DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bahsan,M. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Hale, H.R. Implementasi Kebijakan Perbankan dan Keuangan. Penerbit Prenada, Surabaya, 1999.
Harun, Badriyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta ,2010
Hasibuan, Melayu SP. Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara, 2008, Jakarta. HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
Manulang, Rinto. Segala Hal Tentang Tanah Rumah dan Perizinannya, Buku Pintar,Suka Buku, Yogyakarta, 2011.
Rahman, Hasannudin. Aspek-aspek Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung, 1995.
Santoso,Urip. Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media Group, Jakarta 2010.
Satrio, J. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.
Sihombing, Jonker. Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah. PT. Alumni, Bandung, 2009, hal 46
Simorangkir, OP. Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986.
Sinungan, Muchdarsyah. Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit. Edisi pertama. Cetakan Kedelapan. Bumi Aksara. Jakarta, 1995.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2006.
Subekti,R. Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003
Suyatni, Thomas, Kelembagaan Perbankan. LPFE, Jakarta, 2002.
Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan. Edisi Baru. PT. Raja Gratindo Persada. Jakarta, 1995.
Tjitrosudibio, Subekti, , Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Staatsblad), Pradnya Paramita,Jakarta, 2006
Tjoekam, Moh. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. PT. Gramedia Pustka Utama. Jakarta, 1999
Untung, Budi. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005
Peraturan Perundang-undangan
Pemerintah Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790).
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Makalah/Artikel
Internet
Wawancara
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN
A. Pengertian Jaminan, Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Jaminan
Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,
zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan Seminar Hukum
Jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Gadjah Mada tanggal 9 sampai
dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta menyimpulkan, bahwa istilah “hukum
jaminan” itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan maupun perorangan.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, pengertian hukum jaminan, melainkan
memberikan bentang lingkup dari istilah hukum jaminan itu, yaitu meliputi
jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan.
Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur
yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan
itu diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang
seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah
hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.30
jaminan.
Definisi ini
difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat
kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda
30
Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang
mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang
(pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku saat ini.31
Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah
keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan
penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk
mendapatkan fasilitas kredit.32
Unsur-unsur yang tercantum di dalam definisi ini adalah :33 1. Adanya kaidah hokum
Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.
2. Adanya pemberi dan penerima jaminan
Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum. Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan nonbank. 3. Adanya jaminan
Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan imateriil merupakan jaminan non kebendaan.
31
M. Bahsan, Op.cit., hal. 3. 32
4. Adanya fasilitas kredit
Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan nonbank dapat memberikan kredit kepadanya.
Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila
debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan
kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak
mampu membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang
telah diberikannya.34
Objek kajian merupakan sasaran di dalam penyelidikan atau pengkajian
hukum jaminan. Objek itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu objek materiil dan
objek formal. Objek materiil, yaitu bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam
penyelidikannya. Objek materiil hukum jaminan adalah manusia. Objek formal,
yaitu sudut pandang tertentu terhadap objek materiilnya. Jadi objek formal hukum
jaminan adalah bagaimana subjek hukum dapat membebankan jaminannya pada
lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank. Pembebanan jaminan
merupakan proses, yaitu menyangkut prosedur dan syarat-syarat di dalam
pembebanan jaminan. Ruang lingkup kajian hukum jaminan meliputi jaminan
umum dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi 2 macam, yaitu
jaminan kebendaan dan perorangan. Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan
benda bergerak dan tidak bergerak. Yang termasuk dalam jaminan benda
34
bergerak, meliputi: gadai dan fidusia, sedangkan jaminan benda tidak bergerak,
meliputi hak tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun, hipotek, kapal laut dan
pesawat udara. Sedangkan jaminan perorangan meliputi: borg,
tanggung-menanggung (tanggung renteng), dan garansi bank.
B. Asas-Asas Hukum Jaminan dan Sumber Hukum Jaminan
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai
literatur tentang jaminan, maka ditemukan 5 (lima) asas penting dalam hukum
jaminan, sebagaimana dipaparkan berikut ini: 35
1. Asas publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syahbandar;
2. Asas specialitet, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atas atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu;
3. Asas tak dapat dibagi-bagi, yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian.
4. Asas inbezittstelling, yaitu barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai;
5. Asas horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi hak tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai
Sumber hukum adalah tempat dimana ditemukan hukum. Dalam hal ini,
hukum jaminan bersumber dari KUHPerdata. KUHPerdata sebagai terjemahan
dari Burgerlijk Wetboek merupakan kodifikasi hukum perdata material yang
diberlakukan pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi Jaminan secara
umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak
kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk
segala perikatannya. Dengan demikian, segala harta kekayaan debitur secara
otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjian utang
meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan. Terhadap jaminan ini
akan timbul masalah manakala seorang debitur memiliki lebih dari seorang
kreditur di mana masing-masing kreditur menginginkan haknya didahulukan.
Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang secara
khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan, fiducia,
gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut memiliki
hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil penjualan
benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan
terebut dapat diberikan kepada kreditur lain.
Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian
pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan
tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir,
maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula.36
Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU
Perbankan yang menyatakan bahwa :“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan Nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”Jaminan pemberian
kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang
diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan
kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Dengan
demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah mempertimbangkan dua
faktor, yaitu :37
1. Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal sehingga apabila suatu hari nanti nasabah debitur melakukan wanprestasi (cedera janji), maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. 2. Marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat segera
dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur
Ketentuan dalam pasal-pasal buku II KUHPerdata yang mengatur
mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan
Belas sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232.
Dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut diatur mengenai piutang-piutang yang
diistimewakan, gadai, dan hipotek. Secara rinci materi kandungan
ketentuan-ketentuan huku m jaminan yang termuat dalam buku II KUHPerdata tersebut,
sebagai berikut:
37
1. Bab XIX: Tentang Piutang-Piutang Diistimewakan (Pasal 1131 sampai
dengan Pasal 1149); Bagian Kesatu tentang Piutang-Piutang yang
Diistimewakan Pada Umumnya (Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138);
Bagian Kedua tentang Hak-Hak Istimewa mengenai Benda-Benda
Tertentu (1139 sampai dengan Pasal 1148); Bagian ketiga atas Semua
Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Pada Umumnya (Pasal 1149);
2. Bab XX: Tentang Gadai (Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, Pasal
1161 dihapuskan).
3. Bab XXI: Tentang Hipotek (Pasal 1162 sampai dengan Pasaal 1232);
Bagian Kesatu tentang Ketentuan-Ketentuan Umum (Pasal 1162 sampai
dengan Pasal 1178); Bagian Kedua tentang Pembukuan-Pembukuan
Hipotek serta Bentuk Cara Pembukuannya (Pasal 1179 sampai dengan
Pasal 1194); Bagian Ketiga tentang Pencoretan Pembukuan (Pasal 1195
sampai dengan 1197); Bagian Keempat tentang Akibat-Akibat Hipotek
Terhadap Orang Ketiga yang menguasai benda yang dibebani (Pasal1198
sampai dengan Pasal 1208); Bagian Kelima tentang hapusnya Hipotek
(1209 sampai dengan Pasal 1220); Bagian Keenam tentang
Pegawai-Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek, Tanggung Jawab
Pegawai-Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek dan Hal
Diketahuinya Register-Register oleh Masyarakat (Pasal 1221 sampai
dengan Pasal 1232).Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tidak lagi menggu nakan
lembaga dan ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162
sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Sementara itu pembebanan
hipotek atas benda-benda tidak bergerak lainnya selain hak atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut
misalnya, tetap menggunakan lembaga dan ketentuan-ketentuan hipotek
sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232
KUHPerdata. Selain mengatur hak jaminan kebendaan, dalam
KUHPerdata diatur pula mengenai jaminan hak perseorangan, yaitu
penanggungan utang (borghtocht) dan perikatan tanggung-menanggu ng.
Jaminan hak perseorangan ini diatur ’’yaitu pada Titel Ketujuh Belas
dengan judul “Penanggungan Utang”, yang dimulai dari Pasal 1820
sampai dengan Pasal 1850.
Pasal-pasal tersebut mengatur mengenai pengertian dan sifat
penanggungan utang, akibat-akibat penanggungan utang antara debitur (yang
berutang) dan penjamin (penanggung) utang serta antara para penjamin hutang
dan hapusnya penanggu ngan utang. Secara rinci kandungan materi yang terdapat
dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Titel Ketujuh Belas Buku III
KUHPerdata sebagai berikut: Bab Ketujuh Belas tentang penanggu ngan utang
Bagian Kesatu tentang Sifat Penanggungan (Pasal 1820 sampai dengan Pasal
1830); Bagian Kedua tentang Penanggungan antara Debitur dan Penanggu ngan
Bagian Ketiga tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Debitur dan
Penanggung Utang dan Antara Penanggung Utang Sendiri (Pasal 1839 sampai
dengan Pasal 1844);Bagian Keempat tentang Hapusnya Penanggungan Utang
(Pasal 1845 sampai dengan Pasal 1850). Selain itu didalam Buku III KUHPerdata
juga diatur mengenai jaminan hak perseorangan lainnya, yaitu:
1. Perikatan Tanggung-menanggung (Perikatan Tanggung Renteng) sebagaimana
diatur dalam Titel Kesatu Bagian Kedelapan dari Pasal 1278 sampai dengan
Pasal 1295 di bawah judul “tentang Perikatan-Perikatan Tanggung Renteng
atau Perikatan-Perikatan Tanggung-menanggung”;
2. Pejanjian Garansi sebagaimana diatur dalam Pasal 1316 KUHPerdata. Dengan
demikian ketentuan-ketentuan hukum jaminan dalam KUHPerdata tidak hanya
bersumber kepada Buku II, melainkan juga bersumber kepada Buku III, yaitu
mengatur hak jaminan kebendaan dan hak jaminan perseorangan.
Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan yang dikenal dalam sistem
hukum Indonesia dikelompokkan menjadi :38
a. Menurut cara terjadinya, yaitu jaminan yang lahir karena undang-undang dan perjanjian;
b. Menurut sifatnya, yaitu jaminan yang bersifat kebendaan dan bersifat perorangan;
c. Menurut kewenangan menguasainya, yaitu jaminan yang menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya,
d. Menurut bentuk golongannya, yaitu jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus.
38
C. Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan
Jaminan dapat digolongkan menurut yang berlaku di Indonesia dan yang
berlaku di luar negeri. Dalam Pasal 24 UU Perbankan ditentukan bahwa “Bank
tidak akan memberikan kredit tanpa adanya jaminan”
Jenis-jenis jaminan menurut KUHPerdata merupakan sumber hukum
dalam bidang keperdataan yang mengatur jenis-jenis jaminan dan ada juga
beberapa peraturan erundang-undangan yang merupakan pembaruan dari
KUHPerdata. Terdapat bermacam-macam benda yang dapat dijadikan sebagai
objek jaminan kredit. Dalam salah satu penggolongan benda dijelaskan mengenai
benda bergerak dan benda tidak bergerak.Sesuai ketentuan undang-undang ada
bentuk jaminan yang berbeda sehingga analisis kredit harus mengetahui jenis
benda yang dapat dijadikan jaminan dan bentuk pengikatan atas benda itu.
Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi
berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan
yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.39
Adapun jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia
perbankan antara lain:40
1. Jaminan perorangan (Personal Guaranty)
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang
menyebutkan dengan istilah jaminan immateriil. Pengertian jaminan perorangan
dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli. Sri Soedewi
Masjhoen Sofwan dalam Salim HS, mengartikan jaminan imateriil (perorangan)
39
adalah:“jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,
hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan
debitur umumnya.41
Pasal 1820 KUH Perdata jaminan peorangan disebut bahwa jaminan
perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan
pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si
berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Subekti mengemukakan
pendapatnya bahwa “oleh karena tuntutnya kreditur terhadap seorang penjamin
tidak diberikan suatu privilege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas
tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak
dipraktekkan dalam dunia perbankan.42
Jaminan yang bersifat perorangan, dapat berupa borgtogh (personal
guarentee) yang pemberi jaminannya adalah pihak ketiga secara perseorangan dan
jaminan perusahaan yang pemberi jaminannya adalah suatu badan usaha yang
berbadan hukum. Pelaksanaan perjanjian perorangan selalu dibuat oleh pihak
ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban membayar kredit tersebut, baik
diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur. Dengan adanya pihak ketiga
sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka
pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya tidak terlepas dari
ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata yang berbunyi “si berpiutang (pihak ketiga)
tidak wajib membayar kepada si berpiutang selain jika siberpiutang lalai,
41
Salim HS, Op Cit, hal. 217 42
sedangkan benda-benda si berpiutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual
untuk melunasi utangnya.43
Praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut.
Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan
langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank
lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi
kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda yang dimiliki
oleh debitur tidak Marketable seperti yang diharapkan.44
Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat
melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan
kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan
kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan
kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi : “Si
penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain
jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu
disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”
2. Jaminan kebendaan
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi :
a. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam
atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk
43
melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai
dengan yang diperjanjikan.
b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.Keyakinan menurut pasal tersebut sudah
merupakan jaminan bagi bank untuk memberikan kredit kepada nasabah
debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan, jaminan kebendaan
merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan.
Menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur yang
berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan
adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai
agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka
(23), yang berbunyi :“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah
Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud
dengan agunan atau jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan
tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan
diebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang
dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya
didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik,
petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak
wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan objek yang
Prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga
perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan
adalah benda benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat benda
jaminan yang baik adalah: 45
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya;
3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu dapat dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya
Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan ekonomi. Karena itu keberadaan lembaga ini dapat
memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur.
BAB IV
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE
A. Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang
menjadi perbedaan hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang
ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit
secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman
oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah
untuk konsumtif atau produktif.
Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena
pendapatan terbesar bank berasal dari sektor tersebut baik dalam bentuk bunga,
provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan dan kesinambungan usaha dari sebuah bank. Oleh karena
itu, pemberian kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari
perencanaan besarnya kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit,
analisis pemberian kredit, sampai kepada pengendalian atas kredit yang macet.
Sedemikian pentingnya aktivitas pemberian kredit dapat dilihat dari pendapat
Zulkarnain Sitompul (Sihombing, 2009:46) yang menyebutkan “pemberian kredit
menjadi penyebab bangkrutnya sebuah bank”. Pemberian kredit tersebut
umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, salah satunya yaitu
kredit dengan jaminan sertifikat hak milik.46
Untuk mendapatkan kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
seperti apa yang diharapkan, tentunya harus melihat beberapa bentuk dan syarat
pemberian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, dapat dibagi
menjadi beberapa tahap yaitu:47
1. Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit.
Tahapan ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi
beberapa kegiatan berikut:
46
Sihombing, Jonker. Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah. PT. Alumni, Bandung, 2009, hal 46
47
a. Kegiatan prakarsa permohonan kredit.
Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari
nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk permohonan kredit
baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit,
restrukturisasi maupun penyelesaian kredit. Permohonan kredit diajukan
secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang
memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon/calon nasabah
termasuk riwayat kreditnya pada bank lain. Pejabat pemrakarsa kredit
selanjutnya kemudian melakukan kegiatan pencarian informasi
selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon.
b. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit.
Data dan informasi yang diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisis
dan evaluasi tingkat risiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan
dalam format yang telah ditetapkan oleh bank dan disesuaikan dengan jenis
kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi
tentang identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, dan riwayat hubungan
bisnis dengan bank. Analisis kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa
kredit meliputi analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan
mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter
pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif
dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk
c. Perhitungan kebutuhan kredit.
Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti
kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi
kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Apabila dipandang perlu
untuk mengetahui kepastian kredit yang dibutuhkan pemohon, bank dapat
meminta studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan atas beban biaya
pemohon.
d. Pembagian risiko kredit.
Upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, bank membagi risiko
tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi
kredit,asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.
e. Negoisasi kredit.
Setelah kegiatan-kegiatan diatas, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan,
kelemahan dan identifikasi risiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh
analisa kredit. Kesimpulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
pejabat pemrakarsa dapat menyimpulkan bahwa usaha debitur yang akan
dibiayai mempunyai kemampuan untu mengembalikan pinjaman, identifikasi
risiko-risiko yang akan mengancam kelangsungan usaha pemohon atau
merupakan titik kritis dari usaha yang akan dibiayai, serta melakukan
antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut yang dituangkan dalam syarat dan
ketentuan kredit. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan selanjutnya
2. Tahap pengajuan kredit
Kredit dengan jaminan sertifikat tanah seorang mendapatkan kredit harus
melengkapi syarat-syarat perjanjian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe, antara lain :
a. Surat identitas atau domisili dari yang bersangkutan adalah penduduk atau
warga setempat (KTP, SIM, atau Surat Identitas lainnya)
b. Surat izin usaha atau keterangan usaha yang formal blankonya sudah
disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Hal ini di
maksudkan agar calon anggota dan anggota luar biasa lebih cepat dalam
mengurus pengajuan permohonan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe.
c. Agunan asli atau jaminan yang dalam hal ini adalah sertifikat hak atas tanah
beserta bangunannya yang dijaminkan telah bersertifikat.
d. Tanda bukti pelunasan kredit yang lalu.
e. Khusus untuk calon debitur yang berpenghasilan tetap berlaku ketentuan lebih
lanjut diatur dengan ketentuan tambahan sebagai berikut48
1) Asli SK pengangkatan pegawai tetap atau SK pengangkatan pegawai
pertama, dan SK penetapan pangkat pegawai yang terakhir atau asli SK
pensiun bagi yang berstatus pensiunan.
2) Daftar perincian pegawai atau pensiunan yang telah dilegalisir oleh Kepala
kantor atau cabang kerja instansi yang bersangkutan.
48
3) Rekomendasi dari kepala kantor atau kepala cabang kerja ada instansi
yang bersangkutan.
4) Surat kuasa untuk memotong gaji.
5) Bukti-bukti lain jika diperlukan.
3. Tahap pemeriksaan kredit.
Tahap ini petugas dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe atau
survei melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan SKPP. Prinsip yang dipakai
dalam pemeriksaan atau menganalisis calon debitur merupakan pinsip pemberian
kredit yang mencakup Analisis 5’C yaitu Character (watak), Capacity
(kemampuan),Capital (modal), Condition (kondisi ekonomi) dan Collateral
(jaminan). Pemeriksaan di lapangan (on the spot). Kelima prinsip penilaian
tersebut tidak dimunculkan secara sendiri-sendiri dalam formulir pemeriksaan
tetapi sudah dimasukkan kedalam setiap aspek yang ada dalam formulir tersebut.
4. Tahap penilaian agunan
Tahap ini agunan yang diserahkan oleh calon debitur harus mempunyai
persyaratan ekonomis dan yuridis agar pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe tidak dirugikan. Adapun persyaratannya, yaitu :
a. Syarat ekonomis
1) Harus mempunyai nilai ekonomis
2) Dapat diperjual belikan secara bebas
3) Nilai ekonomis atau nilai pasar harus lebih besar
4) Mudah dipasarkan dan biaya pencairannya relatif murah
6) Kondisi dan lokasinya strategis
7) Tidak cepat rusak
8) Manfaat ekonomisnya lebih lama dari jangka waktu kredit yang
diberikan.
b. Syarat yuridis
1) Agunan sebaiknya milik calon debitur sendiri
2) Tidak dalam sengketa
3) Ada bukti pemilikan atau penguasaan
4) Belum dijaminkan kepada pihak lain
Pemeriksaan dan menilai agunan yang harus diperhatikan adalah :
a. Memeriksa agunan benda tetap (tanah yang diatasnya terdapat bangunan)
b. Pemeriksaan bangunan yang meliputi bentuk bangunan, rangka, atap,
dinding dan lantai bangunan.
c. Identitas bangunan yaitu yang menyangkut alamat agunan, bentuk dan
luas, batas-batas (bangunan kantor, rumah, toko, dan lain-lain).
d. Lokasi agunan dan lingkungaannya, yaitu strategis atau tidak, jauh
tidaknya dari tempat-tempat keramaian, mudah tidaknya diperjual belikan,
jauh dekatnya dengan jalan besar dan lain-lain.
e. Penaksiran.
Nilai taksiran barang agunan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
a. Nilai Pasar Wajar (NPW).Nilai Taksiran Harga Lelang Sita (THLS)/Nilai
b. Pemilik agunan harus membutuhkan cap jempol atau tanda tangan pada
formulir kredit, dengan maksud agar pemilik agunan mengetahui dan
menyetujui bahwa kekayaannya telah dijadikan agunan kredit.
5. Tahap kesepakatan dalam kredit.
Jika permohonan tersebut ditolak, maka keputusan penolakan harus
disampaikan secara tertulis kepada si pemohon disertai alasan-alasan
penolakannya. Apabila permohonan kredit tersebut disetujui, maka keputusan PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk mengabulkan sebagian atau
keseluruhan harus diampaikan kepada si pemohon secara tertulis dalam bentuk
surat penegasan pemberian kredit. Biasanya merupakan pemberitahuan terlebih
dahulu mengenai syarat-syarat kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh si
debitur. Setelah permohonan tersebut memenuhi persyaratan, maka PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe membuat surat persetujuan prinsip-prinsip
untuk memberikan kredit. Mengenai jangka waktu, mulai dari permohonan kredit
sampai terealisasinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
diusahakan tidak terlalu lama yaitu kurang lebih satu minggu (7 hari), hal ini
dikarenakan keberadaan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk
memberikan pelayanan kredit dengan cara cepat dan mudah sehingga anggota dan
anggota luar biasa yang membutuhkan kredit dapat terealisasi sesuai dengan
kebutuhannya.
6. Tahap penandatanganan surat keputusan kredit (SKK)
Apabila pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe telah
maka selanjutnya akan dilakukan tahap penandatanganan surat keputusan kredit.
Surat keputusan kredit berisikan data umum tentang debitur serta persetujuan
pihak bank terhadap permohonan kredit dari debitur dengan ketentuan dan
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Data umum dari debitur sebagai pemohon kredit adalah meliputi, nama debitur,
perusahaan, alamat, maksimum kredit, jangka waktu, tujuan penggunaan kredit,
suku bunga, ongkos-ongkos kredit, dan jaminan.
Syarat-syarat yang ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe dalam surat keputusan kredit tersebut mencakup 3 (tiga) syarat, yaitu
syarat penandatanganan perjanjian kredit, syarat penarikan kredit, dan
syarat-syarat lain. Syarat penandatanganan perjanjian kredit, memuat 3 (tiga) ketentuan
penting, yaitu pihak debitur telah menyetujui dengan menandatangani surat
keputusan kredit (SKK) dan menyerahkan kembali Surat Keputusan Kredit (SKK)
kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, pihak debitur wajib
menyerahkan surat-surat asli dari barang jaminan kepada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe, serta ketentuan bahwa perjanjian kredit akan dibuat
di bawah tangan. Ketentuan yang tercantum dalam syarat penarikan kredit adalah
perjanjian kredit telah ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit
dan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, serta pengikatan
jaminan telah dilengkapi. Syarat-syarat lain juga tercantum di dalam surat
keputusan kredit. Syarat-syarat lainnya adalah pihak debitur tidak diperbolehkan
menggunakan kredit menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
ditetapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang
bersangkutan. Surat keputusan kredit ini dibuat rangkap 2 (dua), serta
ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemohon kredit dan pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe.
7. Tahap penandatanganan surat perjanjian kredit
Penandatanganan surat perjanjian kredit merupakan momentum yang sangat
penting dalam pemberian kredit oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe. Perjanjian kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak secara
khusus memuat kesepakatan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, yaitu
pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sebagai pemberi kredit dan
pihak debitur sebagai penerima kredit.
Surat perjanjian kredit memuat identitas kedua belah pihak. Pihak pertama
tercantum bahwa Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe bertindak
untuk dan atas nama PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sedangkan
pihak kedua tercantum bahwa nama debitur bertindak untuk dan atas nama diri
sendiri dan telah mendapat persetujuan dari pihak suami/isteri. Para pihak sepakat
untuk mengadakan perjanjian kredit dengan syarat dan ketentuan yang sudah
disetujui oleh kedua belah pihak. Adapun syarat dan ketentuantersebut, meliputi:
a. Persetujuan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
memberikan pinjaman kepada debitur dan kewajiban debitur untuk
melunasi segala pinjaman uang/fasilitas kredit, berikut bunga serta biaya
b. Kewajiban debitur untuk pembayaran angsuran setiap bulannnya dengan
bunga yang telah ditentukan, serta pembayaran denda apabila terjadi
keterlambatan pembayaran hutang. Selain pembayaran angsuran, debitur
juga dibebankan biaya administrasi yang dihitung dari besarnya jumlah
pinjaman;
c. Jangka waktu pembayaran hutang, yaitu kapan dimulainya pembayaran
hutang tahap pertama sampai dengan batas akhir pembayaran hutang oleh
pihak debitur;
d. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku kreditur memiliki
hak untuk melakukan penagihan hutang berikut bunga, denda, serta biaya
lainnya apabila pihak debitur menggunakan pinjaman tersebut
menyimpang dari tujuan penggunaannya dan apabila debitur melalaikan
pemenuhan terhadap kewajibannya;
e. Uraian lengkap mengenai jaminan yang berupa sertifikat hak milik atas
tanah yang akan dijadikan jaminan hutang pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan. Uraian mengenai
jaminan harus dicantumkan secara mendetail. Misalnya, mengenai nomor
sertifikat hak milik atas tanah, letak tanah, keadaan tanah, nama pemilik
yang tertera dalam sertifikat hak milik atas tanah, serta nomor identifikasi
bidang tanah;
f. Kewajiban bagi pihak debitur untuk tidak menjual, melepas, atau
tersebut kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dari PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe;
g. PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memiliki hak berdasarkan
kuasa yang diberikan oleh pihak debitur untuk melakukan penyitaan
terhadap barang jaminan yang berupa sebidang tanah apabila dalam jangka
waktu pembayaran kredit tersebut, debitur mengalami kemacetan
pembayaran kredit dan penyimpangan penggunaan kredit yang diberikan
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe;
h. Kewajiban bagi ahli waris dari pihak debitur apabila debitur telah
meninggal dunia dan kredit-kredit yang telah dipinjam dari PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe belum terbayar lunas;
i. Kedua belah pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum, jika
perselisihan yang timbul dari perjanjian kredit tersebut tidak dapat
diselesaikan secara kekeluargaan. Surat perjanjian kredit yang melibatkan
pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku pemberi
kredit dan penerima kredit ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pihak
penanggung dari debitur (biasanya suami/istri) juga turut wajib
menandatangani surat perjanjian tersebut. Tujuan dari keikutsertaan pihak
penanggung dalam perjanjian kredit ini adalah agar pihak suami/istri
mengetahui perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak.
8. Tahap penandatanganan bukti pengeluaran kredit
Bukti pengeluaran kredit dikeluarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
mengeluarkan kredit serta menyerahkannya secara langsung kepada debitur selaku
penerima kredit. Di dalam surat bukti pengeluaran kredit ini wajib tertera
mengenai, nomor surat perjanjian pinjaman atau surat perjanjian kredit, besarnya
pinjaman, biaya administrasi, biaya materai, sehingga akan diperoleh penerimaan
bersih kredit dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Penandatanganan surat bukti pengeluaran kredit ini dilakukan oleh bagian kasir
dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yang bersangkutan dan pihak
debitur selaku peminjam.
9. Tahap penandatanganan bukti penerimaan barang jaminan
Saat debitur menyerahkan asli sertifikat hak milik atas tanah sebagai jaminan
kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, maka pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe wajib menyertakan surat bukti penerimaan
barang jaminan. Surat bukti penerimaan barang jaminan, memuat uraian secara
lengkap mengenai identitas dari tanah tersebut. Uraian tersebut meliputi, nomor
sertifikat hak milik atas tanah, gambar situasi atau surat ukur, luas tanah, letak
tanah, serta nama yang tercantum di dalam sertifikat tersebut.Surat bukti
penerimaan barang jaminan ditandatangani oleh Kepala PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe selaku penerima barang jaminan dan pihak debitur
selaku yang menyerahkan barang jaminan.
10.Tahap penandatanganan surat kuasa menjual
Surat kuasa menjual yang ditandatangani oleh pihak debitur selaku pemberi
kuasa dan Kepala PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku penerima
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe. Kuasa yang diberikan adalah kuasa untuk
melakukan penjualan terhadap barangjaminan apabila pihak debitur mengalami
kemacetan sebanyak tiga kali berturut-turut dalam melakukan pembayaran hutang
atau kredit.
Di dalam surat kuasa menjual juga dicantumkan bahwa apabila terdapat sisa
dari hasil penjualan maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
berkewajiban untuk mengembalikannya kepada pihak debitur, sedangkan apabila
dari hasil penjualan tersebut ternyata masih belum mencukupi untuk memenuhi
sisa hutang dari pihak debitur, maka pihak debitur tidak dapat membebaskan
dirinya dari kewajiban tersebut. Pihak debitur tetap harus melakukan pembayaran
terhadap sisa hutang yang belum terbayar lunas.
11.Tahap pengikatan jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan APHT
Setelah pengecekan selesai dilakukan, maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe dan debitur melakukan penandatanganan perjanjian kredit.
Perjanjian kredit yang telah ditandatangani wajib dibawa ke kantor PPAT sebagai
dasar untuk pembuatan APHT. Penandatanganan APHT juga diikuti dengan
pendaftaran Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kabanjahe untuk
penerbitan sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan menjadi hak
penuh bagi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selama kredit yang
diberikan kepada debitur masih berjalan atau belum terlunasi; Berdasarkan
prosedur pemberian kredit tersebut di atas, menunjukkan bahwa semua unsur yang
disyaratkan dalam formula 5C’s dan 7P tidak seluruhnya diterapkan oleh PT.
debitur dalam mengajukan permohonan kredit yang menggunakan barang jaminan
berupa sertifikat hak milik atas tanah.
Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe lebih menitikberatkan
pada 3 (tiga) unsur dalam formula 5C’s yaitu character, capacity, capital dan
collateral dan 5 (lima) unsur dalam formula 7P, yaitu personality (kepribadian
debitur), party (klasifikasi debitur), perpose (tujuan pengambilan kredit), payment
(kemampuan pembayaran), protection (perlindungan usaha dan jaminan).Hal ini
terbukti dari adanya tahap pengisian formulir permohonan kredit dan tahap
analisis pemberian kredit yang merupakan implementasi dari unsur character,
capacity, personality, party, perpose, dan payment. Kedua tahap tersebut
memberikan suatu gambaran bagaimana karakter dan kepribadian debitur,
kemampuan membayar dari debitur yang mengajukan permohonan kredit, tujuan
permohonan kredit, serta klasifikasi debitur berdasarkan sejarah masa lampau
pinjaman. Unsur lainnya yang diutamakan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe adalah unsur collateral dan protection. Unsur ini merupakan
implementasi dari tahap pengecekan jaminan, tahap penandatanganan bukti
penerimaan barang jaminan, tahap penandatanganan surat kuasa menjual, serta
tahap pengikatan jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan APHT.
Tahap tersebut menunjukkan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe telah melakukan pengecekan dan melakukan suatu upaya perlindungan
terhadap jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang akan dijadikan jaminan
kredit oleh pihak debitur. Pemberian fasilitas kredit dengan jaminan sertifikat hak
cukup besar. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, menjelaskan bahwa tidak semua pemberian
kredit yang dijaminkan dengan sertifikat hak milik atas tanah dikategorikan
dengan pemberian kredit dalam jumlah yang besar. PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe menerima jaminan sertifikat hak milik atas tanah dengan
permohonan kredit di bawah Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah). Kredit ini
diberikan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Suatu kredit dikatakan selesai apabila telah memenuhi kewajibannya untuk
melunasi hutang-hutangnya. Untuk itu sebagai langkah akhir dari pelaksanaan
kredit ini adalah pengembalian kredit yang telah diberikan berupa pengembalian
hutang pokok dan pembayaran bunga yang telah diberikan
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban debitur untuk
membayar kembali hutangnya kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe yang berakibat berakhirnya ikatan perjanjian kredit antara kedua belah
pihak tersebut. Sehingga dengan adanya pelunasan kredit maka pelaksanaan kredit
tersebut berakhir.
Kredit yang dilunasi sebelum jatuh tempo, bunga akan dihitung dengan
menutup bunga pada bulan yang bersangkutan ditambah dengan bunga bulan
berikutnya. Apabila debitur tidak dapat melunasi atau tidak dapat mengangsur
hutangnya serta terlambat dalam angsuran kreditnya sesuai dengan Pasal 2, maka
dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari calon debitur diwajibkan
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe mempunyai hak untuk menagih hutang
beserta bunga, denda dan ongkos-ongkos lain, apabila :49
a. Debitur tidak dapat memenuhi kewajiban membayar angsuran pokok, bunga,
denda dan ongkos-ongkos lainnya.
b. Debitur meninggal dunia, kecuali para ahli waris yang meninggal dunia
tersebut dapat memenuhi kewajibannya menurut undang-undang.
c. Kekayaan yang dimiliki debitur seluruhnya atau sebagian disita oleh pihak
lain.
d. Debitur yang menurut perhitungan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe tidak cukup memenuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit Hak tanggungan dalam
hal ini adalah sertifikat hak atas tanah yang diserahkan calon debitur sebagai
jaminan kredit kepada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Menyerahkan agunan berupa tanah atau tanah berikut bangunan, tanaman dan
hasil karya telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah, yang
diuraikan sebagai berikut SHM / SHGB / SHGU / Petok D / Girik / Letter C /
Kepemilikan Tanah. Atas penyerahan agunan tersebut di atas di buatkan
SKMHT/dikat dengan Hak Tanggungan berdasarkan akta yang akan dibuat
kemudian/dibuatkan surat Pernyataan penyerahan agunan. Sehingga untuk
kredit yang kurang dari 50 juta tidak pernah di buat APHT dan juga tidak
49
didaftarkan. Pelaksanaan hak tanggungan sebagai jaminan kredit hanya
mengikatkan surat pengakuan hutang dan tidak mendapatkan APHT.
Setelah melalui tahapan-tahapan pelaksanaan pemberian kredit, maka secara
otomatis perjanjian kredit telah lahir setelah ditandatangani oleh kedua belah
pihak yaitu pihak debitur dan bank, dimana debitur sudah menerima penyerahan
uang atas pinjamannya dari pihak bank. Hal ini sesuai dengan sifat perjanjian itu
sendiri yaitu konsensuil obligatoir. Sifat konsensuil dari perjanjian itu ada setelah
tercapai kesepakatan diantara pihak bank dengan debitur yang dituangkan dalam
bentuk penandatanganan perjanjian kredit itu sendiri, sedangkan sifat obligatoir
terlihat dengan adanya hak dan kewajiban yang timbul karena adanya perjanjian
tersebut. Atas lahirnya perjanjian kredit maka secara otomatis lahir pula hubungan
hokum antara keduanya yaitu nasabah debitur dan pihak bank sebagai kreditur.
Hubungan hukum pada perjanjian itu mengawali adanya hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak yang berbeda satu sama lainnya. Bagi pihak bank kewajiban
yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula
sebaliknya.
B. Kendala dan Upaya dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Analisis 5 C’s merupakan faktor penting dalam setiap keputusan atas
permohonan kredit, jadi setiap permohonan kredit harus melalui tahap penilaian
kredit yang berupa analisis 5 C’s. Mengingat kondisi ekonomi dan moneter
menimbulkan dilema bagi Bank. Disatu pihak terdapat desakan yang makin
desakan apapun Bank memang harus menempatkan dananya dalam aktiva yang
menghasilkan bunga, jika tidak Bank akan mengalami kerugian karena tetap harus
membayar biaya bunga kepada para nasabah penyimpan dana. Penempatan dalam
aktiva yang menghasilkan (earning assets) sebenarnya banyak macamnya akan
tetapi bankir tetap mengalami tekanan untuk menyalurkan dalam bentuk fasilitas
kredit kepada para debitur.
Kredit pada satu sisi memberikan harapan berupa pendapatan bunga
pinjaman tetapi harus selalu diingat bahwa pada sisi lain kredit mengandung
risiko. Jenis risiko kredit yang mempengaruhi kelancaran kredit, menurut Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu:50 1. Risiko bisnis
Risiko yang terdapat dalam usaha misalnya jenis bidang usaha, persaingan,
fluktuasi harga/kurs, perubahan selera konsumen, perubahan ketentuan dan
sebagainya.
2. Risiko operasional
Risiko yang terjadi dalam pelaksanaan misalnya kesulitan memperoleh bahan,
SDM yang tidak memadai, faktor jarak, perubahan iklim dan sebagainya.
3. Risiko finansial
Risiko yang terjadi dalam masalah keuangan misalnya pengelolaan keuangan
yang tidak baik, administrasi keuangan yang kacau dan sebagainya.
Kendala dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan sertifikat ak
50
milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain :51
1. Debitur belum mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi dalam perjanjian
kredit di bank.
2. Debitur tidak membawa persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak bank.
3. Kurang lengkapnya persyaratan dari calon debitur yang akan mengajukan
kredit, sehingga memperlambat proses pemberian kredit.
4. Penilaian karakter dari calon debitur tersebut, apakah debitur tersebut
mempunyai karakter baik atau tidak
5. Terlambatnya pelaporan kepada BI dan kadang terdapat kesalahan dalam
memasukan data nasabah
Upaya dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan sertifikat hak
milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu:52
1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memberikan informasi
kepada debitur secara jelas mengenai persyaratan yang harus dilengkapi oleh
debitur.
2. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe lebih mengetahui lagi
karakter dari calon debitur yang akan mengajukan kredit dengan cara
wawancara pada debitur mengenai usaha yang dijalaninya
3. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ialah memperbaiki
sistem akses agar pelaporan pada BI lebih lancer lagi dan memeriksa ulang
data nasabah yang sudah dimasukan agar tidak terjadi kesalahan
51
Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015
52
Kendala dalam analisis pemberian kredit pada
PT. Bank RakyatIndonesia Cabang Kabanjahe
yang menyebabkan penggunaan 5 C’s dalam
analisis pemberian kredit tidak dapat dilaksanakan secara optimal:
531.
Penilaian terhadap watak
(character)
debitur. Untuk menilai watak
(character)
seorang calon debitur dibutuhkan waktu yang cukup
lama, karena menilai watak dan kepribadian seseorang membutuhkan
kejelian dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan istink atau
naluri.
2.
Batasan jangka waktu yang diberikan oleh Manajemen Bank bagi
melakukan analisis kredit. Analisis yang dilakukan terhadap
permohonan kredit sangat banyak dan kompleks, sementara waktu
yang diberikan terbatas, sehingga mengakibatkan analisis penilaian
kredit menjadi kurang optimal.
Ada beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya tunggakan kredit :54 a. Faktor intern dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe antara lain:
2) Kesalahan dalam penilaian dan pemberian keputusan tentang kredit.
53
Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015
54
3) Kelemahan dalam hal pembinaan maupun pengawasan yang meminjam
kredit.
b. Dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sendiri ketidaklancaran
atau tunggakan kredit disebabkan oleh:
Faktor ekstern dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
1) Usaha debitur yang mengalami kemacetan atau kemunduran
2) Banyaknya saingan dalam bidang usaha yang ditekuni
3) Adanya musibah
c. Faktor Intern dari debitur
1) Kesengajaan dari debitur yang didorong oleh karakter yang tidak baik.
2) Penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuannya.
Beberapa upaya dari PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam
mengatasi atau menyelesaikan masalah tunggakan/kemacetan tersebut di atas
adalah :55
1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe membuat surat
peringatan yang kemudian dikirimkan kepada debitur yang bersangkutan.
2. Apabila tidak ada tanggapan mengenai surat peringatan yang telah dikirimkan
maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe langsung datang
ke rumah debitur yang bersangkutan agar dapat diselesaikan dengan cara
kekeluargaan.
3. Apabila penyelesaian kekeluargaan tidak dapat dilakukan, maka pihak PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat melakukan penagihan
55
melalui hukum. Hal ini merupakan langkah akhir, apabila tidak ada jalan
keluar lagi dan akan diproses di Pengadilan Negeri Kabanjahe dengan
didasarkan pada:
a. Debitur yang bersangkutan tidak mempunyai itikad baik (anggota dan
anggota luar biasa nakal).
b. Jumlah sisa kredit tidak terlalu kecil yang sengaja tidak dilunasi dan
karena hal ini pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat
menyerahkan pada pihak yang berwajib.
.
C. Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Penyelesaian kredit macet menurut Subekti, yaitu “Hal kelalaian atau
wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi,
yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki
pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek”. 56
56
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal 147 Cara pemberian
teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah diatur dalam Pasal 1238 KUH
Perdata yang menentukan bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau
dengan akta atau sejenisnya. Yang dimaksud dengan surat perintah dalam pasal
tersebut adalah peringatan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang
maupun telegram yang tujuannya sama yakni untuk member peringatan kepada
debitur untuk memenuhi prestasinya. Penanganan kredit macet selanjutnya yaitu
dengan upaya yang ditentukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/ 4/
BPPP tanggal 29 Mei 1993, melalui beberapa cara yaitu:
1. Penjadwalan kembali (rechedulling), yaitu perubahan syarat kredit yang
menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.
2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo.
3. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-syarat kredit
menyangkut: Penanaman atau penambahan dana bank dan/atau konversi
seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan/atau
konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam
perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali dan/ atau persyaratan
kembali.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian wanprestasi dalam
perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe ditemukan beberapa permasalahan yang timbul
dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang menimbulkan
wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain : 57
57
1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe cukup kesulitan untuk
melakukan pengawasan secara langsung. Hal tersebut disebabkan banyaknya
debitur yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat
menimbulkan masalah tersendiri bagi debitur, sehingga pada akhirnya
debiturakan kesulitan melunasinya.
2. Pihak debitur biasanya mempersulit untuk menyerahkan barang jaminannya,
apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, misalnya saja barang jaminan
tersebut ternyata digadaikan.
4. Pihak debitur tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak
penyitaan dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kabanjahe telah diselesaikan melalui 3R yaitu rescheduling
atau penjadwalan kembali, reconditioning atau persyaratan kembali, dan
restructuring atau penataan kembali. Rescheduling yang dilakukan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu berupa perubahan jadwal pembayaran
kredit anggota KSM yang wanprestasi. Reconditioning yang dilakukan oleh
BKM yaitu penambahan jangka waktu pelunasan kredit untuk debitur yang
wanprestasi. Restrukturing dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe tidak melalui pemberian tambahan kredit namun melalui penjadwalan
kembali kredit serta persyaratan kembali kredit. Spesifikasi upaya penyelesaian
wanprestasi yang telah dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
perjanjian wanprestasi yang disebabkan kerena debitur gagal usaha yaitu
mengingatkan bahwa kredit telah mencapai batas waktu pemenuhannya serta
tetap melakukan penagihan, dan memberikan perpanjangan waktu kredit.
Wanprestasi yang disebabkan karena debitur meninggal dunia oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tetap dilakukan penagihan yaitu
melakukan pemberitahuan kepada ahli waris serta tetap melakukan penangihan.
Wanprestasi yang terjadi karena debitur berkarakter buruk, upaya PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mengingatkan dengan pemberian
teguran cukup keras serta diberikan penambahan batas waktu serta untuk
selanjutnya tidak akan mendapatkan bantuan kredit lagi. Wanprestasi yang terjadi
dikarenakan usaha debitur kurang lancar upaya PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe yaitu memberikan perpanjangan waktu serta mengingatkan
dan terus menagihnya sampai seluruh prestasi yang telah diperjanjikan dibayar
lunas. Wanprestasi yang terjadi karena debitur berpindah domisili upaya PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mamberikan perpanjangan
waktu kredit dan tetap menangih prestasi kepada yang bersangkutan dengan
hubungan telekomunikasi.
Terjadinya wanprestasi ini membuat PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe melakukan perubahan atas isi perjanjian kredit untuk calon debitur. Isi
perjanjian kredit ini bila ditelaah dapat memenuhi prinsip 5C, yang meliputi
penilaian karakter, penilaian kemampuan, penilaian permodalan, penilaian
jaminan, serta penilaian terhadap prospek usaha debitur. Perubahan yang
persyaratan bahwa setiap pembayaran uang angguran yang dilakukan oleh debitur
harus melebihi jumlah anggusan yang seharusnya dibayarkan untuk kemudian
kelebihan anggusuran ini ditabungkan sebagai jaminan ketika terdapat salah satu
anggota tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran
pinjaman.
Penyelesaian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe sudah baik yaitu dengan penjadwalan dalam jangka waktu
angsuran, besarnya angsuran dan masa tenggang, persyaratan kembali tentang
penjadwalan kredit, penataan kembali yaitu penambahan kredit dan konversi
tunggakan bunga namun pihak kreditur perlu melakukan penyelesaian kredit
yaitu : 58
1. Pendekatan kredit yang bermasalah mendeteksi adanya kredit bermasalah,
tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah
plafond kredit atau tunggakan bunga.
2. Kredit dalam pengawasan khusus menyusun daftar kolektibilitas kredit.
3. Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat di tagih :
a. Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi dengan
mencantumkan alasan penghapusbukuan (daftar nama, agunan dan
penjelasan singkat).
b. Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui oleh
bank saja.
c. Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga bank
58
masih berhak menagih dan kreditur wajib membayar sampai lunas.
d. Agunan yang diambil alih wajib dilakukan penjualan segera sesuai
kesepakatan dengan debitur.
Langkah-langkah yang diambil oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe dengan cara pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan
secara preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe setelah melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi,
kemudian petugas akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur.
Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan
pengarahan-pengarahan, bimbingan-bimbingan dan petunjuk-petunjuk tentang resiko yang
harus ditanggung dan denda yang dikenakan jika sampai terjadi keterlambatan
pembayaran angsuran atau penjelasan-penjelasan lainnya. Dengan usaha
pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan memancing debitur untuk berusaha
secara maksimal agar dapat membayar angsuran tepat pada waktunya.
Langkah pengamanan secara represif dilakukan oleh pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk menyelesaikan kredit-kredit yang
mengalami ketidak lancaran karena debitur wanprestasi, untuk menanggulangi
hal-hal tersebut dilakukan teguran-teguran untuk menagih tunggakan pembayaran
yaitu dengan tindakan-tindakan meliputi:
a. Surat peringatan
Di dalam surat peringatan ini terdapat tiga kali surat peringatan, yaitu surat
peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringatan III yang masing-masing
ke surat peringatan II selama tujuh hari begitupun dari surat peringatan II ke
surat peringatan III.
b. Surat somasi
Surat somasi diberikan kepada debitur jika surat peringatan yang ke III tidak
diindahkan juga oleh debitur.
c. Penyitaan
Jika debitur juga mengindahkan surat somasi yang diberikan pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berhak menyita barang jaminan milik
debitur untuk dilelang guna melunasi hutangnya, pelelangan tersebut oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dilakukan dengan dua (2) cara,
yaitu melalui Kantor Penyelesaian Perselisihan Piutang Negara (KP3N)
Kabanjahe atau sering disebut Kantor Lelang dan pelelangan bisa dilakukan
melalui jalur pengadilan. Selain itu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe mempunyai cara lain yaitu dengan cara ‘Hapus Buku’. Hapus Buku
ialah objek yang dijaminkan secara langsung akan menjadi milik kreditur
tanpa adanya lelang melalui Pengadilan maupun Kantor Lelang, dan secara
langsung pula hutang debitur yang ada pada kreditur dihilangkan dan
dianggap lunas.
Apabila setelah bank berusaha melalui upaya prefentif namun akhirnya
kredit yang telah dikeluarkannya menjadi kredit yang bermasalah, maka bank
akan menggunakan upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-mula akan
penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan atau walaupun sudah dilakukan tetapi
tidak membawa hasil, maka bank akan menempuh upaya penagihan kredit
1. Penyelesaian kredit macet secara damai
Penyelesaian kredit macet secara damai dilakukan terhadap debitur yang
masih mempunyai itikad baik kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya
Penyelesaian kredit secara damai antara lain meliputi :
a. Keringanan tunggakan bunga dan/atau denda.
b. Penjualan sebagian atau seluruh agunan secara di bawah tangan oleh
debitur atau pemilik agunan untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban
debitur.
c. Pengambil alihan aset debitur oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitur
2. Penyelesaian melalui jalur hukum penyelesaian kredit macet melalui saluran
hukum atau bantuan dari pihak ketiga dilakukan apabila debitur tidak
kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya. Penyelesaian kredit macet
melalui saluran hukum antara lain:
a. Penyelesaian kredit macet melalui pengadilan negeri
Didahului dengan permohonan eksekusi atas jaminan sertifkat hak milik
oleh kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik kepada pengadilan.
Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf b UUHT dijelaskan bahwa titel
eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam
Pasal 14 UUHT dapat dijadikan dasar penjualan objek Hak Tanggungan