BAB II KAJIAN TEORI
B. Jenis-jenis Cerita Anak
diwujudkannya dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan kemudian akan membacanya atas kesadarannya sendiri.
Maka dapat disimpulkan bahwa minat akan mempengaruhi kemampuan membaca siswa, karena tanpa adanya minat siswa cenderung enggan dalam membaca. Seiring dengan perkembangan kemampuan membaca siswa maka keterampilan membaca pemahaman siswa semakin meningkat.
.
B. Jenis-jenis Cerita Anak 1. Pengertian Cerita Anak
Menurut Endraswara (2002: 115) menyatakan bahwa sastra anak di
dalam termasuk cerita anak pada dasarnya merupakan” wajah sastra” yang
pokus utamanya demi perkembangan anak. Di dalam mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh, melukiskan perasaan anak, menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Dalam hal ini patut ditegaskan bahwa sastra anak tidak harus tokohnya seorang anak.
Sugihastuti (1996: 69) Cerita anak adalah media seni yang memiliki ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Seorang pengarang cerita anak tidak bisa mengabaikan dunia anak-anak. Maka dari itu cerita anak yang dikarang oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak melalui bahasa anak-anak.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulan bahwa cerita anak merupakan serita sederhana yang berbicara mengenai kehidupan dan
20
lingkungan sekeliling anak yang di dalamnya memiliki dan melukiskan perasaan dan pemikiran anak-anak. Ceita anak memiliki kontribusi dalam perkembangan kepribadian dan karakter anak. Cerita anak diyakini sebagai salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak melalui bacaan.
2. Ciri-ciri Cerita Anak
Menurut Sarumpaet (1976:29) mengatakan bahwa ciri-ciri sastra anak atau cerita anak adalah tiga yaitu 1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan kepada anak, 2) kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, 3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan kesan dan ajaran kepada anak-anak.
Menurut Endraswara (2002: 119) menyatakan bahwa ciri pokok cerita anak mengandung unsur fantasi hal ini dikarenakan para pengarang sastra anak tidak ingin mendidik anak-anak secara eksplisit. Hal ini jaga dilandasi oleh perkembangan kejiwaan anak-anak yang sarat dengan dunia fantasi. Dunia tumbuhan dan dunia hewan dapat dilukiskan dalam cerita anak. Semakin tinggi daya fantasi dan imajinasi cerita anak maka akan semakin digemari oleh anak-anak
Citraan atau metafora kehidupan yang dikisahkan dalam cerita harus berada dalam jangkauan perkembangan kejiwaan dan imajinasi anak. Cerita anak yang baik melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensorik maupun pengalaman moral anak yang diekspresikan dalam
21
bentuk sastra anak. Adanya batasan dalam cerita anak hendaknya penyajian cerita dan dunia orang dewasa maupun remaja harus disajikan dari tolok ukur dunia anak.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak merupakan cerita yang berisikan lingkungan dan dunia anak-anak. Cerita anak memiliki unsur fantasi dan imajinasi anak yang tinggi. Cerita anak banyak mengandung moral dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak.
3. Unsur-unsur Cerita Anak
Cerita anak berdasarkan isinya dapat berasal dari sastra tradisional, fantasi modern, fiksi realistis dan fiksi sejarah. Majid (2001: 4) menyatakan bahwa dalam cerita akan terdapat ide-ide, tujuan, imajinasi bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh dalam pembentukan pribadi anak.
Cerita anak juga membentuk perkembangan bahasa, keterampilan, serta perkembangan psikologis dan emosi anak. Cerita anak memiliki unsur-unsur pembangun cerita, antara lain: alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema dan amanat atau pesan moral.
4. Tokoh dan Perwatakan
Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk 1998: 4) mengatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan
22
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Selaras dengan pendapat Sudjiman, Aminudin (dalam Siswanto 2008: 142) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin suatu cerita.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau individu rekaan yang dikenai atau berada dalam suatu peristiwa rekaan tertentu didalam sebuah cerita.
5. Latar atau setting
Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk 1998: 5) menyebutkan bahwa latar atau setting adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan ruang dan waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Menurut Abrams (dalam Siswanto 2008: 149) setting atau latar merupakan tempat umum, waktu kesejarahan, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.
Berdasar pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa latar atau
setting merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam suatu cerita.
23 6. Tema dan Amanat
Menurut Stanton (dalam Sugiharsih, dkk 1998: 5) tema adalah pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra yang merupakan pusat dari sebuah cerita.
Suharlanto (2005: 17) menyatakan hakikat dari tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra, yang merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan oleh pengarang dengan karyanya itu.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupkan gagasan pokok atau permasalahan yang merupakan titik tolak dan mendasari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra.
Siswanto (2008: 162) menyatakan amanat adalah gagasan yang mendasri karya sastra atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra moderen amanat ini biasanya tersirat, dalam karya sastra lama pada umumnya amanat memiliki sifat yang tersurat.
7. Alur atau Plot
Luxemburg ( dalam Septiningsih, ddk, 1998: 4) mengatakan bahwa alur merupakan konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan dan dialami oleh sipelaku. Hal ini selaras dengan Suharianto (2005: 18) mengemukakan plot adalah cara pengarang
24
menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hubungan sebab dan akibat sehingga menjadi kesatuan yang padu bualat dan utuh.
Abrams (dalam Siswanto 2008: 159) menyatakan bahwa alur merupakan rangkaian suatu cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu kesatuan cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur merupakan kumpulan dari berbagai peristiwa yang terjalin dan tersusun dengan urutan yang baik yang membentuk jalannya sebuah cerita.
C. Tinjauan tentang Media