• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENGANTAR

C. Natrium Tiosulfat

1. Jantung

Fungsi utama jantung adalah sebagai pompa dalam sistem transport yang bertanggung jawab membawa gas nutrisi, produk-produk sampah, dan zat- zat

lainnya dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Jantung sebagai pompa merupakan salah satu bagian dari sistem kardiovaskular disamping sistem pembuluh darah dan darah. Ketiga komponen tersebut dapat dipengaruhi oleh zat toksik (Stine and Brown, 1996)

Jantung Merupakan organ berotot yang memompa darah ke arteri. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan :

a. Endokardium (lapisan yang paling dalam, yang kontak dengan darah) (Bergman, Adel, and Paul, 1996).

b. Miokardium terdiri dari otot jantung dan berhubungan dengan tunika media dari dinding pembuluh darah. (Bergman, 1996).

c. Epikardium (lapisan terluar) (Bergman, 1996). 2. Lambung

Lambung memiliki sejumlah fungsi disamping penyimpanan makanan dan pengendalian pelepasannya kedalam duodenum. Asam hidroklorida membunuh banyak bakteri yang ditelan. Sel parietalis dalam mukosa lambung juga mensekresi faktor intrinsik, suatu senyawa yang diperlukan bagi absorpsi sianokobalamin (vitamin B 12) dari usus halus.

3. Usus halus

Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum, bagian awal; bagian tengah, jejunum; dan bagian akhir adalah ileum. Lipatan mukosal dan submukosal nya berbentuk plicae circulares, valves of keckring, atau valvulae conniventes. Lipatan- lipatan tersebut tidak terdapat pada bagian awal duodenum, paling banyak terdapat di jejunum, dan jarang terdapat di ileum, dinding usus halus terdiri dari 4

lapisan sama seperti yang ada di lambung, yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (kecuali pada bagian duodenum, yang mana adalah retroperitoneal dan karena itulah tidak terdapat lapisan terluar mesotelial, turunan dari peritoneum) (Bergman, 1996).

Usus halus atau usus dua belas jari dan usus besar adalah bagian dari usus. Panjang usus halus sekitar 4-7 meter, panjangnya bervariasi sejalan dengan kontraksi dan relaksasi dinding otonya (Anonim, 1987). Usus halus dibagi menjadi dupdenum, jejenum, dan ileum. Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Mukosa pada usus halus terselubung dengan vili yang bentuknya seperti jari- jari, yang membuat usus halus mempunyai permukaan yang luas (sekitar 10 m2 ). Terdapat sekitar 25- 40 vili/mm2 , setiap vili panjangnya sekitar 1 mm. Pada duodenum dan jejenum, mukosa terbenam di dalam lipatan- lipatan dan vili panjang-panjang dan sangat rapat. Mengarah ke ileum, lapisan mukosanya lebih sedikit lipatannya, dindingnya lebih tipis, dan vilinya lebih pendek dan lebih jarang. Semua pencernaan dan penyerapan yang penting terjadi didalam usus halus. Baik lambung maupun usus besar dapat diangkat seluruhnya tanpa menyebabkan dampak yang serius. Kira- kira sampai sepertiga usus halus dapat diangkat tanpa memberikan efek pada pencernaan, dan daya tahan hidup masih dapat dimungkinkan dengan kira-kira 1 meter usus halus dalam keadaan utuh (Anonim, 1987b).

4. Hati

Hati mempunyai banyak fungsi kompleks, di antaranya pembentukan empedu, penyimpanan dan pelepasan karbohidrat, pembentukan urea, pembuatan

protein plasma, pentak-aktifan sejumlah hormon polipeptida, pengurangan dan konjugasi hormon korteks adrenalis dan steroid gonad. Sintesis 25- hidroksikolekalsiferol, detoksikasi banyak obat dan toksin, dan banyak fungsi yang berhubungan dengan metabolisme lemak (Ganong, 1995). Ketika produk dari pencernaan mencapai hati, maka produk-produk ini dipecah menjadi bentuk- bentuk senyawa anorganik baru:

Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia yang terdiri dari 4 bagian, lobus yang tidak lengkap yang terpisah, tertutup oleh selaput jaringan penghubung (selaput Glisson) dan terselubungi secara tidak lengkap oleh peritoneum. Bagian selaput yang lebih tebal adalah pada bagian hilum (porta hepatik), dimana pembuluh darah dan pembuluh limfa serta saluran empedu yang keluar dan masuk hati (Bergman, 1996).

5. Ginjal

Ginjal berfungsi memfilter sampah nitrogen terutama sebagai urea dan toksin-toksin lain dari darah dan mengontrol kehilangan air dan elektrolit dalam urine, dengan demikian mempertahankan keseimbangan yang tepat dari substansi ini dalam tubuh. Dengan mengendalikan komposisi dan volume cairan ekstraseluler, yang memelihara lingkungan yang diatur secara ketat yang diperlukan oleh sel-sel yang strukturnya sangat rumit dan halus jika ingin sel-sel ini berfungsi dengan tepat (Anonim, 1987b).

6. Paru

Paru berfungsi sebagai alat pernafasan, Fungsi sistem pernafasan adalah untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah, dan

memungkinkan karbondioksida terlepas dari darah ke udara bebas (Anonim, 1987a).

Bagian akhir dari bronkeolus adalah duktus alveolaris, yang tampak dari adanya sejumlah alveoli atau tidak adanya dinding bronkeolar, dan bagian otot polos menggemb ung menjadi lumen dari duktus alveolaris. duktus alveolaris berakhir di atria yang kemudian terbagi menjadi dua atau lebih sakus alveolaris. Alveoli adalah bagian terkecil dan terbanyak jumlahnya pada sistem pernafasan. Pertukaran gas terjadi di alveoli me lewati blood-air barrier (Bergman, 1996).

E. Kerusakan Organ

Hiperemi adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan didalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Jika dilihat dengan mata telanjang, maka daerah jaringan atau organ yang mengalami hiperemi berwarna lebih merah (ungu) karena bertambahnya darah didalam jaringan. Secara mikroskopis kapiler- kapiler dalam jaringan hiperemia melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya terdapat dua mekanisme di mana kongesti dapat timbul yaitu kenaikan jumlah darah yang mengalir ke daerah dan penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah. Manifestasi kerusakan organ ini sering ditemukan pada organ hati dan ginjal.

Hemorhagie adalah keluarnya darah dari sitem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh. Manifestasi kerusakan organ ini sering ditemukan pada organ ginjal.

F. Landasan Teori

Sianida merupakan racun yang kuat dan bekerja sangat cepat, dapat menyebabkan sesak pada bagian dada, berikatan dengan sitokrom oksidase, dan kemudian memblok penggunaan oksigen secara aerob. Akibat yang ditimbulkan dari racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuknya ke dalam tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Pada keracunan sianida, dapat diberikan 50 ml (12,5 gram) natrium tiosulfat 25 %, secara i.v selama 10 menit dan berikan oksigen 100 % selama 12-24 jam, tapi tidak boleh lebih lama.

Natrium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzim sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida.

G. Hipotesis

Peningkatan dosis natrium tiosulfat dapat lebih efektif digunakan untuk terapi keracunan sianida.

Dokumen terkait