• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN

C. Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan

Jaminan dapat digolongkan menurut yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku di luar negeri. Dalam Pasal 24 UU Perbankan ditentukan bahwa “Bank tidak akan memberikan kredit tanpa adanya jaminan”

Jenis-jenis jaminan menurut KUHPerdata merupakan sumber hukum dalam bidang keperdataan yang mengatur jenis-jenis jaminan dan ada juga beberapa peraturan erundang-undangan yang merupakan pembaruan dari KUHPerdata. Terdapat bermacam-macam benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan kredit. Dalam salah satu penggolongan benda dijelaskan mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak.Sesuai ketentuan undang-undang ada bentuk jaminan yang berbeda sehingga analisis kredit harus mengetahui jenis benda yang dapat dijadikan jaminan dan bentuk pengikatan atas benda itu.

Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.39

Adapun jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan antara lain:40

1. Jaminan perorangan (Personal Guaranty)

Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang menyebutkan dengan istilah jaminan immateriil. Pengertian jaminan perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan dalam Salim HS, mengartikan jaminan imateriil (perorangan)

39

adalah:“jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.41

Pasal 1820 KUH Perdata jaminan peorangan disebut bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Subekti mengemukakan pendapatnya bahwa “oleh karena tuntutnya kreditur terhadap seorang penjamin tidak diberikan suatu privilege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak dipraktekkan dalam dunia perbankan.42

Jaminan yang bersifat perorangan, dapat berupa borgtogh (personal guarentee) yang pemberi jaminannya adalah pihak ketiga secara perseorangan dan jaminan perusahaan yang pemberi jaminannya adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum. Pelaksanaan perjanjian perorangan selalu dibuat oleh pihak ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban membayar kredit tersebut, baik diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur. Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata yang berbunyi “si berpiutang (pihak ketiga) tidak wajib membayar kepada si berpiutang selain jika siberpiutang lalai,

41

Salim HS, Op Cit, hal. 217 42

sedangkan benda-benda si berpiutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.43

Praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut. Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda yang dimiliki oleh debitur tidak Marketable seperti yang diharapkan.44

Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi : “Si penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”

2. Jaminan kebendaan

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi : a. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk

43

Subekti, Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Staatsblad), Pradnya Paramita,Jakarta, 2006, hal 221

melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.Keyakinan menurut pasal tersebut sudah merupakan jaminan bagi bank untuk memberikan kredit kepada nasabah debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan, jaminan kebendaan merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan.

Menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur yang berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka (23), yang berbunyi :“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan diebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.

Prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah: 45

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu dapat dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya

Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Karena itu keberadaan lembaga ini dapat memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur.

BAB IV

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE

A. Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar bank berasal dari sektor tersebut baik dalam bentuk bunga, provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan dan kesinambungan usaha dari sebuah bank. Oleh karena itu, pemberian kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan besarnya kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit, sampai kepada pengendalian atas kredit yang macet. Sedemikian pentingnya aktivitas pemberian kredit dapat dilihat dari pendapat Zulkarnain Sitompul (Sihombing, 2009:46) yang menyebutkan “pemberian kredit merupakan fungsi strategis yang dimiliki bank dan fungsi ini pula yang seringkali

menjadi penyebab bangkrutnya sebuah bank”. Pemberian kredit tersebut umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, salah satunya yaitu kredit dengan jaminan sertifikat hak milik.46

Untuk mendapatkan kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe seperti apa yang diharapkan, tentunya harus melihat beberapa bentuk dan syarat pemberian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:47

1. Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit.

Tahapan ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi beberapa kegiatan berikut:

46

Sihombing, Jonker. Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah. PT. Alumni, Bandung, 2009, hal 46

47

a. Kegiatan prakarsa permohonan kredit.

Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit. Permohonan kredit diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon/calon nasabah termasuk riwayat kreditnya pada bank lain. Pejabat pemrakarsa kredit selanjutnya kemudian melakukan kegiatan pencarian informasi selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon.

b. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit.

Data dan informasi yang diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi tingkat risiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan dalam format yang telah ditetapkan oleh bank dan disesuaikan dengan jenis kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, dan riwayat hubungan bisnis dengan bank. Analisis kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit meliputi analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk mengetahui usulan kredit yang dapat diterima atau ditolak.

c. Perhitungan kebutuhan kredit.

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Apabila dipandang perlu untuk mengetahui kepastian kredit yang dibutuhkan pemohon, bank dapat meminta studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan atas beban biaya pemohon.

d. Pembagian risiko kredit.

Upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, bank membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit,asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.

e. Negoisasi kredit.

Setelah kegiatan-kegiatan diatas, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan, kelemahan dan identifikasi risiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh analisa kredit. Kesimpulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut: pejabat pemrakarsa dapat menyimpulkan bahwa usaha debitur yang akan dibiayai mempunyai kemampuan untu mengembalikan pinjaman, identifikasi risiko-risiko yang akan mengancam kelangsungan usaha pemohon atau merupakan titik kritis dari usaha yang akan dibiayai, serta melakukan antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut yang dituangkan dalam syarat dan ketentuan kredit. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan selanjutnya pejabat pemrakarsa kredit melakukan negoisasi dengan calon nasabah.

2. Tahap pengajuan kredit

Kredit dengan jaminan sertifikat tanah seorang mendapatkan kredit harus melengkapi syarat-syarat perjanjian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain :

a. Surat identitas atau domisili dari yang bersangkutan adalah penduduk atau warga setempat (KTP, SIM, atau Surat Identitas lainnya)

b. Surat izin usaha atau keterangan usaha yang formal blankonya sudah disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Hal ini di maksudkan agar calon anggota dan anggota luar biasa lebih cepat dalam mengurus pengajuan permohonan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.

c. Agunan asli atau jaminan yang dalam hal ini adalah sertifikat hak atas tanah beserta bangunannya yang dijaminkan telah bersertifikat.

d. Tanda bukti pelunasan kredit yang lalu.

e. Khusus untuk calon debitur yang berpenghasilan tetap berlaku ketentuan lebih lanjut diatur dengan ketentuan tambahan sebagai berikut48

1) Asli SK pengangkatan pegawai tetap atau SK pengangkatan pegawai pertama, dan SK penetapan pangkat pegawai yang terakhir atau asli SK pensiun bagi yang berstatus pensiunan.

2) Daftar perincian pegawai atau pensiunan yang telah dilegalisir oleh Kepala kantor atau cabang kerja instansi yang bersangkutan.

48

Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015

3) Rekomendasi dari kepala kantor atau kepala cabang kerja ada instansi yang bersangkutan.

4) Surat kuasa untuk memotong gaji. 5) Bukti-bukti lain jika diperlukan. 3. Tahap pemeriksaan kredit.

Tahap ini petugas dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe atau survei melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan SKPP. Prinsip yang dipakai dalam pemeriksaan atau menganalisis calon debitur merupakan pinsip pemberian kredit yang mencakup Analisis 5’C yaitu Character (watak), Capacity (kemampuan),Capital (modal), Condition (kondisi ekonomi) dan Collateral (jaminan). Pemeriksaan di lapangan (on the spot). Kelima prinsip penilaian tersebut tidak dimunculkan secara sendiri-sendiri dalam formulir pemeriksaan tetapi sudah dimasukkan kedalam setiap aspek yang ada dalam formulir tersebut. 4. Tahap penilaian agunan

Tahap ini agunan yang diserahkan oleh calon debitur harus mempunyai persyaratan ekonomis dan yuridis agar pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tidak dirugikan. Adapun persyaratannya, yaitu :

a. Syarat ekonomis

1) Harus mempunyai nilai ekonomis 2) Dapat diperjual belikan secara bebas

3) Nilai ekonomis atau nilai pasar harus lebih besar

4) Mudah dipasarkan dan biaya pencairannya relatif murah 5) Bernilai relatif konstan atau cenderung meningkat

6) Kondisi dan lokasinya strategis 7) Tidak cepat rusak

8) Manfaat ekonomisnya lebih lama dari jangka waktu kredit yang diberikan.

b. Syarat yuridis

1) Agunan sebaiknya milik calon debitur sendiri 2) Tidak dalam sengketa

3) Ada bukti pemilikan atau penguasaan 4) Belum dijaminkan kepada pihak lain

Pemeriksaan dan menilai agunan yang harus diperhatikan adalah :

a. Memeriksa agunan benda tetap (tanah yang diatasnya terdapat bangunan) b. Pemeriksaan bangunan yang meliputi bentuk bangunan, rangka, atap,

dinding dan lantai bangunan.

c. Identitas bangunan yaitu yang menyangkut alamat agunan, bentuk dan luas, batas-batas (bangunan kantor, rumah, toko, dan lain-lain).

d. Lokasi agunan dan lingkungaannya, yaitu strategis atau tidak, jauh tidaknya dari tempat-tempat keramaian, mudah tidaknya diperjual belikan, jauh dekatnya dengan jalan besar dan lain-lain.

e. Penaksiran.

Nilai taksiran barang agunan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu

a. Nilai Pasar Wajar (NPW).Nilai Taksiran Harga Lelang Sita (THLS)/Nilai Likuidasi (NL) Nilai likuidasi/THLS.

b. Pemilik agunan harus membutuhkan cap jempol atau tanda tangan pada formulir kredit, dengan maksud agar pemilik agunan mengetahui dan menyetujui bahwa kekayaannya telah dijadikan agunan kredit.

5. Tahap kesepakatan dalam kredit.

Jika permohonan tersebut ditolak, maka keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada si pemohon disertai alasan-alasan penolakannya. Apabila permohonan kredit tersebut disetujui, maka keputusan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk mengabulkan sebagian atau keseluruhan harus diampaikan kepada si pemohon secara tertulis dalam bentuk surat penegasan pemberian kredit. Biasanya merupakan pemberitahuan terlebih dahulu mengenai syarat-syarat kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh si debitur. Setelah permohonan tersebut memenuhi persyaratan, maka PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe membuat surat persetujuan prinsip-prinsip untuk memberikan kredit. Mengenai jangka waktu, mulai dari permohonan kredit sampai terealisasinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe diusahakan tidak terlalu lama yaitu kurang lebih satu minggu (7 hari), hal ini dikarenakan keberadaan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk memberikan pelayanan kredit dengan cara cepat dan mudah sehingga anggota dan anggota luar biasa yang membutuhkan kredit dapat terealisasi sesuai dengan kebutuhannya.

6. Tahap penandatanganan surat keputusan kredit (SKK)

Apabila pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe telah menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh pihak debitur selaku pemohon,

maka selanjutnya akan dilakukan tahap penandatanganan surat keputusan kredit. Surat keputusan kredit berisikan data umum tentang debitur serta persetujuan pihak bank terhadap permohonan kredit dari debitur dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Data umum dari debitur sebagai pemohon kredit adalah meliputi, nama debitur, perusahaan, alamat, maksimum kredit, jangka waktu, tujuan penggunaan kredit, suku bunga, ongkos-ongkos kredit, dan jaminan.

Syarat-syarat yang ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam surat keputusan kredit tersebut mencakup 3 (tiga) syarat, yaitu syarat penandatanganan perjanjian kredit, syarat penarikan kredit, dan syarat-syarat lain. Syarat penandatanganan perjanjian kredit, memuat 3 (tiga) ketentuan penting, yaitu pihak debitur telah menyetujui dengan menandatangani surat keputusan kredit (SKK) dan menyerahkan kembali Surat Keputusan Kredit (SKK) kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, pihak debitur wajib menyerahkan surat-surat asli dari barang jaminan kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, serta ketentuan bahwa perjanjian kredit akan dibuat di bawah tangan. Ketentuan yang tercantum dalam syarat penarikan kredit adalah perjanjian kredit telah ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit dan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, serta pengikatan jaminan telah dilengkapi. Syarat-syarat lain juga tercantum di dalam surat keputusan kredit. Syarat-syarat lainnya adalah pihak debitur tidak diperbolehkan menggunakan kredit menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan pihak debitur wajib tunduk terhadap peraturan-peraturan yang telah dan akan

ditetapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan. Surat keputusan kredit ini dibuat rangkap 2 (dua), serta ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit dan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.

7. Tahap penandatanganan surat perjanjian kredit

Penandatanganan surat perjanjian kredit merupakan momentum yang sangat penting dalam pemberian kredit oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Perjanjian kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak secara khusus memuat kesepakatan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, yaitu pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sebagai pemberi kredit dan pihak debitur sebagai penerima kredit.

Surat perjanjian kredit memuat identitas kedua belah pihak. Pihak pertama tercantum bahwa Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe bertindak untuk dan atas nama PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sedangkan pihak kedua tercantum bahwa nama debitur bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan telah mendapat persetujuan dari pihak suami/isteri. Para pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian kredit dengan syarat dan ketentuan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak. Adapun syarat dan ketentuantersebut, meliputi:

a. Persetujuan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memberikan pinjaman kepada debitur dan kewajiban debitur untuk melunasi segala pinjaman uang/fasilitas kredit, berikut bunga serta biaya lainnya yang timbul dari perjanjian kredit ini;

b. Kewajiban debitur untuk pembayaran angsuran setiap bulannnya dengan bunga yang telah ditentukan, serta pembayaran denda apabila terjadi keterlambatan pembayaran hutang. Selain pembayaran angsuran, debitur juga dibebankan biaya administrasi yang dihitung dari besarnya jumlah pinjaman;

c. Jangka waktu pembayaran hutang, yaitu kapan dimulainya pembayaran hutang tahap pertama sampai dengan batas akhir pembayaran hutang oleh pihak debitur;

d. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku kreditur memiliki hak untuk melakukan penagihan hutang berikut bunga, denda, serta biaya lainnya apabila pihak debitur menggunakan pinjaman tersebut menyimpang dari tujuan penggunaannya dan apabila debitur melalaikan pemenuhan terhadap kewajibannya;

e. Uraian lengkap mengenai jaminan yang berupa sertifikat hak milik atas tanah yang akan dijadikan jaminan hutang pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan. Uraian mengenai jaminan harus dicantumkan secara mendetail. Misalnya, mengenai nomor sertifikat hak milik atas tanah, letak tanah, keadaan tanah, nama pemilik yang tertera dalam sertifikat hak milik atas tanah, serta nomor identifikasi bidang tanah;

f. Kewajiban bagi pihak debitur untuk tidak menjual, melepas, atau menjaminkan kembali jaminan yang berupa sertifikat hak milik atas tanah

tersebut kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe;

g. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memiliki hak berdasarkan kuasa yang diberikan oleh pihak debitur untuk melakukan penyitaan terhadap barang jaminan yang berupa sebidang tanah apabila dalam jangka waktu pembayaran kredit tersebut, debitur mengalami kemacetan pembayaran kredit dan penyimpangan penggunaan kredit yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe;

h. Kewajiban bagi ahli waris dari pihak debitur apabila debitur telah meninggal dunia dan kredit-kredit yang telah dipinjam dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe belum terbayar lunas;

i. Kedua belah pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum, jika perselisihan yang timbul dari perjanjian kredit tersebut tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Surat perjanjian kredit yang melibatkan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku pemberi kredit dan penerima kredit ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pihak penanggung dari debitur (biasanya suami/istri) juga turut wajib menandatangani surat perjanjian tersebut. Tujuan dari keikutsertaan pihak penanggung dalam perjanjian kredit ini adalah agar pihak suami/istri mengetahui perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak.

8. Tahap penandatanganan bukti pengeluaran kredit

Bukti pengeluaran kredit dikeluarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe pada saat pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

mengeluarkan kredit serta menyerahkannya secara langsung kepada debitur selaku penerima kredit. Di dalam surat bukti pengeluaran kredit ini wajib tertera

Dokumen terkait