• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik (Studi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik (Studi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bahsan,M. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Hale, H.R. Implementasi Kebijakan Perbankan dan Keuangan. Penerbit Prenada, Surabaya, 1999.

Harun, Badriyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta ,2010

Hasibuan, Melayu SP. Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara, 2008, Jakarta. HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2008.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Manulang, Rinto. Segala Hal Tentang Tanah Rumah dan Perizinannya, Buku Pintar,Suka Buku, Yogyakarta, 2011.

Rahman, Hasannudin. Aspek-aspek Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung, 1995.

Santoso,Urip. Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media Group, Jakarta 2010.

Satrio, J. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Sihombing, Jonker. Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah. PT. Alumni, Bandung, 2009, hal 46

Simorangkir, OP. Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986.

Sinungan, Muchdarsyah. Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit. Edisi pertama. Cetakan Kedelapan. Bumi Aksara. Jakarta, 1995.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2006.

(2)

Subekti,R. Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003

Suyatni, Thomas, Kelembagaan Perbankan. LPFE, Jakarta, 2002.

Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan. Edisi Baru. PT. Raja Gratindo Persada. Jakarta, 1995.

Tjitrosudibio, Subekti, , Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Staatsblad), Pradnya Paramita,Jakarta, 2006

Tjoekam, Moh. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. PT. Gramedia Pustka Utama. Jakarta, 1999

Untung, Budi. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005

Peraturan Perundang-undangan

Pemerintah Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Makalah/Artikel

(3)

Internet

Wawancara

(4)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN

A. Pengertian Jaminan, Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Jaminan

Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan Seminar Hukum

Jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional

Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Gadjah Mada tanggal 9 sampai

dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta menyimpulkan, bahwa istilah “hukum

jaminan” itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan maupun perorangan.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, pengertian hukum jaminan, melainkan

memberikan bentang lingkup dari istilah hukum jaminan itu, yaitu meliputi

jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan.

Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur

yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan

itu diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang

seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah

hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.30

jaminan.

Definisi ini

difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat

kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda

30

(5)

Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang

mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang

(pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan

yang berlaku saat ini.31

Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah

keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan

penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk

mendapatkan fasilitas kredit.32

Unsur-unsur yang tercantum di dalam definisi ini adalah :33 1. Adanya kaidah hokum

Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan

Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum. Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan nonbank. 3. Adanya jaminan

Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan imateriil merupakan jaminan non kebendaan.

31

M. Bahsan, Op.cit., hal. 3. 32

(6)

4. Adanya fasilitas kredit

Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan nonbank dapat memberikan kredit kepadanya.

Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila

debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan

kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak

mampu membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang

telah diberikannya.34

Objek kajian merupakan sasaran di dalam penyelidikan atau pengkajian

hukum jaminan. Objek itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu objek materiil dan

objek formal. Objek materiil, yaitu bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam

penyelidikannya. Objek materiil hukum jaminan adalah manusia. Objek formal,

yaitu sudut pandang tertentu terhadap objek materiilnya. Jadi objek formal hukum

jaminan adalah bagaimana subjek hukum dapat membebankan jaminannya pada

lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank. Pembebanan jaminan

merupakan proses, yaitu menyangkut prosedur dan syarat-syarat di dalam

pembebanan jaminan. Ruang lingkup kajian hukum jaminan meliputi jaminan

umum dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi 2 macam, yaitu

jaminan kebendaan dan perorangan. Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan

benda bergerak dan tidak bergerak. Yang termasuk dalam jaminan benda

34

(7)

bergerak, meliputi: gadai dan fidusia, sedangkan jaminan benda tidak bergerak,

meliputi hak tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun, hipotek, kapal laut dan

pesawat udara. Sedangkan jaminan perorangan meliputi: borg,

tanggung-menanggung (tanggung renteng), dan garansi bank.

B. Asas-Asas Hukum Jaminan dan Sumber Hukum Jaminan

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai

literatur tentang jaminan, maka ditemukan 5 (lima) asas penting dalam hukum

jaminan, sebagaimana dipaparkan berikut ini: 35

1. Asas publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syahbandar;

2. Asas specialitet, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atas atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu;

3. Asas tak dapat dibagi-bagi, yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian.

4. Asas inbezittstelling, yaitu barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai;

5. Asas horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi hak tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai

Sumber hukum adalah tempat dimana ditemukan hukum. Dalam hal ini,

hukum jaminan bersumber dari KUHPerdata. KUHPerdata sebagai terjemahan

(8)

dari Burgerlijk Wetboek merupakan kodifikasi hukum perdata material yang

diberlakukan pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi Jaminan secara

umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak

kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang

sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk

segala perikatannya. Dengan demikian, segala harta kekayaan debitur secara

otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjian utang

meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan. Terhadap jaminan ini

akan timbul masalah manakala seorang debitur memiliki lebih dari seorang

kreditur di mana masing-masing kreditur menginginkan haknya didahulukan.

Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang secara

khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan, fiducia,

gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut memiliki

hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil penjualan

benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan

terebut dapat diberikan kepada kreditur lain.

Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian

pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan

tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir,

maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula.36

Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU

Perbankan yang menyatakan bahwa :“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan

(9)

berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan

berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta

kesanggupan Nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan

pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”Jaminan pemberian

kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan

kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang

diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan

kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,

kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Dengan

demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah mempertimbangkan dua

faktor, yaitu :37

1. Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal sehingga apabila suatu hari nanti nasabah debitur melakukan wanprestasi (cedera janji), maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. 2. Marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat segera

dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur

Ketentuan dalam pasal-pasal buku II KUHPerdata yang mengatur

mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan

Belas sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232.

Dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut diatur mengenai piutang-piutang yang

diistimewakan, gadai, dan hipotek. Secara rinci materi kandungan

ketentuan-ketentuan huku m jaminan yang termuat dalam buku II KUHPerdata tersebut,

sebagai berikut:

37

(10)

1. Bab XIX: Tentang Piutang-Piutang Diistimewakan (Pasal 1131 sampai

dengan Pasal 1149); Bagian Kesatu tentang Piutang-Piutang yang

Diistimewakan Pada Umumnya (Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138);

Bagian Kedua tentang Hak-Hak Istimewa mengenai Benda-Benda

Tertentu (1139 sampai dengan Pasal 1148); Bagian ketiga atas Semua

Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Pada Umumnya (Pasal 1149);

2. Bab XX: Tentang Gadai (Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, Pasal

1161 dihapuskan).

3. Bab XXI: Tentang Hipotek (Pasal 1162 sampai dengan Pasaal 1232);

Bagian Kesatu tentang Ketentuan-Ketentuan Umum (Pasal 1162 sampai

dengan Pasal 1178); Bagian Kedua tentang Pembukuan-Pembukuan

Hipotek serta Bentuk Cara Pembukuannya (Pasal 1179 sampai dengan

Pasal 1194); Bagian Ketiga tentang Pencoretan Pembukuan (Pasal 1195

sampai dengan 1197); Bagian Keempat tentang Akibat-Akibat Hipotek

Terhadap Orang Ketiga yang menguasai benda yang dibebani (Pasal1198

sampai dengan Pasal 1208); Bagian Kelima tentang hapusnya Hipotek

(1209 sampai dengan Pasal 1220); Bagian Keenam tentang

Pegawai-Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek, Tanggung Jawab

Pegawai-Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek dan Hal

Diketahuinya Register-Register oleh Masyarakat (Pasal 1221 sampai

dengan Pasal 1232).Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang

(11)

beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tidak lagi menggu nakan

lembaga dan ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162

sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Sementara itu pembebanan

hipotek atas benda-benda tidak bergerak lainnya selain hak atas tanah

beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut

misalnya, tetap menggunakan lembaga dan ketentuan-ketentuan hipotek

sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232

KUHPerdata. Selain mengatur hak jaminan kebendaan, dalam

KUHPerdata diatur pula mengenai jaminan hak perseorangan, yaitu

penanggungan utang (borghtocht) dan perikatan tanggung-menanggu ng.

Jaminan hak perseorangan ini diatur ’’yaitu pada Titel Ketujuh Belas

dengan judul “Penanggungan Utang”, yang dimulai dari Pasal 1820

sampai dengan Pasal 1850.

Pasal-pasal tersebut mengatur mengenai pengertian dan sifat

penanggungan utang, akibat-akibat penanggungan utang antara debitur (yang

berutang) dan penjamin (penanggung) utang serta antara para penjamin hutang

dan hapusnya penanggu ngan utang. Secara rinci kandungan materi yang terdapat

dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Titel Ketujuh Belas Buku III

KUHPerdata sebagai berikut: Bab Ketujuh Belas tentang penanggu ngan utang

Bagian Kesatu tentang Sifat Penanggungan (Pasal 1820 sampai dengan Pasal

1830); Bagian Kedua tentang Penanggungan antara Debitur dan Penanggu ngan

(12)

Bagian Ketiga tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Debitur dan

Penanggung Utang dan Antara Penanggung Utang Sendiri (Pasal 1839 sampai

dengan Pasal 1844);Bagian Keempat tentang Hapusnya Penanggungan Utang

(Pasal 1845 sampai dengan Pasal 1850). Selain itu didalam Buku III KUHPerdata

juga diatur mengenai jaminan hak perseorangan lainnya, yaitu:

1. Perikatan Tanggung-menanggung (Perikatan Tanggung Renteng) sebagaimana

diatur dalam Titel Kesatu Bagian Kedelapan dari Pasal 1278 sampai dengan

Pasal 1295 di bawah judul “tentang Perikatan-Perikatan Tanggung Renteng

atau Perikatan-Perikatan Tanggung-menanggung”;

2. Pejanjian Garansi sebagaimana diatur dalam Pasal 1316 KUHPerdata. Dengan

demikian ketentuan-ketentuan hukum jaminan dalam KUHPerdata tidak hanya

bersumber kepada Buku II, melainkan juga bersumber kepada Buku III, yaitu

mengatur hak jaminan kebendaan dan hak jaminan perseorangan.

Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan yang dikenal dalam sistem

hukum Indonesia dikelompokkan menjadi :38

a. Menurut cara terjadinya, yaitu jaminan yang lahir karena undang-undang dan perjanjian;

b. Menurut sifatnya, yaitu jaminan yang bersifat kebendaan dan bersifat perorangan;

c. Menurut kewenangan menguasainya, yaitu jaminan yang menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya,

d. Menurut bentuk golongannya, yaitu jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus.

38

(13)

C. Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan

Jaminan dapat digolongkan menurut yang berlaku di Indonesia dan yang

berlaku di luar negeri. Dalam Pasal 24 UU Perbankan ditentukan bahwa “Bank

tidak akan memberikan kredit tanpa adanya jaminan”

Jenis-jenis jaminan menurut KUHPerdata merupakan sumber hukum

dalam bidang keperdataan yang mengatur jenis-jenis jaminan dan ada juga

beberapa peraturan erundang-undangan yang merupakan pembaruan dari

KUHPerdata. Terdapat bermacam-macam benda yang dapat dijadikan sebagai

objek jaminan kredit. Dalam salah satu penggolongan benda dijelaskan mengenai

benda bergerak dan benda tidak bergerak.Sesuai ketentuan undang-undang ada

bentuk jaminan yang berbeda sehingga analisis kredit harus mengetahui jenis

benda yang dapat dijadikan jaminan dan bentuk pengikatan atas benda itu.

Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi

berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan

yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.39

Adapun jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia

perbankan antara lain:40

1. Jaminan perorangan (Personal Guaranty)

Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang

menyebutkan dengan istilah jaminan immateriil. Pengertian jaminan perorangan

dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli. Sri Soedewi

Masjhoen Sofwan dalam Salim HS, mengartikan jaminan imateriil (perorangan)

39

(14)

adalah:“jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,

hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan

debitur umumnya.41

Pasal 1820 KUH Perdata jaminan peorangan disebut bahwa jaminan

perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan

pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si

berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Subekti mengemukakan

pendapatnya bahwa “oleh karena tuntutnya kreditur terhadap seorang penjamin

tidak diberikan suatu privilege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas

tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak

dipraktekkan dalam dunia perbankan.42

Jaminan yang bersifat perorangan, dapat berupa borgtogh (personal

guarentee) yang pemberi jaminannya adalah pihak ketiga secara perseorangan dan

jaminan perusahaan yang pemberi jaminannya adalah suatu badan usaha yang

berbadan hukum. Pelaksanaan perjanjian perorangan selalu dibuat oleh pihak

ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban membayar kredit tersebut, baik

diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur. Dengan adanya pihak ketiga

sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka

pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya tidak terlepas dari

ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata yang berbunyi “si berpiutang (pihak ketiga)

tidak wajib membayar kepada si berpiutang selain jika siberpiutang lalai,

41

Salim HS, Op Cit, hal. 217 42

(15)

sedangkan benda-benda si berpiutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual

untuk melunasi utangnya.43

Praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut.

Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan

langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank

lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi

kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda yang dimiliki

oleh debitur tidak Marketable seperti yang diharapkan.44

Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat

melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan

kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan

kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan

kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi : “Si

penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain

jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu

disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”

2. Jaminan kebendaan

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi :

a. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam

atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk

43

(16)

melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai

dengan yang diperjanjikan.

b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan Bank Indonesia.Keyakinan menurut pasal tersebut sudah

merupakan jaminan bagi bank untuk memberikan kredit kepada nasabah

debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan, jaminan kebendaan

merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan.

Menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur yang

berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan

adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai

agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka

(23), yang berbunyi :“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah

Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud

dengan agunan atau jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan

tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan

diebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang

dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya

didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik,

petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak

wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan objek yang

(17)

Prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga

perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan

adalah benda benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat benda

jaminan yang baik adalah: 45

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu dapat dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya

Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam

menunjang pembangunan ekonomi. Karena itu keberadaan lembaga ini dapat

memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur.

(18)

BAB IV

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE

A. Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara

umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang

menjadi perbedaan hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang

ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit

secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman

oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah

untuk konsumtif atau produktif.

Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena

pendapatan terbesar bank berasal dari sektor tersebut baik dalam bentuk bunga,

provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

menentukan keuntungan dan kesinambungan usaha dari sebuah bank. Oleh karena

itu, pemberian kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari

perencanaan besarnya kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit,

analisis pemberian kredit, sampai kepada pengendalian atas kredit yang macet.

Sedemikian pentingnya aktivitas pemberian kredit dapat dilihat dari pendapat

Zulkarnain Sitompul (Sihombing, 2009:46) yang menyebutkan “pemberian kredit

(19)

menjadi penyebab bangkrutnya sebuah bank”. Pemberian kredit tersebut

umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, salah satunya yaitu

kredit dengan jaminan sertifikat hak milik.46

Untuk mendapatkan kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

seperti apa yang diharapkan, tentunya harus melihat beberapa bentuk dan syarat

pemberian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, dapat dibagi

menjadi beberapa tahap yaitu:47

1. Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit.

Tahapan ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi

beberapa kegiatan berikut:

46

Sihombing, Jonker. Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah. PT. Alumni, Bandung, 2009, hal 46

47

(20)

a. Kegiatan prakarsa permohonan kredit.

Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari

nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk permohonan kredit

baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit,

restrukturisasi maupun penyelesaian kredit. Permohonan kredit diajukan

secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang

memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon/calon nasabah

termasuk riwayat kreditnya pada bank lain. Pejabat pemrakarsa kredit

selanjutnya kemudian melakukan kegiatan pencarian informasi

selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon.

b. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit.

Data dan informasi yang diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisis

dan evaluasi tingkat risiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan

dalam format yang telah ditetapkan oleh bank dan disesuaikan dengan jenis

kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi

tentang identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, dan riwayat hubungan

bisnis dengan bank. Analisis kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa

kredit meliputi analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan

mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter

pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif

dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk

(21)

c. Perhitungan kebutuhan kredit.

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti

kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar

tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi

kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Apabila dipandang perlu

untuk mengetahui kepastian kredit yang dibutuhkan pemohon, bank dapat

meminta studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan atas beban biaya

pemohon.

d. Pembagian risiko kredit.

Upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, bank membagi risiko

tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi

kredit,asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.

e. Negoisasi kredit.

Setelah kegiatan-kegiatan diatas, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan,

kelemahan dan identifikasi risiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh

analisa kredit. Kesimpulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

pejabat pemrakarsa dapat menyimpulkan bahwa usaha debitur yang akan

dibiayai mempunyai kemampuan untu mengembalikan pinjaman, identifikasi

risiko-risiko yang akan mengancam kelangsungan usaha pemohon atau

merupakan titik kritis dari usaha yang akan dibiayai, serta melakukan

antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut yang dituangkan dalam syarat dan

ketentuan kredit. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan selanjutnya

(22)

2. Tahap pengajuan kredit

Kredit dengan jaminan sertifikat tanah seorang mendapatkan kredit harus

melengkapi syarat-syarat perjanjian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe, antara lain :

a. Surat identitas atau domisili dari yang bersangkutan adalah penduduk atau

warga setempat (KTP, SIM, atau Surat Identitas lainnya)

b. Surat izin usaha atau keterangan usaha yang formal blankonya sudah

disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Hal ini di

maksudkan agar calon anggota dan anggota luar biasa lebih cepat dalam

mengurus pengajuan permohonan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe.

c. Agunan asli atau jaminan yang dalam hal ini adalah sertifikat hak atas tanah

beserta bangunannya yang dijaminkan telah bersertifikat.

d. Tanda bukti pelunasan kredit yang lalu.

e. Khusus untuk calon debitur yang berpenghasilan tetap berlaku ketentuan lebih

lanjut diatur dengan ketentuan tambahan sebagai berikut48

1) Asli SK pengangkatan pegawai tetap atau SK pengangkatan pegawai

pertama, dan SK penetapan pangkat pegawai yang terakhir atau asli SK

pensiun bagi yang berstatus pensiunan.

2) Daftar perincian pegawai atau pensiunan yang telah dilegalisir oleh Kepala

kantor atau cabang kerja instansi yang bersangkutan.

48

(23)

3) Rekomendasi dari kepala kantor atau kepala cabang kerja ada instansi

yang bersangkutan.

4) Surat kuasa untuk memotong gaji.

5) Bukti-bukti lain jika diperlukan.

3. Tahap pemeriksaan kredit.

Tahap ini petugas dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe atau

survei melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan SKPP. Prinsip yang dipakai

dalam pemeriksaan atau menganalisis calon debitur merupakan pinsip pemberian

kredit yang mencakup Analisis 5’C yaitu Character (watak), Capacity

(kemampuan),Capital (modal), Condition (kondisi ekonomi) dan Collateral

(jaminan). Pemeriksaan di lapangan (on the spot). Kelima prinsip penilaian

tersebut tidak dimunculkan secara sendiri-sendiri dalam formulir pemeriksaan

tetapi sudah dimasukkan kedalam setiap aspek yang ada dalam formulir tersebut.

4. Tahap penilaian agunan

Tahap ini agunan yang diserahkan oleh calon debitur harus mempunyai

persyaratan ekonomis dan yuridis agar pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe tidak dirugikan. Adapun persyaratannya, yaitu :

a. Syarat ekonomis

1) Harus mempunyai nilai ekonomis

2) Dapat diperjual belikan secara bebas

3) Nilai ekonomis atau nilai pasar harus lebih besar

4) Mudah dipasarkan dan biaya pencairannya relatif murah

(24)

6) Kondisi dan lokasinya strategis

7) Tidak cepat rusak

8) Manfaat ekonomisnya lebih lama dari jangka waktu kredit yang

diberikan.

b. Syarat yuridis

1) Agunan sebaiknya milik calon debitur sendiri

2) Tidak dalam sengketa

3) Ada bukti pemilikan atau penguasaan

4) Belum dijaminkan kepada pihak lain

Pemeriksaan dan menilai agunan yang harus diperhatikan adalah :

a. Memeriksa agunan benda tetap (tanah yang diatasnya terdapat bangunan)

b. Pemeriksaan bangunan yang meliputi bentuk bangunan, rangka, atap,

dinding dan lantai bangunan.

c. Identitas bangunan yaitu yang menyangkut alamat agunan, bentuk dan

luas, batas-batas (bangunan kantor, rumah, toko, dan lain-lain).

d. Lokasi agunan dan lingkungaannya, yaitu strategis atau tidak, jauh

tidaknya dari tempat-tempat keramaian, mudah tidaknya diperjual belikan,

jauh dekatnya dengan jalan besar dan lain-lain.

e. Penaksiran.

Nilai taksiran barang agunan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu

a. Nilai Pasar Wajar (NPW).Nilai Taksiran Harga Lelang Sita (THLS)/Nilai

(25)

b. Pemilik agunan harus membutuhkan cap jempol atau tanda tangan pada

formulir kredit, dengan maksud agar pemilik agunan mengetahui dan

menyetujui bahwa kekayaannya telah dijadikan agunan kredit.

5. Tahap kesepakatan dalam kredit.

Jika permohonan tersebut ditolak, maka keputusan penolakan harus

disampaikan secara tertulis kepada si pemohon disertai alasan-alasan

penolakannya. Apabila permohonan kredit tersebut disetujui, maka keputusan PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk mengabulkan sebagian atau

keseluruhan harus diampaikan kepada si pemohon secara tertulis dalam bentuk

surat penegasan pemberian kredit. Biasanya merupakan pemberitahuan terlebih

dahulu mengenai syarat-syarat kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh si

debitur. Setelah permohonan tersebut memenuhi persyaratan, maka PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe membuat surat persetujuan prinsip-prinsip

untuk memberikan kredit. Mengenai jangka waktu, mulai dari permohonan kredit

sampai terealisasinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

diusahakan tidak terlalu lama yaitu kurang lebih satu minggu (7 hari), hal ini

dikarenakan keberadaan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk

memberikan pelayanan kredit dengan cara cepat dan mudah sehingga anggota dan

anggota luar biasa yang membutuhkan kredit dapat terealisasi sesuai dengan

kebutuhannya.

6. Tahap penandatanganan surat keputusan kredit (SKK)

Apabila pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe telah

(26)

maka selanjutnya akan dilakukan tahap penandatanganan surat keputusan kredit.

Surat keputusan kredit berisikan data umum tentang debitur serta persetujuan

pihak bank terhadap permohonan kredit dari debitur dengan ketentuan dan

syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Data umum dari debitur sebagai pemohon kredit adalah meliputi, nama debitur,

perusahaan, alamat, maksimum kredit, jangka waktu, tujuan penggunaan kredit,

suku bunga, ongkos-ongkos kredit, dan jaminan.

Syarat-syarat yang ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe dalam surat keputusan kredit tersebut mencakup 3 (tiga) syarat, yaitu

syarat penandatanganan perjanjian kredit, syarat penarikan kredit, dan

syarat-syarat lain. Syarat penandatanganan perjanjian kredit, memuat 3 (tiga) ketentuan

penting, yaitu pihak debitur telah menyetujui dengan menandatangani surat

keputusan kredit (SKK) dan menyerahkan kembali Surat Keputusan Kredit (SKK)

kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, pihak debitur wajib

menyerahkan surat-surat asli dari barang jaminan kepada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe, serta ketentuan bahwa perjanjian kredit akan dibuat

di bawah tangan. Ketentuan yang tercantum dalam syarat penarikan kredit adalah

perjanjian kredit telah ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit

dan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, serta pengikatan

jaminan telah dilengkapi. Syarat-syarat lain juga tercantum di dalam surat

keputusan kredit. Syarat-syarat lainnya adalah pihak debitur tidak diperbolehkan

menggunakan kredit menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

(27)

ditetapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang

bersangkutan. Surat keputusan kredit ini dibuat rangkap 2 (dua), serta

ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit dan pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe.

7. Tahap penandatanganan surat perjanjian kredit

Penandatanganan surat perjanjian kredit merupakan momentum yang sangat

penting dalam pemberian kredit oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe. Perjanjian kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak secara

khusus memuat kesepakatan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, yaitu

pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sebagai pemberi kredit dan

pihak debitur sebagai penerima kredit.

Surat perjanjian kredit memuat identitas kedua belah pihak. Pihak pertama

tercantum bahwa Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe bertindak

untuk dan atas nama PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sedangkan

pihak kedua tercantum bahwa nama debitur bertindak untuk dan atas nama diri

sendiri dan telah mendapat persetujuan dari pihak suami/isteri. Para pihak sepakat

untuk mengadakan perjanjian kredit dengan syarat dan ketentuan yang sudah

disetujui oleh kedua belah pihak. Adapun syarat dan ketentuantersebut, meliputi:

a. Persetujuan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

memberikan pinjaman kepada debitur dan kewajiban debitur untuk

melunasi segala pinjaman uang/fasilitas kredit, berikut bunga serta biaya

(28)

b. Kewajiban debitur untuk pembayaran angsuran setiap bulannnya dengan

bunga yang telah ditentukan, serta pembayaran denda apabila terjadi

keterlambatan pembayaran hutang. Selain pembayaran angsuran, debitur

juga dibebankan biaya administrasi yang dihitung dari besarnya jumlah

pinjaman;

c. Jangka waktu pembayaran hutang, yaitu kapan dimulainya pembayaran

hutang tahap pertama sampai dengan batas akhir pembayaran hutang oleh

pihak debitur;

d. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku kreditur memiliki

hak untuk melakukan penagihan hutang berikut bunga, denda, serta biaya

lainnya apabila pihak debitur menggunakan pinjaman tersebut

menyimpang dari tujuan penggunaannya dan apabila debitur melalaikan

pemenuhan terhadap kewajibannya;

e. Uraian lengkap mengenai jaminan yang berupa sertifikat hak milik atas

tanah yang akan dijadikan jaminan hutang pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan. Uraian mengenai

jaminan harus dicantumkan secara mendetail. Misalnya, mengenai nomor

sertifikat hak milik atas tanah, letak tanah, keadaan tanah, nama pemilik

yang tertera dalam sertifikat hak milik atas tanah, serta nomor identifikasi

bidang tanah;

f. Kewajiban bagi pihak debitur untuk tidak menjual, melepas, atau

(29)

tersebut kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dari PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe;

g. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memiliki hak berdasarkan

kuasa yang diberikan oleh pihak debitur untuk melakukan penyitaan

terhadap barang jaminan yang berupa sebidang tanah apabila dalam jangka

waktu pembayaran kredit tersebut, debitur mengalami kemacetan

pembayaran kredit dan penyimpangan penggunaan kredit yang diberikan

oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe;

h. Kewajiban bagi ahli waris dari pihak debitur apabila debitur telah

meninggal dunia dan kredit-kredit yang telah dipinjam dari PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe belum terbayar lunas;

i. Kedua belah pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum, jika

perselisihan yang timbul dari perjanjian kredit tersebut tidak dapat

diselesaikan secara kekeluargaan. Surat perjanjian kredit yang melibatkan

pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku pemberi

kredit dan penerima kredit ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pihak

penanggung dari debitur (biasanya suami/istri) juga turut wajib

menandatangani surat perjanjian tersebut. Tujuan dari keikutsertaan pihak

penanggung dalam perjanjian kredit ini adalah agar pihak suami/istri

mengetahui perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak.

8. Tahap penandatanganan bukti pengeluaran kredit

Bukti pengeluaran kredit dikeluarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

(30)

mengeluarkan kredit serta menyerahkannya secara langsung kepada debitur selaku

penerima kredit. Di dalam surat bukti pengeluaran kredit ini wajib tertera

mengenai, nomor surat perjanjian pinjaman atau surat perjanjian kredit, besarnya

pinjaman, biaya administrasi, biaya materai, sehingga akan diperoleh penerimaan

bersih kredit dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.

Penandatanganan surat bukti pengeluaran kredit ini dilakukan oleh bagian kasir

dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan dan pihak

debitur selaku peminjam.

9. Tahap penandatanganan bukti penerimaan barang jaminan

Saat debitur menyerahkan asli sertifikat hak milik atas tanah sebagai jaminan

kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, maka pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe wajib menyertakan surat bukti penerimaan

barang jaminan. Surat bukti penerimaan barang jaminan, memuat uraian secara

lengkap mengenai identitas dari tanah tersebut. Uraian tersebut meliputi, nomor

sertifikat hak milik atas tanah, gambar situasi atau surat ukur, luas tanah, letak

tanah, serta nama yang tercantum di dalam sertifikat tersebut.Surat bukti

penerimaan barang jaminan ditandatangani oleh Kepala PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe selaku penerima barang jaminan dan pihak debitur

selaku yang menyerahkan barang jaminan.

10.Tahap penandatanganan surat kuasa menjual

Surat kuasa menjual yang ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemberi

kuasa dan Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku penerima

(31)

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Kuasa yang diberikan adalah kuasa untuk

melakukan penjualan terhadap barangjaminan apabila pihak debitur mengalami

kemacetan sebanyak tiga kali berturut-turut dalam melakukan pembayaran hutang

atau kredit.

Di dalam surat kuasa menjual juga dicantumkan bahwa apabila terdapat sisa

dari hasil penjualan maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

berkewajiban untuk mengembalikannya kepada pihak debitur, sedangkan apabila

dari hasil penjualan tersebut ternyata masih belum mencukupi untuk memenuhi

sisa hutang dari pihak debitur, maka pihak debitur tidak dapat membebaskan

dirinya dari kewajiban tersebut. Pihak debitur tetap harus melakukan pembayaran

terhadap sisa hutang yang belum terbayar lunas.

11.Tahap pengikatan jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan APHT

Setelah pengecekan selesai dilakukan, maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe dan debitur melakukan penandatanganan perjanjian kredit.

Perjanjian kredit yang telah ditandatangani wajib dibawa ke kantor PPAT sebagai

dasar untuk pembuatan APHT. Penandatanganan APHT juga diikuti dengan

pendaftaran Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kabanjahe untuk

penerbitan sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan menjadi hak

penuh bagi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selama kredit yang

diberikan kepada debitur masih berjalan atau belum terlunasi; Berdasarkan

prosedur pemberian kredit tersebut di atas, menunjukkan bahwa semua unsur yang

disyaratkan dalam formula 5C’s dan 7P tidak seluruhnya diterapkan oleh PT.

(32)

debitur dalam mengajukan permohonan kredit yang menggunakan barang jaminan

berupa sertifikat hak milik atas tanah.

Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe lebih menitikberatkan

pada 3 (tiga) unsur dalam formula 5C’s yaitu character, capacity, capital dan

collateral dan 5 (lima) unsur dalam formula 7P, yaitu personality (kepribadian

debitur), party (klasifikasi debitur), perpose (tujuan pengambilan kredit), payment

(kemampuan pembayaran), protection (perlindungan usaha dan jaminan).Hal ini

terbukti dari adanya tahap pengisian formulir permohonan kredit dan tahap

analisis pemberian kredit yang merupakan implementasi dari unsur character,

capacity, personality, party, perpose, dan payment. Kedua tahap tersebut

memberikan suatu gambaran bagaimana karakter dan kepribadian debitur,

kemampuan membayar dari debitur yang mengajukan permohonan kredit, tujuan

permohonan kredit, serta klasifikasi debitur berdasarkan sejarah masa lampau

pinjaman. Unsur lainnya yang diutamakan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe adalah unsur collateral dan protection. Unsur ini merupakan

implementasi dari tahap pengecekan jaminan, tahap penandatanganan bukti

penerimaan barang jaminan, tahap penandatanganan surat kuasa menjual, serta

tahap pengikatan jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan APHT.

Tahap tersebut menunjukkan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe telah melakukan pengecekan dan melakukan suatu upaya perlindungan

terhadap jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang akan dijadikan jaminan

kredit oleh pihak debitur. Pemberian fasilitas kredit dengan jaminan sertifikat hak

(33)

cukup besar. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, menjelaskan bahwa tidak semua pemberian

kredit yang dijaminkan dengan sertifikat hak milik atas tanah dikategorikan

dengan pemberian kredit dalam jumlah yang besar. PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe menerima jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan

permohonan kredit di bawah Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah). Kredit ini

diberikan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.

Suatu kredit dikatakan selesai apabila telah memenuhi kewajibannya untuk

melunasi hutang-hutangnya. Untuk itu sebagai langkah akhir dari pelaksanaan

kredit ini adalah pengembalian kredit yang telah diberikan berupa pengembalian

hutang pokok dan pembayaran bunga yang telah diberikan

Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban debitur untuk

membayar kembali hutangnya kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe yang berakibat berakhirnya ikatan perjanjian kredit antara kedua belah

pihak tersebut. Sehingga dengan adanya pelunasan kredit maka pelaksanaan kredit

tersebut berakhir.

Kredit yang dilunasi sebelum jatuh tempo, bunga akan dihitung dengan

menutup bunga pada bulan yang bersangkutan ditambah dengan bunga bulan

berikutnya. Apabila debitur tidak dapat melunasi atau tidak dapat mengangsur

hutangnya serta terlambat dalam angsuran kreditnya sesuai dengan Pasal 2, maka

dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari calon debitur diwajibkan

(34)

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe mempunyai hak untuk menagih hutang

beserta bunga, denda dan ongkos-ongkos lain, apabila :49

a. Debitur tidak dapat memenuhi kewajiban membayar angsuran pokok, bunga,

denda dan ongkos-ongkos lainnya.

b. Debitur meninggal dunia, kecuali para ahli waris yang meninggal dunia

tersebut dapat memenuhi kewajibannya menurut undang-undang.

c. Kekayaan yang dimiliki debitur seluruhnya atau sebagian disita oleh pihak

lain.

d. Debitur yang menurut perhitungan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe tidak cukup memenuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit Hak tanggungan dalam

hal ini adalah sertifikat hak atas tanah yang diserahkan calon debitur sebagai

jaminan kredit kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.

Menyerahkan agunan berupa tanah atau tanah berikut bangunan, tanaman dan

hasil karya telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan

tanah tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah, yang

diuraikan sebagai berikut SHM / SHGB / SHGU / Petok D / Girik / Letter C /

Kepemilikan Tanah. Atas penyerahan agunan tersebut di atas di buatkan

SKMHT/dikat dengan Hak Tanggungan berdasarkan akta yang akan dibuat

kemudian/dibuatkan surat Pernyataan penyerahan agunan. Sehingga untuk

kredit yang kurang dari 50 juta tidak pernah di buat APHT dan juga tidak

49

(35)

didaftarkan. Pelaksanaan hak tanggungan sebagai jaminan kredit hanya

mengikatkan surat pengakuan hutang dan tidak mendapatkan APHT.

Setelah melalui tahapan-tahapan pelaksanaan pemberian kredit, maka secara

otomatis perjanjian kredit telah lahir setelah ditandatangani oleh kedua belah

pihak yaitu pihak debitur dan bank, dimana debitur sudah menerima penyerahan

uang atas pinjamannya dari pihak bank. Hal ini sesuai dengan sifat perjanjian itu

sendiri yaitu konsensuil obligatoir. Sifat konsensuil dari perjanjian itu ada setelah

tercapai kesepakatan diantara pihak bank dengan debitur yang dituangkan dalam

bentuk penandatanganan perjanjian kredit itu sendiri, sedangkan sifat obligatoir

terlihat dengan adanya hak dan kewajiban yang timbul karena adanya perjanjian

tersebut. Atas lahirnya perjanjian kredit maka secara otomatis lahir pula hubungan

hokum antara keduanya yaitu nasabah debitur dan pihak bank sebagai kreditur.

Hubungan hukum pada perjanjian itu mengawali adanya hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak yang berbeda satu sama lainnya. Bagi pihak bank kewajiban

yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula

sebaliknya.

B. Kendala dan Upaya dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Analisis 5 C’s merupakan faktor penting dalam setiap keputusan atas

permohonan kredit, jadi setiap permohonan kredit harus melalui tahap penilaian

kredit yang berupa analisis 5 C’s. Mengingat kondisi ekonomi dan moneter

menimbulkan dilema bagi Bank. Disatu pihak terdapat desakan yang makin

(36)

desakan apapun Bank memang harus menempatkan dananya dalam aktiva yang

menghasilkan bunga, jika tidak Bank akan mengalami kerugian karena tetap harus

membayar biaya bunga kepada para nasabah penyimpan dana. Penempatan dalam

aktiva yang menghasilkan (earning assets) sebenarnya banyak macamnya akan

tetapi bankir tetap mengalami tekanan untuk menyalurkan dalam bentuk fasilitas

kredit kepada para debitur.

Kredit pada satu sisi memberikan harapan berupa pendapatan bunga

pinjaman tetapi harus selalu diingat bahwa pada sisi lain kredit mengandung

risiko. Jenis risiko kredit yang mempengaruhi kelancaran kredit, menurut Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu:50 1. Risiko bisnis

Risiko yang terdapat dalam usaha misalnya jenis bidang usaha, persaingan,

fluktuasi harga/kurs, perubahan selera konsumen, perubahan ketentuan dan

sebagainya.

2. Risiko operasional

Risiko yang terjadi dalam pelaksanaan misalnya kesulitan memperoleh bahan,

SDM yang tidak memadai, faktor jarak, perubahan iklim dan sebagainya.

3. Risiko finansial

Risiko yang terjadi dalam masalah keuangan misalnya pengelolaan keuangan

yang tidak baik, administrasi keuangan yang kacau dan sebagainya.

Kendala dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan sertifikat ak

50

(37)

milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain :51

1. Debitur belum mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi dalam perjanjian

kredit di bank.

2. Debitur tidak membawa persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak bank.

3. Kurang lengkapnya persyaratan dari calon debitur yang akan mengajukan

kredit, sehingga memperlambat proses pemberian kredit.

4. Penilaian karakter dari calon debitur tersebut, apakah debitur tersebut

mempunyai karakter baik atau tidak

5. Terlambatnya pelaporan kepada BI dan kadang terdapat kesalahan dalam

memasukan data nasabah

Upaya dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan sertifikat hak

milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu:52

1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memberikan informasi

kepada debitur secara jelas mengenai persyaratan yang harus dilengkapi oleh

debitur.

2. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe lebih mengetahui lagi

karakter dari calon debitur yang akan mengajukan kredit dengan cara

wawancara pada debitur mengenai usaha yang dijalaninya

3. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ialah memperbaiki

sistem akses agar pelaporan pada BI lebih lancer lagi dan memeriksa ulang

data nasabah yang sudah dimasukan agar tidak terjadi kesalahan

51

Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015

52

(38)

Kendala dalam analisis pemberian kredit pada

PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe

yang menyebabkan penggunaan 5 C’s dalam

analisis pemberian kredit tidak dapat dilaksanakan secara optimal:

53

1.

Penilaian terhadap watak

(character)

debitur. Untuk menilai watak

(character)

seorang calon debitur dibutuhkan waktu yang cukup

lama, karena menilai watak dan kepribadian seseorang membutuhkan

kejelian dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan istink atau

naluri.

2.

Batasan jangka waktu yang diberikan oleh Manajemen Bank bagi

melakukan analisis kredit. Analisis yang dilakukan terhadap

permohonan kredit sangat banyak dan kompleks, sementara waktu

yang diberikan terbatas, sehingga mengakibatkan analisis penilaian

kredit menjadi kurang optimal.

Ada beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya tunggakan kredit :54 a. Faktor intern dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe antara lain:

2) Kesalahan dalam penilaian dan pemberian keputusan tentang kredit.

53

Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015

54

(39)

3) Kelemahan dalam hal pembinaan maupun pengawasan yang meminjam

kredit.

b. Dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sendiri ketidaklancaran

atau tunggakan kredit disebabkan oleh:

Faktor ekstern dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

1) Usaha debitur yang mengalami kemacetan atau kemunduran

2) Banyaknya saingan dalam bidang usaha yang ditekuni

3) Adanya musibah

c. Faktor Intern dari debitur

1) Kesengajaan dari debitur yang didorong oleh karakter yang tidak baik.

2) Penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuannya.

Beberapa upaya dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam

mengatasi atau menyelesaikan masalah tunggakan/kemacetan tersebut di atas

adalah :55

1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe membuat surat

peringatan yang kemudian dikirimkan kepada debitur yang bersangkutan.

2. Apabila tidak ada tanggapan mengenai surat peringatan yang telah dikirimkan

maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe langsung datang

ke rumah debitur yang bersangkutan agar dapat diselesaikan dengan cara

kekeluargaan.

3. Apabila penyelesaian kekeluargaan tidak dapat dilakukan, maka pihak PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat melakukan penagihan

55

(40)

melalui hukum. Hal ini merupakan langkah akhir, apabila tidak ada jalan

keluar lagi dan akan diproses di Pengadilan Negeri Kabanjahe dengan

didasarkan pada:

a. Debitur yang bersangkutan tidak mempunyai itikad baik (anggota dan

anggota luar biasa nakal).

b. Jumlah sisa kredit tidak terlalu kecil yang sengaja tidak dilunasi dan

karena hal ini pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat

menyerahkan pada pihak yang berwajib.

.

C. Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Penyelesaian kredit macet menurut Subekti, yaitu “Hal kelalaian atau

wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi,

yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki

pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek”. 56

56

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal 147 Cara pemberian

teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah diatur dalam Pasal 1238 KUH

Perdata yang menentukan bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau

dengan akta atau sejenisnya. Yang dimaksud dengan surat perintah dalam pasal

tersebut adalah peringatan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang

(41)

maupun telegram yang tujuannya sama yakni untuk member peringatan kepada

debitur untuk memenuhi prestasinya. Penanganan kredit macet selanjutnya yaitu

dengan upaya yang ditentukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/ 4/

BPPP tanggal 29 Mei 1993, melalui beberapa cara yaitu:

1. Penjadwalan kembali (rechedulling), yaitu perubahan syarat kredit yang

menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak

menyangkut perubahan maksimum saldo.

3. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-syarat kredit

menyangkut: Penanaman atau penambahan dana bank dan/atau konversi

seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan/atau

konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam

perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali dan/ atau persyaratan

kembali.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian wanprestasi dalam

perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe ditemukan beberapa permasalahan yang timbul

dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang menimbulkan

wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain : 57

57

(42)

1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe cukup kesulitan untuk

melakukan pengawasan secara langsung. Hal tersebut disebabkan banyaknya

debitur yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat

menimbulkan masalah tersendiri bagi debitur, sehingga pada akhirnya

debiturakan kesulitan melunasinya.

2. Pihak debitur biasanya mempersulit untuk menyerahkan barang jaminannya,

apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak

PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, misalnya saja barang jaminan

tersebut ternyata digadaikan.

4. Pihak debitur tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak

penyitaan dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Kabanjahe telah diselesaikan melalui 3R yaitu rescheduling

atau penjadwalan kembali, reconditioning atau persyaratan kembali, dan

restructuring atau penataan kembali. Rescheduling yang dilakukan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu berupa perubahan jadwal pembayaran

kredit anggota KSM yang wanprestasi. Reconditioning yang dilakukan oleh

BKM yaitu penambahan jangka waktu pelunasan kredit untuk debitur yang

wanprestasi. Restrukturing dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe tidak melalui pemberian tambahan kredit namun melalui penjadwalan

kembali kredit serta persyaratan kembali kredit. Spesifikasi upaya penyelesaian

wanprestasi yang telah dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

(43)

perjanjian wanprestasi yang disebabkan kerena debitur gagal usaha yaitu

mengingatkan bahwa kredit telah mencapai batas waktu pemenuhannya serta

tetap melakukan penagihan, dan memberikan perpanjangan waktu kredit.

Wanprestasi yang disebabkan karena debitur meninggal dunia oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tetap dilakukan penagihan yaitu

melakukan pemberitahuan kepada ahli waris serta tetap melakukan penangihan.

Wanprestasi yang terjadi karena debitur berkarakter buruk, upaya PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mengingatkan dengan pemberian

teguran cukup keras serta diberikan penambahan batas waktu serta untuk

selanjutnya tidak akan mendapatkan bantuan kredit lagi. Wanprestasi yang terjadi

dikarenakan usaha debitur kurang lancar upaya PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe yaitu memberikan perpanjangan waktu serta mengingatkan

dan terus menagihnya sampai seluruh prestasi yang telah diperjanjikan dibayar

lunas. Wanprestasi yang terjadi karena debitur berpindah domisili upaya PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mamberikan perpanjangan

waktu kredit dan tetap menangih prestasi kepada yang bersangkutan dengan

hubungan telekomunikasi.

Terjadinya wanprestasi ini membuat PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe melakukan perubahan atas isi perjanjian kredit untuk calon debitur. Isi

perjanjian kredit ini bila ditelaah dapat memenuhi prinsip 5C, yang meliputi

penilaian karakter, penilaian kemampuan, penilaian permodalan, penilaian

jaminan, serta penilaian terhadap prospek usaha debitur. Perubahan yang

(44)

persyaratan bahwa setiap pembayaran uang angguran yang dilakukan oleh debitur

harus melebihi jumlah anggusan yang seharusnya dibayarkan untuk kemudian

kelebihan anggusuran ini ditabungkan sebagai jaminan ketika terdapat salah satu

anggota tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran

pinjaman.

Penyelesaian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kabanjahe sudah baik yaitu dengan penjadwalan dalam jangka waktu

angsuran, besarnya angsuran dan masa tenggang, persyaratan kembali tentang

penjadwalan kredit, penataan kembali yaitu penambahan kredit dan konversi

tunggakan bunga namun pihak kreditur perlu melakukan penyelesaian kredit

yaitu : 58

1. Pendekatan kredit yang bermasalah mendeteksi adanya kredit bermasalah,

tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah

plafond kredit atau tunggakan bunga.

2. Kredit dalam pengawasan khusus menyusun daftar kolektibilitas kredit.

3. Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat di tagih :

a. Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi dengan

mencantumkan alasan penghapusbukuan (daftar nama, agunan dan

penjelasan singkat).

b. Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui oleh

bank saja.

c. Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga bank

58

(45)

masih berhak menagih dan kreditur wajib membayar sampai lunas.

d. Agunan yang diambil alih wajib dilakukan penjualan segera sesuai

kesepakatan dengan debitur.

Langkah-langkah yang diambil oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe dengan cara pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan

secara preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe setelah melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi,

kemudian petugas akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan

pengarahan-pengarahan, bimbingan-bimbingan dan petunjuk-petunjuk tentang resiko yang

harus ditanggung dan denda yang dikenakan jika sampai terjadi keterlambatan

pembayaran angsuran atau penjelasan-penjelasan lainnya. Dengan usaha

pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan memancing debitur untuk berusaha

secara maksimal agar dapat membayar angsuran tepat pada waktunya.

Langkah pengamanan secara represif dilakukan oleh pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk menyelesaikan kredit-kredit yang

mengalami ketidak lancaran karena debitur wanprestasi, untuk menanggulangi

hal-hal tersebut dilakukan teguran-teguran untuk menagih tunggakan pembayaran

yaitu dengan tindakan-tindakan meliputi:

a. Surat peringatan

Di dalam surat peringatan ini terdapat tiga kali surat peringatan, yaitu surat

peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringatan III yang masing-masing

(46)

ke surat peringatan II selama tujuh hari begitupun dari surat peringatan II ke

surat peringatan III.

b. Surat somasi

Surat somasi diberikan kepada debitur jika surat peringatan yang ke III tidak

diindahkan juga oleh debitur.

c. Penyitaan

Jika debitur juga mengindahkan surat somasi yang diberikan pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berhak menyita barang jaminan milik

debitur untuk dilelang guna melunasi hutangnya, pelelangan tersebut oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dilakukan dengan dua (2) cara,

yaitu melalui Kantor Penyelesaian Perselisihan Piutang Negara (KP3N)

Kabanjahe atau sering disebut Kantor Lelang dan pelelangan bisa dilakukan

melalui jalur pengadilan. Selain itu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe mempunyai cara lain yaitu dengan cara ‘Hapus Buku’. Hapus Buku

ialah objek yang dijaminkan secara langsung akan menjadi milik kreditur

tanpa adanya lelang melalui Pengadilan maupun Kantor Lelang, dan secara

langsung pula hutang debitur yang ada pada kreditur dihilangkan dan

dianggap lunas.

Apabila setelah bank berusaha melalui upaya prefentif namun akhirnya

kredit yang telah dikeluarkannya menjadi kredit yang bermasalah, maka bank

akan menggunakan upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-mula akan

(47)

penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan atau walaupun sudah dilakukan tetapi

tidak membawa hasil, maka bank akan menempuh upaya penagihan kredit

1. Penyelesaian kredit macet secara damai

Penyelesaian kredit macet secara damai dilakukan terhadap debitur yang

masih mempunyai itikad baik kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya

Penyelesaian kredit secara damai antara lain meliputi :

a. Keringanan tunggakan bunga dan/atau denda.

b. Penjualan sebagian atau seluruh agunan secara di bawah tangan oleh

debitur atau pemilik agunan untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban

debitur.

c. Pengambil alihan aset debitur oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Kabanjahe untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitur

2. Penyelesaian melalui jalur hukum penyelesaian kredit macet melalui saluran

hukum atau bantuan dari pihak ketiga dilakukan apabila debitur tidak

kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya. Penyelesaian kredit macet

melalui saluran hukum antara lain:

a. Penyelesaian kredit macet melalui pengadilan negeri

Didahului dengan permohonan eksekusi atas jaminan sertifkat hak milik

oleh kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik kepada pengadilan.

Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf b UUHT dijelaskan bahwa titel

eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam

Pasal 14 UUHT dapat dijadikan dasar penjualan objek Hak Tanggungan

Referensi

Dokumen terkait

Bank Rakyat Indonesia Cabang Purwodadi, dan mengetahui kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak milik atas tanah dan cara

Kredit berfungsi sebagai dasar dari perjanjian kredit antara kreditur dan debitur. Kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen.. kepercayaan yang

Penyerahan ke KP2LN merupakan salah satu cara yang dipakai oleh Bank BRI dalam penyelesaian kredit yang macet, yang mana dalam penyelesaian ini dilakukan karena debitor dalam

Penyerahan ke KP2LN merupakan salah satu cara yang dipakai oleh Bank BRI dalam penyelesaian kredit yang macet, yang mana dalam penyelesaian ini dilakukan karena debitor dalam

Bunga kredit adalah balas jasa yang diberikan oleh nasabah kepada pihak bank.Menurut Kasmir dalam Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2000:7), bunga kredit adalah

KKB tidak hanya disalurkan oleh lembaga keuangan bank saja tetapi hampir 60 persen kredit kendaraan bermotor disalurkan oleh lembaga keuangan non-bank yang sering

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh Bank dan Perjanjian Kredit sebagai perjanjian pokok

Salah satu fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pahlawan Surabaya adalah kredit briguna karya payroll BRI yang memberikan