• Tidak ada hasil yang ditemukan

EUFEMISME DALAM BAHASA BATAK TOBA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI SARJANA. Disusun Oleh: DOSMAULINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EUFEMISME DALAM BAHASA BATAK TOBA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI SARJANA. Disusun Oleh: DOSMAULINA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

EUFEMISME DALAM BAHASA BATAK TOBA:

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

SKRIPSI SARJANA

Disusun Oleh:

DOSMAULINA 130703008

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul „Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba di Desa Silando, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Menurut Allan Dan Burridge (1991), menyatakan bahwa “eufemisme merupakan bentuk alternative atau pilihan terhadap ungkapan yang tidak berkenaan‟ juga untuk menghindari kehilangan muka atau rasa malu. Dalam arti lain eufemisme adalah bentuk ungkapan yang lebih halus yang dipakai oleh sipenutur terhadap mitra tutur untuk menghindari tabu bahasa. Maka eufemisme dapat dimanfaatkan ketika berkomunikasi dan berinteraksi agar terlihat santun, sebab kesantunan berbahasa adalah salah satu budaya yang harus dijaga demi hidup damai dan harmonis”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang apa saja tipe-tipe eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba serta fungsi eufemisme dalam Bahasa Batak Toba khususnya di desa Silando. Teori yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data yaitu mengarah pada teori Allan dan Burridge. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik lapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tipe-tipe eufemisme dan bagaimana fungsi eufemisme itu sendiri dalam masyarakat Batak Toba.

Kata kunci : Eufemisme Batak Toba

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kasih dan berkat-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini yaitu“Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba Kajian Sosiolinguistik”.

Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi dari skripsi ini, penulis menjelaskan beberapa gambaran sistematika penulisan sebagai berikut : bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian . Bab II merupakan tinjauan pustaka, yang mencakup tentan kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan oleh penulis, bab III merupakan metode penelitian yang mencakup tentang metode dasar, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data, bab VI merupakan pembahasan yang ada pada rumusan masalah, dan bab VI merupakan kesimpulan dan saran.

Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa skripsi ini dapat selesai berkat dari bantuan serta dukungan dari semua pihak. Butuh diketahui pula bahwa dengan segenap kelemahan, tentu penulis masih tetap jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis meminta masukan dan kritikan yang dapat membangun serta menyempurnakan laporan skripsi ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi setiap pihak terutama bagi setiap pembaca, khususnya penulis.

Medan, Penulis

Dosmaulina

(5)

HATA PATUJOLO

Parjolo sahali mandok mauliate ma hita tu Debata Mula Jadi Nabolon disiala asi ni rohana dohot holong ni rohana nang alani i, dilehon hahipason dohot hagogoon tu panurat asa boi denggan pasaehon skripsi on. Adong pe tarsongon judul ni skripsi on ima : “Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba”.

Asa boi gabe tamba ni parbinotoan tu angka namanjaha tarsingot songondia do isi ni skripsi on, dison adong do dibahen panurat tarsongon sistematik ni skripsi on ima : Bindu naparjolo, hupatorang ma latar belakang, rumusan masalah, tujuan penlitian, dohot maanfaat penelitian. Bindu napaduahon, hupatorang ma tinjauan pustaka, na patanghashon tarsingot ni kepustakaan na relevan dohot teori nai pangke, Bindu napatoluhon, hupatorang ma metode dasar, lokasi penelitian, jenis dohot sumber data penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data dohot metode analisis data, Bindu napaopathon muse dipatorang ma panimpuli nang dohot angka poda.

Tangkas do diboto panurat boi pasaehon skripsi on tong do alani pangurupion sian sude pihak, gok do hahurangan ni panurat jala mansai dao sian hata singkop.

Dibahen I mangido ma ahu tu angka sude na manjaha skripsi on asa boi mangalehon tarsongon kritikan dohot hata poda na gabe sada parningotan di panurat, anggiat boi lam denggan tu joloan ni ari. Hata si parpudi sian panurat, sai anggiat ma skripsi on boi mangurupi jala tu na denggan ma tu angka jolma na manjaha tarlumobi tu panurat sandiri.

Medan, Panurat

Dosmaulina NIM. 130703008

(6)

htpTjolo

pr\joloshlimn\dmo\mUliatEmhitTdEbtMljdinbol n\disialasinirohndohto\holo^nirohnn^alniIdilEhno\hh ipsno\dohto\hagogoano\TpNrt\asboIde^gn\psaehno\si kirpi\siano\ado^petr\so<no\JdL\nisikirpi\siano\Im:”Eae Upemsi\medlm\bhsbtk\tob”.asboIgbetm\bnipr\binoto an\Ta^knmn\jhtr\si<to\so<no\diadoIsinisikirpi\sia no\disno\ado^dodibhne\pNrt\tr\so<no\ssi\temtki\nisik irpi\siano\Imbni\Dnpr\joloHptor^mltr\belk^RMsn\m slh\TJan\penelitian\dohto\mn\pat\penelitian\bni\D npDahno\Hptor^mtni\jUan\pS\tknpt^hs\hno\tr\si<

to\nikepS\than\nrelepn\dohto\teaorinIp^kebni\DnptoL hno\Hptor^mmetodedsr\loksipenelitian\jensi\dohto\sM\

bre\dtpenelitian\Ini\s\t\Rmn\epenelitian\metodepe<M\Pl n\dtdohto\metodeanlissi\dtbni\Dnpaopt\hno\Msedipto r^mpnmi\Plin^dohto\a^kpodt^ks\dodibotopNrt\boIpsaeh no\sikirpi\siano\to^doalnip>Rpiano\sian\Sdepihk\gko

\dohHr<n\nipNrt\jlmn\saidaosian\htsi^kpo\dibhne\

Im<idomaHTa^kSdenmn\jhsikirpi\siaon\asboIm<lehno

\tr\so<no\kiritikn\dohto\htpodngbesdpr\ni<otn\dip Nrt\a^giat\boIlm\d^egn\Tjoloan\niarihtsipr\Pdisia n\pNrt\saia^giat\msikirpi\siaon\boIm>RpijlTnd^eg n\mTa^kjlo\mnmn\jhtr\LmobiTpNrt\sn\diri

medn\

pNrt\

dso\mUlin nmi\130703008

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karuniaNya yang telah dilimpahkannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi saya ini yang berjudul : Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian Sosiolinguistik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program studi Sastra Batak di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan minimya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan bimbingan sangat penulis butuhkan sehingga penulisan skripsi ini akan lebih sempurna seperti yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi motivasi serta kemudahan baik moril maupun materil yang sangat berarti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, terkhusus penulis mengucapkan bayak terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono , M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum selaku ketua Program Studi Sastra Batak

(8)

3. Bapak Drs. Flansius Tampubolon M.Hum selaku sekretaris Program Studi Sastra Batak Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Herlina M.Hum selaku pembimbing I, atas petunjuk dan arahan yang diberikan kepada penulis yang begitu berarti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ramlan damanik, M.Hum selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan tenaga dalam pelaksanaan sampai penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Asriaty R. Purba M,Hum, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta, untuk ayahanda H.Sihite dan Ibunda T.Aritonang, yang tiada hentinya memberikan dukungan motivasi, perhatian, cinta kasih, serta doanya yang tulus, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Hotmaida Sihite selaku kakak dari penulis yang selalu memberikan dukungan, baik moril maupun materil kepada penulis yang belum bisa terbalasakan, sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Oppung Siburian yang telah kiranya sudi memberikan sumbangan informasi dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

11. Seluruh Civitas Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara.

12. Kepada sahabat saya dan sekaligus membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Jeki Tumangger, Sriwati Purba S.S, Veronika Lumban Gaol S.S, Stevani Silalahi S.S, Mena Mustika Berutu, terimakasih buat kepedulian kalian demi kelancaran skripsi ini.

13. Abang-abang dan kakak-kakak Stambuk 2011 dan 2012. Yang selalu memberikan bimbingan dan semangat.

14. Teman-teman stambuk 2013 seperjuangan Elen Katrina Simamora S.S, Dasa Rejeki Banjarnahor S.S, Nadila Amelia S.S, Mahdatul fadila, Maysharoh, Dian Dini, Dedy Capah Rovindo, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah melewati awal masa perkuliahan bersama hingga sampai penulisan skripsi, tetap semangat 45 buat kita yang belum sampai tujuan.

15. Adik-adik stambuk 2014, 2015, dan 2016. Terimakasih banyak penulis ucapkan atas dukungan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis.

16. Seluruh teman-teman yang juga memberikan motivasi kepada penulis, Kakak Herawati Spd, Devi Nainggolan, Hesty Berutu, Jifora Rehuella pakpahan dan Ana Maria, Suryani Aritonang agar skripsi ini cepat selesai.

(10)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan,

Penulis

Dosmaulina

NIM. 130703008

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 8

2.2 Teori yang digunakan ... 11

2.2.1 Tipe Eufemisme ... 11

2.2.2 Fungsi Eufemisme ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Metode Dasar ... 16

3.2 Lokasi Penelitian ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 17

(12)

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.6 Metode Analisis Data ... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba ... 27

4.1.1. Eufemisme Manusia ... 27

4.1.2. Eufemisme Hewan ... 28

4.1.3. Eufemisme Sifat ... 29

4.1.4. Eufemisme Bagian Tubuh ... 30

4.1.5. Eufemisme Benda ... 31

4.1.6. Eufemisme Aktivitas ... 32

4.2 Tipe-tipe Eufemisme dalam Bahasa Toba ... 33

4.3 Fungsi Eufemisme dalam Bahasa Toba ... 43

4.3.1. Sapaan dan Penamaan ... 43

4.3.2. Menghindari Kata Tabu ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 58

Daftar Kosakata ... 60

Data Informan ... 64

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu sarana yang sangat penting dalam sebuah komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Menurut Lyon (dalam Pateda dan Yenni,1993:4),“bahasa adalah sistem simbol yang dirancang seakan- akan untuk tujuan komunikasi”. Tidak berbeda jauh dengan (Kridalaksana, 1993:21) mengatakan, “Bahasa adalah system lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. oleh karena itu bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam mengekspresikan perasaan apapun sesuai situasi”.

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki beragam suku, agama, budaya dan bahasayang berbeda-beda. Setiap suku memiliki bahasa yang digunakan sebagai ala dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Bahasa yang digunakan oleh setiap suku tentu bahasa daerah yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar masyarakat, dan sebagai lambang identitas tiap daerah.

Salah satu etnik yang ada di Sumatera Utara yang masih hidup dan terus berkembang yaitu Batak Toba. Sebagai etnik Batak Toba, tentu etnik Batak Toba menggunakan bahasa sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya.

bahasa Batak Toba juga memiliki peranan penting didalam kegiatan sehari-hari, terutama yang masih tinggal diaerah pedalaman atau masih asli suku Batak

(14)

Toba,bahkan beberapa sekolah masih menggunakan Bahasa Toba sebagai media komunikasi salah satunya desa Silando, kecamatan Muara.

Seperti yang kita ketahui dizaman modern ini semakin banyaknya perkembangan kosakata yang muncul ditengah-tengah masyarakat, apalagi khususnya kaum muda yang terpengaruh oleh perkembangan IPTEK, mereka lebih suka memakai bahasa-bahasa gaul atau bahasa asing supaya lebih bergengsi dan mengesampingkan bahasa daerah. Banyak kaum muda yang mengetahui bahasa batak tapi dari mereka yang melanggar aturan dalam menggunakan kosakata yang baik dan lebih sopan dalam menggunakan bahasa contoh: untuk menyebutkan „mata‟ mereka tidak dapat membedakan yang baik kepada yang lebih tua, tetapi ada bahasa penghalusan untuk menggantikan kosakata tersebut.

Oleh karena itu, hal itulah yang perlu dipertanyakan. Padahal mereka adalah harapan generasi untuk mempertahankan budaya bahasa Batak Toba supaya tidak punah. Dan masalah yang terpenting pada penyusunan latar belakang ini adalah cara untuk mengembangkan budaya daerah yang berbeda-beda sehingga dapat diwariskan dan dipertahankan oleh generasi muda dikemudian hari supaya bahasa daerah tetap terpelihara dengan baik. Sehingga sangat diperlukan berbagai penelitian demi mewujudkan pelestarian dan pengembangan bahasa daerah supaya bahasa daerah itu tetap terpelihara dengan baik.

Dalam bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat yaitu sosiolinguistik. Istilah sosiolinguistik baru muncul pada tahun 1952 dalam karya Haver C.Currie yang menyarankan perlu adanya penelitian mengenai hubungan antaraperilaku ujaran

(15)

dengan status social (Dittmar 1976:127). Kridalaksana (1984:2) mengemukakan bahwa “sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa”.

Kemudian J.A. Fishman 1972:4) berpendapat bahwa „Sosiolinguistic is the study of the characteristics of language varieties the characteristics of their functions, and the characteristics of their speakers as thesethree constantly interact, change and change one another within a speech community‟

(Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, funggsi- fungsi variasi bahasa, dan pemakai tiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat tutur.

Selanjutnya, Abdul Chaer (1995:2) berpendapat bahwaa Sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistic, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Jadi sosiolinguistik sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena bahasa semata-mata tidak terlepas kaitannya dengan masyarakat dalam interaksi sosial sehari- hari.

Dalam ilmu linguistik, hal ini disebut dengan eufemisme.

Eufemisme yaitu ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, atau yang tidak menyenangkan. Ungkapan-ungkapan tersebut adalah yang disetujui, dianggap baik oleh masyarakat untuk alasan-alasan tertentu dan tidak melanggar aturan moral, filosofi, agama, dan norma sosial masyarakat (Anita Purba 2002). Eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani”eufhemizein” yang berarti‟mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang lebih halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan, atau menyugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 1984:2 132).

(16)

Pendapat lain tentang eufemisme yaitu Rahmat (2006:50), eufemisme ialah ungkapan pelembut yang biasanya menggantikan kata-kata yang terasa kurang enak. Eufemisme merupakan bentuk ungkapan untuk memperhalus kata- kata yang dirasa kasar atau tidak pantas diucapkan atau didengar oleh orang lain (Sukoharjo ,2013). Penggunaan eufemisme dalam ragam tulis maupun lisan sangat penting dan sudah diangggap sebagai budaya masyarakat Indonesia pada umumnya .

Menurut Kridalaksana (1993:53) Eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu; mis :„buang angin‟

untuk “kentut”. Dalam KKBI (1995 :271) Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan, misalnya : kurang akal sehat untuk mengatakan “gila”.

Istilah-istilah yang dinamakan eufemisme seperti menurut Chaer, 1994:144; kridalaksana, 1984:48 dan lain-lain menggunakan eufemisme untuk menghaluskan sesuatu ungkapan/tuturan, agar penuturnya dipandang lebih sopan serta berbudaya.

Tabu bahasa dan eufemisme merupakan fenomena linguistik yang unik dan menarik untuk dikaji di jaman modern ini. Kajian eufemisme mampu mendeskripsikan berbagai perubahan makna kata yang berkaitan dengan kecenderungan budaya berbahasa masyarakat modern pada umumnya, Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat juga dapat diketahui dari frekuensi penggunaan kata-kata tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya makna-

(17)

makna baru dalam bahasa, khususnya yang dimunculkan oleh media massa cetak, menunjukkan adanya perubahan system tata nilai dalam bahasa yang berkaitan erat budaya masyarakat penuturnya. Menghindari tabu bahasa serta penggunaan eufemisme dalam komunikasi merupakan salah satu bentuk kesantunan berbahasa.

Sehingga sangat perlu dipertanyakan apakah Eufemisme Bahasa Batak Toba perlu untuk dipertahankan atau tidak perlu diwariskan kepada kaum muda, yang mana mempertahankan pemakaian eufemisme dalam bahasa Batak Toba adalah salah satu bentuk untuk mempertahankan kekayaan kebudayaan Batak Toba, hal ini sangat perlu untuk dikaji supaya pengguna bahasa tidak salah menggunakan bahasa dengan sembarangan, karena dalam etika berbahasa tentu saja ada norma adat istiadat yang perlu di taati dan harus diperhatikan, supaya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat itu sendiri .

Hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian tentang bentuk-bentuk apa saja eufemisme dalam Batak Toba serta fungsi eufemisme itu sendiri ditengah masyarakat dalam penggunaannya. Jadi penulis memberi judul pada skripsi ini yaitu ‟Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian Sosiolinguistik‟ karena penulis tertarik pada gaya bahasa eufemisme yang ada dalam Batak Toba yang digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari serta dalam menggunakan kosakata atau frasa dalam media komunikasi sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis menyimpulkan sangat penting untuk melakukan suatu penelitian lagi tentang eufemisme yang ada dalam masyarakat

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah tipe-tipe eufemismeyang terdapat dalam Bahasa Batak Toba?

2. Apa Fungsi eufemisme dalam Bahasa Batak Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin penulis capai adalah :

1. Untuk mengetahui tipe-tipe eufemisme yang terdapat dalam Bahasa Batak Toba.

2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi eufemisme dalam Bahasa Batak Toba.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperkaya sumber referensi perpustakaan yang ada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya pada program studi Sastra Batak.

2. Menambah wawasan tentang bahasa- bahasa yang lebih halus atau eufemisme.

3. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu guna sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan

(19)

pelesatarian bahasa Batak Toba sebagai salah satu etnis yang ada di Indonesia.

4. Penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian sosiolinguistik khususnya yang berhubungan dengan eufemisme.

5. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah mengenai penggunaan eufemisme dalam bahasa Batak Toba.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakan yang Relevan

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah tentu tidak terlepas dari kepustakan yang relevan karena hal ini sangat penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penyusunan penelitian. Tinjauan pustaka merupakan konsep kegiatan mencari, membaca,dan menelaah laporan-laporan hasil penelitian.

Adapun beberapahasil penelitian terdahulu baik dalam bentuk buku, skripsi dan juga tesis digunakan sebagai penunjang dalam pembuatan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1. Sutarman (2013) dalam bukunya tabu dan bahasa mengidentifikasi penggunaan eufemisme dalam bahasa sebagai berikut, (1) bidang ekonomi dan perdagangan, (2) bidang sosial, (3) bidang kesehatan, (4) bidang seksologi, (5) bidang pekerjaan, (6) bidang kebijakan pemerintah. Hal ini merupakan pilihan kata atau diksi yang tepat untuk menandai penggunaan eufemisme dalam masing-masing profesi maupun aktivitas kehidupan.

2. Penelitian tentang eufemisme Faridah (2002) dalam tesisnya

„Eufemisme dalam Bahasa Melayu Serdang yang menjelaskan bentuk, fungsi, dan makna eufemisme, Faridah juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge.

(21)

3. Selanjutnya ada Rubby dan Dardanila (2008) dalam artikelnya yang berjudul “eufemisme pada Harian seputar Indonesia‟ mereka membahas bentuk-bentuk eufemisme dan frekuensi pemakaiannya.

Mereka juga menggunakan teori Allan dan Burridge (1991). Penelitian mereka bersumber dari Seputar Indonesia edisi juni-juli 2007, yang dikumpulkan dengan menggunakan metode simak yang kemudian dianalisis dengan metode agih dan dan metode deskripsi. Menurut Rubby dan Dardanila ada tujuh bentuk eufemisme pada harian Seputar Indonesia, yaitu (1) ekspresi figurative (misalnya: Nasib mpseda di PSMS berada di ujung tanduk‟berada dalam situasi yang kritis atau keadaan genting‟), (2) flipansi (misalnya:..kader yang tidak menghindahkan peraturan organisasi‟tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan‟), (3) sirkumlokusi (misalnya: Pemain Timnas Indonesia tak bolehterperangkap dalam permainan dan perang kata yang dilontarkan Arab Saudi „terprovokasi atau terpancing emosi‟), (4) singkatan (misalnya: PSK (Pekerja Seks Komersial) „pelacur‟), (5) satu kata untuk menggantikan satukata yang lain (misalnya: Lembaga Permasyarakat (LP) „penjara‟, „bui‟, atau „rumah tahanan‟) , (6) umum ke khusus (misalnya: gugur „mati‟, „meninggal‟), dan (7) hiperbola (misalnya: Barna belum juga puas, kembalimenghujani tubuh pria malang itu bertubi-tubi „ditikam‟ atau „dibacok‟.

4. Andayani (2005) dalam tesisnya yang berjudul “Eufemisme dalam upacara perkawinan Adat Jawa Nemokke di Medan”, mengkaji

(22)

tentang tipe-tipe eufemisme, fungsi, makna, serta pola sosiolinguistik penggunaan eufemisme dalam prosesi Nemokke. Menurut Andayani, tipe-tipe eufemisme terdiri atas (1) metafora (misalnya: golek sandang lan pangan „mencari pakaian dan makanan‟ atau „nafkah‟), (2) satu kata menggantikan kata yang lain (misalnya: wal lang„lepas hitungan‟

atau „segala sesuatu harus diperhitungkan), (3) hiperbola (misalnya:

satrio bagus„ksatria baik‟ atau „suami‟), dan (4) ekspresi figuratif (misalnya: wes ngentok ake kembar mayang ponco worno„sudah bertemu dengan bunga lima warna‟ atau „menikah). Selanjutnya, eufemisme berfungsi sebagai sapaan (misalnya: guru laki „suami‟) dan menghindari tabu (misalnya: kembar sekar mayang ponco worno

„perawan‟.

5. Yanti Friska Purba (2013) juga menggunakan pandangan Allan dan Burridge dalam skripsinya yang berjudul“Eufemisme pada Tuturan Perkawinan Batak Toba yang menjelaskan bentuk, makna, dan fungsi pada tuturan perkawinan”. Menurut Yanti, ada enam tipe yang ditemukan pada tuturan perkawinan Batak Toba yaitu (1) Ekspresi Figuratif, (2) Metafora , (3) Sirkumlokusi). (4) Pelesapan, (5) Jargon, (6) Hiperbola, (7) Sebagian untuk keseluruhan.

Perlu dicatat Yanti Friska Purba hanya meneliti tentang Eufemisme pada Tuturan Perkawinan Batak Toba, Tetapi pada pembahasan eufemisme dalam Batak Toba secara keseluruhan belum pernah dilakukan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukannya.

(23)

2.2 Teori yang Digunakan

Teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge (1991:14), yang menjelaskan bahwa eufemisme merupakan bentuk pilihan dalam mengungkapkan sesuatu yang tidak berkenan dan digunakan untuk menghindarkan rasa malu(kehilangan muka).

Bentuk ungkapan tersebut yang tidak berkenaan dapat berupa seperti tabu, ketakutan, dan yang tidak disenangi karena memiliki arti yang negatif untuk dipilih/dipakai dalam tujuan komunikasi penutur dan mitra tutur pada situasi tertentu.

2.2.1 Tipe Eufemisme

Tipe eufemisme yang digunakan pada skripsi ini adalah tipe eufemisme menurut Allan dan Burridge yaitu :

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif ) => merupakan bentuk perlambangan, makna atau kiasan.

Contoh :

Go to the happy huntinggrounds„pergi ke tanah pekuburan yang menyenangkan‟ =>meninggal.

2. Metaphor (Metafora) => merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal yang berbeda.

Contoh :

(24)

The miraculous pitcher that holds water with the mouth downwards„tempat air yang menakjubkan dengan mulut yang menghadap ke bawah‟=> alat kelamin wanita.

3. Flippancy (Flippansi) => merupakan makna di luar pernyataan.

Contoh :

Kick the bucket„menendang tempat air‟=> die‟meninggal‟.

4. Remodeling (pemodelan ulang => merupakan bentuk kata ulang.

Contoh :

Basket„keranjang‟ =>bastard „bajingan.

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi)=>merupakan bentuk kata yang lebih panjang atau bersifat tidak langsung.

Contoh :

Little girl‟s room„ruang gadis kecil‟ =>toilet‟kamar mandi‟ .

6. Clipping (kliping) => merupakan bentuk pemotongan atau pemenggalan.

Contoh:

Brassiere„bh‟ =>bra „bh.

7. Acronyms (Akronim) => merupakan bentuk penyingkatan atas beberapa kata menjadi satu.

Contoh :

Snafu => situation normal‟situasi normal‟

8. Abbreviation (Abreviasi) =>merupakan bentuk penyingkatan kata-kata menjadi beberapa huruf.

Contoh :

(25)

S.O.B => son of bitch „anak pelacur‟.

9. Pelesapan (Omission) => merupakan bentuk penghilangan sebagian kecil.

Contoh :

I need to go„saya mau pergi‟=>I need to go to the lavatory „saya mau pergi ke kamar mandi‟.

10. One for one substitution (penggantian kata/kata).

Contoh :

Bottom„dasar‟=>ass „pantat‟.

11. General for specific (hipernim) => merupakan bentuk kata yang umum menjadi kata yang khusus.

Contoh :

Go to bed„pergi tidur‟=>fuck „berhubungan intim‟ .

12. Part for whole eupheisms (Hiponim) => merupakan bentuk kata yang khusus menjadi kata umum.

Contoh:

Stuffed up nose, postnasal drip running eyes„hidung tersumbat, ingusan, mata berair‟=>I‟ve got cough „saya demam‟.

13. Hyperbole (Hiperbola) => merupakan bentuk ungkapan yang berlebihan.

Contoh:

Flight to glory„terbang ke tempat yang nyaman (surga)=>death

„meninggal‟ .

14. Understatement(Makna diluar pernyataan) => merupakan satu makna kata yang terlepas dari makna kata tersebut.

(26)

Contoh:

Genitals‟ alat kelamin, bulogate‟ kasus, etc‟dll‟=>thing „sesuatu‟.

15. Jargon (Jargon), yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.

Contoh:

Feces„kotoran (istilah medis)‟ → shit „tahi‟

16. Colloquial (Kolokial) => merupakan bentuk ungkapan yang dipakai sehari-hari.

Contoh:

Period„periode‟=>menstruation „menstruasi‟.

2.2.2. Fungsi Eufemisme

Menurut Keith Allan dan Burridge (1991) mengemukakan beberapa fungsi Eufemisme dalam penggunannya didalam masyarakat pemakainya yaitu:

1. Sapaan dan Penamaan

Didalam kehidupan sehari-hari,tentu setiap manusia menggunakan sitem sapaan sebagai manusia yang berbudaya dan bergantung pada pesapa dan penyapa. Kata sapaan yang berbeda ditujukan untuk menyebutkan,misalnya nama Tuhan, panggilan nama berdasarkan usia (misalnya, dalam Batak Toba: angkang boru „kakak perempuan‟) berdasarkan genders (misalnya, dalam Batak Toba:

ito‟bisa panggilan abang adik, bisa juga panggilan untuk orang muda yang baru kita kenal. juga berdasarkan latar belakang sosial dan budaya, nama dalam

(27)

keluarga(family), nama binatang buas (misalnyadalam Batak Toba: namalo

„dukun‟).

2. Menghindari kata Tabu

Kata tabu adalah kata yang merunjuk pada tindakan yang tidak boleh dilakukan atau harus dihindari. Kata tabu bisasaja terdapat pada bagian tubuh, bagian yang khusus, seks, haid, cacat mental dan tubuh, penyakit, yang dikeluarkan oleh tubuh, kematian serta seni. Misalnya dalam Batak Toba,lao tu pudi„buang hajat‟.

3.Gender

Setiap manusia selain memiliki usia yang berbeda tapi juga memiliki jabatan yang berbeda dan kemampuan ekonomi yang berbeda pula. Sehingga pada setiap percakapan atau komunikasi yang sedang terjadi dapat disesuaikan dengan jabatan atau kedudukan dengan sebutan yang berbeda. Misalnya dalam bahasa batak, untuk memanggil Pendeta harus dengan sebutan „Amang‟ demi menunjukkan rasa hormat, ada pangggilan khusus untuk status tersebut begitu juga dengan panggilan untuk seorang Polisi, Guru, pemilik perusahaan, bahkan orang yang tertua di dalam sebuah kampung, untuk memanggil orang yang baru dikenal sebelum bertutur dengan sebutan Amang boru/Namboru agar terlihat akrab dan lebih sopan dan lain-lain.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodelogi berasal dari kata metode dan logos. Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi metodelogi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sudaryanto (1982:2).

Penelitian adalah sebuah kegiatan untuk mencari fakta yang sebenarnya pada saat terjun langsung kelapangan, mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian,untuk merumuskan dan menganalisis data hingga membuahkan hasil yang maksimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan ilmu menenai suatu cara yang dilakukan guna mencapai suatu tujuan.

3.1 Metode Dasar

Segala sesuatu yang kita harapkan atau hasil yang kita inginkan dapat diketahui melalui terjun langsung kelapangan, Sehingga penulis menggunakan metode penelitian yang deskriptif kualitatif Sudaryanto(1986:40-50) yang merupakan jenis metode yang berusaha utnuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek kebahasaan sesuai apa adanya,sehingga penulis mendapatkan gambaran sifat keadaan atau fenomena kebahasaan yang secara

(29)

alami dalam bahasa Batak Toba pada saat penelitian dilaksanakan atau dapat memberikan penyelesaian masalah yang ada pada fenomena kebahasaan dengan cara menganalisis data yang sudah diperoleh dari informan yang dianggap mengetahui objek yang ingin diteliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis tetapkan adalah Desa Silando, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara,Provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis mengambil lokasi ini karena menurut penulis pada desa tersebut masih kental akan budaya dan menurut informasi mereka masih menggunakan bahasa Batak yang asli dan dianggap mampu menguasai social budaya Batak Toba sehingga untuk mengetahui kebenarannyamaka penulis akan melakukan penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah kunci dari pada hasil penelitian yang diharapkan, dan subjek dari mana data diperoleh. yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan sumber data. Sumber data dapat dibagi dua yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data mentah yang akan diperoleh dari lapangan dan yang belum pernah dianalis.

(30)

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data skunder merupakan sumber data yang sudah pernah diteliti sebelumnya dan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui dari sudut pandang yang berbeda. Sumber data skunder ini dapat diperoleh dari daftar-daftar pustaka atau buku-buku yang yang berhubungan dengan objek yang sedang dikaji, termasuk juga media lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian yang berbeda adalah hampir sama dengan penelitian ini. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah semua alat- alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data,memeriksa data, mengolah data, dan menganalisis data hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini, penulis memakai beberapa alat bantu seperti :

1) Alat rekam 2) Kamera 3) Pulpen 4) Buku

(31)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan para peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Adapun metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu :

1. Metode observasi

Metode observasi merupakan cara langsung yang dapat dilihat dilapangan gejala pemakaian kata dan frasa eufemisme seperti acara digereja,acara adat,dan percakapan bahasa toba yang digunakan pada masyarakat Batak Toba khususnya yang tinggal di desa Silando.

2. Metode wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu metode yang langsung dilakukan pada seorang informan yang terpilih dan dianggap telah memahami tentang masalah social budaya Batak Toba. Percakapan tersebut dilakukan dengan cara memancing informan agar pembicaraan terarah dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang sudah dirumuskan oleh penulis.

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data dengan membaca, mencatat, dan mengidentifikasi kata dan frasa eufemisme dari buku-buku yang relevan untuk

(32)

membantu menyelesaikan dserta melengkapi data yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengolah data yang mentah yang diperoleh dari informan menjadi data yang akurat dan ilmiah. Adapun proses analisis data pada skripsi ini yaitu :

1. Menyeleksi data yang telah dikumpulkan atau data yang valid, yang kemudian menggugurkan data yang tidak relevan..

2. Mengklasifikasi data dealam ennam belas tipe eufemisme yang ada dalam Batak Toba.

3. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan.

4. Mencari fungsi eufemisme yang ada dalam Batak Toba.

5. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data.

(33)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam masyarakat Batak Toba terdapat unsur-unsur yang dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti etika, baik berbicara maupun bertindak, agama serta filosofi Batak Toba.Elemen-elemen tersebut sangat berpengaruh dalam bertindak dan berkomunikasi karena memiliki aturan yang tersirat yang dapat digunakan oleh masyarakat Batak Toba dengan baik dan benar.

Misalnya dalam etika berbicara, tentu sesorang memberikan nilai moral, norma dan kesopanan guna untuk membimbing masyarakat secara baik dan benar dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Karena ketika seseorang mengucapkan kata-kata naso sumanatau bersifat tidak sopan mengenai bagian sensitif seperti alat vital, mereka akan dianggap sebagai orang dang maradatatau tidak memiliki nilai moral.

Sistem sapaan dalam masyarakat Batak Toba diatur oleh Dalihan Natolu(tungku yang tiga)‟, yang merupakan hula-hula‟orangtua dari istri‟, dongan tubu‟,teman lahir atau teman semarga‟, ketiga hal inilah yang membatasi hubungan antarpenutur dan yang membatasi pilihan tutur dalam berkomunikasi

(34)

juga berperan penting dalam upacara adat seperti peristiwa perkawinan, upacara kematian, upacara mangokal holi. Setiap penutur dan mitra tutur yang menghadiri setiap upacara padat maka mereka harus menempatkan diri dengan baik pada situasi tertentu serta mampu memilih tuturan yang tepat dan bijak untuk menghindari kesalahpahaman. Berikut beberapa filosofi yang dianut oleh masyarakat Batak Toba :

Filosofi yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 pantun hangoluon, tois hamagoan

Maksudnya adalah supaya anak muda memiliki sopan santun, menghormati orang tua dan belajar menghargai seseorang serta tidak meremehkan orang lain.

Filsafat yang ada dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 hamoraon, hagabeon, dohot hasangapon

Maksudnya adalah masyarakat Batak Toba biasanya mengharapkan kehidupan anak-anaknya bisa memiliki kekayaan anak, memiliki keturunan baik anak laki-laki maupun perempuan, dan semua berada diatas puncak kesuksesan.

Larangan-larangan yang diatur oleh system sapaan, etika, norma dan kesopanan, dan agama sangatlah berpengaruh satu sama lain, apalagi menyangkut filosofi masyarakat Batak Toba yang sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Seperti mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau tidak berkenan di hati seseorang, yang dapat menyinggung hati seseorang.

(35)

Tentu ada sebuah kekwahatiran dalam masyarakat Batak Toba suatu saat nilai-nilai tersebut akan hilang begitu saja dan mungkin masyarakat akan kacau balau karena tidak bisa memberikan contoh yang baik, saling menjatuhkan dan tidak menghargai satu sama lain . Sehingga perlu dilestarikan dari generasi ke regenerasi mengenai nilai-nilai sosial budaya agar tidak merusak hubungan sistem baik diantara anggota kerabat dekat bahkan anggota keluarga masyarakat lainnya.

Maka dari itu elemen-elemen sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba sebaiknya menggunakan bahasa eufemisme untuk menghindari kata tabu yang dapat meyakiti dan menyinggung perasaan seseorang. Karena elemen- elemen tersebut mempengaruhi perilaku seseorang secara baik dan benar dalam berkomunikasi dan berinteraksi, dan dapat memberikan nilai yang positif bagi masyarakat itu sendiri serta supaya dapat hidup rukun dan harmonis.

Menghindari tabu bahasa dan menggunakan eufemisme dalam masyarakat Batak Toba sangatlah penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena hal ini dipengaruhi oleh nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba, seperti sistem kekerabatan yang diatur oleh Dalihan Natolu, filosofi „pantun hangoluan, tois hamagoon, dan filsafat masyarakat Batak Toba yang menyangkut

‟hamoraon, hagabeon, dan hasangapon seperti yang dijelaskan pada halaman sebelumnya.

Melihat fakta yang terjadi pada sebagian masyarakat yang kurang memahami elemen-elemen sosial budaya atau kurang apresiasi(menghargai), hal ini terjadi pada kaum muda-mudi pada jaman modern sekarang, mereka kurang

(36)

memahami akan nilai-nilai sosial budaya yang akan mempengaruhi sistem komunikasi dan interaksi, apalagi saat bertemu dengan kerabat dekat dari kedua orang tua, kita harus menunjukkan rasa hormat saat menyapa mereka. Situasi ini sangat penting, mereka bisa menilai sifat dan karakter seeorang dari perkataan dan perbuatannya, karena karena pada saat mereka salah tingkah dan salah ucapan, orang lain tentu akan dengan mudah meyalahkan kedua orang tua yang tidak tepat dalam memberikan didikan dan moral kepada anaknya, padahal si anak tersebutlah yang tidak bisa di didik karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, apalagi terjadi perpindahan suku-suku lain ke wilayah masyarakat Batak Toba, begitupun sebaliknya, perpindahan suku Batak Toba kewilayah lain sangat mempengaruhi nilai-nilai yang asli dalam masyarakat tersebut.

Eufemisme lebih cenderung digunakan pada acara-acara formal seperti tempat ibadah, pesta pernikahan, atau acara resmi lainnya, berbeda dengan situasi seperti di pasar, kede tuak, bahkan jalanan umum yang tidak menggunakan eufemisme.

Kata tabu bisa digantikan oleh eufemisme agar tidak menyinggung atau menyakiti hati seseorang bahkan bisa menimbulkan efek ketidaknyamanan bagi penutur maupun mitra tutur, dengan memakai eufemisme seseorang akan terlihat santun berbicara, budi bahasanya, penuh belas kasihan dan suka menolong sesama. Kesantunan berbahasa bertujuan untuk menghindari hal-hal yang bersifat pornografi. Ada beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi seseorang tidak menggunakan eufemisme dalam berkomunikasi dan bertindak :

(37)

1. lingkungan :

merupakan sebuah factor tempat tinggal sekitar, dimana factor ini sangat memengaruhi sifat dan tindak laku seseorang, mereka melihat dengan seksama dan akan mengikuti mana kata-kta yang lebih bergengsi yang digunakan oleh anak muda zaman modern.

Contoh: saat melihat seseorang sudah sukses dengan usaha dan kerja keras, maka ada pesan moral yang dapat kita ambil yaitu menjadikannya sebagai motivasi untuk maju dan berkembang atau sebaliknya menjelek- jelekkan seseorang dan mengatakan bahwa dia bisa sukses karena ada orang dalam‟.

2. Psikologis

=>merupakan sebuah factor kejiwaan dimana seseorang yang tidak bisa mengendalikan diri dan emosi, sehingga seseorang lebih cenderung menggunakan kata tabu bahasa daripada eufemisme bahasa.

Contoh :

saat seseorang tidak menyukai orang lain yang mungkin membuatnya sakit hati atau iri hati, mereka akan memilih menggunakan kata tabu seperti,

„babi, bujang inam,parbonda bosi,rojan,bursik,tena‟ kata-kata tersebut merupakan hal yang tabu,tapi dengan mengucapkannya menurutnya dapat mengurangi sakit hatinya walau hal ini sangatlah tidak sopan.

3. Sifat atau keadaan seseorang :

merupakan sebuah factor yang berbeda situasi, ada yang merasa kurang, bahkan ada yang merasa lebih. Hal tersebut dapat menimbulkan

(38)

pertentangan dalam suatu masyarakat, jika sifat seseorang yang menonjol adalah sifat baik seseorang maka tidak akan bermasalah, namun sebaliknya jika sifat seseorang tidak baik atau bahkan kategori sangat buruk, hal inilah yang menimbulkan seseorang untuk menggunakan ungkapan yang tepat dan harus menggunakan kata-kata yang tepat untuk menghormati orang tersebut. Dengan menggunakan pilihan kata yang tepat merupakan sebuah kesantunan berbahasa, dan apapun sifat atau keadaan seseorang kita harus menghormatinya supaya dia tidak merasa diremehkan atau direndahkan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Narintik [naritti]

- Tumpur[tuppur]

- Marlanggar

- Martole

- Roa balang

- Mapogos

„hurang roha‟

„sumurut‟

„martumpur‟

„tunggane‟

„hurang rupa‟

„dang marnasib‟

menyatakan gila menyatakan bangkrut menyatakan

kecelakaan menyatakan

berhubungan suami istri.

menyatakan kurang rupa

kurang beruntung

(39)

Semua yang berbentuk eufemisme tentu tidak terlepas dari kata dan frasa. Pilihan kata dan frasa yang tepat sangatlah penting demi menjaga nilai-nilai sosial budaya secara baik dan benar, karena masyarakat Batak Toba menjunjung tinggi nilai etika, moral, kesopanan yang ditunjukkan lewat perilaku sesesorang dengan menggunakan atau mengungkapkan gaya bahasa eufemisme untuk menghormati perasaan seseorang serta tidak membuatnya tersinggung atau merasa terluka.

Paham agama dan kepercayaan pada masyarakat Batak Toba masih mengenal Debata, tondi dan datu bolon, bahkan masih ada masyarakat yang menganut agama sipele begu yaitu agama yang sama sekali percaya kepada Tuhan atau Debata. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe eufemisme yang ada dalam bahasa Batak toba

4.1 Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba

Setelah dilakukan penelitian terdapat tipe-tipe eufemisme, fungsi eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba berikut penjelasannya.

4.1.1 Eufemisme Manusia

Eufemisme manusia yaitu eufemisme untuk penamaan dan penyebutan seseorang yang sudah berkeluarga ataupun orang memiliki kekuatan supranatular.

Eufemisme ini digunakan pada situasi nonformal seperti dirumah, di kedai atau di

(40)

Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia -pangintubu[pangittubu]

-parsinuan -pardijabu -namalo

-pangula-ngula

-pangurupi -pinasangapan

“yang melahirkan”

“yang menanam”

„yang memiliki rumah”

“orang pintar”

“yang melakukan baik/jahat”

“yang membantu”

“yang dihormati”

“ibu”

“ayah”

“istri”

“dukun”

“dukun”

“pembantu”

“Tuhan,raja

4.1.2 Eufemisme Hewan

Untuk menyebutkan hewan atau binatang yang ada dimuka bumi tentu perlu menggunakan bahasa yang halus, mengingat ada beberapa hewan yang tidak boleh disebutkan nama aslinya, dengan alasan untuk menghormati sebagian dari mahkluk ciptaan Tuhan.

Bahasa toba Gloss Bahasa indonesia

- Namarbisa -Silomlomdirobean

- Pinahan lobu

- Sitapi

“yang berbisa”

“yangbisa makan rumput”

peliharaan dibelakang rumah”

“yang bertubuh kecil”

“ular”

“lembu”

“babi”

“kucing”

(41)

-Sirumangatanduk [sirumanga tadduk]

-Gaja -Nagogo -Mawas -Siganjang

ihur[sigajjangihur]

- Siteukon

“yang memilik tanduk”

“yang memiliki belalai”

“yang kuat”

“yang bias menggantung”

“yang berbisa”

“yang dipelihara”

“kerbo”

“gajah”

“harimau”

“mawas”

“ular”

“anjing”

4.1.3 Eufemisme Sifat

Eufemisme sifat sangat penting digunakan untuk menyatakan sifat atau karakteristik seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi, apalagi saat melihat seseorang yang mungkin dikenal atau bahkan tidak dikenal, mereka akan menggunakan bahasa yang spontan keluar dari alat ucap mereka, namun dengan menggunakan eufemisme akan terlihat lebih sopan dan berwibawa.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

-Sirang -Marpogos

-Monding[modding]

-Marisi

-Lamban[labban]

“berpisah”

“merosot”

“mendiang”

“berisi”

“lelet”

“cerai”

“tumpur”

“meninggal‟

“hamil”

“lamban‟‟

(42)

4.1.4 Eufemisme Bagian Tubuh

Manusia sebagai mahkluk ciptaan yang paling sempurna dan memiliki akal dan pikiran, disamping itu terdapat bagian-bagian dari tubuh manusia yang tabu untuk di ucapkan sehingga sangat diperlukan penggunaan eufemisme untuk terlihat sopan santun.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Simajujung - Simanangi - Simalolong - Parnianggoan - Simanarup

- Simangkudap[simakkudap]

- Simangido

- Simanjojak[simajjojak]

- Dungkul[dukkul]

- Jari-jari

-Tangkuhuk[takkuhuk]

- Rukhung[rukkung]

- Siubeon

“yang menjunjung”

“yang mendengarkan”

“yang melihat”

“yang mencium”

“bagian kepala”

“bagian bawah mulut”

“yang meminta dan yang memberi”

“yang dapat menginjak”

“dibawah bagian paha”

“jari-jari”

“dibelakang bagian leher”

“dibawah bagian dagu”

“yang bisa menampung makanan”

“kepala”

“kuping”

“mata”

“hidung”

“rambut”

“dagu”

“tangan”

“kaki”

“dengkul”

“jari-jari”

“pundak”

“leher”

“perut”

(43)

- Tambon[tabbon]

- Holi-holi natoltol/ruhkung - Gonting [gotting]

- Andora[addora]

- Tarus/taguk

- Hauma santopak[sattopak]

- Pilat

-Pardompakan [pardoppakan]

- Natu - Sitabean

“bagian dibawah pinggang”

“bagian belakang leher”

“bagian dibawah perut”

“bagian depan ”

“yang dimiliki wanita”

“yang dapat menghilang‟

“menghadap kedepan”

“bagian depan kepala”

“yang dapat menghilang”

“yang dapat menyusui”

“pantat”

“pundak”

“pinggang”

“dada”

“panyudara”

“alat kelamin wanita”

“alat kelamin pria”

“dahi”

“alat kelamin pria”

“payudara wanita”

4.1.5 Eufemisme Benda

Eufemisme benda juga dipakai untuk menyebutkan benda yang berhubungan dengan manusia mulai dari hadir kedunia , beranjak dewasa hingga akhir hidunya.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Halu

-Situmandok[situmaddok]

- Batang

- Jabu-jabu

“pantang pakaian “

“tempat penimbunan”

“tempat orang meninggal”

“rumah-rumah

“haid”

“kuburan”

“peti mati”

“peti mati”

(44)

- Tombak[tobbak]

- Banua toru

- Sisombaon[sisobbaon]

- Banua tonga

“belantara”

“dibawan tanah yang jauh”

“yang patut disembah”

“bagian tengah langit”

“hutan”

“alam baka”

“Tuhan”

“khayangan”

4.1.6 Eufemisme Aktivitas

Setiap manusia memiliki aktivitas yang berbeda-beda mulai dari bangun tidur hingga beristirahat kembali, begitu juga setiap harinya, maka aka nada kata- kata yang kurang enak untuk didengar saat terjadinya aktivitas tersebut, digunakanlah eufemisme supaya terlihat lebih sopan.

Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia

- Manaruhon hupudi - Tuduru

- Mangaji - Tarilu-ilu - Manarus

- Marangin-angin - Mangalap gogo - Partus

“mengantar kebelakang”

“mengantar keluar”

“mengantar kebelakang”

“berurai air mata”

“memberikan air susu pada bayi”

“mencari udara”

“mengambil tenaga”

“melahirkan”

“buang air besar”

“buang air kecil”

“buang air besar”

“menangis”

“menyusui”

“kepanasan”

“istirahat”

“melahirkan”

(45)

- Martapian - Manunggali - Tunggal

“pergi kekamar mandi”

“menaiki”

“bersatu”

“mandi”

“mengawini”

“kawin/setubuh(hewan)

4.2 Tipe-tipe Eufemisme Bahasa Toba

Berdasarkan pada konsep Keith Allan yang terdapat enam belas tipe eufemisme, dan pada Bahasa Batak Toba terdapat tipe

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif ) yakni merupakan bentukperlambangan, makna atau kiasan.

Contoh :

Batak Toba Gloss Bahasa indonesia

- Mardua holong - Marsirang podoman - Manaruhon nanipangan -Bagas na badia

-Manopoti dosa

“dua hati”

“dua tempat tidur”

“mengantar yang dimakan”

“rumah ibadah”

“meminta ampun”

“selingkuh”

“cerai”

“buang hajat”

“tempat ibadah”

“tobat”

Contoh dalam kalimat ;

-Boasa mardua holong ho dongan? “menggapa engkau mendua hati teman?

(46)

- Nungnga marsirang podoman “mereka sudah berdua tampat tidur be nasida

- Laho tu pudi manaruhon “pergi kebelakang mengantar

nanipanganna yang dimakan”

-Beta laho tu bagas na badia “ayo pergi ke tempat ibadah”

- Rap ma hita manopoti dosa tu Debata “saat teduh merenungi dosa kita terhadap Tuhan”

2. Metaphor (Metafora) yakni merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal yang berbeda.

Contoh :

Batak Toba Bahasa Indonesia

- Hera huting dohot biang - Songon indahan dohot aek

“seperti kucing dengan anjing ”

“seperti air dan beras”

Contoh dalam kalimat ;

- Unang sai hera huting dohot biang “jangan layaknya seperti kucing dan anjing”

- Naeng ma nian hita songon indahan dohot aek “semoga kita bisa seperti beras dan air, meski berbeda tapi dapat saling melengkapi”

(47)

3. Flippancy (Flippansi) yakni merupakan makna di luar pernyataan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Nungnga jumolo - Maradian

‟monding‟

„monding‟

‟meninggal‟

‟meninggal‟

Contoh kalimat ;

- Nungnga jumolo be amang i “bapa sudah terlebih dulu meninggalkan ibu”

Manadingkon [manadikkon] inang i.

- Dison maradian…. “telah berpulang”…

4. Remodeling (pemodelan ulang) yakni merupakan bentuk kata ulang.

Contoh :

- Barbar “menipiskan kayu

Contoh kalimat :

-Barbar majo hau pinasa i “tipiskan dulu pohon nangka itu

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi) yakni merupakan bentuk kata yang lebih panjang atau bersifat tidak langsung.

(48)

Contoh :

-Dang boi mambege “tidak bisa mendengar/tuli”

- Parroha sada “selalu ingin menang/egois”

Contoh kalimat ;

- Dang boi hape mabege “ternyata tidak bisa mendengar

gelleng ni si jakkup anaknya si jakkup itu”

- Butul do ho parroha sada “betulnya kau berhati satu/egois

6. Clipping (kliping) yakni merupakan bentuk pemotongan atau pemenggalan.

Contoh:

-Pis “buang air kecil”

- E‟ek “buang air besar”

- Ntut “buang angin”

Contoh kalimat ;

- Boan jolo anggimi pis “bawa dulu adekmu kencing”

- Nungnga ngek ibana? “sudah kau bawa dia kebelakang?”

-Nungnga ntut be si adek “sudah kentut adek”

(49)

7. Pelesapan (Omission) yakni merupakan bentuk penghilangan sebagian kecil.

Contoh :

-Laho hu [ lao tu ]pudi “pergi kebelakang”

- Aha dope naipaima hamu ? “apa lagi yang kau tunggu?”

- Di ingot hamu dope? “masih ingat nya kau?”

Contoh kalimat ;

- Laho[lao] ibana hupudi[tu pudi] manaruhon nanipangan “dia pergi mengantar yang dimakan”

- Ai nungnga marhasohotan Sidebora “si Debora sudah menikah,

aha do naipaimam? apa lagi yang kau tunggu?

- Di ingot ho dope, situppal “masih ingat nya kau, situppal

namarlanggar di Medan? yang tabrakan di Medan?

8. One for one substitution (penggantian kata/kata) yakni merupakan satu kata untuk menggantikan satu kata lainnya.

Contoh :

- Parnianggoan “hidung”

- Simalolong “mata”

(50)

- Situmandok[situmaddok] “kuburan”

Contoh kalimat ;

- Boasa basi nimmu, na boha “kenapa basi kamu bilang,

do parnianggoanmu? “dimana nya kau buat hidungmu!”

- Aha do na di simalolongmi? “apa yang ada di matamu itu?

- Nungngadibahen nasida “mereka buat doa sebelum pergi

angiang paima laho tu ke kuburan”

situmandok

9. General for specific (hipernim) yakni merupakan bentuk kata yang umum menjadi kata yang khusus.

Contoh :

Bata Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Koncing [kossing]

- Monding[modding]

-Modom

„tu duru‟

„maruju ngolu‟

„renges„

“buang air besar/kecil”

“meninggal”

“tidur”

Contoh kalimat ;

- Nungnga sae adek koncing[kossing]? “sudah siap adek keluar?”

(51)

-Nungnga monding[modding]be ama ni si Ucok“bapak si Ucok itu sudah meninggal”

- Di dia modom uma? “dimana mama tidur?”

10. Part for whole eupheisms (Hiponim) yakni merupakan bentuk kata yang khusus menjadi kata umum.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Miting

- Maruju ngolu

„berak‟

„monding‟

“buang air besar”

“meninggal”

Contoh dalam kalimat ;

- Boan jolo anggimi miting hu pudi “ bawa dulu adekmu itu buang air besar”

- Nungnga jumolo maruju ngolu amangi “bapak itu sudah telah tiada”

11. Hyperbole (Hiperbola) yakni merupakan bentuk ungkapan yang melebih- lebihkan.

Contoh :

-Boru ni raja “putri kesayangan”

-Si jugul baut “keras kepala”

-Paburju hu “terlalu baik”

(52)

-Pangkehede-hedeon “lebih dari orang mentel”

-Nungnga sonang “sudah senang

Contoh kalimat ;

-Boru ni raja do antong [attong]i “dia itu kan putrid kesayangan”

-Hera si jugul baut do ho “kau sperti orang terlalu keras kepala”

-Unang paburjuhu tu ibana “jangan terlalu baik padanya”

-E tahe, unang pangkehede-hedeon, sotung dibursingkon jolma “jangan terlalu mentel, nanti orang menyumpahi kita.

-Nungnga sonang be halak amang di surgo hasonangan “bapa sudah tenang beradadi surga.

12. Understatement(Makna diluar pernyataan) yakni merupakan satu makna kata yang terlepas dari makna kata tersebut.

Contoh :

-Na disan i “yang disana itu”

-Nga tarujung “sudah dipenghujung”

Contoh kalimat ;

-Buat jo palia na disan I “tolong ambilkan pete yang disana itu?”

(53)

-Pahatop jo anggi,nga tarujung be on? “cepatkanlah adek, sudah tak tertahan lagi ini”

13. Jargon yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.

Contoh :

-Tuntun [tuttun] “iring”

-Togu “iring”

-Tuit “mentel”

-Panghehede-hedeon [pakkehede-heon] “mentel

-Marsiruppa “kerja sama/tolong menolong

-Marsidapari “kerja sama/tolong menolong

Contoh dalam kalimat ;

- Tuntun [tuttun] jo adek i tu pudi” “iringi dulu adek itu kebelakang”

- Togu ma au tuhan tu dalanmu “iringi aq kejalanmu yang benar”

- Unang patuit hu jadi jolma “jangan terlalu mentel jadi orang

- Na panghehede-hedeon do haroa ho “jangan terlalu mentel

-Marsiruppa do sude angka jolma na nahasea“untuk berhasil diperlukan kerja sama dan tolong menolong.

(54)

14. Colloquial (Kolokial) yakni merupakan bentuk ungkapan yang dipakai sehari-hari.

Contoh :

- Marsiurupan “kerja sama”

- Mardumpul [marduppu] “datang bulan”

-Jempet do pat ni gabus “langkah orang yang tidak jujur itu pendek

15. Abreviation (abreviasi) yakni merupakan kata-kata menjadi beberapa huruf.

Contoh :

-PH3 „par;huta-huta hian‟ “orang yang kampungan”

-HKBP „huria kristen batak protestan‟ “gereja kristen Batak Toba “

-PMH „pendek, mokmok, hapal‟ “pendek, gemuk, tebal”

-BE „buku ende‟ “buku kebaktian”

-OP „Ompung‟ “kakek/nenek”

-ST „sintua‟ “tetua digereja”

- NB „naposo bulung‟ “muda-mudi

- PTT „patentengan‟ “orang yang merasa hebat”

16. Acronym (akronim) yakni merupakan penyingkata atas beberapa kata menjadi satu.

(55)

Contoh :

- Arios „aritonang ompu sungguh‟ “boru aritonang ompu sungguh””

- Borlap „boru laban‟ “boru silaban

- Huting „hurang tinggil‟ “kurang jelas”

- Naruto „narintik naoto‟ “orang yang kurang kurang ilmu”

- Halbod „hapal bonda‟ “kemaluan yang tebal” Khusus tabu bahsa ini di biasanya dipakai oleh seorang ibu atau anak perempuan dalam canda tawa.

- Aspemo „asal peak modom‟ “ketika bersandar langsung tidur”

- Hasian „halak nasialan‟ “tambatan hati”

- Golsu „golang suhu‟ “gelang pengukur”

- Parbada „parlawak batak daerah‟ “sebuah grup Batak Toba”

- Napes „naga pesong‟ “marga sinaga”

- Sinaga „siang najolo ganteng‟ “dari dulu sudah tampan”

- P.nauli „pardomuan nauli “sebuah nama kampung”

4.3. Fungsi Eufemisme Bahasa Toba

4.3.1. Sapaan dan Penamaan

(56)

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu manusia pasti memiliki system kepercayaan masing-masing. Begitu juga dalam masyarakat Batak Toba yang memiliki kepercayaan terhadap Tuhan, yang disebut sebagai Debata Natolu‟Allah Tritunggal yang dipercaya sebagai pencipta langit dan segala isinya. Dalam masyarakat Batak Toba khusunya Desa Silando, mereka percaya kepada Debata/Tuhan yang merupakan suatu roh yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan keunggulan melebihi manusia, sehingga tidak lupa mereka juga memakai kiasan atau ungkapan untuk menggantikan kata Debata yakni sebagai berikut :

-ama na pargogo na so hatudosan “bapa yang memiliki kekuatan diatas segalanya”

-ama na dibanua ginjang “bapa yang ada disurga”

-ama nasomurung „bapa yang mahakasih

b. Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.

Sistem sapaan yang dipakai oleh setiap daerah termasuk masyarakat Batak Toba, Desa Silando merupakan salah satu satu faktor utama dalam hubungan sosial , namun tidak lazim untuk menyebutkan nama seseorang karena ada hal atau faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mereka tentu akan menyapa dengan melihat perbedaan usia, gender, latar belakang serta fungsi seseorang dalam sebuah masyarakat. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan satu persatu yaitu sebagai berikut :

1. Sapaan berdasarkan usia

(57)

Mereka yang lebih muda tidak diperbolehkan untuk memanggil nama seseorang yang lebih tua, sifatnya kasar, tidak sopan atau tidak menghormati orang yang lebih tua. Bahkan untuk yang seusia bagi orang dewasa maupun yang tua, mereka tidak pernah memanggil dengan sebutan nama, mereka akan mencari partuturon atau bahkan mereka akan memanggil nama anak pertama seseorang yang akan disapa. Dalam masyarakat Batak Toba juga dikenal dengan system sapaan Dalihan Natolu, dimana Dalihan Natolu ini yang akan mengatur berjalannya sebuah adat.

Contoh :

- angkang [akkang] =>panggilan untuk seorang kakak yang memiliki hubungan darah.

- iboto => panggilan untuk saudara kandung laki-laki, dapat juga dipakai untuk seorang laki-laki yang baru dikenal.

2. Sapaan berdasarkan gender

- amang bao =>panggilan dari ibu mertua kepada ayah menantu laki-laki..

- inang bao => kebalikan dari amang bao, yaitu ibu kandung dari besan.

3. Sapaan berdasarkan latar belakang sosial

- pangulu => kepala desa

- raja parhata => pemimpin adat atau protocol

Referensi

Dokumen terkait

Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008.. USU Repository

Dari 200 data swadesh yang telah diklasifikasikan, dapat dilihat bahwa kosakata kerabat yang terdapat pada bahasa Batak Toba dengan bahasa Batak Mandailing adalah

diperoleh dari penelitian ini, bahwa makna metafora EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba.. merupakan suatu bentuk ekspresi emosi Masyarakat Batak Toba yang

verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba memiliki ciri makna

penelitian bahasa merupakan salah satu usaha dalam melestarikan bahasa Batak.. Bahasa daerah akan mengikat penuturnya dalam satu

bahasa Batak Toba yaitu di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,. Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten

Data Bahasa Indonesia Terjemahan dalam Bahasa Batak Toba.. mengambil² mamoluk, manggomak, manguhal,

Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan orang yang lebih muda dan tidak sesuku dengan Anda.. Bahasa Batak Toba dan