• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh PUJI A. PURBA NIM : 100200366

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh PUJI A. PURBA

100200366

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof. Dr. Hasim Purba,S.H., M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof.Dr.Tan Kamello,.S.H,.M.S Puspa Melati Hasibuan, S.H.,M.Hum NIP. 196204211988031004 NIP. 196801281994032001

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : PUJI A. PURBA

NIM : 100200366

DEPARTEMEN : HUKUM PERDATA BW

JUDUL : SKRIPSI UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK

TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN

Dengan ini menyatakan

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang laian

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya

Medan, November 2016

Puji A. Purba

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... I

ABSTRAK ... II

KATA PENGANTAR ... III

DAFTAR ISI ... V

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH ... 7

1.3. TUJUAN PENELITIAN ... 7

1.4. MANFAAT PENELITIAN ... 8

1.5. KERANGKA TEORITIS ... 8

1.6. METODOLOGI PENULISAN ... 17

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT DAN JAMINAN ... 21

2.1. KREDIT ... 21

(5)

2.2. KREDIT MACET ... 34

2.3. JAMINAN KREDIT ... 42

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN ... 49

3.1.1. PENGERTIAN HAK TANGGUNGAN ... 49

3.1.2. KARAKTERISTIK HAK TANGGUNGAN ... 50

3.1.3. OBJEK DAN SUBJEK HAK TANGGUNGAN... 52

3.1.4. ASAS – ASAS HAK TANGGUNGAN ... 57

3.1.5. PROSES HAK TANGGUNGAN ... 63

3.1.6. BERAKHIRNYA HAK TANGGUNGAN ... 69

BAB IV UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN ... 71

4.1. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN ... 71

4.2. UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN ... 74 4.3. FAKTOR – FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB TERJADINYA

KREDIT MACET PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG

(6)

BAB V

SARAN ... 91 KESIMPULAN ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(7)

ABSTRAK Puji A. Purba *

Tan Kamelo**

Puspa Melati Hasibuan***

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Bank ialah, ‘ Badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam

masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembyaran dan peredaran uang.’ Sedangkan pengertian Kredit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri ialah, ‘ Pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.’ Dan menurut Achmad Anwari dalam bukunya yang berjudul Praktek Perbankan di Indonesia, pengeritian kredit yakni, ‘ Suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan

dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang dengan disertai suatu kontra prestasi (balas jasa) yang berupa bunga.’1

*Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Kredit sendiri adalah salah satu kegiatan vital dalam bank, pemberian kredit juga sebagai sektor pendapatan bank selain penyimpanan uang biasa.

Adapun permasalahan yang diangkat di dalam skripsi ini, adalah upaya – upaya bank dalam mennyelesaikan permasalah kredit macet yang terjadi dalam bank melalui hak tanggungan. Seperti, faktor – faktor apa penyebab kredit macet sendiri dan juga bagaimana suatu kredit dapat dinyatakan sebagai kredit macet dan proses hak tanggungan itu sendiri.

Metode penelitian yang dilakukan skripsi ini adalah dengan metode yuridis empiris, yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan ataupun data – data yang ada dalam praktik untuk selanjutnya dihubugkan dengan fakta yuridis.

Dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara observasi, yakni metode pengumpulan data berupa pengamatan yang sistematis dengan penulis mendatangi tempat lokasi penelitian, kedua dengan wawancara, yakni pengumpulan data dengan menghimpun data – data dengan menjalankan wawancara dengan tanya jawab langsung antara penulis dan pihak tempat penelitian. Dan yang terakhir dengan cara studi kepustakaan, yakni metode pengumpulan data – data yang dilakukan dengan cara mencari, dan mempelajari peraturan perudangan –

undangan dan data – data sekunder lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini merupakan, untuk mengenal lebih jauh bagaimana proses penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, dan juga untuk mengetahui hambatan – hambatan yyang ada dalam proses penyelesaian tersebut, yang mana, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi bahan masukan

pengembangan ilmu pengetahuan di Bidang Hukum Perdata mengenai penyelesaian kredit macet.

Kata Kunci : Bank, Kredit Macet, Hak Tanggungan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur yang sangat mendalam, penulis ucapkan kepada Tuhan YME, atas limpahan berkat yang berlimpah maka skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini berjudul “Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Mudan Medan”, ini penulis susun untuk melengkapi syarat kelulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis ucapkan terima kasih sedalam – dalam nya dalam bantuan pengerjaan penulisan skripsi ini, dari awal hingga akhir. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai Dosen Pembimbing II yang mana telah berkenan untuk meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum., Selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

7. Prof. Tan Kamelo, SH., MS., Selaku Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah berkenaan untuk

meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Zulkarnaen Purba, dan Hafisah Ade Ferdina, terima kasih atas segala kesabaran dalam segala hal serta dukungan yang tidak pernah habis, dan untuk ketiga kakak penulis, Budi Maria Anastasia Purba, SH., Kartika Mulia Ratih Purba, Amd, SE., dr. Cerah Wati Paskah Purba, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan.

9. My special grandfathers who seperated by blood but close by bond.

Jeremy Charles Robert Clarkson, Richard Mark Hammond, James Daniel May. Thank you very much for all knowledge about cars, engine, even history, some cooker pans and British jokes that i can’t never find in anywhere in the world. Someday if you all get a mission to bulid something or just touring in Indonesia, i would love to buy you all the liquid of encourangement. Named it.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan apa adanya penulis mohon maaf, demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan yang terpenting bermanfaat bagi para pembaca yang berkenan.Atas segala perhatiannya penulis ucapankan terima kasih.

Medan, November 2016

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyaluran kredit kepada masyarakat luas merupakan salah satu fungsi finansial perbankan untuk memperoleh laba. Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut.

Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.2

2 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumi, 1994), hal. 105- 106

Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapaat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”

Kredit yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko namun mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan pengertian Aktiva menurut Djarwanto PS, adalah sebagai berikut:

(11)

“Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk- bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sektor tertentu.”

Keberadaan kredit macet dalam dunia perbankan merupakan suatu penyakit kronis yang sangat mengganggu dan mengancam sistem perbankan Indonesia yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko namun mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.3

a. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Pemberian Kredit kepada calon nasabah ada beberap hal yang perlu diperhatikan oleh Bank, yaitu :

b. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan si calon debitor tersebut.

c. Wajib memenuhi cara – cara yang tidak merugikan bank amapun masyarakat.

d. Harus memperhatikan asas – asas kredit yang sehat.

(12)

Dalam mengantisipasi risiko kemacetan, bank menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang bilamana dikemudian hari debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan kredit merupakan jaminan akan pelunasan kredit yang diberikan kepada debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit. Benda yang paling umum dipergunakan sebagai jaminan dalam fasilitas pemberian kredit berupa tanah, sebab tanah pada umumnya mudah dijual dan secara ekonomis harganya terus meningkat dibandingkan dengan benda jaminan yang bukan tanah, dan tanah dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.4

Keberadaan jaminan merupakan salah satu persyaratan penting sebab dalam memberikan kredit, kreditur wajib memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Pentingnya masalah jaminan ini adalah karena setiap bank wajib menyelenggarakan sistem pengendalian yang baik untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah, sebab kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas - asas perkreditan yang sehat. Bahkan dalam praktek perbankan, ditetapkan prinsip pemberian kredit (pinjaman), yang melarang bank menanggung risiko akibat pemberian kredit, sehingga setiap pinjaman yang diberikan harus ada jaminannya.

Menurut Pasal 1 angka 23 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan :

“Jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitor kepada bank dalam rangka pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”

4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2003), Hlm. 419

(13)

Secara garis besar dikenal ada dua bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Dalam praktek jaminan yang paling sering digunakan adalah jaminan kebendaan yang salah satunya adalah tanah yang dijadikan jaminan atau disebut dengan Hak Tanggungan. Pemberian jaminan dengan Hak Tanggungan diberikan melalui Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang didahului dan/atau dengan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan bagian yang terpisah dari perjanjian kredit.

Dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata sendiri, menjadi dasar dari perjanjian kredit, yang didalamnya diatur ketentuan – ketentuan mengenai perjanjian pinjam – meminjam uang ataupun barang – barang yang habis karena pemakaian dan dipersyaratkan bahwa pihak yang berhutuang atau debitor akan mengembalikan pinjamanya kepada kreditor dalam jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Disebutkan bahwa perjanjian dapat disertai dengan bunga yang telah disepakati terlebih dahulu antara pihak – pihak yang terikat ataupun terkait.

Dengan mulai berlakunya Undang Undang No 4 Tahun 1996, merupakan satu satunya lembaga hak jaminan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional yang tertulis. Hak Tanggungan sebagai salah satu jenis hak kebendaan, yang bersifat terbatas, yang hanya memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk pelunasan piutangnya secara mendahulu dari kreditur-kreditur lainnya. Di dalam Pasal 6 Undang-undang No. 4 tahun 1996, apabila debitur cidera janji maka pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual Obyek Hak

(14)

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan secara umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut

Dalam Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang isinya adalah,

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada mauun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan”

menentukan bahwa semua kebendaan seseorang secara umum menjadi jaminan bagi perikatannya. Jaminan secara umum ini kadang-kadang menyebabkan seorang kreditur hanya memperoleh sebagian dari uangnya saja, oleh karena jaminan secara umum ini berlaku bagi semua kreditur.

Dengan lahirnya Undang – Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah bagi sistem Hukum Perdata khususnya Hukum Jaminan adalah dalam rangka membeikan kepatian dari hukum yang seimbang dalam bidang pengikatan jaminan atas benda – benda yang berkaitan dengan tanah sebagai agunan kredit kepada kreditor, denitor maupun pemberi Hak Tanggungan dan pihak ketiga yang terkait.

Dalam hal ini, perjanjian kredit memerlukan jaminan yang cukup aman bagi pengembalian dana yang disalurkan melalui kredit. Adanya jaaminan ini, sangatlah penting dalam mengurangi resiko kerugian si bank tersebut. Yang mana jaminan yang dianggap ideal sendiri dapat dilihat melalui beberapa hal, apakah dapat membantu memperoleh kredit yang diperlukan, tidak melemahkan potensi

(15)

dari usaha calon penerima kredit sendiri serta, memberikan kepastian kepada kreditor dalam pembayaran utang si debitor.

Diatur dalam UUHT sendiiri, ada beberapa hal yang perlu diberikan perhatian khusus yaitu mengenai perkembangan dan pengasan obyek Hak Tanggungan, masalah yang berkenaa dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, dan kekuatan eksekutorial sertifikat Hak Tanggungan.

Dalam UUHT Pasal 14 dikatakan bahwa, Sertifikat Hak Tanggungan berfungsi sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan punya kekuatan eksekutorial yang sama dengan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse akta hipotik sepanjang mengenai hak atas tanah.

Pada Pasal 6 UUHT sendiri dituliskan bahwa, apabila debitor cedera janji maka pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri memlui pelelangan umum dan dapat mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Namun dalam kehidupan nyata, tidak semua kredit akan berjalan dengan lancar. Tidak sedikit kredit – kredit yang dianggap macet oleh bank karena si debitor sendiri sudah tidak sanggup lagi untuk melunasi kewajiban nya. Ataupun karena banyaknya faktor – faktor eksternal dari luar yang menyebabkan terjadinya kredit macet sendiri. Ataupun karena debitor sendiri sudah tidak punya etikat baik dalam menyelesaikan kredit.

(16)

Dalam hal ini debitor – debitor yang tidak baik, akan di tempuhkan dengan jalur hukum untuk menyelesaikan pelunasan hutang yang mereka punya dengan menjual atau mengeksekusi benda jaminan debitor tersebut. Namun dalam hal ini, dalam Pasal 6 UUHT bank tidak dapat menggunakan haknya sebagaimana yang ada tanpa campur tangan dari pihak lain.

Berdasarkan uraian tersbut diatas, telah menimbulkan inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimana Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?

2. Bagaimana Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?

3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Tersbut?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

2. Untuk Mengetahui Penyelesaian Kredit Macet (debitor wanprestasi) dengan jaminan Hak Tanggungan.

(17)

3. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Perbankan mengenai penyelesaian kredit macet dengan jaminan Hak Tanggungan.

2.Manfaat Praktis

Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bank agar dapat melayani debitor/nasabah dengan lebih baik dan mendapatkan kualitas kredit yang produktif dalam menyelamatkan kredit macet serta menjadikan masukan bagi bank dalam mengatasi hambatan hambatan yang terjadi dalam penyelesaian kredit macet.

1.5. Kerangka Teoritis A.Kredit

Menurut Thomas Suyanto, istilah kredit sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berati kepercayaan. Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan.

Seseorang aatau suatu badan yang memberikan kredit (krediotr) percaya bahwa si penerima kredit (debitor) pada masa yang akan datang akan sanggup untuk memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan.5

Penyaluran kredit tidak terlepas dari masalah perjanjian dimana perjanjian adalah suatu yang mutlak dilakukan oleh kreditor kepada debitor, hal ini sangat

(18)

penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya maka setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai.

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut pakar hukum pengertian perjanjian atau verbintenes adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.6

Kreditor mempunyai hak terhadap prestasi sedangkan debitor wajib memenuhi prestasi. Di dalam suatu perjanjian termuat beberapa unsur yaitu ;7

1) Ada pihak-pihak.

Pihak yang ada di sini paling sedikit harus ada dua orang, para pihak bertindak sebagai subjek perjanjian tersebut. Subjek bisa terdiri dari manusia atau badan hukum. Dalan hal para pihak terdiri dari manusia maka orang, tersebut harus telah dewasa dan cakap untuk melakukan hubungan hukum.

2) Ada persetujuan para pihak.

Para pihak sebelum membuat perjanjian atau dalam membuat suatu perjanjian berlaku asas konsensualitas dalam suatu perjanjian dimana konsensus harus ada tanpa disertai paksaan tipuan dan keraguan.

3) Ada tujuan yang akan dicapai.

Suatu perjanjian harus mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu yang ingin dicapai, dan dengan perjanjian itulah tujuan tersebut ingin dicapai atau dengan sarana perjanjian tersebut suatu tujuan ingin mereka capai,

6 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta, 1987), Hal. 1.

7 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung, 1992), hal. 78.

(19)

baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain, yang dalam hal ini mereka selaku subjek dalam perjanian tersebut.

4) Ada prestasi yang harus dilaksanakan.

Para pihak dalam- perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang satu dengan yang lainya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu dengan yang lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitu pula sebaliknya.

5) Ada bentuk tertentu.

Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, dalam hal suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dan dibuat dalam suatu akte otentik maupun dibawah tangan.

6) Ada syarat syarat tertentu.

Isi dalam suatu perjanjian harus ada syarat - syarat tertentu, karena dalam suatu perjanjian menurut ketentuan Pasal 1338 (1) KUH Perdata mengatakan bahwa persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Keberadaan suatu perjanjian secara yuridis haruslah sesuai dengan syarat sahnya perjanjian atau persetujuan sebagaimana diatur didalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang meliputi yaitu ;

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat mengandung arti apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

Cakap artinya orang-orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Seorang telah dewasa atau akal balik, sehat jasmani dan rohani dianggap cakap menurut hukum sehingga dapat membuat suatu perjanjian.

(20)

Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu ; Orang yang belum dewasa; Orang yang ditaruh di bawah pengampuan.

3) Suatu hal tertentu.

Suatu hal atau objek tertentu artinya dalam membuat perjanjian apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.

4) Suatu sebab yang halal.

Suatu perjanjian adalah sah apabila tidak bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum8

Biasanya dalam perjanjian meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya B. Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit meminjam aturan KUHPerdata yaitu salah satu dari bentuk perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian pinjam – meminjam sebagai mana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata, sehingga landasan aturan yang dipergunakan dalam membuat perjanjian kredit sendiri tentunya tidak dapat dilepaskan dari ketentuan yang ada pada buku III KUHPerdata.

Pasal 1754 KUHPerdata :

“ Perjanjian pinjam mengganti adalah, persetujuan dengan pihak yang satu dengan pihak yang lain suatu jumlah tertentu dalam barang – barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahw pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”

8 Purwahid Patrik, Asas-asas itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, (Semarang ; Badan Penerbit UNDIP, 1986), hlm 3.

(21)

untuk kepentingan sejumlah utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitor tidak melunasi.9

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,

Pinjam meminjam harus memenuhi syarat – syarat sahnya perjanjian agar mempunyai kekuatan mengikat kedua belah pihak. Syarat sahnya perjanjian yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

2. Adanya kecakapan unutuk membuat suatu perjanjian, 3. Suatu yang hal tertentu,

4. Suat hal yang halal.

Dua syarat pertama dinamakan syarat subyektif karena mengenai orang atau subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat berikutnya dinamakan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan.10

Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan maksudnya antara kreditur dengan debitur dalam perjanjian pinjam meminjam uang tidak boleh karena unsur kekhilafan ataupun paksaan maupun penipuan. Kedua belah pihak harus cakap dalam arti dewasa dan tidak dalam pengampuan, ada obyek yang diperjanjikan dan dalam hal ini penting harus dengan halal, dan juga adanya tujuan dari

Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya atau tidak memenuhi syarat subyektif, maka perjanjian itu akan dapat dibatalkan, sedangkan suatu perjanjian yang mengandung cacat pada obyeknya atau tidak dipenuhi syarat subjjektifnya akibatnya perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.

(22)

perjanjian yang akan dibuat tersebut, tujuan merupakan sebab adanya perjanjjian dan sebab yang disyaratkan di Undang – Undang yaitu harus halal tidak hanya pada Undang – Undang namun kepada ketertiban umum dan kesusilaan.

Dengan lahirnya perjanjian tersebut maka, akan adanya kewajiban – kewajiban bagi masing – masing pihak yang terikat. Kewajiban debitur adalah mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah dijanjikan, oleh karen itu prestasi saat pemberian dengan saat pengembalian terdapat tenggang yang lama, maka diperlukan suatu kepercayaan bank kepada debitur bahwa kredit yang dilepaskan kelak kemudian hari dikembalikan sebagaimana waktu pertama di perjanjikan.

C. Jaminan dan Hak Tanggungan

Kata Jaminan akan ditemukan dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan penjelasan pasal 8 Undang – Undang No. 7 Tahun 1992, dan perubahannya dalam Undang – Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, namun dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Namun dari fakta yang ada dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang.

Hal ini perlu karena adanya jaminan, kepada bank maka akan diperbesar kemungkinan kredit yang disalurkan akan kembali. Mengenai sifat dari perjanjian jaminan lazim dikonstruksikan sebagai perjanjian yang versifat accesoir artinya,timbulnya perjanjian jaminan disebabkan oleh adanya perjanjian pokok.

Sehingga perjanjian jaminan tidak akan ad abila tidak ada perjanjian pokok atau dengan kata lain, perjanjian jaminan selalu menyertai perjanjian pokok. Tapi

(23)

sebaliknya perjanjian pokok tidak selalu menimbulkan adanya perjanjian jaminan.

Dalam praktek perbankan, perjanjian pokoknya tersebut adalah perjanjian ( pemberian) kredit/ perjanjian yang bersifat accessoir atau tambahan dapat berupa Hak Tanggungan.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUHT, Hak Tanggungan atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda – benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu, terhadap kreditur – kreditur yang lain. Dengan demikian, UUHT memberikan kemungkinan pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda – benda lain diatasnya.

Hak Tanggungan merupakan jaminan hak tas tanah menurut UUPA, karena itu pula objek hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 adalah;

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha, dan 3. Hak Guna Bangunan.

Selain hak – hak tas tanah sebagaimana yang dituliskan diatas, Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut ketentuan – ketentuan tertentu yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dan dapat juga dipindah tangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan yang diatur didalam Undang – Undang Nomor 4

(24)

Tahun 1996 pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada hak atas tanah.

Proses pembebanan Hak Tanggungan dilakukan dua tahap, yaitu;

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan dengan dibuatkan akta pembebanan Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT, yang didahului dengan perjanjian hutang piutang yang dijamin

2. Tahap pendaftarannya oleh kantor pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang bersangkutan.11

4.Eksekusi Hak Tanggungan

Apabila kredit yang diusahakan oleh kreditur mengalami kemacetan dalam arti debitur cidera janji atau tidak memenuhi kewajibannya perikatannya dengan baik, di mana Obyek Hak Tanggungan akan dijual melalui pelelangan umum menurut cara yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan pemegang hak tanggungan berhak mengambil seuruh atau sebagian dari hasilnya untuk melunasi kewajiban yang terbengkalai.

Eksekusi Hak Tanggungan ini diatur dalam Pasal 20 UUHT, yang menurut ketentuan dari UUHT sendiri, cara eksekusi dilakukan melalui lelang. Selain itu juga, eksekusi melalui penjualan dibawah tangan.12

11 Boedi Harsono, Segi – Segi Yurisdis Undang – Undang Hak Tanggungan, Seminar Nasional, Undang – Undang Hak Tanggungan, Jakarta, FH Univesitas Trisakti berkerjasama dengan Kantor Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional dan BPP Ikatan PPAT, 1996

12 Mochammad Dja’s, Peran Sifat Accesoir Hak Tanggungan Dalam Mengatasi Kredit Macet, Masalah – Masalah Hukum Edisi Khusus, Tahun 1997, hal. 55

Menurut Pasal 20 ayat 1, eksekusi penjualan lelang dilakukan berdasarkan :

(25)

1. Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 atau,

2. Titel Eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2,

Selanjutnya, pada Pasal 20 ayat 2 dinyattakan apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan Obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika melalui penjualan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang mengguntungkan semua pihak.

5.Kredit Macet

Kasus – kasus kredit macet, debitor telah dianggap mengingkari janji untuk membayar bunga atau kredit induk yang telah atau lewat jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah didalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak semua kredit yang bermasalah adalah kredit macet.

Kredit macet dihubungkan dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh debitor atau nasabah menurut Gatot Supramono, SH ada 3 macam perbuatan yang digolongkan wanprestasi, yaitu:

1. Nasabah sama sekali tidak membayar angsuran kredit atau beserta bunganya,

2. Nasabah membayar sebagian angsuran kredit atau beserta bunganya, pembayaran angsuran tidak dipermasalahkan nasabah telah membayar

(26)

sebagian kecil angsuran. Walaupun nasabah kurang membayar satu kali angsuran tetapi tergolong sebagai kredit macet.

3. Nasabah membayar lunas kredit beserta bunganya setelah jangka waktu berakhir. 13

1.6. Metodologi Penelitian A.Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis empiris yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang dalam praktik, untuk selanjutnya dihubungkan dengan fakta yuridis.

B.Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala yang lain.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

D.Sumber Data

Data penelitian merupakan data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, tidak diubah dalam simbol-simbol atau bilangan. Sumber Data Primer. Merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan, dalam hal ini data

13 Gatot Suprmono, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, 1995, hal. 92

(27)

yang didapatkan dari hasil Penelitian lapangan di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan. Sumber Data Sekunder. Merupakan sejumlah data yang didapat melalui studi pustaka yang meliputi ;

1.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2.Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

3.Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

E.Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang di perlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut;

1.Observasi

Yakni metode pengumpulan data berupa pengamatan yang sistematis yang penulis lakukan dengan langsung mendatangi lokasi penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

2.Wawancara

Yakni metode pengumpulan data dengan menghimpun data dengan jalan mengadakan wawancara dengan tanya jawab secara langsung antara penulis dengan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

3.Studi Kepustakaan

Yakni metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari, menginventarisasi dan mempelajari peraturan Perundang-Undangan dan data-data sekunder yang lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

(28)

F.Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data yang terkumpul kemudian penulis olah dengan menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu data yang terkumpul akan di analisis melalui tiga tahap yang meliputi reduksi data penyajian dan menarik kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, transformasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan.

Sedangkan penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun dalam kesatuan dan bentuk yang diserhanakan, selektif sehingga memungkinkan adanya pengambilan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab utama yang masing masing terdiri dari 1. BAB I PENDAHULUAN yang memuat latar belakang, permasalahan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN JAMINAN yang memuat tentang pengertian kredit, fungsi dan manfaat kredit, subjek dan objek kredit, asas – asas kredit, prinsip – prinsip kredit, jenis – jenis kredit dan kredit macet. Serta pengertian jaminan, sifat bentuk jaminan dan jaminan kredit.

3. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN, yang meliputi pengertian Hak Tanggungan, subjek dan Obyek Hak Tanggungan, asas- asas Hak Tanggungan, tata cara pemberian Hak

(29)

Tanggungan, pendaftaran Hak Tanggungan, peralihan Hak Tanggungan, eksekusi Hak Tanggungan, dan hapusnya Hak Tanggungan.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN, meliputi gambaran deskriptif tentang PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, Bagaimana bentuk penyelesaian kredit macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, Apa saja faktor – faktor penyebab terjadinya kredit macet dan apa kendala yang dihadapi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dalam menerapkan penyelesaian kredit macet dengan Hak Tanggungan.

5. BAB IV PENUTUP sebagai bab penutup memuat tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN JAMINAN

2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari Bahasa Yunani “cedere” yang beartinya percaya.

Dengan demikian, dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan. Jadi kredit hanya dapat diberikan kepada mereka yang “dipercaya mampu”

mengembalikan kredit di belakang hari. Pemenuhan kewajiban mengembalikan pinjaman itu sama artinya dengan kemampuan memenuhi prestasi suatu perikatan.14

Menurut Teguh Pudjo Muljono, mendefinisikan bahwa kredit, ‘kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati’ 15

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan

14 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 26

15 Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Jakarta : 2007

(31)

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dengan demikian kesimpulan dari pengertian kredit adalah sebagai berikut ; 1) Adanya perjanjian antara pihak bank dengan peminjam.

2) Adanya pelunasan hutang-hutang pinjaman.

3) Adanya bagi hasil yang sudah ditentukan.

Adanya perjanjian antara pihak peminjam modal dan pihak bank ini akan menciptakan suatu ikatan perjanjian yang bersifat profesional pihak bank dan peminjam uang akan memegang teguh perjanjian yang telah disepakati bersama- sama guna mempunyai kekuatan hukum yang berlaku sudah menjadi kebiasaan bagi orang yang meminjam sesuatu maka orang tersebut wajib untuk mengembalikan barang/sesuatu yang dipinjamnya tadi oleh karena itu maka di dalam meminjam uang kepada bank, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan uang yang di dalam surat perjanjian pinjam-meminjam sedangkan besarnya bagi hasil ditentukan oleh bank yang bersangkutan.

Kredit dilandasi oleh kepercayaan yang diberikan seseorang pada orang lain, kepercayaan yang pada hakekatnya bersifat timbal balik, tidak saja pihak pemberi kredit yang menaruh kepercayaan pada pihak penerima kredit, akan tetapi pihak penerima kredit ini juga menaruh kepercayaan terhadap pemberinya hanya berlandaskan kepercayaan timbal balik itulah baru mungkin seseorang menyerahkan sesuatu barang yang berharga kepada orang lain dengan perjanjian, bahwa yang menerima barang tersebut akan membayar harganya pada saat dikemudian hari. Barulah mungkin terjadi transaksi kredit.

(32)

Demikian juga pemberian kredit yang dilakukan bank kepada nasabahnya, bank percaya bahwa nasabah akan mengembalikan kredit yang diberikan bank pada waktu dan syarat - syarat yang telah disetujui bersama. Kredit sebenarnya adalah ;

• Kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun diberikannya.

• Waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.

• Prestasi, adanya objek tertentu berupa prestasi dn kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank da nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

• Risiko, adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan dan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

2.1.2. Prinsip – Prinsip Kredit

Pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen analisa yang terkenal dengan The Fives of Credit atau 5 C yaitu ;16

16 Sutardja Sudrajat, Pendaftaran Hak Tanggungan dan Penerbitan Serfitikatnya, Mandar Maju, Bandung, 1997, hlm 92

(33)

1) Character (watak)

Watak adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak dapat berupa baik dan jelek bahkan yang terletak diantara baik dan jelek. Watak merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui resiko. Tidak mudah untuk menentukan watak seorang debitur apalagi debitur yang baru pertama kali mengajukan permohonan kredit.

2) Capacity (kapasitas)

Kapasitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh calon nasabah untuk membuat rencana dan mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan sehingga pada nantinya calon nasabah tersebut dapat melunasi hutangnya dikemudian hari.

3) Capital (dana)

Kapital adalah dana yang dimiliki oleh calon nasabah untuk menjalankan dan memlihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap kapital adalah untuk mengetahui keadaan, permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaanya.

4) Condition Of Economi (kondisi ekonomi)

Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit diberikan oleh Bank kepada pemohon.

5) Collateral (jaminan)

Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan jalan jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu.

(34)

Kemudian penilaian kredit dapat juga dilakukan dengan prinsip – prinsip 7P yang adalah ;17

1) Personality

Nasabah dari segi kepribadiaannya ataupun tingkah lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.

2) Party

Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya.

3) Purpose

Tujuan nasabah dalam mengabil kredit, termasuk jenis kredit yang diingikan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam, sebagai contoh apakah untuk modal kerja ataupun investasi, konsumtif ataupun produktif dan lain sebagainya.

4) Prospect

Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak.

5) Payment

Bagaimana cara nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diambil atau sumber dana untuk pembayaran kredit. Semakin banyak dana atau penghasilan si debitur, maka akan semakin baik.

17 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal.180

(35)

6) Profitability

Bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode ke periode akan tetap sama atau akan semkain meningkat.

7) Protection

Bagaimana menjaga agar usaha dan jminan mendapatkan perlindungan.

Perlindungan ini dapat berbentuk jaminan barang ataupun asuransi.

Selain prinsip 5C dan 7P ada pula prinsip lain yang dinamakan 3R, yaitu;

1) Return

Hasil usaha yang dicapai oleh calon debitur, bank perlu melakukan analisis terhadap hasil yang akan dicapai oleh si calon debitur. Analisis ini dilakukan dengan melihat hasil yang telah dicapai sebelum mendpatkan kredit dari bank, kemudian melakukan estimasi terhadap usaha yang mungkin akan dicapai oleh calon debitur.

2) Repayment

Kemampuan calon debitur untuk melakukan pembayaran kembali kredit yang telah dinikmati. Bank perlu melakukan analisis terhadap kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Hal ini dapat dilihat dari cara calon debitur memperoleh laba.

3) Risk Bearing Ability

Merupakan kemampuan dari calon debitur untuk menanggung resiko apabila terjadi kegagalan dalam usahanya. Salah satu pertimbangan untuk menyakini bahwa calon debitur mampu menghadapi resiko dapat dilihat dari struktur

(36)

permodalannya. Semakin besar modal si calon debitur maka akan semakin besar pula kemampuannya untuk menutup resiko kegagalan usahanya.

2.1.3. Manfaat dan Tujuan Kredit 2.1.3.1 Manfaat Kredit

Begitu banyak manfaat serta tujuan dari pemberian Kredit, Manfaat kredit antara lain sebagai mana dijelaskan berikut;

1) Sebagai sumber pendapatan yang terbesar berupa bunga. Dengan adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank untuk dapat mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan dapat berjalan lancar.

2) Untuk menjaga solvabilitasnya, sebab kredit merupakan salah satu bentuk penyaluran dana bank terbesar. Dengan demikian yang diharapkan dari kredit yang lancar tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjamkan dari masyarakat.

3) Kredit yang dipakai sebagai alat baik untuk memasarkan produk dan jasa bank yang lain, bahkan saat itu suatu opini (pendapat) yang mengatakan pemberian kredit semata – mata hanya untuk mendapatkan bunga sudah mubadhir.

4) Dengan menyalurkan dana akan mampu mengembangkan para staffnya untuk mengenal dunia bisnis yang lain.18

18 Pudjo Muljono, Bank Budgeting, Jakarta : 1996, Hal. 207

(37)

5) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Bila pendapatan dari perusahaan meningkat maka mempengaruhi pajak yang akan diberikan kepada negara. Dengan pajak yang semakin meningkat maka pendapatan nasional akan meningkat.

2.1.3.2 Tujuan Kredit

Sedangkan tujuan kredit adalah sebagai berikut ;

1) Bagi bank atau kreditor adalah untuk mendapatkan keuntungan pemberian kredit berupa bunga kredit.

2) Bagi kepentingan umum dan masyarakat adalah agar dapat dicapai peningkatan produktivitas dan daya guna suatu barang/modal untuk memenuhi kebutuhan manusia yang disertai kelancaran peredaran sosial ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Bagi nasabah atau debitor adalah profitability dan responsibility, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atas usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit bank dan untuk dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian.

2.1.4. Kebijaksanaan Perkreditan

Menurut Teguh Pudjo Muljono, dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asas pokok, yaitu

(38)

1) Asas Likuiditas

Suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya, akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabah atau dari masyarakat luas. Suatu bank yang dapat dinyatakan sebagai likuid apabila mempunyai ;

• Bank mempunyai cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

• Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

• Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk utang.

2) Asas Solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit

3) Asas Rentabilitas

Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya. 19

19 Teguh Pudjo Muljono, Management Perkreditan Bagi Bank Komersil, 2007, hal 57

(39)

2.1.5.Jenis – Jenis Kredit

Jenis – jenis kredit ataupun macam – macam kredit sebenarnya sering dijumpai dalam keseharian, kredit sendiri dapat digolongkan menurut tujuan penggunaanya, dari cara penguangannya, berdasarkan jangka waktunya, cara penarikan dan pembayaran kembali kredit itu sendiri, menurut sektor ekonominya, dari segi jaminan atau anggunannya, dari segi alat buktinya, menurut sumber dananya, menurut negara pemberinya, menurut status hukum subjek debiturnya, kredit yang pemberinya melebihi satu bank (kredit sindikasi) dan menurut unsur besar kecilnya debitur.

Jenis – jenis kredit tersebut diatas, diuraikan sebagai berikut ; 20 1) Kredit menurut tujuan penggunaanya.

• Kredit Komsumtif, kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang atau jasa yang memberikan kepuasan langsung.

• Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk tujuan produktif dalam artian meningkatkan atau menimbulkan kegunaan, baik itu karena bentuk, atau tempat, waktu maupun karena kepemilikan.

2) Kredit ditinjau dari segi materi.

• Kredit dalam bentuk uang, pada umumnya diberikan dalam bentuk uang dan pengembaliannya dalam bentuk uang.

• Kredit dalam bentuk bukan uang, kredit berupa jasa atau bedan yang biasanya dibeikan oleh perusahaan dagang atau sebagainya.

(40)

3) Kredit menurut cara penarikan dan pembayaran kembali.

• Kredit sekaligus, kredit yang cara penarikan atau penyediaan dananya dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun secara pemindah – bukuan ke dalam rekening debitur.

• Kredit rekening koran, kredit yang penyediaan dananya dilakukan dengan jalan pemindah – bukuan, kedalam rekening koran/giro atas nama debitur, sedangkan penarikannya dilakukan dengan cara cek, bilyet giro atau surat pemidah bukuan.

• Kredit bertahap, yang cara penarikan atau penyediaanya dilaksanakan dengan bertahap, misalnya 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat) kali tahap.

• Kredit berulang, kredit yang setelah satu transaksi selesai dapat digunakan untuk transaksi berikutnya.

• Kredit per-transaksi, kredit yang digunakan untuk membiayai suatu transaksi tersebut merupakan sumber pelunasan kredit.

4) Kredit menurut jangka waktu.

• Kredit jangka pendek, yang maksimal 1 (satu) tahun.

• Kredit jangka menengah, yang berjangka antara 1 (satu) tahun hingga 3 (tiga) tahun.

• Kredit jangka panjang, yang berjangka lebih dari 3 (tiga) tahun.

5) Kredit menurut sektor ekonominya,

• Kredit untuk sektor pertanian.

• Kredit untuk pertambangan.

• Kredit untuk sektor perindustrian.

• Kredit untuk sektor listrik, gas dan air.

• Kredit untuk sektor konstruksi.

• Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel.

• Kredit untuk sektor pengangkutan.

• Kredit untuk sektor jasa dunia usaha.

(41)

• Kredit jasa sosial masyarakat.

• Kredit untuk sektor – sektor lain, kredit yang diberikan untuk membiayai sektor yang tidak termasuk dalam butir – butir diatas.

6) Kredit dilihat dari segi jaminan/agunanya ;

• Kredit yang tidak memakai jaminan, kredit yang diberikan benar – benar atas dasar kepercayaan saja, sehingga tidak ada jaminan sama sekali.

o Kredit dengan ada jaminan/agunan ;

1.Jaminan perorangan, kredit yang jaminannya berupa seseorang atau badan sebagai pihak ke-3 (tiga) yang bertindak sebagai penanggung jawab.

2.Jaminan kebendaan bersifat berwujud, kredit yang jaminan nya terdiri dari barang – barang bergera dan barang – barang tidak bergerak.

3.Jaminan kebendaan yang bersifat tidak berwujud, kredit yang jaminannya biasanya seperti obligasi, saham dan surat – surat berharga lainnya

7) Kredit menurut cara penguangannya ;

• Kredit tunai, kredit yang pengguangannya dilakukan secara tunai atau tidak tunai atau dengan cara pemindah – bukuan kedalam rekening debitur atau ditunjuk olehnya pada saat perjanjian ditanda tangani.

• Kredit bukan tunai, kredit tidak dibayarkan langsung pada perjanjian ditanda tangani, melainkan diperlukan adanya tenggang waktu tertentu sesuai yang dipersyarat - syaratkan.

8) Kredit dari segi alat pembuktiannya ;

• Kredit secara lisan, kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan semata – mata.

(42)

• Kredit secara pencatatan, yaitu transaksi kredit dicatat dalam pembukuan/adminstrasi masing – masing pihak baik oleh kreditur maupun oleh debitur.

• Kredit dengan perjanjian tertulis, kredit yang dinyatakan dalam suatu perjanjian tertulis antara pihak kreditur dengan pihak debitur.

9) Kredit menurut sumber dananya ;

• Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, pemberian kredit ada karena kelebihan pendapatan dari segolongan anggota masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan, baik, berupa tabungan, deposito maupun sertifikat deposito.

• Kredit yang dananya berasal dari penciptaan yang baru, pemberian kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang beredar yang telah ada, sehingga terdapat penambahan daya beli baru.

10) Kredit menurut negara pemberinya ;

• Kredit dalam negeri, kredit yang diberikan oleh kreditur di dalam negeri yang sama dengan si calon debitur.

• Kredit luar negeri, kredit yang diberikan oleh pihak asing baik pemerintah maupun swasta lainnya.

11) Kredit menurut status hukum subjek debiturnya ;

• Kredit untuk golongan penduduk, kredit yang diberikan kepada penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan – badan, lembaga – lembaga, maupun perusahaan – perusahaan yang berdomisili di Indonesia.

• Kredit untuk golongan bukan penduduka, kredit yang diberikan kepada bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan maupun badan, lembaga serta perusahaan yang tidak berdomisili di Indonesia maupun perwakilan negara asing yang ada di Indonesia.

(43)

12) Kredit yang pemberinya melebihi satu bank;

• Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan secara bersama – sama oleh dua bank atau lebih dengan pembagian risiko dan pendapatan (bunga dan komisi) sesuai porsi kepesertaan masing – masing anggota sindikasi.

13) Kredit menurut unsur besar kecilnya debitur ;

• Kredit usaha kecil dan menengah, kredit ini kredit untuk kopersi sehingga sering disebut kredit usaha kecil koperasi dan menegah (UKM)

• Kredit koperasi, kredit dengan jumlah yang besar dan diperuntukkan bagi debitur – debitur koperasi (perusahaan besar).

2.2. Kredit Macet

2.2.1. Pengertian Kredit Macet

Kredit macet merupakan persoalan perdata yang menurut terminologi hukum perdata, hubungan antara debitor dengan kreditor (bank) selaku pemberi kredit merupakan hubungan utang piutang. Hubungan yang bersangkutan lahir dari perjanjian. Pihak debitor berjanji untuk mengembalikan pinjaman beserta biaya dan bunga, dan pihak kreditor memberikan kreditnya. Dalam hal kredit yang diberikan telah mengarah pada tandatanda timbulnya kredit macet, maka deteksi atas kredit macet dapat dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan sistem “pengenalan diri”, yaitu berupa daftar kejadian atau gejala yang diperkirakan dapat menyebabkan suatu pinjaman berkembang menjadi kredit macet.

Kredit macet merupakan kredit yang tidak berjalan lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi syarat - syarat yang diperjanjikan, misalnya ;

(44)

mengingkari janji untuk membayar bunga ataupun kreditnya yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran, sehingga menyebabkan mutu dari kredit itu sendiri merosot.

Dari asal katanya kredit macet terdiri dari dua kata yaitu kredit dan macet.

Yang dimaksud kredit adalah pinjaman uang secara mengangsur.11 Sedangkan macet diartikan tersendat, terhenti, tidak lancar. Jai defenisi dari kedua kata di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan kredit macet adalah sejumlah pinjaman oleh nasabah kepada bank dimana pelunasannya dilakukan secara tersendat – sendat bahkan sampai keadaan terhenti (macet).

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) No.

32/268/KEP/DIR tanggal 27 Pebruari 1998, maka kredit dibagi menjadi ; 1) Kredit lancar.

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyarat - syaratan kredit.

• Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.

• Memiliki mutasi rekening yang aktif.

• Bagian dari kredit dijamin dengan uang tunai.

2) Kredit kurang lancar.

Kredit yang pengambalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari dari waktu yang telah disepakati.

(45)

• Pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan pembayaran melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.

• Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank telah memburuk.

• Informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank.

3) Kredit diragukan.

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah melampaui 180 hari sampai 270 hari dari waktu yang disepakati.

• Penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga antara waktu 180 hari hingga 270 hari.

• Pada kondisi ini hubungan debitur dan bank semakin memburuk.

• Informasi keuangan sudah tidak sapat dipercayai lagi.

4) Kredit macet.

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya terdapat tunggakan yang telah melampaui 270 hari.

• Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 270 hari.

• Kerugian operasional dituntu dengan pinjaman baru.

• Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum maupun dari segi kondisi pasar.

2.2.2. Faktor – faktor Penyebab Kredit Macet

Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank

(46)

menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Pemenuhan prestasi merupakan hakekat dari perikatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1234 K.U.H. Perdata yang berbunyi ;

”Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.”

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank yang seperti diperjanjikan.Kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria – kriteria sebagai berikut ;

1) Berdasarkan Prospek Usaha

• Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

• Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.

• Manajemen yang sangat lemah.

• Terjadiya kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi.

2) Berdasarkan Keuangan Debitur

• Mengalami kerugian yang besar.

• Debitur tidak mampu memenuhi

• seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidk dapat dipertahankan.

• Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.

• Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

(47)

3) Berdasarkan Kemampuan Membayar

• Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari.

• Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.

Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk berprestasi kepada kreditur dapat disebabkan dua kemungkinan alasan, yaitu pertama, karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban maupun karena kelalaian. Kedua, karena keadaan memaksa (overmarcht) di luar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah. Dalam hal debitur tak dapat memenuhi prestasi dan ada unsur salah pada dirinya, maka dapat dikatakan debitur dalam keadaan wanprestasi. Dari hak dan kewajiban masing-masing pihak yang telah disebutkan diatas apabila dihubungkan dengan Pasal 1234 K.U.H.

Perdata, jika para pihak tidak berprestasi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu kepadanya, maka pihak yang tidak melaksanakan kewajiban dikatakan dalam wanprestasi.

Berdasarkan jenisnya, wujud wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam yaitu ;

1) Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya.

3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

(48)

Menurut Subekti bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan oleh debitur dapat berupa tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya yaitu apabila debitur tidak memenuhi syarat - syarat efektif penarikan kredit yang ditentukan.

Sedangkan bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dapat berupa tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya yaitu apabila debitur telah memenuhi syarat – syarat efektif penarikan kredit yang ditentukan, tetapi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan tidak jadi merealisasikan kredit.

Berkaitan dengan bentuk wanprestasi maka akibat hukum wanprestasi seorang debitur menurut Subekti ada empat macam ;

1) Membayar kerugian yang diderita kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti rugi;

2) Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;

3) Peralihan risiko;

4) Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

Kelalaian debitor dalam memenuhi kewajibannya tersebut sangat merugikan pihak bank sebagai kreditornya. Keadaan debitor tidak dapat melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan dapat disebut kredit macet. Kredit macet disebabkan oleh salah satu atau beberapa faktor yang harus dikenali secara dini oleh bank. Hal ini disebabkan karena adanya kelemahan baik dari intern bank, debitur (nasabah) dan ekstern di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dan debitor yang meliputi ;

(49)

1) Intern Bank Kelemahan dari sisi Intern Bank ;21

• Petugas belum sepenuhnya memehami usaha nasabah. Akibatnya analisis kreditnya kurang cermat sehingga keputusan kreditnya menjadi tidak tepat.

• Kurang atau tidak ada pembinaan debitur oleh bank. Pertemuan petugas bank dengan nasabah semata-mata hanya untuk menagih atau mengumpulkan angsuran.

• Petugas tidak sepenuhnya mengikuti pedoman pemberian kredit yang ada di bank, misalnya dalam hal pengikatan agunan.

• Belum adanya atau belum sempurnanya sistem peringatan dini (early warning system) di bank. Tidak ada tindakan segera ketika kredit menunjukakan gejala-gejala bermasalah.

• Penggelapan oleh petugas bank (petugas tidak menyetorkan angsuran debitur ke bank).

• Petugas bank terlalu yakin akan kemauan dan kemampuan nasabah.

• Bank lebih mengutamakan ketersediaan agunan daripada penilaian terhadap kemauan dan kemampuan nasabah.

• Petugas tidak memilik informasi yang memadai tentang track record nasabah, khususnya karakter nasabah.

• Bank terlalu ekspansif dalam pengucuran kredit sehingga petugas diberi target yang melebihi kemampuan. Akibatnya, petugas mengutamakan kuantitas kredit dan mengabaikan kualitas kredit.

(50)

2) Faktor Debitor

Debitor bank terdiri dari 2 kelompok, perorangan dan perusahaan atau koperasi. Sumber dana pembayaran bunga dan angsuran kredit sebagian besar berasal dari debitor perorangan (consumer debtors) adalah penghasilan tetap mereka, misalnya gaji, upah, dan sebagainya. Setiap jenis gangguan terhadap kesinambungan penerimaan penghasilan tetap itu kan dianggap mengganggu likuiditas keuangan mereka sehingga menyebabkan ketidaklancaran pembayaran bunga dan atau cicilan kredit.

Penyebab kredit macet perorangan yang lain erat dengan hubungan dengan gangguan terhadap diri pribadi debitor, misalnya kecelakaan dengan gangguan terhadap diri pribadi debitor misalnyaa terjadi kecelakaan, sakit, kematian ataupun perceraian. Sedangkan penyebab kredit koporasi yang macet biasanya disebabkan oleh salah arus ataupun kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalani atau karena adanya penipuan.

3) Faktor Ekstern dari Bank;

• Kegagalan usaha debitor,

• Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,

• Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitor yang tidak bertanggung jawab, musibah yang menimpa perusahaan debitor

2.2.3. Berakhirnya Kredit

Pada Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan bahwa hapusnya atau berakhirnya suatu perjanjian disebabkan oleh peristiwa – peristiwa sebagai berikut ;

1) Pembayaran.

2) Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan (konsignasi).

3) Pembaharuan utang (novasi),

(51)

4) Perjumpaan hutang (kompensasi).

5) Pencampuran hutang (konfusio).

6) Penghapusan hutang.

7) Musnahnya barang yang terutang.

8) Batal atau pembatalan.

9) Berlakunya syarat - syarat batal.

10) Lewatnya waktu (verjaring) atau daluarsa.22

2.2.4. Akibat Kredit Macet

Kredit yang Macet mempunyai akibat buruk terhadap likuiditas bank dan meningkatkan kemungkinan rugi yang akan diderita oleh bank. Sebagaimana diketahui, bahwa apabila kredit bermasalah ataupun kredit yang macet maka perbankan tidak akan ditangani secara tuntas dan dikhawatirkan dapat menjadi salah satu penghambat dalam pertumbuhan kredit perbakan yang pada gilirannya dapat meggangu pencapaian pertumbuhan ekonomi. Kredit yang bermasalah atau macet yang jumlahnya relatif semakin besar akan mengganggu efektifitas kebijaksanaan dalam upaya memantapkan suku bunga kredit, selain itu adanya permasalahan kredit yang arah penyelesaiannya belum jelas juga pada saatnya dapat sangat menggangu terciptanya perbakan yang sehat.

2.3.. Jaminan Kredit

2.3.1. Pengertian Jaminan Kredit

Jaminan Istilah Hukum Jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu Zakerheidesstelli atau security of law yang secara umum merupakan cara- cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihanya, disamping pertanggungan jawab

Referensi

Dokumen terkait

Measured and estimated soil hydraulic properties: water retention curve and drainage volume±water table relationship.. Observed (H3) and estimated water retention curves (H1 and H2)

Dalam mengambil kesimpulan, dibutuhkan suatu kalimat yang dapat dinyatakan nilainya yaitu dengan meliputi benar atau salah2.

[r]

Semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990 yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta. Sebuah kelas terdiri 40 siswa ,diantaranya 18 siswa suka IPA, 23 suka

Conclusion : Diabetic foot exercise had a peripheral affect on a clinically significant improvement based on ABI scores, systolic and diastolic blood pressure,

Sebuah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Diploma III pada Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. © Rudy Gamananda 2014

Dari hasil penghubungan ujung-ujung terminal belitan sisi tegangan rendah, LV (x1-x0; x2-x0; x3-x0) yang dihubung terbuka, maka jika dilihat tanggapan kurva LV pada

tangga UPTD PPMHP Kantor UPTD PPHMP Jumlah pelayanan peralatan rumah tangga (bulan) 2.05.01.21 Penyediaan makan minum. rapat UPTD PPMHP Kantor UPTD PPHMP Jumlah pelayanan makan