• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jeffree Star Tidak Membatasi Diri dengan Label Gender

Dalam dokumen 4. ANALISIS DATA & PEMBAHASAN (Halaman 29-36)

Dalam video berjudul “The Secret World of Jeffree Star”, Shane sempat menanyakan panggilan apa yang tepat untuk Jeffree. Panggilan yang dimaksud adalah penggunaan kata ganti dia laki-laki “he” atau kata ganti dia perempuan “she”:

“Shane: “Oh wait, that’s another question I have (Jeffree: “okay”). I keep calling you she on accident and Andrew was like wait it’s Jeffree or… what’s happening?” Jeffree: “I’m just Jeffre, if you look at me and you’re like damn honey yeees… like she, everyone calls me he/she whatever they want to call me”

Shane: “So that’s fine?” Jeffree: “I’m an alien”

Shane: “Every pronoun is okay?”

Jeffree: “every pronoun”

(Jeffree Star dalam kanal YouTube Shane, The Secret

World of Jeffree Star).

Menanggapi pertanyaan Shane, Jeffree mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan dengan sebutan apapun baik “he” ataupun “she”. Jeffree juga terlihat tidak memberikan label gender khusus pada dirinya dengan mengatakan “I’m just Jeffree” yang berarti “Aku hanyalah Jeffree” dan “I’m an alien” yang berarti “Aku adalah Jeffree” dan “Aku adalah alien”. Kata “alien” atau yang lebih dikenal sebagai makhluk asing bukan manusia secara tidak langsung menyiratkan bahwa Jeffree tidak termasuk ke dalam kategorisasi gender apapun yang telah membudaya dalam kehidupan manusia. Jeffree sendiri tidak terlihat menentang atau menunjukkan rasa tidak suka saat disinggung tentang identitas seksualnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Jeffree tidak membatasi dirinya dengan label gender apapun.

Selain itu pada video yang berbeda terlihat plat mobil Lamborghini Huracan LP610-4 Star Edition miliknya yang bertuliskan “MR DIVA”. Kata “Mr” merupakan gelar yang digunakan sebelum nama keluarga atau nama lengkap

75 Universitas Kristen Petra

seorang laki yang tidak memiliki gelar lain, atau ketika berbicara dengan laki-laki yang memegang posisi resmi tertentu. Sedangkan kata “diva” memiliki arti penyanyi atau aktor perempuan yang sangat sukses dan terkenal, seorang perempuan yang berperilaku seolah-olah dia sangat istimewa atau penting (https://dictionary.cambridge.org). Hal ini menunjukkan bahwa Jeffree memiliki dua sisi sekaligus yaitu sebagai laki-laki (Mr) dan juga sebagai perempuan (diva). Tidak hanya itu, dari pemakaian kata “diva” Jeffree juga menggambarkan dirinya menyerupai perempuan yang sukses dan terkenal. Kata “diva” juga menggambarkan bahwa Jeffree Star sebagai perempuan istimewa atau penting.

Tidak hanya itu, dalam video berjudul “Switching Lives with Jeffree Star”, Jeffree juga menunjukkan sisi laki-laki dan perempuan dari perubahan suara saat berbicara kepada Shane. Sebelumnya, Jeffree terlihat memiliki nada suara lebih lembut mengubah suaranya menjadi lebih berat seperti laki-laki dengan intonasi nada tinggi sambil mengucap kalimat “Do i sound a fuckin gay??!” kemudian dilanjutkan dengan Jeffree berteriak dengan intonasi nada tinggi. Setelah itu Jeffree

Gambar 4.40 Plat mobil Jeffree Star bertuliskan “MR DIVA”

Gambar 4.41 Ekspresi terkejut Shane saat Jeffree tiba-tiba mengubah suara

76 Universitas Kristen Petra

berteriak dengan suara rendah “Welcome back!!!” dan kemudian merubah suara menjadi lebih lembut sambil mengatakan “To my channel…”. Perubahan suara tersebut dilakukan secara sengaja dan tiba-tiba hingga membuat Shane terkejut.

Pada video yang berbeda, Jeffree terlihat merubah suaranya dari lembut menjadi lebih berat saat berbicara dengan Garett:

Garett: “Hey wassup bro?”

Jeffree: “Hey bro” *dengan suara lembut seperti perempuan*

Garett: “You’re sick gooch dude”

Jeffree: “Thanks man” *suara berubah menjadi lebih berat seperti laki-laki*

Jeffree: “Yo Shane wassup dawg?!”

Garett: “New fan yo come here (Jeffree: “wassup dawg?!”) look fucking gooch dude, check it out, look this shit” Jeffree: “Look at my gooch bro”

Garett: “I want shit”

Jeffree: “I need some pussy (Garett: “yoo”)”

Shane: “Jeffree so much better being a man than you ahaha

holy fuck...hahahah”

(Jeffree Star dalam kanal YouTube Shane, The Truth About Jeffree Star).

Perubahan suara dari suara rendah ke nada yang lebih tinggi yang dilakukan oleh Jeffree Star menunjukkan bahwa Jeffree memiliki dua sisi yang berbeda yakni maskulin dan feminin. Jeffree seakan menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi laki-laki dan menjadi seperti perempuan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kuntjara (2012) dalam bukunya yang berjudul “Gender, Bahasa, & Kekuasaan” bahwa suara rendah dan mantap biasanya biasanya disuarakan oleh laki-laki dan tampak maskulin, sedangkan nada tinggi biasanya disuarakan oleh perempuan dan bersifat feminin (p. 36).

Berdasarkan temuan data di atas, Jeffree terlihat membangun citra sebagai seorang queer di mana Jeffree tidak membatasi identitas gendernya dengan label apapun. Hal ini menunjukkan bahwa Jeffree tidak terpaku pada budaya dominan yang mendikte bahwa hanya ada dua gender. Perilaku queer tidak hanya terlihat pada bagaimana Jeffree menyebut dirinya tetapi juga diperlihatkan dari bagaimana Jeffree berperilaku seperti bagaimana Jeffree mengubah suaranya dari lembut seperti perempuan menjadi suara rendah seperti laki-laki.

77 Universitas Kristen Petra 4.2.4. Jeffree Star Terinspirasi dengan Boneka Barbie

Dalam beberapa kesempatan Jeffree juga beberapa kali menyebutkan bahwa sentuhan nuansa pink tersebut terinspirasi dari karakter boneka Barbie. Hal ini dapat dilihat pada saat Jeffree menjelaskan lampu gantung di dapur miliknya memiliki sentuhan merah muda Barbie dengan menyebutnya “Barbie Chandelier” (Gambar 4.30) atau pada saat Jeffree menjelaskan ranjang di kamar tidurnya merupakan furnitur yang sengaja dipesan secara khusus “custom Barbie bed” (Gambar 4.29). Selama ini karakter Barbie identik dengan warna pink dan merupakan boneka mainan untuk anak perempuan. Barbie sendiri merupakan boneka mainan yang identik dengan figur perempuan sedangkan Jeffree Star adalah seorang laki-laki. Boneka dengan rupa perempuan ini juga sering kali dimainkan oleh anak perempuan. Boneka Barbie juga sangat berkaitan dengan tubuh dan sifat yang begitu feminin (Brigita, 2017).

Menurut Udasmoro (2018), perempuan mengartikan kata “cantik” dengan memiliki boneka. Boneka digunakan sebagai objek dalam metamorfosis diri perempuan yakni perubahan menjadi gadis feminin. Boneka dijadikan sebagai objek acuan dalam memahami cara berdandan dan cara berpakaian dengan tujuan menjadikan dirinya sosok yang dikagumi. Pada fase tersebut, perempuan belajar mengartikan kata “cantik” lebih sederhana. Perempuan membuat diri menjadi cantik dengan pakaian, mengamati diri dalam cermin, dan membayangkan dirinya seperti putri-putri dalam cerita dongeng (p. 47).

78 Universitas Kristen Petra

Logo Barbie terdiri dari wordmark sederhana menampilkan nama merk berwarna pink. Warna pink pada logo menampilkan kesan lembut, manis, muda, feminin dan optimis (Jihad, 2017).

Sebelumnya, Barbie adalah boneka mainan yang diproduksi oleh Elliot Handler pemilik perusahaan Mattel Inc bersama temannya Harold Matson. Pembuatan boneka inipun terinspirasi setelah anak perempuan Elliot yang pada saat itu melirik boneka Bild Lili (boneka perempuan buatan Jerman yang diadopsi dari komik strip dan menjadi simbol seks laki-laki). Melihat minimnya mainan untuk anak perempuan pada saat itu, akhirnya Elliot membuat boneka bernama Barbie diadopsi dari nama anaknya sendiri yakni Barbara. Sejak awal, boneka Barbie dikonstruksikan seperti idola. Barbie merupakan fantasi tertinggi tentang kecantikan. Barbie menawarkan imajinasi, mimpi, dan pelampiasan yang tak bisa diperoleh di dunia nyata (Molekandella, 2012, p. 126).

Menurut Brigita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Barbie Sebagai Ikon Gaya Hidup Wanita Modern”, Barbie merupakan simbol feminisme, hal ini terletak pada gambaran kesempurnaan perempuan yang dimiliki Barbie. Kesempurnaan yang dimaksud adalah cantik, indah, lembut langsing, mancung, kaki jenjang, dan sebagainya yang menggambarkan kecantikan ideal. Tidak hanya itu, hampir semua Barbie memiliki dunia kecil yang bersifat eksklusif seperti memiliki atribut baju-baju bermerk, rumah, sepatu yang ditata rapi, dan gaun serba gemerlap (p. 126).

Dunia kecil Barbie tersebut menggambarkan bahwa Barbie sebagai perempuan modern dengan mobilitas yang tinggi dan detail dalam urusan penampilan. Seperti di dunia nyata, Barbie seperti wanita karir yang memiliki

Gambar 4.43 Boneka Barbie dan aksesoris Sumber: www.barbie.mattel.com

79 Universitas Kristen Petra

koleksi barang branded untuk menunjang pencitraannya. Hal ini dilihat dari bagaimana boneka Barbie juga dijual dengan pernak-pernik atribut yang dijual baik secara terpisah atau tidak untuk menunjang pencitraan dirinya. Dan oleh karena itu, boneka Barbie juga dikenal identik dengan gambaran perempuan kaya yang hanya menghabiskan waktu untuk mempercantik diri (Molekandella, p.128-129).

Di sisi lain, Barbie yang kemudian menjadi identitas budaya populer Amerika juga dibuat dengan menggambarkan orang dengan kulit berwarna putih serta rambut pirang atau blonde menyerupai ras kaukasian. Dibandingkan dengan penjualan boneka Barbie berkulit hitam, Barbie berkulit putih menduduki posisi teratas angka penjualan. Hal ini dikarenakan kulit putih diyakini sebagai kondisi terhormat, intelektual, bersih, sehat, dan bermoral. Sebaliknya, kulit hitam identik dengan kekerasan, kumuh, bodoh, dan tertindas sehingga tidak heran apabila Barbie juga menjadi ikon rasisme (Molekandella, 2012, p.126).

Pada video yang lain, Jeffree dalam kanal YouTubenya juga beberapa kali menggunakan Barbie sebagai judul video seperti “HOW TO GET GLOWY BARBIE® SKIN” dan “MY NEW BARBIE BMW i8 | Jeffree Star [4K Ultra HD]” yang diunggah pada tahun 2016. Jeffree juga diketahui menyebut mobil Tesla Model X warna pink miliknya dengan sebutan Barbie dalam video berjudul “DOING MY MAKEUP ON TESLA AUTOPILOT!” yang diunggah pada tahun 2018 (www.youtube.com/user/jeffreestar):

“Good morning, we’re about to pick up the Barbie Tesla, Sticker City finished wraping the entire car”

“It looks so fucking bad ass like Barbie have a ten seat go home the bitches back” (Jeffree Star dalam kanal YouTube jeffreestar, DOING MY MAKEUP ON TESLA AUTOPILOT!)

Berdasarkan penjealsan di atas, Barbie tidak hanya sekadar menjadi figur perempuan yang identik dengan warna pink dan feminitas saja, tetapi lebih dari itu, Barbie memiliki makna tersendiri sebagai cerminan perempuan ideal baik dari segi fisik maupun non-fisik seperti bagaimana Barbie digambarkan sebagai wanita karir, ekslusif dan kaya. Barbie juga digambarkan sebagai boneka perempuan yang menunjang kecantikan diri dengan barang-barang branded yang ditunjukkan dari pernak-pernik boneka. Sehingga dengan ini dapat dikatakan bahwa Jeffree Star tidak hanya mengkonstruksi citra dirinya sebagai laki-laki feminin tetapi juga

80 Universitas Kristen Petra

sebagai orang kulit putih yang memiliki kecantikan ideal baik secara fisik ataupun non-fisik layaknya perempuan modern.

Dengan melihat sejumlah hasil penemuan di atas. Peneliti melihat bahwa sebagai laki-laki Jeffree kerap menunjukkan kemiripan dengan perempuan. Mulai dari kesukaannya terhadap warna pink yang identik dengan perempuan dan sebagai simbol feminin, melakukan transformasi dari penampilan laki-laki maskulin menjadi lebih feminin seperti perempuan, hingga ciri-ciri fisik dan gestur tubuh yang menyerupai perempuan. Jeffree juga menunjukkan bahwa dirinya tidak dibatasi dengan identitas gender baik maskulin ataupun feminin yang ditunjukkan dari perubahan suara serta penyebutan untuk dirinya sendiri. Sedangkan pada umumnya, laki-laki didominasi oleh sifat maskulin. Hal ini seolah menunjukkan bahwa Jeffree Star tidak memandang gender sebagai sesuatu yang bersifat kaku melainkan dapat berubah-ubah. Dengan menunjukkan ciri-ciri fisik seperti perempuan dan perilaku feminin, Jeffree juga menunjukkan bahwa dirinya tidak mengkategorisasikan gendernya sebagai laki-laki maskulin. Dengan demikian Jeffree secara tidak langung membongkar norma-norma sosial yang sudah terpaku dalam kehidupan masyarakat seperti laki-laki harus maskulin dan perempuan harus feminin.

Hal ini sesuai dengan teori queer oleh Judith Butler yang menentang adanya identifikasi gender. Teori ini percaya bahwa gender seperti maskulin dan feminin merupakan hasil konstruksi sosial dan tidak harus dimengerti sebagai identitas yang tetap melainkan berubah-ubah. Teori ini juga menentang hal-hal yang bersifat pasangan seperti maskulin-feminin, pria-wanita, dan lain-lain. Teori queer menawarkan gagasan bahwa identitas merupakan hal lebih dari sekadar kategorisasi yang kaku dan dikotomis (Morissan, 2013, p. 131).

Meskipun istilah queer selalu dikaitkan dengan identitas seksual ataupun gender di luar heteroseksual, queer dapat juga dilihat sebagai metode untuk membongkar norma-norma tradisional. Teori queer tidak dapat dilepaskan dari keterkaitannya dengan gay liberation atau pembebasan gay yang muncul pada tahun 1960an di Amerika Serikat. Gerakan ini melihat bahwa seksualitas dapat berfungsi sebagai potensi untuk penyerangan norma-norma sosial. Gerakan ini ingin membongkar seksualitas yang bersifat normatif seperti konsep pernikahan.

81 Universitas Kristen Petra

Bangunan dasar teori queer sendiri adalah anti-normativitas atau selalu mencurigai dan mempertanyakan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Karena sifatnya yang anti-normativitas, queer juga bersifat non-identitarian. Teori queer mengkritisi mengapa identitas seksual harus ada (Kusuma, n.d.).

Judith Butler dalam bukunya berjudul Gender trouble (feminism and the subversion of identity) (1990) juga mengemukakan teori performativitas yang menolak prinsip identitas memiliki awal dan akhir. Munurut Butler, seseorang dapat memiliki identitas maskulin dan feminin dalam waktu bersamaan ataupun dalam waktu yang berbeda. Demikian halnya dengan orientasi seksual, male feminine dan female maskuline. Jika identitas seksual seseorang tidak final atau tidak stabil, seharusnya tidak ada keharusan seseorang menyukai lawan jenisnya tetapi hal ini tidak dikehendaki masyarakat. Seperti yang sudah diketahui, subjek dibentuk dari budaya dan diskursus dimana ada suatu aturan yang disebarkan melalui repetisi atau pengulangan. Aturan inilah yang suatu fenomena seolah-olah heteroseksual merupakan hubungan yang normatif antara seks, gender, dan orientasi seskual dimana laki-laki (male) harus berperilaku maskulin dan menyukai perempuan (female) lawan jenisnya begitu juga dengan perempuan (female) harus berperilaku feminin dan menyukai lawan jenis (Jauhariyah, 2006). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Jeffree Star membangun citra sebagai laki-laki yang percaya diri menjadi seorang queer. Jeffree dengan percaya diri menunjukkan dirinya sebagai laki-laki yang berperilaku dan berpenampilan seperti perempuan feminin. Di sini Jeffree juga menunjukkan bahwa dirinya membatasi diri dengan label gender apapun. Jeffree juga secara tidak langsung mendobrak norma-norma seksual yang berlaku di masyarakat bahwa laki-laki tidak harus bersifat maskulin.

Dalam dokumen 4. ANALISIS DATA & PEMBAHASAN (Halaman 29-36)

Dokumen terkait