• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.2. Sumber Hukum Waris Islam

1. Sebagai peraturan-peraturan tentang hal pembagian harta warisan

2. Sebagai peraturan-peraturan menghitung bagian dari masing-masing ahli waris yang berhak mendapatkan harta warisan.

2.1.2. Sumber Hukum Waris Islam

Sumber pokok Hukum Waris Islam adalah Al-4XU¶DQ +DGLWV6XQDK 5DVXO dan Ijtihad.

a. Al-4XU¶DQ

Sebagai sumber hukum, Al-4XU¶DQ PHUXSDNDQ VXPEHU KXNXP Islam yang pertama dan utama. Di bidang kewarisan, Al-4XU¶DQ PHQMHODVNDQ VHFDUD terperinci mengenai siapa saja yang berhak mendapatkan harta warisan (sebagai ahli waris) dan berapa besar bagiannya masing-masing seperti yang terdapat dalam Surat An-Nisa ayat 7,11,12, 33, 176, surat Al Ahzab ayat 6 dan Surat Al-Anfal ayat 75. Ayat Al-4XU¶DQ\DQJ mengatur tentang kewarisan secara jelas dan terperinci diatas adalah sebagai berikut:

1. Surat An-Nisa ayat 11

Ayat tersebut 25 mengatur tentang perolehan warisan bagi anak, ibu dan bapak serta soal wasiat dan hutang.

25 ³Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua bapak ibu, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua bapak ibunya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut diatas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh $OODK 0DKD 0HQJHWDKXL 0DKD %LMDNVDQD´ /LKDW 'HSDUWHPHQ $JDPD 5, $O 4XU¶DQ GDQ Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan .LWDE6XFL$O4X¶UDQ hlm. 116.

30

Surat An-Nisa ayat 11 ini menjelaskan beberapa garis hukum waris, yaitu: a. Anak perempuan jika hanya seorang saja, maka bagiannya setengah

b. Jika anak perempuan ada dua orang atau lebih, maka bagiannya dua pertiga

c. Jika anak perempuan bersama dengan anak laki-laki maka bagian untuk anak laki-laki dua kali dari bagian anak perempuan

d. Jika pewaris mempunyai anak, maka ibu dan bapak bagiannya masing-masing seperenam

e. Jika pewaris tidak memiliki anak dan ia diwarisi oleh bapak ibunya saja, maka bagian ibu sepertiga

f. Jika pewaris memiliki beberapa saudara, maka ibunya mendapatkan seperenam

g. Pembagian warisan tersebut dilakukan setelah dikeluarkannya wasiat dan hutang pewaris.

2. Surat An Nisa ayat 12

Ayat ini 26 menjelaskan perolehan warisan bagi duda, janda dan saudara-saudara beserta wasiat dan hutang.

Surat An-Nisa ayat 12 ini menjelaskan beberapa garis hukum waris, yaitu:

26 ³'an bagianmu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-strimu, jika mereka tidak memiliki anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu memiliki anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan sesudah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (sesudah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan sesudah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam yang sepertiga itu, sesudah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (sesudah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi 0DKD3HQ\DQWXQ´ Lihat Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 117.

31

a. Duda mendapat bagian seperdua, jika pewaris tidak mempunyai anak b. Jika mempunyai anak, maka bagian duda adalah seperempat

c. Janda mendapat bagian seperempat, jika pewaris tidak mempunyai anak d. Jika mempunyai anak. Maka bagian janda adalah seperdelapan

e. Saudara seibu bagiannya seperenam, jika hanya seorang saja

f. Jika saudara seibu lebih dari satu orang, maka mereka secara bersama-sama mendapatkan sepertiga

g. Pembagian warisan tersebut dilakukan setelah dikeluarkannya wasiat dan hutang pewaris.

3. Surat An Nisa ayat 176

Ayat ini 27 menjelaskan tentang kalalah dan pengaturan warisan untuk saudara sekandung atau sebapak.

Surat An-Nisa ayat 176 ini diperuntukkan bagi saudara sekandung dan seayah, dan garis hukum warisnya adalah:

a. Saudara perempuan jika hanya seorang saja dan tidak memiliki anak, maka bagiannya seperdua

b. Jika saudara perempuan ada lebih dari seorang dan tidak mempunyai anak, maka bagiannya dua pertiga

27

³0HUHND PHPLQWD IDWZD NHSDGDPX WHQWDQJ NDODODK  .DWDNDQODK ³$OODK PHPEHUL IDWZD kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkannya. Dan jika mereka (ahli waris terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara-saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah 0DKD0HQJHWDKXLVHJDODVHVXDWX´/LKDWDepartemen Agama RI, op.cit, hlm. 153.

32

c. Jika saudara perempuan bersama saudara laki-laki dan tidak mempunyai anak, maka bagian mereka bersama-sama menghabiskan semua harta dengan ketentuan bagian laki-laki dua kali bagian perempuan.

4. Surat An Nisa ayat 7

Ayat ini 28 menerangkan tentang hak waris bagi laki-laki maupun perempuan terhadap ibu, ayah dan kerabatnya serta sedikit atau banyak menurut cara yang telah ditentukan.

5. Surat An Nisa ayat 33

Ayat ini 29 menerangkan bahwa Allah menjadikan pewaris bagi tiap harta peninggalan oleh ibu, bapak dan kerabat.

6. Surat Al Anfal ayat 75

Ayat ini 30 menerangkan bahwa Allah menjadikan pewaris bagi tiap harta peninggalan oleh ibu, bapak dan kerabat.

7. Surat Al Ahzab ayat 6

Ayat ini 31 menerangkan keutamaan ahli waris yang memiliki hubungan keluarga dibanding dengan hubungan antara sesama Muslim.

28 ³%DJL orang laki-laki ada bagian dari harta peninggalan yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan kerabat-kerabatnya, dan bagi wanita ada bagian (pula) dari harta peninggalan yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan kerabat-kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak menurut bagian yang telah diWHWDSNDQ´/LKDW'HSDUWHPHQ$JDPD5,op.cit.

29 ³'DQ XQWXN PDVLQJ-masing (laki-laki dan perempuan) Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya. Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka EDJLDQQ\D 6XQJJXK $OODK 0DKD 0HQ\DNVLNDQ VHJDOD VHVXDWX´ /LKDW 'HSDUWHPHQ $JDPD 5, op.cit, hlm. 122.

30³'DQ RUDQJ-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang memiliki hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. 6XQJJXK$OODK0DKD0HQJHWDKXLVHJDODVHVXDWX´/LKDW'HSDUWHPHQ$JDPD5,, op.cit, hlm. 274. 31 ³1DELLWXOHELKXWDPDEDJLRUDQJ-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang memiliki hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). 'HPLNLDQODKWHODKWHUWXOLVGDODP.LWDE $OODK ´/LKDWIbid, hlm. 667.

33 b. Sunah

Hadits atau Sunah Rasul adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-4XU¶DQ berupa perkataan, perbuatan serta sikap diam Rasulullah yang tercatat dalam kitab-kitab hadits. Yang merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Al-4XU¶DQ32 Hadits atau Sunah Rasul disatu sisi merupakan sumber yang berdiri sendiri, dan disisi lain tidak merupakan sumber hukum yang berdiri sendiri karena sifat gandulannya terhadap Al-4XU¶an.33

Hadits atau Sunah Rasul mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu:

1. Sunah sebagai penguat hukum dalam Al-4XU¶DQ LQL VHSHUWL 6XQDK 1DEL Muhammad SAW dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim \DQJ PDNVXGQ\D ³%HULNDQ IDUD¶LG bagian yang telah ditetapkan dalam Al-4XU¶DQNHSDGD \DQJ EHUKDN PHQHULPDQ\DGDQ VHOHELKQ\D EHULNDQODKNHSDGD keluarga laki-ODNL\DQJWHUGHNDW´

2. Sebagai penjelasan Al-4XU¶DQVHEDJDLFRQWRK6XQDKWHQWDQJEDWDVDQZDVLDW hanya sepertiga dari harta warisan, yang merupakan penjelasan Surat Al-Baqarah ayat 180 dan 240. Dimana kedua ayat tersebut tidak dijelaskan berapa harta warisan diberikan dalam wasiat tersebut.

3. Sebagai pembentuk hukum baru, artinya belum ada hukum warisan di dalam Al-4XU¶DQ PLVDOQ\D NHWHQWXDQ KXNXP ZDULV DQWDUD RUDQg yang berbeda agama, salah satunya beragama Islam, tidak dapat saling mewarisi.34

Hadits atau Sunah Rasul yang menjelaskan tentang hukum kewarisan adalah:

32 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 86.

33 Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 59.

34 Komari, Laporan Akhir Kompendium Bidang Hukum Waris, (Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan HAM, 2011), hlm. 77-78.

34

1. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, dalam terjemahannya yaitu: 35

³%HULNDQODK EDJLan-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu sisanya untuk laki-ODNL\DQJOHELKXWDPD´

2. Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad dari Jabir. 36 3. Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Surabil.37 4. Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi dari Usman bin Husin,

dalam terjemahannya, yaitu:38

³'DUL 8PUDQ ELQ +XVHLQ EDKZD VHVHRUDQJ ODNL-laki mendatangi Nabi SAW sambil berkata, bahwa anak dari anak laki-laki saya meninggal dunia, apa yang saya dapat dari harta warisannya. Nabi berkata: kamu PHQGDSDWVHSHUHQDP´

5. +DGLWV5LZD\DW$Q1DVD¶L$EX'DXGGDQ,EQX0DMDKGDUL4XEDLVKDKELQ Zueb.39

35 Idris Djafar dan Taufik Yahya, Op.cit., hlm. 22.

36 ³-DQGD 6DDG LEQ 5DEL GDWDQJ NHSDGD 5DVXO saw dengan membawa dua orang anak perempuannya, lalu ia berkata: Ya Rasul Allah, ini ada dua orang anak perempuan Saad yang telah gugur dalam peperangan bersama anda di Uhud. Paman mereka mengambil harta yang ditinggalkan ayah mereka dan tidak sedikitpun diberikan untuk mereka. Keduanya tidak mungkin kawin tanpa harta. Nabi berkata: ³Allah akan menetapkan hukum dalam kejadian itu´. Sesudah itu turunlah ayat-ayat tentang kewarisan. Kemudian Nabi memanggil si paman dan berkata: Berilah dua pertiga untuk dua orang anak perempuan Saad, seperdelapan untuk jandanya dan yang sisanya adalah untukmu.´/LKDW Ibid.

37 ³'DULKX]DLOELQ6XUDKELOEHUNDWD$EX0XVDGLWDQ\DWHQWDQJkasus kewarisan seorang anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki dan seorang saudara perempuan. Abu Musa berkata: ³Untuk anak perempuan setengah, untuk saudara perempuan setengah. Datanglah kepada ,EQX 0DV¶XG WHQWX GLD DNDQ PHQgatakan seperti itu pula.´ Kemudian ditanyakan kepada Ibnu 0DV¶XG GDQ GLD PHQMDZDE³Saya menetapkan berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW, Yaitu untuk anak perempuan setengah, untuk cucu perempuan seperenam sebagai pelengkap GXD SHUWLJD VLVDQ\D XQWXN VDXGDUD SHUHPSXDQ´ /LKDW $PLU 6\DULIXGGLQ Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 13.

38 Lihat Ibid.

39 ³'DUL 4XEDLVKDK ELQ =XHE \DQJ EHUNDWD VHseorang nenek mendatangi Abu bakar yang meminta warisan dari cucXQ\D %HUNDWD NHSDGD $EX %DNDU´Saya tidak menemukan sesuatu untukmu dalam Kitab Allah dan saya tidak mengetahui ada hakmu dalam sunah Nabi. Kembalilah dulu, nanti saya akan bertanya kepada orang lain tentang hal ini.´ MughLUDKELQ6\X¶EDKEHUkata: ³Saya pernah menghadiri Nabi yang memberikan hak nenek sebanyak seperenam.´ %HUNDWD $EX %DNDU³Apakah ada orang lain selain kamu yang mengetahuinya"´ Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata seperti yang dikatakan Mughirah. Maka akhirnya Abu bakar memberikan hak ZDULVDQQHQHNLWX´/LKDWAmir Syarifuddin, Op.cit., hlm. 14.

35

6. Hadits Riwayat Bukhari Muslim dari Saad bin Abi Waqqas tentang batas maksimal pelaksanaan wasiat.40

7. Hadits Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, dalam terjemahannya, yaitu:41

³'DUL$EX+XUDLUDK1DEL0XKDPPDGEHUVDEGD3HPEXQXKWLGDNEROHK PHZDULV´

8. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Usman bin Zaid, dalam terjemahannya, yaitu:

³6HRUDQJ 0XVOLP WLGDN PHZDULVL QRQ PXVOLP GDQ QRQ PXVOLP WLGDN PHZDULVLPXVOLP´42

9. Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin µAbdullah dan Al Miswar bin Makhramah, dalam terjemahannya, yaitu:

³6HRUDQJED\LWLGDNEHUKDN mendapatkan harta warisan kecuali ia lahir dalam keadaan bergerak dengan jeritan. Gerakannya diketahui dari WDQJLVWHULDNDQGDQEHUVLQ´43

10. Hadits Riwayat Abu Daud, tirmizi dan Ibnu majah dari Ibnu Amir al-Husaini, dalam terjemahannya, yaitu:

³6DXGDUDODNL-laki dari ibu adalah ahli waris bagi seseorang yang tidak DGDDKOLZDULVQ\D´44

40 ³5DVXOXOODK6$:GDWDQJPHQMHQJXNNXSDGDWDKXQKDMLZDGDGLZDNWXDNXPHQGHULWDVDNLW keras. Lalu aku bertanya kepada beliau, Wahai Rasulullah SAW aku sedang menderita sakit keras, bagaimana pendepatmu, aku ini orang berada sementara tidak ada orang yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan, apakah aku seadekah (wasiat) kan dua pertiga hartaku? Jangan jawab Rasul. Aku bertanya: Sepertiga, Rasul menjawab: sepertiga, sepertiga adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli warismu dalam keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang EDQ\DN´/LKDW$KPDG5DILTFiqh Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1983), hlm. 21. 41 Amir Syarifuddin, op.cit., hlm. 23.

42 Ibid, hlm. 14. 43 Ibid, hlm. 16. 44

36 c. Ijtihad

Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dengan menggunakan segenap kemampuan yang dilakukan oleh para ahli hukum yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum jelas dan tidak ada ketentuannya dalam Al 4XU¶DQGDQ6XQDK5DVXO.45

Ijtihad merupakan sumber hukum setelah Al-4XU¶DQGDQ6XQDKEHUGDVDUNDQ KDGLWV 0X¶DG] LEQX -DEDO NHWLND 5DVXOXOODK 6$: PHQJXWXV 0X¶DG] NH <DPDQ untuk menjadi hakim. Ijtihad dalam hukum waris Islam telah dilakukan oleh umat Islam VHMDNGDKXOX\DLWXJRORQJDQ$KOL6XQDKGDQJRORQJDQ6\L¶DK'L,QGRQHVLD ijtihad hukum waris Islam ini dilakukan oleh Hazairin. Kemudian oleh para hakim peradilan agama melalui putusan melalui putusan pengadilan yang menjadi yurisprudensi. Di Indonesia telah mengeluarkan peraturan mengenai hukum kewarisan Islam yang terdapat pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) sesuai Inpres Nomor 1 Tahun 1991.

Dokumen terkait