• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah kunci dari pada hasil penelitian yang diharapkan, dan subjek dari mana data diperoleh. yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan sumber data. Sumber data dapat dibagi dua yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data mentah yang akan diperoleh dari lapangan dan yang belum pernah dianalis.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data skunder merupakan sumber data yang sudah pernah diteliti sebelumnya dan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui dari sudut pandang yang berbeda. Sumber data skunder ini dapat diperoleh dari daftar-daftar pustaka atau buku-buku yang yang berhubungan dengan objek yang sedang dikaji, termasuk juga media lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian yang berbeda adalah hampir sama dengan penelitian ini. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah semua alat-alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data,memeriksa data, mengolah data, dan menganalisis data hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini, penulis memakai beberapa alat bantu seperti :

1) Alat rekam 2) Kamera 3) Pulpen 4) Buku

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan para peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Adapun metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu :

1. Metode observasi

Metode observasi merupakan cara langsung yang dapat dilihat dilapangan gejala pemakaian kata dan frasa eufemisme seperti acara digereja,acara adat,dan percakapan bahasa toba yang digunakan pada masyarakat Batak Toba khususnya yang tinggal di desa Silando.

2. Metode wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu metode yang langsung dilakukan pada seorang informan yang terpilih dan dianggap telah memahami tentang masalah social budaya Batak Toba. Percakapan tersebut dilakukan dengan cara memancing informan agar pembicaraan terarah dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang sudah dirumuskan oleh penulis.

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data dengan membaca, mencatat, dan mengidentifikasi kata dan frasa eufemisme dari buku-buku yang relevan untuk

membantu menyelesaikan dserta melengkapi data yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengolah data yang mentah yang diperoleh dari informan menjadi data yang akurat dan ilmiah. Adapun proses analisis data pada skripsi ini yaitu :

1. Menyeleksi data yang telah dikumpulkan atau data yang valid, yang kemudian menggugurkan data yang tidak relevan..

2. Mengklasifikasi data dealam ennam belas tipe eufemisme yang ada dalam Batak Toba.

3. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan.

4. Mencari fungsi eufemisme yang ada dalam Batak Toba.

5. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam masyarakat Batak Toba terdapat unsur-unsur yang dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti etika, baik berbicara maupun bertindak, agama serta filosofi Batak Toba.Elemen-elemen tersebut sangat berpengaruh dalam bertindak dan berkomunikasi karena memiliki aturan yang tersirat yang dapat digunakan oleh masyarakat Batak Toba dengan baik dan benar.

Misalnya dalam etika berbicara, tentu sesorang memberikan nilai moral, norma dan kesopanan guna untuk membimbing masyarakat secara baik dan benar dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Karena ketika seseorang mengucapkan kata-kata naso sumanatau bersifat tidak sopan mengenai bagian sensitif seperti alat vital, mereka akan dianggap sebagai orang dang maradatatau tidak memiliki nilai moral.

Sistem sapaan dalam masyarakat Batak Toba diatur oleh Dalihan Natolu(tungku yang tiga)‟, yang merupakan hula-hula‟orangtua dari istri‟, dongan tubu‟,teman lahir atau teman semarga‟, ketiga hal inilah yang membatasi hubungan antarpenutur dan yang membatasi pilihan tutur dalam berkomunikasi

juga berperan penting dalam upacara adat seperti peristiwa perkawinan, upacara kematian, upacara mangokal holi. Setiap penutur dan mitra tutur yang menghadiri setiap upacara padat maka mereka harus menempatkan diri dengan baik pada situasi tertentu serta mampu memilih tuturan yang tepat dan bijak untuk menghindari kesalahpahaman. Berikut beberapa filosofi yang dianut oleh masyarakat Batak Toba :

Filosofi yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 pantun hangoluon, tois hamagoan

Maksudnya adalah supaya anak muda memiliki sopan santun, menghormati orang tua dan belajar menghargai seseorang serta tidak meremehkan orang lain.

Filsafat yang ada dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 hamoraon, hagabeon, dohot hasangapon

Maksudnya adalah masyarakat Batak Toba biasanya mengharapkan kehidupan anak-anaknya bisa memiliki kekayaan anak, memiliki keturunan baik anak laki-laki maupun perempuan, dan semua berada diatas puncak kesuksesan.

Larangan-larangan yang diatur oleh system sapaan, etika, norma dan kesopanan, dan agama sangatlah berpengaruh satu sama lain, apalagi menyangkut filosofi masyarakat Batak Toba yang sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Seperti mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau tidak berkenan di hati seseorang, yang dapat menyinggung hati seseorang.

Tentu ada sebuah kekwahatiran dalam masyarakat Batak Toba suatu saat nilai-nilai tersebut akan hilang begitu saja dan mungkin masyarakat akan kacau balau karena tidak bisa memberikan contoh yang baik, saling menjatuhkan dan tidak menghargai satu sama lain . Sehingga perlu dilestarikan dari generasi ke regenerasi mengenai nilai-nilai sosial budaya agar tidak merusak hubungan sistem baik diantara anggota kerabat dekat bahkan anggota keluarga masyarakat lainnya.

Maka dari itu elemen-elemen sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba sebaiknya menggunakan bahasa eufemisme untuk menghindari kata tabu yang dapat meyakiti dan menyinggung perasaan seseorang. Karena elemen-elemen tersebut mempengaruhi perilaku seseorang secara baik dan benar dalam berkomunikasi dan berinteraksi, dan dapat memberikan nilai yang positif bagi masyarakat itu sendiri serta supaya dapat hidup rukun dan harmonis.

Menghindari tabu bahasa dan menggunakan eufemisme dalam masyarakat Batak Toba sangatlah penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena hal ini dipengaruhi oleh nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba, seperti sistem kekerabatan yang diatur oleh Dalihan Natolu, filosofi „pantun hangoluan, tois hamagoon, dan filsafat masyarakat Batak Toba yang menyangkut

‟hamoraon, hagabeon, dan hasangapon seperti yang dijelaskan pada halaman sebelumnya.

Melihat fakta yang terjadi pada sebagian masyarakat yang kurang memahami elemen-elemen sosial budaya atau kurang apresiasi(menghargai), hal ini terjadi pada kaum muda-mudi pada jaman modern sekarang, mereka kurang

memahami akan nilai-nilai sosial budaya yang akan mempengaruhi sistem komunikasi dan interaksi, apalagi saat bertemu dengan kerabat dekat dari kedua orang tua, kita harus menunjukkan rasa hormat saat menyapa mereka. Situasi ini sangat penting, mereka bisa menilai sifat dan karakter seeorang dari perkataan dan perbuatannya, karena karena pada saat mereka salah tingkah dan salah ucapan, orang lain tentu akan dengan mudah meyalahkan kedua orang tua yang tidak tepat dalam memberikan didikan dan moral kepada anaknya, padahal si anak tersebutlah yang tidak bisa di didik karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, apalagi terjadi perpindahan suku-suku lain ke wilayah masyarakat Batak Toba, begitupun sebaliknya, perpindahan suku Batak Toba kewilayah lain sangat mempengaruhi nilai-nilai yang asli dalam masyarakat tersebut.

Eufemisme lebih cenderung digunakan pada acara-acara formal seperti tempat ibadah, pesta pernikahan, atau acara resmi lainnya, berbeda dengan situasi seperti di pasar, kede tuak, bahkan jalanan umum yang tidak menggunakan eufemisme.

Kata tabu bisa digantikan oleh eufemisme agar tidak menyinggung atau menyakiti hati seseorang bahkan bisa menimbulkan efek ketidaknyamanan bagi penutur maupun mitra tutur, dengan memakai eufemisme seseorang akan terlihat santun berbicara, budi bahasanya, penuh belas kasihan dan suka menolong sesama. Kesantunan berbahasa bertujuan untuk menghindari hal-hal yang bersifat pornografi. Ada beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi seseorang tidak menggunakan eufemisme dalam berkomunikasi dan bertindak :

1. lingkungan :

merupakan sebuah factor tempat tinggal sekitar, dimana factor ini sangat memengaruhi sifat dan tindak laku seseorang, mereka melihat dengan seksama dan akan mengikuti mana kata-kta yang lebih bergengsi yang digunakan oleh anak muda zaman modern.

Contoh: saat melihat seseorang sudah sukses dengan usaha dan kerja keras, maka ada pesan moral yang dapat kita ambil yaitu menjadikannya sebagai motivasi untuk maju dan berkembang atau sebaliknya menjelek-jelekkan seseorang dan mengatakan bahwa dia bisa sukses karena ada orang dalam‟.

2. Psikologis

=>merupakan sebuah factor kejiwaan dimana seseorang yang tidak bisa mengendalikan diri dan emosi, sehingga seseorang lebih cenderung menggunakan kata tabu bahasa daripada eufemisme bahasa.

Contoh :

saat seseorang tidak menyukai orang lain yang mungkin membuatnya sakit hati atau iri hati, mereka akan memilih menggunakan kata tabu seperti,

„babi, bujang inam,parbonda bosi,rojan,bursik,tena‟ kata-kata tersebut merupakan hal yang tabu,tapi dengan mengucapkannya menurutnya dapat mengurangi sakit hatinya walau hal ini sangatlah tidak sopan.

3. Sifat atau keadaan seseorang :

merupakan sebuah factor yang berbeda situasi, ada yang merasa kurang, bahkan ada yang merasa lebih. Hal tersebut dapat menimbulkan

pertentangan dalam suatu masyarakat, jika sifat seseorang yang menonjol adalah sifat baik seseorang maka tidak akan bermasalah, namun sebaliknya jika sifat seseorang tidak baik atau bahkan kategori sangat buruk, hal inilah yang menimbulkan seseorang untuk menggunakan ungkapan yang tepat dan harus menggunakan kata-kata yang tepat untuk menghormati orang tersebut. Dengan menggunakan pilihan kata yang tepat merupakan sebuah kesantunan berbahasa, dan apapun sifat atau keadaan seseorang kita harus menghormatinya supaya dia tidak merasa diremehkan atau direndahkan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Narintik [naritti]

Semua yang berbentuk eufemisme tentu tidak terlepas dari kata dan frasa. Pilihan kata dan frasa yang tepat sangatlah penting demi menjaga nilai-nilai sosial budaya secara baik dan benar, karena masyarakat Batak Toba menjunjung tinggi nilai etika, moral, kesopanan yang ditunjukkan lewat perilaku sesesorang dengan menggunakan atau mengungkapkan gaya bahasa eufemisme untuk menghormati perasaan seseorang serta tidak membuatnya tersinggung atau merasa terluka.

Paham agama dan kepercayaan pada masyarakat Batak Toba masih mengenal Debata, tondi dan datu bolon, bahkan masih ada masyarakat yang menganut agama sipele begu yaitu agama yang sama sekali percaya kepada Tuhan atau Debata. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe eufemisme yang ada dalam bahasa Batak toba

4.1 Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba

Setelah dilakukan penelitian terdapat tipe-tipe eufemisme, fungsi eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba berikut penjelasannya.

4.1.1 Eufemisme Manusia

Eufemisme manusia yaitu eufemisme untuk penamaan dan penyebutan seseorang yang sudah berkeluarga ataupun orang memiliki kekuatan supranatular.

Eufemisme ini digunakan pada situasi nonformal seperti dirumah, di kedai atau di

Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia

4.1.2 Eufemisme Hewan

Untuk menyebutkan hewan atau binatang yang ada dimuka bumi tentu perlu menggunakan bahasa yang halus, mengingat ada beberapa hewan yang tidak boleh disebutkan nama aslinya, dengan alasan untuk menghormati sebagian dari mahkluk ciptaan Tuhan.

Bahasa toba Gloss Bahasa indonesia

- Namarbisa

-Sirumangatanduk

Eufemisme sifat sangat penting digunakan untuk menyatakan sifat atau karakteristik seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi, apalagi saat melihat seseorang yang mungkin dikenal atau bahkan tidak dikenal, mereka akan menggunakan bahasa yang spontan keluar dari alat ucap mereka, namun dengan menggunakan eufemisme akan terlihat lebih sopan dan berwibawa.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

-Sirang

4.1.4 Eufemisme Bagian Tubuh

Manusia sebagai mahkluk ciptaan yang paling sempurna dan memiliki akal dan pikiran, disamping itu terdapat bagian-bagian dari tubuh manusia yang tabu untuk di ucapkan sehingga sangat diperlukan penggunaan eufemisme untuk terlihat sopan santun.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Simajujung

- Tambon[tabbon]

Eufemisme benda juga dipakai untuk menyebutkan benda yang berhubungan dengan manusia mulai dari hadir kedunia , beranjak dewasa hingga akhir hidunya.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Halu

- Tombak[tobbak]

Setiap manusia memiliki aktivitas yang berbeda-beda mulai dari bangun tidur hingga beristirahat kembali, begitu juga setiap harinya, maka aka nada kata-kata yang kurang enak untuk didengar saat terjadinya aktivitas tersebut, digunakanlah eufemisme supaya terlihat lebih sopan.

Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia

- Manaruhon hupudi

- Martapian

4.2 Tipe-tipe Eufemisme Bahasa Toba

Berdasarkan pada konsep Keith Allan yang terdapat enam belas tipe eufemisme, dan pada Bahasa Batak Toba terdapat tipe

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif ) yakni merupakan bentukperlambangan, makna atau kiasan.

Contoh :

Batak Toba Gloss Bahasa indonesia

- Mardua holong - Marsirang podoman - Manaruhon nanipangan

Contoh dalam kalimat ;

-Boasa mardua holong ho dongan? “menggapa engkau mendua hati teman?

- Nungnga marsirang podoman “mereka sudah berdua tampat tidur be nasida

- Laho tu pudi manaruhon “pergi kebelakang mengantar

nanipanganna yang dimakan”

-Beta laho tu bagas na badia “ayo pergi ke tempat ibadah”

- Rap ma hita manopoti dosa tu Debata “saat teduh merenungi dosa kita terhadap Tuhan”

2. Metaphor (Metafora) yakni merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal yang berbeda.

Contoh :

Batak Toba Bahasa Indonesia

- Hera huting dohot biang - Songon indahan dohot aek

“seperti kucing dengan anjing ”

“seperti air dan beras”

Contoh dalam kalimat ;

- Unang sai hera huting dohot biang “jangan layaknya seperti kucing dan anjing”

- Naeng ma nian hita songon indahan dohot aek “semoga kita bisa seperti beras dan air, meski berbeda tapi dapat saling melengkapi”

3. Flippancy (Flippansi) yakni merupakan makna di luar pernyataan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Nungnga jumolo - Maradian

‟monding‟

„monding‟

‟meninggal‟

‟meninggal‟

Contoh kalimat ;

- Nungnga jumolo be amang i “bapa sudah terlebih dulu meninggalkan ibu”

Manadingkon [manadikkon] inang i.

- Dison maradian…. “telah berpulang”…

4. Remodeling (pemodelan ulang) yakni merupakan bentuk kata ulang.

Contoh :

- Barbar “menipiskan kayu

Contoh kalimat :

-Barbar majo hau pinasa i “tipiskan dulu pohon nangka itu

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi) yakni merupakan bentuk kata yang lebih panjang atau bersifat tidak langsung.

Contoh :

-Dang boi mambege “tidak bisa mendengar/tuli”

- Parroha sada “selalu ingin menang/egois”

Contoh kalimat ;

- Dang boi hape mabege “ternyata tidak bisa mendengar

gelleng ni si jakkup anaknya si jakkup itu”

- Butul do ho parroha sada “betulnya kau berhati satu/egois

6. Clipping (kliping) yakni merupakan bentuk pemotongan atau pemenggalan.

Contoh:

-Pis “buang air kecil”

- E‟ek “buang air besar”

- Ntut “buang angin”

Contoh kalimat ;

- Boan jolo anggimi pis “bawa dulu adekmu kencing”

- Nungnga ngek ibana? “sudah kau bawa dia kebelakang?”

-Nungnga ntut be si adek “sudah kentut adek”

7. Pelesapan (Omission) yakni merupakan bentuk penghilangan sebagian kecil.

Contoh :

-Laho hu [ lao tu ]pudi “pergi kebelakang”

- Aha dope naipaima hamu ? “apa lagi yang kau tunggu?”

- Di ingot hamu dope? “masih ingat nya kau?”

Contoh kalimat ;

- Laho[lao] ibana hupudi[tu pudi] manaruhon nanipangan “dia pergi mengantar yang dimakan”

- Ai nungnga marhasohotan Sidebora “si Debora sudah menikah,

aha do naipaimam? apa lagi yang kau tunggu?

- Di ingot ho dope, situppal “masih ingat nya kau, situppal

namarlanggar di Medan? yang tabrakan di Medan?

8. One for one substitution (penggantian kata/kata) yakni merupakan satu kata untuk menggantikan satu kata lainnya.

Contoh :

- Parnianggoan “hidung”

- Simalolong “mata”

- Situmandok[situmaddok] “kuburan”

Contoh kalimat ;

- Boasa basi nimmu, na boha “kenapa basi kamu bilang,

do parnianggoanmu? “dimana nya kau buat hidungmu!”

- Aha do na di simalolongmi? “apa yang ada di matamu itu?

- Nungngadibahen nasida “mereka buat doa sebelum pergi

angiang paima laho tu ke kuburan”

situmandok

9. General for specific (hipernim) yakni merupakan bentuk kata yang umum menjadi kata yang khusus.

Contoh :

Bata Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Koncing [kossing]

- Monding[modding]

-Modom

„tu duru‟

„maruju ngolu‟

„renges„

“buang air besar/kecil”

“meninggal”

“tidur”

Contoh kalimat ;

- Nungnga sae adek koncing[kossing]? “sudah siap adek keluar?”

-Nungnga monding[modding]be ama ni si Ucok“bapak si Ucok itu sudah meninggal”

- Di dia modom uma? “dimana mama tidur?”

10. Part for whole eupheisms (Hiponim) yakni merupakan bentuk kata yang khusus menjadi kata umum.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Miting

- Maruju ngolu

„berak‟

„monding‟

“buang air besar”

“meninggal”

Contoh dalam kalimat ;

- Boan jolo anggimi miting hu pudi “ bawa dulu adekmu itu buang air besar”

- Nungnga jumolo maruju ngolu amangi “bapak itu sudah telah tiada”

11. Hyperbole (Hiperbola) yakni merupakan bentuk ungkapan yang melebih-lebihkan.

Contoh :

-Boru ni raja “putri kesayangan”

-Si jugul baut “keras kepala”

-Paburju hu “terlalu baik”

-Pangkehede-hedeon “lebih dari orang mentel”

-Nungnga sonang “sudah senang

Contoh kalimat ;

-Boru ni raja do antong [attong]i “dia itu kan putrid kesayangan”

-Hera si jugul baut do ho “kau sperti orang terlalu keras kepala”

-Unang paburjuhu tu ibana “jangan terlalu baik padanya”

-E tahe, unang pangkehede-hedeon, sotung dibursingkon jolma “jangan terlalu mentel, nanti orang menyumpahi kita.

-Nungnga sonang be halak amang di surgo hasonangan “bapa sudah tenang beradadi surga.

12. Understatement(Makna diluar pernyataan) yakni merupakan satu makna kata yang terlepas dari makna kata tersebut.

Contoh :

-Na disan i “yang disana itu”

-Nga tarujung “sudah dipenghujung”

Contoh kalimat ;

-Buat jo palia na disan I “tolong ambilkan pete yang disana itu?”

-Pahatop jo anggi,nga tarujung be on? “cepatkanlah adek, sudah tak tertahan lagi ini”

13. Jargon yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.

Contoh :

-Tuntun [tuttun] “iring”

-Togu “iring”

-Tuit “mentel”

-Panghehede-hedeon [pakkehede-heon] “mentel

-Marsiruppa “kerja sama/tolong menolong

-Marsidapari “kerja sama/tolong menolong

Contoh dalam kalimat ;

- Tuntun [tuttun] jo adek i tu pudi” “iringi dulu adek itu kebelakang”

- Togu ma au tuhan tu dalanmu “iringi aq kejalanmu yang benar”

- Unang patuit hu jadi jolma “jangan terlalu mentel jadi orang

- Na panghehede-hedeon do haroa ho “jangan terlalu mentel

-Marsiruppa do sude angka jolma na nahasea“untuk berhasil diperlukan kerja sama dan tolong menolong.

14. Colloquial (Kolokial) yakni merupakan bentuk ungkapan yang dipakai sehari-hari.

Contoh :

- Marsiurupan “kerja sama”

- Mardumpul [marduppu] “datang bulan”

-Jempet do pat ni gabus “langkah orang yang tidak jujur itu pendek

15. Abreviation (abreviasi) yakni merupakan kata-kata menjadi beberapa huruf.

Contoh :

-PH3 „par;huta-huta hian‟ “orang yang kampungan”

-HKBP „huria kristen batak protestan‟ “gereja kristen Batak Toba “

-PMH „pendek, mokmok, hapal‟ “pendek, gemuk, tebal”

-BE „buku ende‟ “buku kebaktian”

-OP „Ompung‟ “kakek/nenek”

-ST „sintua‟ “tetua digereja”

- NB „naposo bulung‟ “muda-mudi

- PTT „patentengan‟ “orang yang merasa hebat”

16. Acronym (akronim) yakni merupakan penyingkata atas beberapa kata menjadi satu.

Contoh :

- Arios „aritonang ompu sungguh‟ “boru aritonang ompu sungguh””

- Borlap „boru laban‟ “boru silaban

- Huting „hurang tinggil‟ “kurang jelas”

- Naruto „narintik naoto‟ “orang yang kurang kurang ilmu”

- Halbod „hapal bonda‟ “kemaluan yang tebal” Khusus tabu bahsa ini di biasanya dipakai oleh seorang ibu atau anak perempuan dalam canda tawa.

- Aspemo „asal peak modom‟ “ketika bersandar langsung tidur”

- Hasian „halak nasialan‟ “tambatan hati”

- Golsu „golang suhu‟ “gelang pengukur”

- Parbada „parlawak batak daerah‟ “sebuah grup Batak Toba”

- Napes „naga pesong‟ “marga sinaga”

- Sinaga „siang najolo ganteng‟ “dari dulu sudah tampan”

- P.nauli „pardomuan nauli “sebuah nama kampung”

4.3. Fungsi Eufemisme Bahasa Toba

4.3.1. Sapaan dan Penamaan

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu manusia pasti memiliki system kepercayaan masing-masing. Begitu juga dalam masyarakat Batak Toba yang memiliki kepercayaan terhadap Tuhan, yang disebut sebagai Debata Natolu‟Allah Tritunggal yang dipercaya sebagai pencipta langit dan segala isinya. Dalam masyarakat Batak Toba khusunya Desa Silando, mereka percaya kepada Debata/Tuhan yang merupakan suatu roh yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan keunggulan melebihi manusia, sehingga tidak lupa mereka juga memakai kiasan atau ungkapan untuk menggantikan kata Debata yakni sebagai berikut :

-ama na pargogo na so hatudosan “bapa yang memiliki kekuatan diatas segalanya”

-ama na dibanua ginjang “bapa yang ada disurga”

-ama nasomurung „bapa yang mahakasih

b. Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.

Sistem sapaan yang dipakai oleh setiap daerah termasuk masyarakat Batak Toba, Desa Silando merupakan salah satu satu faktor utama dalam hubungan sosial , namun tidak lazim untuk menyebutkan nama seseorang karena ada hal atau faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mereka tentu akan menyapa dengan melihat perbedaan usia, gender, latar belakang serta fungsi seseorang dalam sebuah masyarakat. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan satu persatu yaitu sebagai berikut :

1. Sapaan berdasarkan usia

Mereka yang lebih muda tidak diperbolehkan untuk memanggil nama seseorang yang lebih tua, sifatnya kasar, tidak sopan atau tidak menghormati orang yang lebih tua. Bahkan untuk yang seusia bagi orang dewasa maupun yang

Mereka yang lebih muda tidak diperbolehkan untuk memanggil nama seseorang yang lebih tua, sifatnya kasar, tidak sopan atau tidak menghormati orang yang lebih tua. Bahkan untuk yang seusia bagi orang dewasa maupun yang

Dokumen terkait