil furudh menunjukkan bahwa angka pembilang lebih kecil daripada angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris ashabah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara radd, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris, sedang sisanya dibagi secara berimbang diDQWDUDPHUHND´

74 menurut bagian mereka masing-masing. 3. Pendapat Muslich Maruzi

Sisa harta warisan (radd) tersebut jika terjadi kondisi dimana jumlah semua bagian ahli waris ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta warisan yang ada (harta warisan lebih banyak daripada jumlah bagian-bagian ahli waris). 4. 3HQGDSDWIXTDKD6\DIL¶L\DK\DLWX,EQX6DUDTDK4DGLDO-Husain al-Mutawally

bahwa kelebihan harta (radd), sebaiknya dikembalikan saja kepada ashhabul furudh ataupun dzawil arham jika ada, secara proporsional.

5. 3HQGDSDW$EGXOODK,EQX0DV¶XG

Radd dikembalikan kepada ahli waris dzawil furudh kecuali 7 (tujuh) ahli waris (ashabul furudh) orang, diantaranya suami atau istri, cucu perempuan garis laki-laki jika ada anak perempuan, saudara perempuan seayah jika bersama saudara perempuan sekandung, saudara-saudara seibu apabila bersama ibu, nenek jika ada dzawil furudh yang lebih berhak. Dalam hal ini ,EQX 0DV¶XG \DQJ GLLNXWL ROHK $OTDPDK GDQ ,PDP $KPDG ELQ +DQEDO  mengutamakan ahli waris yang berhak menerima radd adalah ahli waris yang terdekat. Sebagai contoh Nenek, yaitu nenek dekat dengan pewaris karena ada perantara perempuan lain (ibu) sehingga membatasi nenek untuk mendapatkan hak waris. Dengan demikian nenek tidak berhak mewaris daripada ahli waris yang mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih kuat.. 6. Pendapat Imam Ahmad bin hanbal dan Imam Abu Hanifah

Bahwa sisa harta setelah dibagikan kepada ashabul furudh (radd) diberikan kepada ashabul furudh senasab, kecuali suami istri, baik baitul mal terorganisir secara adil atau tidak, wajib diberikan kepada ashabul furudh.

75 7. 3HQGDSDW6\L¶DK=DLGL\DKGDQ,PDPL\DK

Kelebihan harta diserahkan kepada ahli waris sesuai dengan kadar masing-masing. Pertama, sisa harta diberikan kepada suami tidak kepada istri. Kedua, sisa harta diserahkan kepada suami atau istri secara mutlak dan dalam semua keadaan. Ketiga, sisa harta diberikan kepada suami atau istri manakala tidak ada imam yang adil, kalau ada imam yang adil maka sisa harta diserahkan kepada suami.

8. Pendapat Ibnu Abbas

Sisa harta diberikan kepada ahli waris (ashabul furudh) selain suami/istri dan nenek. Jika bersama ashabul furudh yang memiliki kekerabatan karena nasab. Jika tidak ada, maka boleh mendapatkan pengembalian. Oleh karena itu, nenek tidak boleh mendapatkan bagian lebih dari apa yang telah ditetapkan, kecuali jika tidak ada ashabul furudh, yang memiliki hubungan karena nasab. Adapun hadits Rasulullah SAW yang digunakan Ibnu Abbas untuk memperkuat pengecualiannya terhadap nenek, yang artinya:

³'DUL,EQX%XUDLGDKUD\DQJPHQHUDQJNDQEDKZDVDQ\D1DEL0XKDPPDG SAW menjadikan bagian seperenam untuk nenek, bila tidak didapati ibu bersamDQ\D´ +5$EX'DXG 

Oleh karena itu, nenek tidak boleh mendapatkan bagian lebih dari apa yang telah ditetapkan, kecuali jika tidak ada dzawil furudh yang memiliki hubungan kekerabatan karena nasab.

Pendapat yang menerima penyelesaian sisa harta warisan dengan cara radd sesuai dengan tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, radd secara tegas diatur dalam pasal 193 Kompilasi Hukum Islam (KHI), kedudukan ahli waris tentunya lebih berhak menerima harta sisa daripada orang

76

lain. Mengenai kedudukan boleh tidaknya janda atau duda menerima radd perlu adanya pemikiran kembali, penafsiran kembali dan penegasan kembali sesuai dengan teori reactualisasi hukum Islam khususnya penegasan ahli waris siapa saja yang dimaksuddalam pasal 193 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Sedangkan pendapat para ulama yang menolak adanya radd adalah sebagai berikut:

1. Pendapat Zaid bin Tsabit, Urwah ibnu Zubeir, dan Sulaiman ibnu Yasar Kelebihan (sisa) harta warisan setelah diambil oleh ashabul furudh, diserahkan ke Baitul Mal untuk disalurkan kepada masyarakat Islam. Pendapat tersebut memiliki beberapa alasan, yaitu:

a. 7HUGDSDWGDODP$O4XU¶DQVXUDW$Q1LVDD\DW-14, yang artinya:

³ +XNXP-hukum tersebut) itu merupakan ketentuan dari Allah SWT. Barangsiapa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedangkan ia kekal di dalamnya. Dan baginya siksa yang PHQJKLQDNDQ´

b. 1DEL 6$:  PHQHJDVNDQ EDKZD ³$OODK WHODK PHPEHUL EDJLDQ NHSDGD \DQJEHUKDNVHVXDLGHQJDQKDNQ\D´ 5LZD\DWDO-Tirmizi)

c. Ahli waris yang telah menerima bagian, tidak memiliki jalan lain untuk menerimanya.

3. 3HQGDSDW,PDP6\DIL¶LGDQ,PDP0DOLNL

Sisa harta yang tersisa setelah bagian ashabul furudh dibagikan (radd), tidak bisa dikembalikan kepada ashabul furudh, tetapi harus diserahkan ke baitul mal. Demikian juga tidak boleh diserahkan kepada dzawil arham, baik keadaan kas baitul mal teratur dalam melaksanakan tugasnya ataupun tidak.

77

Oleh karena itu, sisa harta setelah dibagikan kepada ahli waris dzul furudh tidak dapat dimiliki oleh seorang ahli waris karena tidak ada jalan untuk memilikinya dan harus diserahkan ke baitul mal.

Berdasarkan pendapat yang menolak adanya penyelesaian sisa harta warisan dengan cara radd dapat dipahami sebaiknya sisa harta tersebut diserahkan dan digunakan untuk kemaslahatan umat yang lebih besar. Tujuan hukum sendiri adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Radd sudah diatur didalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), yaitu dalam pasal 193, radd dapat diberikan kepada semua ashabul furudh, tanpa dijelaskan suami atau istri termasuk ahli waris yang diperbolehkan menerima radd, dilihat dari segi keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum seharusnya radd tetap diberikan kepada ahli waris dengan mempertimbangkan kemaslahatan keluarga pewaris lebih utama sebelum mewujudkan kemaslahatan umat secara umum.

3.2 Penyelesaian Masalah Radd

Penyelesaian masalah radd ada 4 (empat) cara atau hukum tersendiri, yaitu: 1. Adanya pemilik bagian yang sama (tanpa suami atau istri)

Pembagian harta warisan secara langsung dapat dibagikan merata kepada seluruh ahli waris berdasarkan jumlah bagian mereka dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang singkat. Misalnya: si pewaris meninggalkan tiga anak perempuan, maka harta peninggalan tersebut dibagikan sesuai jumlah ahli waris. Bagian mereka sesuai fardh yaitu 2/3, dan sisanya diselesaikan secara radd. Jadi pembagian hak waris masing-masing sesuai dengan jumlah mereka. Contoh kasusnya adalah:

78

Pewaris meninggalkan harta sejumlah Rp. 12.000.000,-. Ahli warisnya terdiri dari ibu. Maka berapakah bagian ibu?

Tabel 9. Contoh Kasus Radd 7 Ahli Waris Bagian AM (6) HW (Rp. 12.000.000,-) Penerimaan Ibu 1/3 2 2/6 x Rp. 12.000.000,- = Rp. 4.000.000,- 2 Jumlah = Rp. 4.000.000,- Maka sisa harta Rp 12.000.000 ± Rp 4.000.000 = Rp 8.000.000 (sisa ini diberikan kepada ibu)

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

2. Adanya pemilik bagian yang berbeda (tanpa suami atau istri)

Harta peninggalan dibagikan berdasarkan jumlah bagian ahli waris, bukan pada jumlah mereka. Sebagai contoh, si pewaris meninggalkan satu anak perempuan (setengah) dan satu cucu perempuan pihak anak laki-laki (seperenam). Berdasarkan jumlah bagian kedua ahli waris adalah empat (4). Karena berdasarkan dari hasil penjumlahan yang tadinya 6 berubah menjadi 4. Contoh kasusnya adalah:

Pewaris meninggalkan harta sejumlah Rp. 12.000.000,-. Ahli warisnya terdiri dari ibu dan dua saudara seibu. Maka berapakah bagian ibu dan dua saudara seibu?

Tabel 10. Contoh Kasus Radd 8 Ahli Waris Bagian AM (6) HW (Rp. 12.000.000,-) Penerimaan Ibu 1/6 1 1/6 x Rp. 12.000.000,- = Rp. 2.000.000,- 2 saudara seibu 1/3 2 2/6 x Rp 12.000.000,- = Rp. 4.000.000,- Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

79

3. Adanya pemilik bagian yang sama (ternasuk suami atau istri)

Harta peninggalan dibagikan kepada ahli waris yaitu yang tidak menerima radd suami (duda) atau istri (janda) dan sisanya kemudian dibagikan kepada ahli waris lain (ashabah) sesuai dengan jumlah mereka. Misalnya: pewaris meninggalkan ahli waris suami dan 2 anak perempuan. Maka suami berhak memperoleh seperempat (1/4) bagian berarti satu, dan mengenai sisanya tiga perempat (3/4) bagian dibagikan secara merata kepada kedua anak perempuan tersebut. Contoh kasusnya adalah:

Pewaris meninggalkan harta sejumlah Rp. 12.000.000,-. Ahli warisnya adalah suami atau duda dan dua anak perempuan. Maka berapakah bagian suami dan dua anak perempuan?

Tabel 11. Contoh Kasus Radd 9 Ahli Waris Bagian AM (4) HW (Rp. 12.000.000,-) Penerimaan Suami ¼ 1 1/4 x Rp. 12.000.000,- = Rp. 3.000.000,- 2 anak perempuan ¾ 3 3/4 x Rp 12.000.000,- = Rp. 9.000.000,- Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

4. Adanya pemilik bagian yang berbeda (termasuk suami atau istri)

Pembagian harta peninggalan dengan 2 cara, yaitu pertama, berdasarkan susunan ahli warisnya tanpa ada duda atau janda dan yang kedua, berdasarkan susunan ahli warisnya ada duda atau janda. Selanjutnya dapat diselesaikan dengan melihat 3 perihal pembanding yaitu tamaatsul (kemiripan), tawaafuq (sepadan), dan tabaayun (perbedaan). Contoh kasusnya adalah:

Pewaris meninggalkan harta sejumlah Rp. 24.000.000,-. Ahli warisnya adalah istri, ibu dan saudara seibu. Maka berapakah bagian istri, ibu dan saudara seibu?

80

Tabel 12. Contoh Kasus Radd 10 Ahli Waris Bagian AM (12-6) HW (Rp. 24.000.000,-) Penerimaan Janda ¼ 3 3/12 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 6.000.000,- Ibu 1/6 2 2/12 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 4.000.000,- Saudara seibu 1/3 4 4/12 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 8.000.000,- jumlah = Rp. 18.000.000,- (sisa harta Rp 24.000.000 ± Rp 18.000.000 = Rp 6.000.000)

Sisa harta tersebut diberikan kepada ibu dan saudara seibu

Ibu 1/6 1 1/3 x Rp 6.000.000,- = Rp. 2.000.000,- Saudara

seibu 1/3 2 2/3 x Rp 6.000.000,- = Rp. 4.000.000,- 3 Jumlah = Rp. 6.000.000,- Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

3.3 Penyelesaian Masalah Radd Untuk Janda dan Duda

Berikut ini adalah contoh perhitungan dalam menyelesaikan masalah radd untuk janda dan duda, yaitu:

1. Jika seorang suami meninggal dunia hanya meninggalkan istri saja. Harta yang ditinggal sejumlah Rp 50.000.000,- . Maka cara penyelesaiannya:

Tabel 13. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 1 Ahli Waris Bagian AM (4) HW (Rp. 50.000.000,-) Penerimaan Isteri (janda) ¼ 1 1/4 x Rp. 50.000.000,- = Rp. 50.000.000,- 1 Jumlah = Rp. 50.000.000,- Maka istri tersebut mendapatkan seluruh harta waris 1/4 (karena tidak ada anak) + sisa harta (radd)

81

2. Jika seorang istri meninggal dunia hanya meninggalkan suami saja. Harta yang ditinggal sejumlah Rp 25.000.000,- . Maka cara penyelesaiannya:

Tabel 14. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 2 Ahli Waris Bagian AM (2) HW (Rp. 25.000.000,-) Penerimaan Isteri (janda) ½ 1 1/2 x Rp. 25.000.000,- = Rp. 25.000.000,- 1 Jumlah = Rp. 25.000.000,- Maka suami tersebut mendapatkan seluruh harta waris 1/2 (karena tidak ada anak) + sisa harta (radd)

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

3. Harta peninggalan pewaris sejumlah 36 hektar sawah. Ahli waris terdiri dari suami (duda), ibu, kakek dan 2 saudara kandung perempuan. Maka cara penyelesaiannya adalah:

Tabel 15. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 3 Ahli Waris Bagian AM (6) HW (36 h.a) Penerimaan Suami

(duda) ½ 3 3/6 x 36 h.a = 18 h.a

(sisa harta 36 h.a ± 18 h.a = 18 h.a)

Ibu 1/6 1 1/3 x 18 h.a = 6 h.a

Kakek 1/6 1 1/3 x 18 h.a = 6 h.a

2 saudara kandung perempuan

1/6 1 1/3 x 18 h.a = 6 h.a

3 Jumlah = 36 h.a

Sisa harta diberikan kepada ibu, kakek dan 2 saudara kandung perempuan Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

82

4. Harta warisan pewaris sejumlah 12 h.a. Ahli warisnya terdiri dari suami, ibu, kakek dan 2 saudara kandung laki-laki. Maka cara penyelesaiannya:

Tabel 16. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 4 Ahli

Waris Bagian

AM

(6) HW (12 h.a) Penerimaan

Suami

(duda) 1/2 3 3/6 x 12 h.a = 6 h.a

(sisa harta 12 h.a ± 6h.a = 6 h.a)

Ibu 1/6 1 1/3 x 6 h.a = 2 h.a

Kakek 1/6 1 1/3 x 6 h.a = 2 h.a

2 saudara kandung laki-laki

1/6 1 1/3 x 6 h.a = 2 h.a

3 Jumlah = 12 h.a

Sisa harta diberikan kepada ibu, kakek dan 2 saudara kandung perempuan Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

5. Harta warisan pewaris sejumlah Rp. 8.400,000,-. Ahli warisnya adalah istri dan ibu. Maka cara penyelesaiannya:

Tabel 17. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 5 Ahli Waris Bagian AM (12) HW (Rp. 8.400.000,-) Penerimaan Isteri (janda) ¼ 3 3/7 x Rp. 8.400.000,- = Rp. 3.600.000,- Ibu 1/3 4 4/7 x Rp 8.400.000 = Rp. 4.800.000,- 7 Jumlah = Rp. 8.400.000,- Sisa harta diberikan kepada ibu

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

6. Harta warisan pewaris sejumlah Rp. 24.000,000,-. Ahli warisnya adalah isteri (janda), nenek, dan 2 saudara seibu. Maka cara penyelesaiannya:

83

Tabel 18. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 6 Ahli Waris Bagian AM (12) HW (Rp. 24.000.000,-) Penerimaan Isteri (janda) ¼ 3 3/12 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 6.000.000,- (sisa harta Rp 24.000.000 ± Rp 6.000.000 = Rp 18.000.000) Nenek 1/6 2 2/6 x Rp 18.000.000,- = Rp. 6.000.000,- 2 saudara seibu 1/3 4 4/6 x Rp 18.000.000,- = Rp. 12.000.000,- 6 Jumlah = Rp. 24.000.000,- Sisa harta diberikan kepada nenek dan 2 saudara seibu

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

7. Harta warisan pewaris sejumlah Rp. 48.000,000,-. Ahli warisnya adalah 4 isteri (janda), 8 anak perempuan, dan 6 nenek. Maka cara penyelesaiannya:

Tabel 19. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 7 Ahli Waris Bagian AM (24) HW (Rp. 48.000.000,-) Penerimaan 4 Isteri (janda) 1/8 3 3/24 x Rp. 48.000.000,- = Rp. 6.000.000,- (sisa harta Rp 48.000.000 ± Rp 6.000.000 = Rp 42.000.000) 8 anak perempuan 2/3 16 4/5 x Rp 42.000.000,- = Rp. 33.600.000,- 6 nenek 1/6 4 1/5 x Rp 42.000.000,- = Rp. 8.400.000,- 20 Jumlah = Rp. 48.000.000,- Sisa harta diberikan kepada 8 anak perempuan dan 6 nenek

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

8. Harta warisan pewaris berupa sawah seluas 12 h.a. Ahli warisnya adalah suami (duda) dan 5 anak perempuan. Maka cara penyelesaiannya:

84

Tabel 20. Contoh Kasus Radd untuk Janda dan Duda 8 Ahli Waris Bagian AM (12) HW (12 h.a) Penerimaan Suami

(duda) ¼ 3 3/12 x 12 h.a = 3 h.a

(sisa harta 12 h.a ± 3 h.a = 9 h.a ) 5 anak

perempuan 2/3 8 8/8 x 9 h.a = 9 h.a 8 Jumlah = 12 h.a Sisa harta diberikan kepada 5 anak perempuan

Sumber: Bahan Hukum Primer, diolah, 2017.

3.4 Pendapat Para Fuqaha atau Ulama tentang Radd untuk Janda dan Duda Pendapat para fuqaha atau ulama yang menyetujui tentang radd untuk janda dan duda adalah pendapat Sayyidina Utsman r.a89 bahwa radd itu dapat diberikan kepada seluruh para ahli waris ashabul furudh, termasuk kepada suami (duda) dan istri (janda) menurut perbandingan bagian mereka masing-masing. Sebab, jumlah bagian-bagian ahli waris lebih banyak dari asal masalah, sehingga semua kena pengurangan dalam penerimaan menurut perbandingan bagian mereka masing-masing. Demikian pula dengan suami isteri juga terkena pengurangan. Apabila harta warisan yang dibagikan kepada ahli waris masih terdapat sisa harta, tidak ada pengecualian, semua harus mendapatkan tambahan menurut perbandingan bagian mereka masing-masing.

Di dalam Undang-undang hukum kewarisan Mesir juga mengambil pendapat Sayyidina Utsman r.a, meskipun pada prinsipnya suami isteri tidak dapat

89 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz 7, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), hlm. 46. Lihat juga Hasan Yusuf Ghazali, al-Miras ala al-Mazahibul Arba'ah dirasatan watatbikhan, (Ttp: Daar al-Fikr, 2003), hlm. 113

85

menerima radd. Undang-undang tersebut menetapkan adanya radd untuk salah satu diantara suami atau isteri meninggal dunia tidak meninggalkan ahli waris ashabah, ashabul furudh ataupun dzawil arham, maka salah satu dari suami isteri dapat menerima radd. Undang-undang Mesir Pasal 30 mengatur mengenai radd

Dokumen terkait