SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
C. Jaringan Komunikasi Satelit
Pada prinsipnya jaringan komunikasi satelit sama dengan mikro, dimana dalam sistem komunikasi satelit ini stasiun bumi berfungsi sebagai pengirim sinyal dan juga penerima sinyal yang dipancarkan tersebut. Sinyal yang dipancarkan akan diterima oleh satelit yang dipancarkan kembali setelah sinyal tersebut diperkuat dan digeser frekuensi, kemudian dipancarkan kembali ke stasiun bumi.
Menurut pengorbitannya satelit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sistem satelit tidak teratur (Random).
Sejumlah satelit diluncurkan pada orbit dengan jarak antara 100 sampai dengan 10.000 km. Pada saat itulah gerakannya diikuti oleh dua buah stasiun bumi dengan cara saling menukar atau pindah dimana dapat dikurangi waktu terputusnya hubungan, walaupun trackingnya sulit tetapi peluncurannya mudah.
b. Sistem satelit bertahap (Phased Satellite System).
Sistem satelit ini terdiri dari berbagai orbit seperti orbit khatulistiwa, orbit inklinasi 30 derajat, orbit kutub serta orbit campuran. Dimana setiap stasiun bumi pada setiap orbit dapat saling berhubungan dengan meluncurkan satelit dengan interval bersamaan.
c. Sistem satelit Stasioner.
Berada pada ketinggian 35.860 km diatas khatulistiwa dengan mempunyai kedudukan statis terhadap bumi, sehingga menggunakan satu set antena.
Band frekuensi yang digunakan oleh satelit antara lain digambarkan pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Band Frekuensi Satelit. Frekuensi (GHz) Arah 16.26516.605 ke atas 7.9008.400 ke bawah 7.2507.750 ke bawah 3.4004.200 ke bawah 2.7003.000 ke bawah 1.7701.810 ke dua arah 1.7301.770 ke atas 1.5301.559 ke bawah 1.4001.480 ke atas 1.2701.325 ke atas 1.0701.270 ke bawah 4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten.
TVRI Jabar dan Banten merupakan penyiaran untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Disamping menyiarkan hasil produksinya sendiri TVRI Jabar dan Banten juga merelay program dari TVRI Pusat Jakarta untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Blok Diagram Transmisi TVRI Jabar dan Banten. Keterangan gambar:
TVRO = Televisi Receive Only. CONTINENTAL = Microwave STL. VDA = Video Distribution Amplifier. ADA = Audio Distribution Amplifier. MC = Master Control. V = Video. A = Audio. Pada gambar diatas terlihat dengan jelas jaringan transmisi yang digunakan oleh TVRI Jabar dan Banten adapun pentransmisian tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a. MasterTransmitter Continental.
Bila menggunakan metode ini informasi dari Master Control yang berupa program TVRI dikirimkan kepada transmitter continental. Setelah Master Control mengolah informasi, kemudian informasi tersebut dikirim ke ruang transmisi (pemancar) untuk dipancarkan melalui transmitter continental menuju dua stasiun induk, yaitu stasiun induk Gunung Nagrak dan stasiun induk Panyandakan.
b. TVROMasterTransmitter Continental.
Pentransmisian cara ini dipergunakan untuk merelay atau untuk mengikuti program siaran dari Stasiun Pusat Jakarta. Informasi dari TVRO diteruskan ke bagian Master Control yang selanjutnya diberikan ke transmitter continental untuk dipancarkan seperti halnya diatas.
c. TVROTransmitter Continental.
Apabila pada Master Control terdapat kerusakan atau kelainan atau juga atas perintah dari Master Control, maka output dari TVRO diby pass ke input transformer continental.
TVRI Jakarta menjadi pusat penyiaran bagi stasiunstasiun TVRI lainnya. TVRI Pusat Jakarta memancarkan siaran program uplink langsung ke Satelit Palapa. Satelit Palapa kemudian memancarkannya ke seluruh wilayah Indonesia dan diterima oleh stasiunstasiun TVRI daerah. Dalam TVRI Jabar dan Banten sinyal informasi tersebut diubah menjadi Gelombang Mikro dan dipancarkan secara terestrial microwave dan setelah diproses oleh stasiun penyiaran, dipancarkan kembali dengan cara yang sama. Kemudian informasi diterima dan diperkuat oleh stasiun pengulang yang menghubungkan stasiun penyiaran dan stasiun bumi (ground station), sehingga pengulangan tersebut disebut microwave link.
Informasi TV bersamaan dengan informasi lainnya oleh stasiun bumi dipancarkan ke satelit Intelsat dan oleh stasiun bumi Indosat yang berkedudukan di Jatiluhur. Kemudian dipancarkan lagi sehingga diterima oleh stasiun penyiaran TVRI. Sehingga informasi ditumpangkan dalam saluran gelombang mikro dan agar informasi tersebut dapat diterima oleh semua masyarakat diseluruh pelosok tanah air, maka informasi itu dipancarkan melalui Satelit Palapa C2.
TVRI Pusat Jakarta yang menerima siaran langsung dari luar negeri, dan dipancarkan oleh pemancar gelombang mikro secara terestrial microwave ke microwave link yang dikelola oleh Telkom yang berkedudukan di Cibinong.
Kemudian informasi gambar dan suara diproses oleh Stasiun Bumi Cibinong yang kemudian dipancarkan ke satelit Palapa agar dapat diterima di stasiunstasiun pemancar daerah yang selanjutnya dipancarkan dalam frekuensi kanal VHF dan UHF agar dapat ditonton oleh konsumen yang berada diberbagai pelosok tanah air.
4.2.1. Gambaran Umum.
Penerimaan televisi satelit model TVRO004 adalah suatu peralatan elektronik yang digunakan untuk menerima sinyalsinyal televisi lewat Satelit Palapa. Sistem yang dipergunakan dalam penerimaan ini adalah Double Conversion. Perangkat lain sebagai penunjang penerima televisi satelit ii adalah sebuah antena parabola yang mempunyai penguatan cukup besar serta sebuah penguat derau kecil (Low Noise Amplifier BlockLNB) dan Mixer. Melalui LNB frekuensi yang diterima melalui satelit 37004200 MHz diturunkan menjadi 9501450 MHz melalui Mixer pada LNB, kemudian melalui penerima frekuensi diubah menjadi Baseband. Penerima televisi ini dibuat dengan mempergunakan rangkain rangkain Solid State (Integrated Circuit dan Transistor), sistem yang dipergunakan adalah sistem modul dimana hubungan antara modul dilakukan dari sebelah belakang dan terletak didalam drawer serta dilengkapi dengan loud speaker untuk monitoring suara. Drawer ini dimasukkan dalam suatu standard rack yang dilengkapi dengan sebuah televisi berwarna untuk monitoring gambar. Sumber tenaga diperoleh dari jalajala dengan tegangan masuk 220 V atau DC ± 12 V dan hanya memerlukan konsumsi listrik kurang dari 20 Watt.
4.2.2. ModulModul. a. Down Converter.
Sinyal output 9001450 MHz dari LNB diturunkan oleh Down Converter menjadi baseband dan diteruskan ke Deemphasis dan LPF yang kemudian diperkuat.
b. Video Clamper.
Modul ini terdiri dari ”Roofing Filter” yang berfungsi untuk memisahkan subcarrier, ”Clam” yang berfungsi untuk mereject gelombang disversial sebesar 40 dB. Level output
dapat diatur pada panel didepan dan 2 buah output Video diberikan pada panel belakang.
c. Audio Sub Carrier Demodulator.
Modul ini berfungsi untuk mendeteksi Audio Sub Carrier 6,8 MHz dan dilengkapi dengan 2 buah output Balance 600 ohm pada panel belakang.
d. DC Power Supply.
Penerima televisi ini memerlukan tegangan ± 12 V DC. Tegangan ini digunakan untuk mencatu rangkaian penerima tersebut.
Tabel 4.3 Spesifikasi Teknis. RF Input
1. Maximum
Level 34 dBm 1. Deemphasis 625 garis 2. Frekuensi 950 s/d 1450
MHz 2. Deviation range 6 s/d 8 MHz Adjustable