LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
DI
TVRI JABAR DAN BANTEN
Disusun untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung
Oleh :
Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
DI
TVRI JABAR DAN BANTEN
Oleh :
Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan
untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Mengetahui, Ka. Sie Teknik Transmisi
Heri Nazari, S. Sos.
Mengetahui, Pembimbing KP
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
DI
TVRI JABAR DAN BANTEN
Oleh :
Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan
untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Mengetahui, Dosen Pembimbing KP I
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya untuk dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I yang berjudul “Sistem Jaringan Transmisi Televisi Di TVRI Jabar dan Banten ”.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyakbanyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dwi Aryanta, M.T. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek I yang telah senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan sehingga laporan ini dapat diselesaikan;
2. Heri Nazari, S. Sos. selaku Ka. Sie Teknik Transmisi TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia memberikan izin untuk Kerja Praktek I di TVRI Jabar dan Banten;
3. Bapak Purnomo Sidi selaku pembimbing lapangan di TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia meluangkan waktu ditengahtengah kesibukan untuk memberikan masukan dan saran;
4. Bapak Suwarta yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini;
5. Seluruh staf dan karyawan TVRI Jabar dan Banten telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini;
6. Bapak Nasrun, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;
7. Bapak Rachadiat, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;
9. Ibu Rini selaku Tata Usaha di Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung yang senantiasa membantu dalam mengurus administrasi di Jurusan Teknik Elektro dan Ibu Evi yang sudah pindah ke BAA;
10. Dicka Septyan dan Taufik Nugraha selaku partner dalam Kerja Praktek I di TVRI Jabar dan Banten, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;
11. Pengurus HME ITENAS Bandung 20052007, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan;
12. Temanteman seperjuangan di Sub Jurusan Teknik Telelekomunikasi, Dicko, Dimas, Shofa, Sintha, Andri Y., Intan R, Zaqi Y, Kresno Adi P. dan Ranindhita, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;
13. Temanteman di HME ITENAS Bandung Angkatan 2003 (Yayasan MXPRX), 2002 dan 2001 serta Angkatan lainnnya, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;
14. Semua pihak yang telah turut serta berperan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek I ini;
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayahanda, Ibunda, Kakak dan Keponakan, terimakasih yang telah memberikan dorongan spiritual dan kasih sayangnya, serta untuk Adik yang paling penulis sayangi Devi ”Sasha” Susilawati, terimakasih telah memberikan perhatian dan kepercayaannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek I ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang memerlukan pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2007
ABSTRAK
Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut. Dalam masa pembangunan sekarang ini, TVRI memegang peranan penting didalam memberikan informasi kepada masyarakat, karena telah adanya stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional. Tujuan dari Kerja Praktek I ini adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi.
Metoda pembuatan laporan ini, menggunakan datadata di lapangan dengan cara mengamati secara langsung masalah yang diteliti, diskusi, studi kepustakaan, dan dokumendokumen dari pihak perusahaan yang berhubungan dengan judul yang diambil penulis. Sehingga diperoleh dari sistem jaringan transmisi televisi yang telah dibuat saat ini.
Dalam laporan ini, digambarkan sistem jaringan transmisi televisi tersebut terdiri dari beberapa linklink dan relayrelay stasiun pemancar yang umumnya terletak di puncakpuncak gunung.
ABSTRACT
In this information era, one of very technological growth of playing a part in of communications information is technology of television communications. Information technology expand at full speed because sustained by technological growth of satellite communications, electronic and computer. Television media become the means communication which to propagate the information and represent the media for a state or governance to socialize all its wisdom to execute the state governance wheel. In a period of/to development this time, TVRI play a important part in giving information to society, because occurence of private television station sector which air in national. Intention of first job practice is to learn about the system of network of television transmission.
This report making method, using datas in field by perceiving directly accurate problem, discussion, bibliography study, and document from company party of which deal with title taken by a writer. So that obtained from system of network of television transmission which have been made in this time.
In this report, illustrated that the system of the television transmission network consisted of some links and relays of transmitter station which generally located in top of the mountain
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 2 1.3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek 2
1.4. Pembatasan Masalah 2
1.5. Metodologi Penyusunan Laporan 3 1.6. Sistematika Laporan 4
BAB II
TVRI JABAR DAN BANTEN
5
2.1. Sejarah Berdirinya TVRI Pusat 5
2.2. Perkembangan TVRI 7
2.3. Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten 8 2.4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 9 2.5. Susunan Organisasi 10 2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha 10
2.5.2. Seksi Siaran 11
2.5.5. Seksi Prasarana 13 2.5.6. Seksi Transmisi 14 2.5.7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI) 15 2.6. Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten 16
BAB III
SISTEM SIARAN TELEVISI
17
3.2.9.3. Saluran Transponder 37 3.2.9.4. Satelit Komunikasi 37 3.2.9.5. Stasiun Bumi Penerima 38 3.2.9.6. Jaringan S.K.S.D. 39
BAB IV
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
44
4.1. Jaringan Transmisi Televisi 44 4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat 44 4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten 48 4.1.3. Jaringan TVRI Dalam dan Luar Negeri 50 4.2. Satelit TV Receiver 51 4.2.1. Gambaran Umum 51
4.2.2. ModulModul 51
4.2.3. Instalasi 53
4.2.4. Cara Kerja Penerima Siaran Televisi Satelit 54 4.3. Waveform Monitor 59 4.4. Prinsip Kerja Televisi Siaran Langsung 59 4.5. Terestrial Microwave 60 4.5.1. Terestrial Microwave NEC 60 4.5.2. Microwave Continental dan FPU 62
4.6. Sistem Antena 62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
64
5.1. Kesimpulan 64
5.2. Saran 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar 18 Gambar 3.2 Komputer Pribadi 18 Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game) 18 Gambar 3.4 Video Untuk Cahaya Dan Audio Untuk Suara 19 Gambar 3.5 FrekuensiFrekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi
7 MHz 27
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Saluran Televisi 22
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut.
Pada penyampaian suatu siaran televisi, terdapat signalsignal video dan audio ke pesawatpesawat penerima televisi mengguakan frekuensi yang sangat tinggi (VHF dan UHF) sebagai frekuensi pembawa. Sifatsifat pancaran dari VHF ini menyerupai sifatsifat pancaran sinar. Suatu sumber cahaya yang disekitarnya tidak terdapat halangan/rintangan, akan memancarkan sinarnya ke segala arah sejauh tenaga yang dipunyai. Apabila disekitarnya terdapat rintangan, maka terjadinya bayangan dibelakang rintangan tersebut. Karena sifatsifat pancaran dari VHF dan UHF menyerupai sinar ini, maka dibalik gunung tersebut tidak akan dapat dapat menerima pancaran televisi (gambar). Sehingga untuk menyampaikan suatu siaran televisi dengan baik, maka diperlukan sistem jaringan transmisi televisi.
1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek.
Adapun maksud dan tujuan kerja praktek I yang dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi.
1.3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek.
Kerja praktek dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten yang merupakan stasiun pemancar TVRI untuk wilayah Jabar dan Banten yang beralamatkan di Jl. Cibaduyut Raya No. 267 Bandung dan di Satuan Transmisi Pangandaan yang merupakan satuan transmisi yang memancarkan siaran dari TVRI Jabar dan Banten ke daerahdaerah yang terhalang oleh pegunungan di sekitarnya. Kegiatan kerja praktek ini dilakukan pada bagian pemancar. Waktu kerja praktek dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2006.
1.4. Pembatasan Masalah.
Penyusunan laporan kerja praktek I ini didasarkan pada hasil pengamatan dan informasi yang didapat dari berbagai sumber, khususnya di lingkungan teknik transmisi. Dari banyaknya informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktek ini perlu adanya pembatasan masalah yang spesifik sehingga akan lebih mudah untuk memahaminya. Masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah :
1.5. Metodologi Penyusunan Laporan.
Pada pembuatan laporan ini menggunakan beberapa macam metodologi pembuatan laporan, adapun metodologi yang dilakukan antara lain:
1. Observasi lapangan.
Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung masalah yang diteliti, kemudian dapat dianalisis untuk dapat mengoptimalisasikan cara penyusunan Kerja Praktek.
2. Diskusi.
Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada objek yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan didapat suatu data yang akan menunjang dalam menyusun Kerja Praktek ini. 3. Studi Kepustakaan.
Metoda ini dilakukan untuk melakukan perbandingan antara datadata yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapangan dengan adanya bukubuku referensi yang berhubungan dengan sistem telekomunikasi.
4. Dokumen.
1.6. Sistematika Laporan.
Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN.
Bab pertama diuraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, waktu dan tempat kerja praktek, batasan masalah, metodologi kerja praktek dan sistematika penulisan.
BAB II TVRI JABAR DAN BANTEN.
Berisikan tentang sejarah perusahaan dan struktur organisasi TVRI Jabar dan Banten.
BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI.
Berisi teoriteori yang mendukung dan melandasi laporan kerja praktek.
BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI.
Menguraikan tentang datadata hasil pengamatan di TVRI Jabar dan Banten.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.
BAB II
TVRI JABAR DAN BANTEN
2.1. Sejarah Berdirinya TVRI Pusat.
Inisiatif penyiaran televisi di Indonesia pertamakali dimunculkan pada tahun 1961 setelah pemerintah memutuskan memasukkan proyek masmedia televisi di dalam proyek Asian Games IV yang pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah olahraga negaranegara Asia tersebut yang bertempat di Jakarta. Proyek ini di Indonesia dimulai dengan usahausaha melalui beberapa penelitian secara kongkrit dengan dibentuknya panitia pembangunan televisi dengan surat keputusan Menteri Penerangan RI bulan Juli tahun 1961, selanjutnya panitia bertanggung jawab kepada Menteri Penerangan didalam perencanaan pembangunan.
Di dalam perencanaan peralatan, ada beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:
1. Stasiun televisi yang dibangun harus dapat menyiarkan acaraacara Asian Games paling sedikit satu event per hari.
2. Tinggi menara pemancar yang akan di bangun harus tidak lebih dari 60 meter dan merupakan menara darurat, mengingat pembangunan menara televisi akan direncanakan oleh pemerintah pusat.
3. Untuk sementara studio televisi tidak dibangun dan dipikirkan setelah acara Asian Game IVselesai.
4. Panitia tidak mempunyai hak untuk mengadakan suatu keputusan sendiri mengenai penentuan merk, jenis dan dari negara mana peralatan harus di datangkan.
Setelah itu panitia melanjutkan urusannya dengan mempersiapkan pelaksanaan pembangunan fisik tanpa menggunakan caracara perencanaan yang bersifat konvensioanal. Yaitu atas dasar penentuan terakhir yang berwenang mengenai peralatan televisi, petunjuk supplier berdasarakan kepada keperluankeperluan ringan, setelah diadakan penyesuaianlayout menurut keperluan teknis dari peralatanperalatan yang dipesan dalam rangka proyek ini. Waktu yang di sediakan untuk melaksanakan proyek ini hanya 6 bulan, akhirnya tepat pada hari dimulainya kegiatan Asian Games siaran televisi milik pemerintah Indonesia ini dapat ditangkap oleh para pemirsa untuk pertama kalinya.
Penyelenggara sebelumnya telah menamakan dirinya Televisi Republik Indonesia yang bernaung dibawah induk organisasi komite Asian Games IV. Setelah Asian Games berakhir, siaran televisi tidak dapat dilanjutkan secara menetap mengingat fasilitas studio belum dibangun dan mengingat bahan acara acara film yang dibuat oleh FPN semakin berkurang dan persiapan persiapan kearah penyelenggaraan televisi dari segi program belum ada. Dengan permintaan dari masyarakat dan desakan dari “yayasan Gelora Bung Karno” yang menjadi “yayasan Gelora Senayan”, maka pada akhir tahun 1962 dapat diselesaikan pembangunan sebuah studio.
Sehingga mulai dari waktu itu, siaran televisi dapat berlangsung secara tetap selama satu jam sehari, setelah berjalan satu tahun lamanya, maka lama jam siaran ditingkatkan selama lima belas jam seminggu pada akhir tahun 1963, pada waktu itu dimana Televisi Republik Indonesia dengan surat keputusan presiden menjadi besar dan sudah tidak bisa dipikul lagi oleh “yayasan Gelora Bung Karno” dan harus di usahakan sendiri, baik lewat iuran televisi, maupun lewat danadana yang didapat dari usaha usaha periklanan.
Pada era reformasi saat ini TVRI telah berubah menjadi PERJAN (Perusahaan Jawatan) melalui peraturan pemerintah No: 36 tahun 2000. Kemudian pada perkembangan berikutnya PERJAN TVRI berubah menjadi PT.Persero TVRI melalui peraturan pemerintah No: 9 tahun 2002, sementara dalam undang undang penyiaran, TVRI adalah lembaga penyiaran publik.
Dari beberapa kali perubahan status TVRI yang berawal dari yayasan menjadi Direktorat Televisi kemudian menjadi PRJAN TVRI dan sekarang menjadi PT. TVRI (Persero), TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sesuai dengan undang undang penyiaran No: 32 tahun 2002 merupakan satu satunya televisi yang menyiarkan secara nasional, dengan dukungan 389 pemancar dan 24 stasiun daerah.
2.2. Perkembangan TVRI.
Disamping TVRI stasiun daerah diatas masih ada Stasiun Produksi Keliling (SPK) untuk daerahdaerah yang belum mempunyai stasiun penyiaran TVRI daerah dan juga ada pembangunan stasiun relay yang berguna untuk menguatkan sinyal yang dipancarkan oleh stasiun daerah agar bisa diterima oleh masyarakat di daerah pedesaan dan pegunungan.
2.3. Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten.
TVRI Jabar dan Banten diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 11 Maret 1987 oleh menteri penerangan RI di Soreang Bandung oleh Bapak Harmoko, yang bersamaan dengan lomba kelompecapir nasional. Peresmian dengan beroperasinya TVRI Jabar dan Banten merupakan suatu peningkatan status unit pelayanan dari tingkat Studio Produksi Keliling (SPK) menjadi stasiun penyiaran. Artinya, dari tugas pokok hanya memproduksi acara televisi dan menyiarkannya baik melalui siaran regional maupun siaran TVRI Pusat. Dengan peningkatan tugas pokok berartipula meningkatnya tugas menajemen. TVRI Jabar dan Banten direncanakan sebagai stasiun “back up” dari Pusat Jakarta. Dengan demikian TVRI Jabar dan Banten diharapkan untuk mampu memproduksi maupun menyiarkan acaraacaranya seperti TVRI Pusat Jakarta.
Kemampuan jangkauan (Cover Area) TVRI Jabar dan Banten di dukung oleh satu buah jaringanmicrowave di Bandung, 18 buah pemancar dengan high power lima buah pemancar low power yang tersebar di seluruh Jawa Barat dan Banten.
Dalam surat keputusan menteri penerangan No: 130/A/KEP/ MENPEN/ 1984 tercantum tugas pokok Direktorat televisi yaitu: melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jendral Radio Televisi dan Film di bidang televisi berdasarkan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Dirjen RTF.
penyelenggara siaran televisi Republik Indonesia, bahwa tugas pokok TVRI Jabar dan Banten adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat televisi dalam pembuatan atau produksi dan penyiaran acara TVRI sesuai dengan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Dirjen RTF departemen penerangan RI.
2.4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi.
TVRI Jabar dan Banten merupakan induk dari stasiun televisi yang berfungsi sebagai satuan pelaksana teknis dalam bidang produksi dan penyiaran televisi dengan ruang lingkup daerah tingkat satu yang berada dibawah Dirjen RTF departemen penerangan RI.
TVRI Jabar dan Banten dipimpin oleh seorang kepala yang didalam tugas sehari hari bertanggung jawab kepada direktur televisi. TVRI Jabar dan Banten mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian tugas pokok dari direktorat televisi dalam pembuatan atau memproduksi siaran sesuai dengan kebijakan teknis yang diterapkan oleh Dirjen RTF.
Untuk melaksanakan tugastugas tersebut, TVRI Jabar dan Banten mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan tata usaha TVRI Jabar dan Banten.
2. Melaksanakan perencanaan produksi dan penyiaran acara yang akan disiarkan.
3. Melaksanakan perencanaan liputan produksi acara pemberitaan.
4. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan produksi dan penyiaran.
5. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan atau perlengkapan teknik dan prasarana.
2.5. Susunan Organisasi.
Televisi Republik Indonesia Jabar dan Banten sebagai sebuah organisasi pemerintah, dibawah departemen penerangan RI, memeliki susunan organisasi yang terdiri dari:
7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI).
2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha.
2.5.2. Seksi Siaran.
Seksi siaran mempunyai tugas untuk melaksanakan pembuatan pola acara siaran daerah, perencanaan mata acara siaran dan perencanaan teknis artistik tentang pembuatan atau memproduksi mata acara untuk siaran daerah dan nasional.
Seksi siaran mempunyai fungsi dan tugas yaitu untuk melaksanakan artistik yang berupa teknis yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara pendidikan, agama dan olahraga.
2. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara budaya dan drama.
3. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara musik dan hiburan.
4. Melaksanakan perencanaan serta teknik artistik tentang pembuatan dan penyediaan fasilitas dan penyiaran acara, melaksanakan pemantauan acara siaran sehari hari.
Seksi siaran terdiri dari beberapa sub bagian, diantaranya: 1. Sub seksi pendidikan, agama dan olahraga.
2. Sub seksi budaya dan drama. 3. Sub seksi musik dan hiburan.
4. Sub seksi fasilitas siaran dan mutu siaran.
2.5.3. Seksi Pemberitaan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi pemberitaan mempunyai fungsi sebagai pelaksana untuk melaksanakan perencanaan kegiatan dan peliputan mengenai:
1. Acara acara siaran berita harian. 2. Acara siaran reportase dan penerangan. 3. Acara siaran olahraga.
4. Pengdokumentasian mata acara siaran pemberitaan dan penerangan.
5. Melaksanakan administrasi kegiatan dari seksi pemberitaan.
2.5.4. Seksi Teknik Studio.
Seksi teknik studio mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan pengoperasian serta untuk pemeliharaan atau perbaikan peralatan dari teknik studio didalam pembuatan produksi dan penyiaran acara TVRI Jabar dan Banten.
Seksi teknik studio terdiri dari lima sub seksi, yaitu: 1. Sub seksi operasi studio.
2. Sub seksi operasiAparatus.
3. Sub seksi operasiOB VAN atau siaran luar. 4. Sub seksi pemeliharaan atau perbaikan alat. 5. Sub seksi administrasi teknik studio.
Masingmasing seksi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
1. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan teknik Video dan Audio untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara.
3. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan OB VAN untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara serta siaran luar.
4. Melaksanakan perawatan dan perbaikan peralatan OB VAN agar selalu berfungsi dengan baik.
5. Melaksanakan administrasi seksi teknik studio.
2.5.5. Seksi Prasarana.
Seksi prasarana terdiri dari lima subseksi, yaitu: 1. Sub seksi perawatan gedung.
2. Sub seksi listrik dan disel. 3. Sub seksi alat pendingin (AC). 4. Sub seksi laboratorium film.
5. Sub seksi administrasi teknik prasarana.
Seksi prasarana mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan dan perawatan, perbaikan serta pelayanan operasi peralatan teknik prasarana di lingkungan TVRI Jabar dan Banten.
Seksi prasarana mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan perencanaan kegiatan, sebagai berikut:
2.5.6. Seksi Transmisi.
Seksi transmisi mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan serta pengoperasian pemancar yang berada di TVRI Jabar dan Banten. Serta mengkoordinasikan kegiatan pengoperasian satuan satuan transmisi yang berada di daerah jangkauan siaran TVRI Jabar dan Banten.
Untuk menyiarkan atau menyalurkan acara siaran nasional maupun acara siaran daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, seksi transmisi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan serta pengoperasian pemancar dengan baik yang berada di stasiun penyiaran.
2. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan prasarana dan menara transmisibaik yang terdapat di stasiun penyiaran maupun di satuansatuan transmisi yang berada di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten.
3. Melaksanakan perencanaan kegiatan, pemantauan kelayakan operasi dan pelaporannya, serta melakukan perbaikan peralatan pemancar pada satuan satuan transmisi di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten, yang tidak dapat diperbaiki sendiri oleh bagian oleh bagian satuan transmisi yang bersangkutan. 4. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan penyediaan barang
di stasiun transmisi yang berada dalam jangkauan siaran TVRI Jabar dan Banten, serta melaksanakan administrasi seksi teknik transmisi.
2.5.7. Forum Perencanan Siaran (FOPERSI).
BAPERSI/FOPERSI adalah suatu badan atau forum perencanaan siaran yang diikuti oleh para pejabat fungsional dan para petugas FROPERSI dilingkungan TVRI Jabar dan Banten yang ditunjuk oleh kepala stasiun. Pada bagian BAPERSI atau FROPERSI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan produksi acara dan pelaksanaan siaran.
Badan ini juga melakukan pertemuan atau sidang yaitu satu kali dalam seminggu. Dalam pertemuan tersebut membicarakan halhal yang berkaitan dengan penyelangaraan siaran, yang antara lain meliputi:
1. Kebijaksanaan pemimpin dan penyelenggaraan siaran.
2. Mengevaluasi penyelenggaraan siaran yang sudah berjalan serta halhal yang patut diperkirakan bagi penyelenggaraan siaran yang akan datang.
3. Menghimpun gagasangagasan baru untuk perencanaan produksi dan penyiaran yang akan datang.
4. Memutuskan hal hal yang memerlukan koordinasi antar satuan kerja.
5. Membuat laporan hasilhasil pertemuan.
suatu bagan struktur organisasi TVRI Jabar dan Banten, yang dapat dilihat pada gambar dihalaman berikut ini.
2.6. Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten.
BAB III
SISTEM SIARAN TELEVISI
3.1. Pemakaian Televisi.
Perkataan televisi berarti “melihat dari kejauhan”. Pada sistem siaran televisi praktis kita, informasi visual yang anda lihat pada layar diubah menjadi sinyal listrik yang dikirimkan ke penerima. Perubahan perubahan listrik yang sesuai dengan perubahanperubahan dalam nilai cahaya membentuk sinyal yang dapat dilihat (video signal). Pada pesawat penerima (receiver), sinyal yang dapat dilihat ini digunakan untuk menyusun kembali bayangan pada layar tabung gambar seperti dilukiskan dalam Gambar 3.1. Pada televisi monokrom (monochrome), gambar direproduksi dalam warna hitam dan putih dengan bayangan abuabu. Pada televisi berwarna, semua warna alamiah ditambahkan sebagai gabungan dari warna merah, hijau dan biru dalam bagian utama gambar.
Pada mulanya, televisi dimaksudkan sebagai suatu cara lain untuk menyiarkan programprogram berita dan hiburanhiburan tetapi dengan gambar, seperti yang dilakukan siaran radio untuk suara. Siaransiaran iklan masih merupakan acara paling utama dalam pemakaian televisi. Akan tetapi, kemampuan untuk mereproduksi gambar, teks, grafik, dan informasi visual telah menjadi begitu bermanfaat sehingga sekarang ini pemakaiannya jauh lebih banyak. Anda dapat menyaksikan suatu program dari luar negeri yang direlay oleh televisi satelit atau memainkan kembali perekam kaset video (video cassette recorder); atau suatu permainan video
(video game), dapat dihubungkan ke penerima televis anda. Ide yang sama
Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar.
Gambar 3.2 Komputer Pribadi.
Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game). 3.1.1. Sinyal Video, Audio, Televisi Dan Radio.
yang lebih lazim pada Gambar 3.4a, mikrofon mengubah gelombanggelombang suara menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal audio. Pengeras suara (loudspeaker) memerima sinyal audio ini pada terminal masukan, baik dari suatu sistem penyiaran tanpa kabel. Selanjutnya pengeras suara menghasilkan kembali suara asli (yang mulamula) sebagaimana kita akan mendengarnya pada loudspeaker tersebut.
Pada Gambar 3.4b, tabung kamera mengubah masukan cahayanya (light input) menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal yang dilihat (video). Tabung kamera ini, pada sistem video, sama fungsinya dengan mikrofon pada sistem audio. Pada bagian akhir sistem video, tabung gambar mengubah tegangan sinyal video dari masukan (input) menjadi cahaya pada keluaran (output). Informasi yang dapat dilihat pada layar tabung gambar sebagaimana akan kita lihat gambarnya pada tabung kamera.
3.1.2. Perbedaan Video Dan Audio.
Citra cahaya (light image) diubah menjadi suatu sinyal listrik hanya untuk suatu daerah kecil pada suatu saat. Selanjutnya sinyal video yang dihasilkan oleh tabung kamera mengandung perubahan yang berurutan dalam waktu untuk daerah yang berlainan. Karena alasan ini, suatu prosedur pemayaran (scanning) adalah perlu guna meliputi keselutuhan gambar, yakni titik demi titik dari kiri ke kanan dan garis demi garis dari atas ke bawah. Pemayaran sangat cepat yakni satu garis horizontal hanya membutuhkan 64 mikrodetik (µdet). Karena perubahan yang cepat ini, sinyal video memiliki frekuensi tinggi yakni sampai sekitar 5 MHz.
Selanjutnya, prosedur pemayaran (scanning prosedure) mengharuskan bahwa pulsapulsa penyelarasan (synchronizing
pulse) akan digunakan bersama sinyal video guna mengatur waktu
pemayaran pada tabung gambar. Pada tabung gambar, daerah cahaya yang kecil atau daerah bayangan dan warna, bila memang demikian, akan terbentuk kembali dalam posisi yang tepat untuk membentuk keseluruhan bayangan.
3.1.3. Sinyal Frekuensi Dasar Video Dan Audio.
Untuk suatu sinyal video ataupun audio rangkuman perubahan frekuensi disebut daerah frekuensi dasar (baseband). Sebenarnya frekuensifrekuensi ini sesuai dengan informasi visual
atau aural (yang dapat didengar) yang diiinginkan, tanpa
dihubungkan ke sebuah pengeras suara untuk menghasilkan kembali suara yang diinginkan. Juga sinyal frekuensi dasar video dapat dikembalikan ke sebuah tabung gambar untuk menghasilkan kembali gambar yang diinginkan.
Alasan untuk mengubah informasi suara dan gambar menjadi sinyalsinyal listrik frekuensi dasar adalah bahwa sinyal audio dan video dapat diperkuat sampai berapapun. Selain itu, pengolahan sinyal oleh rangkaianrangkaian elektronik adalah mudah untuk berbagai pemakaian.
3.1.4. Penyiaran Televisi.
Istilah siaran (broadcast) berarti ”mengirimkan ke segala arah”. Antena pemancar memancarkan gelombang radio elektromagnetik yang dapat diambil oleh antena penerima. Pemancar televisi mempunyai dua fungsi, yakni pengiriman yang dapat dilihat (visual) dan dapat didengar (aural). Kedua sinyal gambar AM dan sinyal suara FM dikirimkan dari antena pemancar bersama. Daerah pelayanan adalah sekitar 75 mil (121 km) dalam segala arah dari pemancar, dengan catatan kondisi geografis rata.
3.1.5. Saluran Penyiaran Televisi.
Tabel 3.1 Saluran Televisi. Nomor
Saluran Lebar Bidang Frekuensi, MHz
Keterangan
Tidak digunakan 1 5460 2 6066
3 6672 Saluransaluran VHF Bidang rendah 88108 Bidang FM
2164 470862 Saluransaluran UHF
1. Saluran lebar bidang rendah dengan frekuensi yang sangat tinggi (Low Band VHFVery High Frequency) yakni saluran 1 sampai 3.
2. Saluran VHF dengan lebar bidang tinggi, yakni saluran 4 sampai 10.
3. saluran frekuensi ultratinggi (UHFUltra High Frequency) yakni 21 sampai 64.
MHz ini disebut frekuensi suara antarpembawa (Intercarrier Sound Frequency).
Komentar berikut terhadap Tabel 3.1, ketika Televisi pertama kali dihidupkan (di Amerika Serikat), saluran satu dipancarkan pada 44 sampai 59 MHz, akan tetapi daerah frekuensi ini sekarang digunakan untuk pelayanan radio lainnya, termasuk navigasi udara. Lebar bidang pememancaran komersial FM sebesar 8 sampai 108 MHz adalah tepat diatas daerah frekuensi televisi saluran 6, tetapi pelayanan radio ini tidak berhubungan dengan pemancaran televisi. Pada tahun 1952 saluran UHF 14 sampai 83 ditambahkan untuk menciptakan lebih banyak stasiun televisi. Tidak ada penetapan stasiun televisi yang bekerja pada saluran UHF 69 sampai 83 sebab frekuensifrekuensi ini digunakan untuk radio mobil (mobile radio). Semua saluran televisi diberikan pada Lampiran 1.
FCC yang menetapkan saluransaluran televisi dan mempertahankan standarstandar teknik yang ketat. Setiap stasiun harus memenuhi persyaratan FCC dan melayani kebutuhan masyarakat. Lisensi ditinjau kembali pada selang waktu yang teratur, dan masyarakat diajak untuk turut bagian dalam pembaruan proses.
3.1.6. Bekerjanya Studio Televisi.
Pada tahuntahun permulaan televisi, kebanyakan program adalah ”live” dan tiap stasiun menggunakan kamerakamera studio untuk menghasilkan programnya sendiri. Jaringan ”feeds” menyediakan programprogram untuk meliput daerahdaerah yang berlainan diseluruh negara Amerika Serikat. Jaringan utama adalah CBS (Columbia Broadcasting Company), ABC (American
Broadcasting Company) dan NBC (National Broadcasting
Company) yang dimiliki oleh RCA. Ditribusi programprogram
jaringan ditangani oleh fasilitas “Bell Telephone”. Sambungan sambungan gelombang mikro dan kabel digunakan untuk daerah frekuensi lebar. Sekarang ini lebih banyak jaringan stasiun yang menggunakan satelit.
Sumbersumber program televisi tambahan dilengkapi dengan menggunakan film 35 mm, sebuah kamera film televisi mengkonversi bayangan optik (optical image) dari sebuah tabung kamera menjadi sinyal video.
adalah bahwa programprogram yang dikirimkan oleh gelombang mikro atau satelit dapat direkam selama jamjam diluar puncak pemakian (off peak) dan kemudian disiarkan pada waktu yang baik untuk stasiun.
3.1.7. Hubungan Studio Pemancar (STLStudio to Transmitter Link). Biasanya studio dimana sinyalsinyal video dan audio berasal dan dimana mesinmesin pita dipasang, ditempatkan dalam daerah pertengahan kota agar mudah dicapai oleh orang yang membuat program. Atau program tersebut bisa berasal dari luar studio. Akan tetapi, pemancar (transmitter) berada pada suatu lokasi yang terpencil, lazimnya pada bangunan tertinggi. Sinyal sinyal video dan audio frekuensi dasar disampaikan ke pemancar oleh sambungan gelombang mikro atau oleh sistem kabel frekuensi lenar yang diberikan oleh ”Bell Telephone”. Dalam banyak kasus, pemancar memiliki sambungan gelombang mikro tersendiri, yakni STL. Pemancar tersebut menggunakan antena gelombang mikro, yang dipasang di studio dan di tempat pemancar. Sistemsistem STL bekerja dalam daerah frekuensi 2 dan 12 GHz, yang diterapkan bagi ketiga stasiun di Amerika oleh FCC. (Di Indonesia semua operasi dan studio dijalankan dan dimiliki oleh pemerintah).
3.1.8. Sinyal Warna 3,58 MHz.
Filterfilter optik berwarna memisahkan warnawarna untuk kamera. Akan tetapi untuk penyiaran dalam saluran televisi 7 MHz, sinyalsinyal merah, hijau dan biru digabungkan guna membentuk dua sinyal ekivalen, yakni satu untuk terang dan yang lain untuk warna. Secara khusus kedua siyal yang ditransmisikan ini adalah sebagai berikut:
rincian yang halus, seperti dalam sinyal satu warna. Siyal luminasi digunakan untuk mereproduksi gambar hitam dan putih atau monokrom. Biasanya dinamai sinyal Y (bukan untuk kuning).
2. Sinyal warna (chrominance signal). Sinyal ini mengandung informasi warna. Dia dipancarkan sebagai modulasi pada sebuah pembawa tambahan (subcarrier). Persisnya frekuensi pembawa tambahan adalah 4,43 MHz yang umumnya dianggap sebagai 4,43 MHz. Dengan demikian 4,43 MHz adalah frekuensi untuk berwarna. Umumnya dia dinamai sinyal C untuk krominansi atau kroma.
3.1.9. Saluran Pemancar Televisi 7 MHz.
Kelompok frekuensi yang ditetapkan oleh FCC bagi sebuah stasiun pemancar untuk transmisi sinyalnya disebut saluran
(channel). Masingmasing stasiun televisi mempunyai sebuah
saluran 7 MHz dalam salah satu dari bidang frekuensi (band) berikut yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial. 1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 1 sampai 3 dari 54
sampai 72 MHz.
2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 4 sampai 10 dari 174 sampai 216 MHz.
3. UHF saluran 21 sampai 64 dari 470 sampai 862 MHz.
Gambar 3.5 FrekuensiFrekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi 7 MHz.
3.2. Transmisi Televisi.
Cara memancarkan (mentransmisikan) sinyal gambar amplitudonya termodulasi mirip dengan sistem penyiaran radio yang telah dikenal. Dalam kedua kasus, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasinya adalah sinyal bidang frekuensidasar (baseband). Pada televisi, sinyal baseband ini merupakan sinyal video komposit. Penyiaran televisi benarbenar seperti suatu sistem radio, tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara yang tergabung di dalamnya dipancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang pembawa terpisah dalam saluran pemancaran yang sama seperti sinyal gambar.
3.2.1. Transmisi Bidang Sisi Sisa (Vestigal).
Sinyal gambar modulasi amplitudo (AM) tidak dipancarkan sebagai suatu sinyal bidang frekuensi sisi ganda yang biasa. Melainkan, sebagai dari bidang frekuensi sisi yang lebih rendah ditapis keluar sebelum transmisi, dan suatu sisa bidang frekuensi sis tetap tertinggal. Tujuannya adalah menurunkan bidang frekuensi yang diperlukan untuk modulasi video dalam sinyal gambar. Khususnya, digunakan sebuah saluran penyiaran televisi 6 MHz ketimbang 8 MHz, atau lebih, yang akan diperlukan untuk bidang sisi (sidebands) ganda dengan 4 MHz.
3.2.2. Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation).
Masingmasing puncak atau dasar pembungkus bersesuaian dengan sinyal pemodulasi audio.
Gambar 3.6 Sinyal AM Dihasilkan.
3.2.3. Frekuensifrekuensi pembawa sisi (Side Carrier Frequencies). Perhatikan Gambar 3.7, Gelombang AM adalah sama dengan jumlah dari pembawa RF yang tidak dimodulasi dan dua frekuensi sisi RF. Perhatikan bahwa sinyal pembawa dan frekuensifrekuensi sisinya semuanya mempunyai level yang konstan. Juga amplitudo pembawa sisi adalah setengah dari level pembawa yang tidak dimodulasi, untuk modulasi 100 persen.
Masingmasing frekuensi sisi berbeda dari pembawa sebesar frekuensi pemodulasi audio. Dalam contoh ini frekuensi sisi atas adalah:
100 KHz + 5 KHz = 105 KHz. Frekuensi sisi bagian bawah adalah:
100 KHz 5 KHz = 95 KHz
Proses modulasi amplitudo secara otomatis menghasilkan frekuensifrekuensi atas dan bawah. Suatu sinyal AM dapat dipandang dari segiperubahan amplitudo atau frekuensifrekuensi sisinya. Kedua konsep tersebut adalah ekivalen. Sebenarnya, ketiga bentuk gelombang disebelah kiri pada Gambar 3.7 bila dijumlahkan secara grafis sama dengan bentuk gelombang disebelah kanan. Semua frekuensi sisi atas dipandang sebagai bidang frekuensi sisiatas (upper side band) dan semua frekuensi frekuensi sisi yang rendah adalah bidang frekuensi sisi bawah (lower side band). Bidangbidang frekuensi sisi ganda dilukiskan pada Gambar 3.8, untuk modulasi dengan suatu rentang kontinu dari frekuensi audio dari 0 sampai 5.000 Hz.
3.2.4. Sinyal Suara Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation). Modulasi frekuensi (FM) digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan guna meningkatkan keuntungan dari derau dan interferensi yang lebih sedikit. Sinyal suara FM dalam televise pada dasarnya sama seperti dalam penyiaran radio FM kecuali bahwa ayunan frekuensi maksimum adalah ± 25 KHz, dan bukan ± 75 KHz.
Suatu pembawa terpisah, yakni 4,5 MHz diatas pembawa gambar, digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan, keduanya dalam saluran televise 6 MHz standar. Rangkuman frekuensi permodulasi audio adalah 50 sampai 15.000 Hz seperti dalam radio FM, guna memungkinkan menghasilkan kembali suara yang berfidelitas tinggi (highfidelity).
Gambar 3.9 Cara Menghasilkan Modulasi Frekuensi.
Gambar 3.10 melukiskan keluaran FM dari osilator pada Gambar 3.9. Amplitudo tetap sama pada semua waktu, tetapi frekuensi berubah secara kontinu. Perubahan frekuensi maksimum dari pembawa 100 KHz dalam contoh ini adalah ± 10 KHz, yang bersesuaian dengan tegangan puncak dari sinyal pemodulasi 60 Hz. Nilainilai diantara nol dan tegangan puncak memiliki perubahan perubahan frekuensi yang lebih kecil daripada ± 10 KHz. Laju pengubahan adalah 60 Hz. Dengan cara ini, informasi sinyal pemodulasi berada dalam perubahan frekuensi dari pembawa RF. Karakteristikkarakteristik dari suatu sinyal FM, dibandingkan dengan suatu sinyal AM, diikhtisarkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Perbandingan Sinyal FM dan AM.
FM AM
Amplitudo pembawa adalah
konstan. Amplitudo pembawa berubah terhadap modulasi. Frekuensi pembawa berubah
terhadap modulasi. Frekuensi pembawa adalah konstan. Amplitudo tegangan
3.2.5. Indeks Modulasi.
Nilai ini dihitung sebagai penyimpangan frekuensi dari pembawa RF dibagi dengan frekuensi pemodulasi audio.
a
f f
M = D
untuk M ≤ 1, suatu sinyal FM hanya mempunyai satu pasang bidang sisi, seperti sebuah sinyal AM.
3.2.6. Modulasi Fasa.
Dengan metode ini, sudut fasa dari pembawa RF digeser secara sebanding dengan amplitudo tegangan pemodulasi audio. Fase yang berubahubah ini bersesuaian dengan perubahan dalam frekuensi sinyal pembawa. Dengan demikian, modulasi fasa (PM Phase Modulation) menghasilkan suatu sinyal FM ekivalen, atau FM yang tak langsung (indirect FM). Dalam banyak hal, pemancar FM secara aktual menggunakan modulasi fasa dalam sebuah osilator yang dikontrol oleh kristal, untuk mendapatkan stabilitas frekuensitengah yang sangat baik.
Suatu karakteristik penting modulasi fasa (PM) adalah kenyataan bahwa jumlah FM ekivalen, atau FM tak langsung, meningkat dengan makin tingginya frekuensi. Sebabnya adalah perubahan yang lebih cepat dalam sudut fasa. Akan tetapi, penapis pengoreksi audio digunakan dalam modulasi, guna memberikan ayunan frekuensi yang sama seperti dalam FM langsung.
3.2.7. Preemphasis danDeemphasis.
digunakan penapis (filter) RC pelewatrendah. Konstanta waktu RC adalah 75 μdet, untuk menyepadankan preemphasis.
3.2.8. Transmisi Garis pandangan (Line Of Sight).
Dalam bidangbidang frekuensi VHF dan UHF, radio dirambatkan terutama oleh gelombanggelombang yang dekat ke permukaan bumi, sebagai pengganti gelombanggelombang langait dari atmosfer yang terionisasi. Dengan demikian jarak transmisi adalah terbatas pada lintasan garis lurus ke horison. Karakteristik ini disebut transmisi garis pandangan (Line Of Sight Transmission). Akan tetapi, jarak horison untuk gelombanggelombang radio adalah sekitar 15 persen lebih jauh karena efekefek pembiasan.
3.2.9. Sistem Komunikasi Satelit.
Sistem komunikasi satelit kebanyakan satelit kebanyakan menggunakan satelit Geostasioner, dimana satelit mengorbit diatas khatulistiwa dengan kecepatan orbit sinkron dengan kecepatan rotasi bumi. Ketinggian orbit pada keadaan ini adalah 36.000 km (tepatnya 35.786 km), yang merupakan jarak vertikal satelit berfungsi sebagai repeater (RF heterodyne) yang dipergunakan bersama oleh semua stasiun bumi dalam wilayah cakupannya. Dengan jarak yang sangat jauh (dibandingkan dengan jarak link terestrial 60 km) dan penggunaan bersama oleh sejumlah stasiun bumi, menjadikan halhal yang spesifik berikut:
1. Dengan jarak >> demikian ini, menyebabkan redaman propagasi besar sekali, yang menjadikan konsekuensi menyangkut:
b. Gain antena diperbesar sehingga ukuran antena menjadi besar: untuk satelit bumi tidak masalah, lain halna pada satelit sangat ditentukan terbatasnya ruang yang tersedia. c. Karena daya pancar dan gain antena yang terbatas, maka
penerima di bumi diusahakan dengan kandungan derau yang sangat rendah (dinamakansuperquite receiver).
d. Daya pancar bagi setiap stasiun bumipun tidak dapat semaunya diperbesar, harus dikoordinasikan bersama stasiun lainnya agar tidak menyebabkan saturasi penerima di satelit.
e. Juga gain antena stasiun bumi dibatasi oleh kemampuan ”tracking” (menjejak) kearah satelit. Gain makin besar, beam makin tajam/sempit bila terjadi ketidakstabilan arah antena atau posisi satelit, arah LOS mudah meleset.
f. Karena arah lintasan umumnya keatas (elevasi >5 0 ), maka
jarakmelintasi bagian atmosfer yang tidak stabil pendek sekali dibandingkan dengan jarak stasiun bumisatelit. Dengan demikian:
Redaman ruangan ao dapat dihitung lebih teliti.
Redaman karena penyerapan atmosfer, hujan dan lainnya kecil sekali, tidak berarti bila dibandingkan dengan ao, jika digunakan frekuensi di bawah 10 GHz.
Fading random dapat diabaikan.
2. Untuk penggunaan bersama oleh semua stasiun bumi, diatur caracara penggunaan/akses bersama (multiple access):
a. Frequency Division Multiple Access (FDMA).
b. Time Division Multiple Access (TDMA).
3.2.9.1. Orbit Geostasioner.
Ketinggian satelit sebesar 22.300 mil (35.887 km) digunakan seba jarijari ini memberikan suatu orbit
Geostasioner atau sinkron. Waktu untuk satu orbit
menyesuaikan ke 24 jam dari satu putaran bumi terhadap sumbunya. Sebagai akibatnya, satelit nampak menjadi diam terhadap bumi. Jadi adalah mungkin bagi pemancar uplink untuk mengarahkan sinyal antenanya ke satelit. Juga stasiun penerima bumi dapat mengambil sinyal
downlink dengan mengarahkan piringan antena (antenna
dish). Satelitsatelit yang berbeda mempunyai bagian bagian yang kaku yang berbeda sebesar 3 sampai 5 derajat.
3.2.9.2. Frekuensi Uplink dan Downlink.
Gelombanggelombang mikro (microwave) digunakan untuk memungkinkan sorotan yang tepat dari sinyalsinyal radio ke sebuah satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Frekuensifrekuensinya adalah rangkuman Gigahertz (GHz).
Uplink = 5,9 sampai 6,4 GHz. Frekuensifrekuensi ini digunakan untuk pemancar bumi ke satelit.
Downlink = 3,7 sampai 4,2 GHz. Frekuensifrekuensi ini digunakan untuk pemancar satelit ke penerima stasiun bumi.
mengirimkannya kembali ke bumi, dimana dia dapat diterima di lokasilokasi sekitar pusatnya di sekeliling bumi. Keluaran daya adalah 5 sampai 8,5 W. Kebutuhan daya searah (DC) diberikan oleh tenaga matahari (solar cells).
3.2.9.3. Saluran Transponder.
Satelit televisi mempunyai 12 transponder untuk sinyalsinyal yang berbeda dalam saluransaluran yang terpisah. Transponder adalah gabungan penerima dan pemancar. Sinyal uplink diterima, untuk dikonversi ke frekuensi downlink dan kemudian dipancarkan ke penerima stasiun bumi. Sebenarnya tersedia 24 saluran dengan 12 transponder. Sinyal untuk 12 saluran menggunakan polarisasi horisontal, dan polarisasi vertikal digunakan untuk ke 12 saluran lainnya.
3.2.9.4. Satelit Komunikasi.
Walaupun televisi sangat populer, ia hanyalah merupakan salah satu penerangan dari komunikasi satelit. Penggunaanya mencakup telepon, televisi dan transmisi data. Peraturan di seluruh dunia ditetapkan oleh
konsorsium INTELSAT (International
Telecommunication Satellite) di Amerika Serikat, satelit satelit dioperasikan oleh perusahaan COMSAT
(Communication Satellite). Perusahaanperusahaan
Hindia. Beberapa satelitsatelit komunikasi yang populer diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 SatelitSatelit Terkenal. Nama Pemilik Angular
Heading Pemakaian
Satcom IV RCA 132 0 Digunakan oleh
perusahaan perusahaan televisi kabel Comstar 3 Comsat 95 0 Komunikasi
telepon Wester 3 Western Union 86 0 Digunakan
oleh stasiun TV
masyarakat Anik B Kanada 109 0 Televisi
Kanada
3.2.9.5. Stasiun Bumi Penerima.
Masalah pokok dengan stasiun bumi pnerima adalah sinyal yang sangat lemah dari satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Keluaran daya satelit umumnya adalah 5 W. Akan tetapi, penguatan antenanya (antenna gain) khasnya adalah 1.000 untuk ERP (Effective Ratioted Power) sebesar 5.000 W. Dengan asumsi suatu rugi sebesar 196 dB dalam transmisi, sinyal pada penerima hanyalah 1,2 x 10 16 W. Namun dengan menggunakan sebuah piringan
3.2.9.6. Jaringan S.K.S.D.
S.K.S.D. (Sistem Komunikasi Satelit Domestik) untuk Indonesia pada tahap pertama direncanakan mempunyai 50 stasiun bumi. Dari antara itu 40 tempat telah ditentukan seperti dalam Gambar 3.11.
Gambar 3.11 StasiunStasiun Bumi S.K.S.D.
1. Ruas Bumi.
Jenis stasiun bumi ada tiga macam, yaitu:
b. Stasiun Lintas Utama.
Stasiun bumi ini terletak di 18 tempat yang besar lalu lintasnya. Diameter antena parabol ini adalah 10 meter. Selain menyalurkan telepon, telex, data dan telepon juga dapat digunakan untuk memancarkan dan menerima TV.
c. Stasiun Lintas Tipis.
Stasiun bumi ini berada ditempattempat yang lain. Beberapa tempat menggunakan antena 8 meter dan tempattempat industri dilepas pantai dan pedalaman cukup menggunakan antena 34 meter. Stasiun bumi ini dapat diangkut/bergerak dimasukkan dalam penggolongan ini mengingat diameter sekitar 3 meter.
2. Ruas Angkasa.
Gambar 3.12 Pola Radiasi S.K.S.D.
3. MacamMacam Satelit.
Pembagian macam satelit yang pertama adalah satelit pasif dan satelit aktif. Satelit pasif alamiah yang terkenal adalah bulan kita. Satelit pasif buatan yang pernah dicoba adalah konstruksi bendabenda besar berkulit tipis yang memantul gelombang elektromagnetik (proyek ECHO), atau dipoldipol terbuat dari logam yang diserakkan diruang angkasa luar (dipoles belt).
Karena pada satelit pasif perlu dayadaya pemancar stasiun bumi yang sangat besar, dan lebar yang dapat digunakan relatif sangat sempit, seluruh perhatian dunia sekarang ini diarahkan kepada satelit aktif. Satelit aktif dapat juga dibagidibagi dalam 3 macam satelit aktif, misalnya:
4. Keuntungannya:
Panjang lintasan hampir tidak tak terpengaruh oleh letak atau jarak setasiun –setasiun bumi yang berada dalam daerah lingkup nasional.
Degradasi mutu sinyal lintasan satelit oleh modulasi silang, distorsi amplitudo dan fasa, derau thermis (Thermal Noise), dan beberapa faktor lain lebih sedikit daripada gelombang mikro darat, ini disebabkan karena gelombang mikro terdiri dari puluhan atau ratusan stasiun pengulang, sedangkan pada sistem komunikasi satelit terjadi didalam satelitnya sendiri.
Pembangunan stasiunstasiun bumi dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan gelombang mikro yang merupakan pembangunan berantai.
Fleksibilitas dalam perubahan dan penambahan juga menonjol karena hanya menyangkut penempatan stasiun bumi yang diinginkan.
Bagi suatu jaringan komunikasi yang luas seperti Indonesia SKSD secara ekonomis lebih menguntungkan, jhususnya karena jarakjaraknya jauh.
5. Kerugiannya:
Proses peluncuran hingga tercapai orbit terakhir yang geostasioner kadangkadang mengalami kegagalan, walaupun jumlah sukses pengorbitan 7590 % pada tahuntahun terakhir.
BAB IV
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
4.1. Jaringan Transmisi Televisi.
4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat.
Dalam rangka untuk meningkatkan penyebaran informasi informasi dan mutu siaran televisi Indonesia, maka pemerintah membuat jaringan transmisi di daerahdaerah.
Jaringan transmisi di Jawa Barat berfungsi untuk menyampaikan siaran televisi yang dipancarkan TVRI Pusat Jakarta (Nasional) maupun dari TVRI Jabar dan Banten (Regional) siaran televisi tersebut ditransmisikan lewat tiga jaringan utama yang saling berkaitan, yaitu:
a. JaringanMicrowave. b. Jaringan VHF dan UHF. c. Jaringan Satelit.
Macammacam siaran yang dapat ditransmisikan di Jawa Barat, yaitu:
1. Siaran Nasional.
Siaran ini dipancarkan dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta direlay oleh semua stasiun pemancar cabang.
2. Siaran Regional Daerah Jawa Barat.
Siaran ini dipancarkan dari TVRI Jabar dan Banten dan dapat diterima didaerah Jawa Barat dan sekitarnya.
Kedua stasiun tersebut merupakan stasiun induk untuk jaringan transmisi Jawa Barat. Pemancar induk di gunung Nagrak memancarkan ke arah Timur yang diterima oleh stasiun pemancar ulang di Gunung Cikuray, Bukit Nyampai, Gunung Malang, Cirebon, Kuningan, Ciamis dan Pasirkoja. Sedangkan Stasiun Induk Panyandakan memancarkan ke arah Barat dan ditransmisi ulang oleh stasiun transmisi ulang di Pasir Pogor, Gunung Walad, Puncak Surangga, Bayah, Pandeglang, Gunung Tela, Cilegon dan Pasir Sumbul Puncak.
A. Jaringan Mikro.
Jaringan mikro didefinisikan sebagai jaringan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Mempunyai modulasi FM (Frequency Modulation) dan PM (Phase Modulation).
b. Propagasi sinyal yang dipengaruhi oleh redaman suara bebas dari cuaca.
c. Lintasan sinyal bebas pandang (Line Of Sight) dalam arti tidak dihambat oleh bangunan yang tinggi atau dengan pegununganpegunungan dan lainnya. Hambatan tersebut akan mengganggu siaran televisi.
d. Besar frekuensi harus lebih dari 1 GHz, agar informasi yang dikirim lebih banyak karena mempunyai RF dengan baseband yang lebih besar.
B. Jaringan VHF dan jaringan UHF.
Jaringanjaringan yang menggunakan gelombang VHF dan UHF mempunyai frekuensi yang berkisar antara 300 MHz sampai 3 GHz. Slain gelombang VHF dan UHF gelombang gelombang radio yang melalui atmosfer sanat banya ragamnya tergantung dari frekuensinya. Gelombanggelombang radio ini dibagi dalam beberapa daerah band frekuensi yang berbeda. Perbedaan band frekuensi ini dapat kita lihat dalam Tabel 4.1
(FHF) > 0 GHz dibawah 1 cm
Peralatan jaringan VHF dan UHF pada dasarnya sama dengan jaringan mikro baik itu pada bagian pengirim, penerima, ataupun pengulang. Tetapi pada jaringan VHF dan UHF frekuensi yang digunakan jauh lebih rendah pada jaringan mikro yang menggunakan frekuensi yang lebi tinggi.
C. Jaringan Komunikasi Satelit.
Pada prinsipnya jaringan komunikasi satelit sama dengan mikro, dimana dalam sistem komunikasi satelit ini stasiun bumi berfungsi sebagai pengirim sinyal dan juga penerima sinyal yang dipancarkan tersebut. Sinyal yang dipancarkan akan diterima oleh satelit yang dipancarkan kembali setelah sinyal tersebut diperkuat dan digeser frekuensi, kemudian dipancarkan kembali ke stasiun bumi.
Menurut pengorbitannya satelit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sistem satelit tidak teratur (Random).
Sejumlah satelit diluncurkan pada orbit dengan jarak antara 100 sampai dengan 10.000 km. Pada saat itulah gerakannya diikuti oleh dua buah stasiun bumi dengan cara saling menukar atau pindah dimana dapat dikurangi waktu terputusnya hubungan, walaupun trackingnya sulit tetapi peluncurannya mudah.
b. Sistem satelit bertahap (Phased Satellite System).
Sistem satelit ini terdiri dari berbagai orbit seperti orbit khatulistiwa, orbit inklinasi 30 derajat, orbit kutub serta orbit campuran. Dimana setiap stasiun bumi pada setiap orbit dapat saling berhubungan dengan meluncurkan satelit dengan interval bersamaan.
c. Sistem satelit Stasioner.
Berada pada ketinggian 35.860 km diatas khatulistiwa dengan mempunyai kedudukan statis terhadap bumi, sehingga menggunakan satu set antena.