• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I."

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur atas segala kebaikan yang telah

diberikan Tuhan Yesus, karya ini penulis persembahkan:

1. Bapak, Ibu, Tante, Paman dan Adek-adek tercinta yang senantiasa memberikan

doa, semangat yang tiada hentinya selama ini.

(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I

Oleh

Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group pada siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan lembar tes. Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata siswa 73,09, siswa yang mencapai KKM adalah 11 siswa atau 52%, sementara yang tidak mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 48%. Sementara pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 85,33, siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 90% dan yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 10%. Hasil belajar pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan karena ≥80 siswa sudah mencapai KKM.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesanggupan, perlindungan dan bimbingan penulisan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Negeri Suryodiningratan I”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam

penulisan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk

menyusun skripsi.

4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu dengan tulus membimbing penulisan skripsi.

5. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd pembimbing akademik yang telah memberikan

(9)

6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu

pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan

sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Sri Wahyuni, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SD Negeri Suryodiningratan

I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti.

8. Ibu Ely Janawati, S.Pd.SD guru kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang

telah membantu selama penelitian berlangsung.

9. Siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang telah meluangkan waktu

dan bekerja sama dengan baik.

10. Kedua orang tuaku, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa dan

materil selama menempuh pendidikan.

11. Tanteku Mairiani Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa

dan materil selama menempuh pendidikan.

12. Pamanku Rongan Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa

dan materil selama menempuh pendidikan.

13. Trifena Keke Kojong, terimakasih telah membantu penulis dan memberikan

dorongan semangat.

14. Laila Jannatin Husna, terimakasih dengan penuh kesabaran mendampingi dan

membantu serta selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir

skripsi.

15. Teman-teman kampus II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan

(10)
(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Mata Pembelajaran PKn ... 11

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 14

4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn ... 15

(12)

1. Pengertian Metode Diskusi ... 15

2. Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi ... 20

B. Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 22

C. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 28

2. Pengertian Hasil Belajar ... 32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 32

D. Kerangka Pikir... 35

E. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 39

E. Rencana Tindakan Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan data ... 45

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 50

I. Kriteria Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 53

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 79

D. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Saran ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 15

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 47

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Tes ... 49

Tabel 4. Sarana dan Prasarana SDN Suryodiningratan I ... 53

Tabel 5. Data Guru dan Karyawan SDN Suryodiningratan I... 54

Tabel 6. Jumlah Siswa Kelas V SDN Suryodiningratan I TA 2015/2016 ... 54

Tabel 7. Data Awal Hasil Belajar PKn Sebelum Tindakan ... 56

Tabel 8. Data Hasil Belajar Siklus I ... 63

Tabel 9. Hasil Refleksi Siklus I... 66

Tabel 10. Data hasil Belajar Siklus II ... 74

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Formasi Kelas Diskusi Kelompok Kecil Tipe Buzz Group ... 25 Gambar 2. Alur Penelitian... 37

Gambar 3. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 38

Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan hasil Belajar Siswa Pra Tindakan

dan Siklus I ... 64

Gambar 5. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Pra

Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 78

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 90

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 123

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 128

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap

manusia. Mata pelajaran PKn mengandung ilmu pembelajaran mengenai

perilaku, etika dan moral kehidupan serta masih banyak hal lainnya yang

bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pembelajaran PKn

dijadikan sebagai wadah bagi anak bangsa untuk membentuk karakter yang

akan berguna bagi lingkungan sekitar baik masyarakat ataupun bangsa dan

negara. Selain itu PKn berperan juga untuk membantu individu melestarikan

budaya-budaya yang ada.

Mata pelajaran Pkn merupakan mata pelajaran yang di dalamnya

mencakup materi-materi yang mengarah pada pembentukan nilai kepribadian

peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun

2003 pasal 37 ayat 2 menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Standar Isi PKn SD juga

disebutkan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

(17)

Sunarso, dkk (2013: 14), menjelaskan bahwa Pkn yang berhasil akan

menumbuhkan sikap mental yang bersifat cerdas dan penuh tanggungjawab

pada peserta didik dengan perilaku yang (a) beriman dan bertaqwa pada

Tuhan Yang Maha Esadan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi

pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c)

sikap rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga

Negara, (d) bersikap perofesional yang dijiwai oleh kesadaran belanegara,

serta (e) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan

kemanusiaan, bangsa, dan negara.

Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur melalui

hasil belajar. Melalui pengukuran hasil belajar dapat pula diketahui tingkat

keberhasilan siswa. Hasil belajar siswa dapat dikatakan baik dan optimal

dalam mencapai keberhasilan belajar jika hasil belajar siswa tersebut sudah

mencapai tujuan pemebelajaran. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran

dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak bagi siswa dan

hasil belajar yang baik dari proses belajar mengajar.

Dalam upaya pencapaian keberhasilan belajar yang optimal

dibutuhkan sebuah metode yang tepat. Pupuh Fathurrahman (2007) (Via

Hamruni (2011: 7) metode secara harafiah berarti cara. Secara umum, metode

diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai

tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan

sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk

(18)

keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam pembelajaran adalah

keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan

usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi

dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.

Pemilihan dan penerapan strategi serta metode pembelajaran harus

sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan siswa, agar siswa dapat berperan

aktif. Dalam memilih metode pembelajaran guru harus bisa memilih metode

yang tepat dan yang dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif,

sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat diikuti dan dipahami siswa

dengan baik. Jadi metode merupakan suatu strategi yang fungsinya untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat maka hasil

belajar pun akan efektif serta keefektifan pencapaian tujuan pembelajaran.

Hasil belajar merupakan perolehan dari suatu proses aktivitas yang

dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Reigeluth

sebagaimana yang dikutip Keller dalam (Rusmono, 2012: 7-8), semua akibat

yang terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari

penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda merupakan hasil

belajar. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia

merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai

hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penelitian dilapangan

(19)

pelajaran IPS dan matematika, peneliti melihat keterlibatan dan pemahaman

siswa dalam memahami materi tersebut terlihat siswa merespon baik, karena

media yang dibutuhkan yang berhubungan dengan materi terdapat di dinding

kelas tersebut namun masih terbatas. Lain halnya dengan kegiatan

pembelajaran PKn, peneliti melihat guru lebih sering menjelaskan materi

dengan berceramah dan jarang melakukan tanya jawab dan memberikan tugas

kelompok, namun kondisi diskusi saat diskusi kelompok terlihat siswa kurang

berpartispasi dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-ide. Berdasarkan

kondisi tersebut, peneliti melihat ada hubungan erat antara keaktifan, situasi

dan keadaan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Jika

keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dipahami dan diperoleh

dengan baik, maka baik pula hasil belajar yang diperoleh siswa.

Hasil belajar di kelas V SD Suryodiningratan I dikatakan masih

rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari analisis yang dilakukan peneliti

terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh dari tugas harian (H), pekerjaan

rumah (PR) dan tugas (TGS). Dari analisis hasil belajar siswa menunjukkan

bahwa dari 21 siswa, diketahui yang mencapai KKM sebanyak 9 siswa

sementara 12 siswa belum mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa adalah

65,85. Kriteria ketuntasan minimum pada mata pelajaran PKn kelas V adalah

75. Jika siswa mendapat nilai ≤75 maka siswa belum mencapai KKM, namun

jika siswa mendapat nilai ≥75 maka siswa tersebut dinyatakan mencapai

KKM. Sebanyak 12 siswa atau 57% siswa yang belum mencapai KKM tentu

(20)

Rendahnya hasil belajar siswa diduga dari penggunaan metode yang

digunakan guru. Dari hasil observasi pembelajaran guru terlihat penggunaan

metode ceramah membuat siswa lebih banyak diam dan tidak berpartisipasi

karena guru lebih banyak menjelaskan materi dengan berceramah

dibandingkan melakukan tanya jawab sebagai tolak ukur untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, sehingga siswa

terlihat diam dan tidak ada keberanian untuk bertanya. Guru hanya duduk di

kursinya untuk memperhatikan siswa. Hal yang terjadi adalah banyak siswa

yang tidak meperhatikan guru dan beberapa siswa yang ditegur. Guru hanya

menegur di kursi guru saja tanpa mendekati siswa tersebut, sehingga beberapa

menit kemudian siswa yang ditegur kembali tidak memperhatikan guru.

Beberapa siswa malah menggambar di kertas kosong, bahkan ada siswa yang

di belakang bercerita bersama teman sebangkunya. Siswa kadang disuruh

untuk mencatat materi dari buku paket kemudian mengerjakan tugas yang

diberikan guru. Tentu pemahaman siswa hanya sebatas mengetahui petunjuk

dari buku saja jika guru tidak menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan

siswa.

Guru juga memberikan siswa tugas kelompok yang terdapat pada

LKS. Selama diskusi kelompok, guru jarang melakukan tanya jawab dan juga

jarang memantau hasil kerja kelompok siswa. sehingga sebagian siswa tidak

mau bergabung dengan kelompoknya, malah bercerita sama temannya. Guru

lebih sering duduk di tempat duduknya. Ketika tugas kelompok selesai, guru

(21)

menyimpulkan mengenai hasil tugas kelompok tanpa membahas hasil dari

tugas masing-masing kelompok. Hal ini tentu membuat siswa kurang paham,

apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum. Tindakan ini

membuat siswa jarang bertanya hal-hal yang tidak diketahui serta usulan, ide

ataupun pendapat dari siswa tersebut. Tanpa adanya pancingan dari guru tentu

membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran serta keberanian dalam

menyampaikan ide-ide ataupun pendapat siswa tersebut. Penggunaan metode

dan pendekatan yang kurang menarik perhatian siswa ini diduga berdampak

terhadap pemahaman siswa dan hasil belajar siswa yang kurang optimal.

Hal tersebut tentu menjadi penyebab mengapa siswa masih mendapat

nilai yang dibawah KKM. Oleh karena itu perlu adanya sebuah penerapan

metode yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Metode diskusi tipe buzz group yaitu suatu kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan. Metode tersebut akan digunakan dan

diterapkan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu

metode tersebut juga memberanikan siswa untuk memberikan pendapat,

memberikan saran dan kritik. Metode ini juga melatih siswa untuk

menghargai pendapat serta menambah wawasan dan pengetahuan siswa.

Bukan hanya itu saja tetapi hasil belajar akan berdampak baik.

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang diharapkan

dapat memahami materi dan menambah pengetahuan siswa. Penggunaan

metode diskusi dalam proses pembelajaran, karakter siswa akan terbentuk

(22)

menghargai pendapat, mendapat pengalaman baru, menambah pengetahuan

serta menghasilkan karya baru melalui ide kelompok sehingga hal tersebut

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode diartikan sebagai siasat

”penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk

membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan

yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok peserta didik

memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Metode diskusi tipe buzz group merupakan metode yang yang diusulkan oleh peneliti dan telah disetujui oleh guru kelas V SD

Suryodiningratan I. Penerapan metode diskusi tipe buzz group telah di sesuaikan dengan kondisi kelas dan siswa, yang dimana siswa tidak aktif dan

kurang berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran maupun kerja

kelompok. Guru yang mengajar di kelas V tersebut telah bersedia untuk

menerapkan metode diskusi tipe buzz group sebagai salah satu metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa pembelajaran PKn.

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka peneliti berusaha

menerapkan sebuah metode untuk meningkatkan hasil belajar dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Suryodiningratan I”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasi berbagai

(23)

1. Penggunaan metode ceramah tanpa melakukan tanya jawab membuat

siswa lebih banyak diam dan tidak aktif.

2. Guru menegur siswa hanya dimeja guru saja tanpa mendekati siswa

tersebut, sehingga beberapa menit kemudian siswa kembali tidak

memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.

3. Hasil tugas kelompok tidak dibahas secara berkelompok sehingga siswa

kurang paham apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum.

4. Guru jarang berkeliling dan memantau siswa saat menyampaikan materi

dan saat siswa mengerjakan tugas kelompok.

5. Hasil belajar PKn siswa kelas V masih rendah

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka

penelitian ini dibatasi pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan penggunaan metode diskusi tipe

buzz group dalam pembelajaran Pkn.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah, maka dapat dikaji rumusan

masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana meningkatkan hasil belajar

(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan di atas, maka tujuan

yang dicapai untuk melaksanakan penelitian ini yaitu: meningkatkan hasil

belajar PKn siswa melalui penerapan metode diskusi tipe buzz group di kelas V SD Suryodiningratan I.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini ada dua manfaat yang diperoleh yaitu,

Manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini memberikan referensi dan kontribusi

positif dalam keterampilan mengajar dengan menggunakan metode diskusi

tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn).

2) Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

3) Siswa dapat bekerjasama dengan rekan kelompoknya dan saling

kompak dalam menyelesaikan tugas.

4) Menambah pemahaman siswa melalui interaksi diskusi dengan

(25)

b. Bagi guru

Salah satu masukan yaitu metode diskusi tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah pengetahuan serta

pengalaman baru melalui metode diskusi.

c. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai masukan untuk mengambil kebijakan dan melakukan

pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar dan penambahan wawasan siswa.

a. Bagi Peneliti

1) Sebagai modal untuk meningkatkan kualitas mengajar untuk

calon guru.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai calon pengajar

dimasa yang akan datang dan pemilihan metode pembelajaran

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran PKn

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat

kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan

terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap

aspek. Hal ini sanagat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan

yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan,

secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab

melaksanakan evaluasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan

pendidika di sekolah, di mana guru memegang peranan utama dan

bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa

maupun masyarakat melalaui proses pengajaran dalam kelas.

Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang

bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang

berlandaskan pada Pancasila, undang-undang, dan norma-norma yang

berlaku dimasyarakat masih belum optimal disampaikan kepada siswa.

Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara

(27)

civic education dan citizenship education. Menurut Cogan (1999: 4) yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2013: 224-225) menjelaskan kedua istilah

ini, sebagai berikut:

a) Civic education, diartikan sebagai: the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adul lives( suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga Negara muda agar kelak

setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya).

b) Citizhensip education atau education for citizhenship, diartikan sebagai: the more inclusive term and encompaseses both these in-school experiences as well as out-of-school or ‘non formal/informal’ learning which takes place in the family, the religious organizations, the media etc, which help to shape the totality of the citizen.

(Merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di

sekolah dan luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga,

dalam oraganisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan

dalam media yang membantunya untuk menjadi warga negara

seutuhnya).

Dari kedua istilah tersebut, civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah

identik dengan PKn, yang memiliki tujuan utama mengembangkan siswa

sebagai warga Negara yang cerda dan baik. Civic education atau pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup

proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung

(28)

termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses

menyiapakan warga negara tersebut.

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Sunarso (2013: 1), pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia melalui

koridor”value based education”. Konfigurasi atau kerangka sistem PKn

dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: pertama, PKn dirancang

sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi individu agar menjadi warga negara indonesia berakhlak mulia,

cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn subjek

pembelajaran yang memuat dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga, PKn menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences).

Sementara Ahmad Susanto (2014: 225) mengatakan bahwa

pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan

sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan

moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Pendidikan

kewarganegaraan diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak

didik agar menjadi warga neara yang baik (good citizen).

Dari beberapa paparan tentang pendidikan kewarganegaraan di

(29)

luhur dan moral mampu menjadikan anak didik menjadi warga negara

yang baik serta mendidik generasi muda menjadi warga negara yang

demokratis dan partisipatif. Selain itu PKn juga mengemban misi nasional

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran PKn menurut Suharno, dkk (2006: 18)

adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarakan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

Dilihat dari tujuan PKn di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan

PKn di sekolah adalah untuk membentuk karakter anak didik menjadi

warga negara yang baik dan mampu memanfaatkan teknologi dan

komunikasi dengan baik. Selain itu PKn juga menjadikan warga negara

yang mau dan sadar tentang hak dan kewajiban dalam perannya membela

(30)

4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn

Standar isi memuat dua hal pokok. Pertama, komponen

kompetensi, berupa kemampuan yang dicapai oleh peserta didik. Kedua,

materi pelajaran yang harus diajarkan untuk mencapai tingkat kompetensi

yang diharapkan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

yang diajarkan di kelas V pada semester 2 adalah:

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menghargai keputusan Bersama 4.2 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

4.2 Mematuhi keputusan bersama

Berdasarkan tabel di atas, Satandar Kompetensi (SK) yang

digunakan yaitu menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar (KD)

yang digunakan mematuhi keputusan bersama.

B. Kajian Tentang Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan sebuah strategi yang dilakukan guru

dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaan

metode diskusi, setiap siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang

kemudian akan berdiskusi secara bersama dalam suatu kelompok dalam

(31)

Menurut Abdul Majid (2014: 157) mengatakan bahwa diskusi

adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu

permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen 1998).

Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu

argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk

menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Suryosubroto (2002: 179) mengatakan bahwa metode diskusi suatu

cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada

para siswa (kelompok-kelompok siswa) untu mengadakan perbincangan

ilmiah duna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau

penyusun sebagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Forum

diskusi dapat di ikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk

kelompok-kelompok yang lebih kecil yang perlu mendapatkan perhatian

ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam

forum diskusi.

Pendapat lain disampaikan oleh Sugihartono, dkk (2013: 83)

menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran

melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan

masalah secara kelompok. Metode ini dapat mendorong siswa untuk

mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan

(32)

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 144-145), juga

mengatakan bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian”

bahan pengajaran yang melibataktifkan peserta didik untuk membicarakan

dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat

problematis. Guru, peserta didik dan atau kelompok peserta didik memiliki

perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Dari beberapa definisi tentang metode diskusi yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi

merupakan metode pembelajaran yang dimana siswa akan diberikan

sebuah masalah yang akan diselesaikan secara berkelompok. Dari metode

ini tentunya semua siswa akan dilibatkan dalam memecahkan sebuah

masalah bersama. Sehingga dalam penyelesaian sebuah masalah dapat

dikerjakan secara bersama. Prima Sinta Utamai dan Abdul Gafur (2015:

19) berpendapat bahwa metode diskusi secara umum digunakan untuk

memperbaiki cara berfikir, keterampilan komunikasi siswa dan untuk

menggalakan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Banyak sekali model

diskusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun beberapa jenis-jenis diskusi yang dikemukakan oleh J.J

Hasibuan dan Moedjiono (2012: 20-22), sebagai berikut:

a) Whole Group

(33)

b) Buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri

dari atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dpat berhadapan muka

dan bertukar pikiran dengan mudah.

c) Panel

Satu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek

tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipinppin oleh

seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan

audience, dan dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.

d) Syndicate group

Suatu kelompok ( kelas ) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil

terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan

tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kapada

kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap

kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Gru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi

lain.

e) Brain Storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap

(34)

diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat

orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam

mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.

f) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek

tertentu, dan membacakan dimuka peserta simposium secara singkat

(5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari

para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu

selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

g) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan

mendiskusikan subek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa

memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk

diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat

faktual.

h) Colloquium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan

dari audience. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa atau mahasiswa

menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan

lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang

diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh

pengetahuan dari tangan pertama.

(35)

Beberapa orang peserta dipinpin oleh seorang ketua mengadakan suatu

diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur

meruapak setengah lingkarang dengan dua atau tiga kursi kosong

menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi

kelompok diskusi, seolah olah melihat ikan yang berada dalam sebuah

mangkuk (fish bowl).

2. Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi

Setiap metode merupakan strategi yang baik untuk digunakan

setiap guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun disisi lain

metode juga memilki kelebihan dan kelemahan. Dalam metode diskusi

beberapa kelebihan dan kelemahan menurut Wina Sanjaya ( 2008: 156),

diantaranya:

1) Beberapa kelebihan metode diskusi

a) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif

khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam

mengatasi setiap permasalahan.

c) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau

gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih

siswa untuk mengahrgai pendapat orang lain.

(36)

a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3

orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

b) Kadang-kadang pembahasan dala diskusi meluas, sehingga

kesimpulan menjadi kabur.

c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak

sesuai yang direncanakan.

d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya kadang-kadang ada

pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim

pembelajaran.

Melihat dari kelemahan metode diskusi tentu hal ini menjadikan

proses diskusi tidak akan efektif. Namun jika kelemhan itu ditangani

dengan baik maka proses diskusi juga dapat berjalan dengan baik. Untuk

mengatasi beberapa kelemahan tersebut menurut Yusud Djajadisastra yang

dikutip oleh Suryosubroto (2002:186-187), mengemukakan saran

mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:

a) Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil,

misalnya lima orang murid setiap kelompok.

b) Agar tidak menimbulkan rasa kelompk-isme ada baiknya bila untuk

setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi

kelompk-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran

(37)

c) Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi

dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid.

d) Mengusahakan penyesuaian yaitu dengan topik berat topik yang

dijadikan pokok diskusi.

e) Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik

yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di lauar sekolah.

Dari beberapa ketentuan-ketentuan di atas, maka kelemahan

metode diskusi dapat dikurangi. Tercapinya proses diskusi tergantung pada

kecakapan guru dalam membimbing proses berjalannya diskusi. Jika guru

membimbing diskusi dengan baik maka proses diskusi pun dapat berjalan

dengan baik.

3. Metode Disukusi Tipe Buzz Group

Dalam penggunaan metode diskusi dalam kelas seringkali terjadi

keramaian yang membuat situasi diskusi tidak efektif. Hal tersebut terjadi

karena pengaturan ataupun pengelompokkan suatu kelompok kurang

terkontrol, hal-hal yang seringkali ditemukan ialah terkadang dalam suatu

kelompok tidak ada yang mau mengalah, serta tidak menerima pendapat

dari kelompok lain yang akan akan memicu keributan. Metode diskusi tipe

buzz group merupakan kelompok kecil yang dibagi menjadi beberapa kelompok secara merata dan dalam sebuahh kelompok akan ditunjuk

beberapa untuk mebimbing kelompok masing-masing demi tercapainya

(38)

Suprihadi Saputro (2000: 182) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa

dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi

diadakan di pertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud

menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan

bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Sementara Wina Sanjaya (2008: 157) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi-bagi siswa dalam

kelompok-kelompok dengan jumlah anggota 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai

dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah

tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh

setiap kelompok kecil. Selesai diskusi kelompok kecil, ketua kelompok

menyajikan hasil diskusinya.

Moejiono dan Moh. Dimyati (1993: 54), juga mengatakan jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang. Diskusi kelompok

kecil ini dilaksanakan di tengah-tengah jam pelajaran atau akhir jam

pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran,

memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Adapun menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono 2012: 20-21) mengatakan dikusi tipe buzz group merupakan satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari atas 4-5 orang. Tempat

(39)

mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan

maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan

pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi tipe buzz group merupakan diskusi kelompok kecil. Dalam setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang serta 4-5 orang. Diskusi

dilaksanakan pada pertengahan ataupun diakhir pelajaran dengan tujuan

menajamkan pemahaman siswa, memperjelas bahan pelajaran siswa serta

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh kelompok

lain. Selain menajamkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran disisi

lain metode diskusi tipe buzz group juga ada hasil belajar yang diharapkan. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 182), hasil belajar yang diharapkan dalam penggunaan metode diskusi tipe buzz group ialah: agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin

berbeda-beda tentang bahan pelajaran. Selain itu membandingkan interprestasi dan

informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling

memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat

dihindarkan dari kekeliruan-kekeliruan.

Sejalan dengan pemikiran Moejiono dan Moh. Dimyati (1999: 54-55), yaitu agar segenap individu membandingkan persepsinya yang

mungkin berbeda-beda tentang isi pelajaran. Selain itu juga untuk

membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing

(40)

informasi, dan interpretasi. Apabila hal ini tercapai, akan menghindarkan

kekeliruan dalam menangkap isi pelajaran.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diharapkan ialah segenap individu dapat membandingkan persepsinya dari

kelompok lain tentang materi pelajaran. Sehingga hal tersebut dapat saling

memperbaiki pendapat dari setiap kelompok ataupun masing-masing

individu.

Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok sebuah kelompok kecil yang beranggotakan tidak lebih dari 5 orang. Setiap

kelompok yang beranggotakan tidak lebih dari 5 tentu hal ini akan

membuat semua anggota dapat terlibat aktif dalam proses diskusi. Hal ini

didukung oleh Ngadiran (1981 :34) yang mengatakan bahwa buzz group

sangat populer populer dikalangan siswa karena dapat digunakan dalam

suasana formal maupun informal. Formasi kelompok buzz group

mangarah pada formasi yang didesain oleh Moejiono dan Moh. Dimyati

(41)

G

M M M M M M M M

M M M M M M M M

M M M M M M M M

M M M M M M M M Gambar 1. Formasi kelas diskusi kelompok kcil tipe buzz group

Proses diskusi tentu akan berjalan baik jika langkah-langkah

diskusi telah ditentukan secara efisien. Langkah-langkah persiapan metode

diskusi tipe buzz group mengarah pada langkah-langkah melaksanakan

diskusi menurut Abdul majid (2014: 160-161), diantaranya sebagai

berikut:

1) Langkah persiapan

a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

c) Guru menentukan masalah yang akan dibahas.

2) Pelaksanaan diskusi

a) Guru memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat

(42)

b) Guru membagi dan mengarahkan siswa untuk membentuk

kelompok buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa kemudian tempat

duduk diatur secara berhadapan.

c) Melaksanakan diskusi tipe buzz group sesuai aturan main yang ditetapkan.

d) Guru membimbing dan berkeliling dari kelompok satu ke

kelompok lain untuk mengawasi proses berjalannya diskusi.

e) Setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di hadapan

kelompok lain.

f) Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta

diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

g) Guru mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang

dibahas, agar pembahasan tidak melebar.

3) Menutup diskusi

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

hasil diskusi dengan bimbinga guru.

(43)

C. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh dari tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam proses

pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikatakan baik

jika siswa tersebut dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik,

serta perubahan tingkah laku yang mengacu pada tercapainya tujuan

pembelajaran. dalam memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan

sebuah metode yang tepat artinya sesuai dengan kondisi dan keadaan

kehidupan sehari-hari sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat

dapat terpenuhi dalam jumlah dalam pengukuran hasil belajar di atas

standar yang ada.

Menurut Purwanto (2010: 44), mengatakan bahwa hasil belajar

dapat dijelaskan dengan memahami dua kata “hasil” dan “belajar”

pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input

secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan

karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).

Adapun menurut Ahmad Susanto (2014: 5) bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

(44)

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran guru

menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar

adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

intruksional.

Sementara menurut Rusmono (2014: 7-8) bahwa hasil belajar merupakan semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan

sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah

kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja

dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bisa

juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran

tertentu.

Menurut Dimyati dan Mujiono yang dikutip ( Henny Yule

Astute, dkk, 114) hasil belajar merupakan dua hal yang dipandang

yaitu siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan

tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada

saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud

pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan

dari dua sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar suatu aktivitas atau proses yang dilakukan siswa sehingga memperoleh

(45)

perubahan tingkah laku yang mengarah pada tercapinya tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh juga dapat dikatakan

keberhasilan dari suatu penggunaan metode pengajaran.

b. Taksonomi hasil belajar kognitif

Bloom ( Via Ngalim Purwanto, 2010: 43-47) membagi tingkat kemampuan yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu:

1) Pengetahuan

Kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mngetahui adanya konsep, fakta, atau istilah tanpa

harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.

Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.

2) Pemahaman

Tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal

ini testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami

konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

3) Penerapan

Responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau

(46)

baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi

pada situasi kongkret atau situasi khusus.

4) Analisis

Tingkat kemampuan testee atau manganalisis atau menguraikan situasi integritas atau situasi tertentu ke dalam

komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukannya. Hal ini dapat berupa

kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses

terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga

sistematikanya.

5) Sintesis

Penyusunan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam suatu bentuk

yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut

untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau

menemukan abstraksinya yang berupa integritas.

6) Evaluasi

Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb.

Berdasarkan suatu kriteria tertentu, kegiatan penilaian dapat dilihat

dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara

pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan

ada enam aspek. Dari keenam tingkatan kognitif tersebut sangat

(47)

lebih mengacu kepada tujuan pendidikan serta acuan untuk

mengembangkan instrumen penilaian.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga aspek yang

meliputi: aspek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Ketiga aspek

tersebut yang dianggap sesuai dengan usia sekolah dasar. Sementara pada

ranah afektif berupa sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Pada ranah psikomotorik hasil belajar siswa akan dinilai dari segi keterampilan siswa

saat mengikuti proses diskusi.

Dari ketiga ranah penjelasan di atas maka dapat di simpulkan,

bahwa hasil belajar merupakan hasil dari proses aktifitas yang dilakukan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran dapat di lihat dari segi tingkah laku

berpikir siswa, besikap dan perbuatan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung, karena hasil belajar yang baik dan optimal merupakan hasil

belajar yang mencapai tujuan pembelajaran serta tujuan pendidikan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berdasarkan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto: 12), hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh oleh dua hal, yaitu:

a. Siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual,

(48)

b. Lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas

guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,

keluarga, dan lingkungan.

Wasliman (2007: 159) mengatakan ada dua faktor yang

memepengaruhi hasil belajar diantaranya:

a. Faktor internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik

yang meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta disik yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga yang morat-marit keadaan

ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian oarng tua kurang

terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku kurang baik

daro orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil

belajar peserta didik.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik serta

tercapainya tujuan pembelajaran, maka hal ini diperlukan peran guru yang

baik pula. Menurut Wina Sanjaya (2008: 52), guru adalah komponen yang

sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka

strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi

suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam

menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran dan juga

(49)

Heronimus Delu Pingge (2016: 135) berpendapat bahwa dalam

memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola

pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa.

Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar untuk mengkur

tingkat pencapaian pemahaman siswa terhadap pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar diperlukan sebuah metode yang dapat

memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang baik. Tri Intan sari

(2014: 37) mengemukakan bahwa, peningkatan hasil belajar siswa melalui

penggunaan metode yang tepat dan menarik dalam pembelajaran. Salah

satu metode pembelajaran yang bisa dijadikan untuk mendukung proses

pembelajaran yaitu metode diskusi. Pendapat lain disampaikan oleh Dewi

Anggarini ( 2015: 154) mengatakan bahwa penggunaan metode diskusi

dapat mendorong dan memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam proses

belajar mengajar.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan

hasil belajar yang baik yang dicapai oleh siswa ada pengaruh dari

faktor-faktor diantaranya dari segi kemampuan dan lingkungan yang ada dalam

diri siswa ataupun yang ada disekitar siswa. Dalam faktor-faktor tersebut

yang mempengaruhi hasil belajar sangat berkaitan satu sama lain. Selain

(50)

guru. Metode diskusi dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

D. Kerangka Pikir

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang

mengajarkan tentang nilai dan norma serta pembentukan karakter yang baik

dan menjadi warga negara yang baik serta menggunakan teknologi dengan

baik. Mata pelajaran PKn juga sebagai wadah pembelajaran tentang nilai-nilai

luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan ataupun

fungsi PKn maka dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak

positif terhadap anak didik yang nanti.

Metode merupakan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode diskusi tipe buzz group merupak salah satu kelompk kecil yang akan diterapkan pada pembelajaran PKn yang nantinya diharapkan dapat

memberikan damapak yang baik dalam peningkatan hasil belajar siswa.

Dalam metode ini keterampialn siswa akan terlatih khususnya kerjasama

dalam kelompok yang nantinya melatih siswa untuk lebih terampil dan

partisipatif.

Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang kemudian siswa diatur berhadapan.

Diskusi kelompok diadakan pada pertengahan pelajaran ataupun akhir

pelajaran, hal ini bertujuan untuk menajamkan pemahaman siswa,

(51)

kelompok lain serta mampu memberikan kesimpulan dari sebuah topik

permasalahan yang telah dibahas.

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri siswa.

Perubahan terjadi melalui proses pembelajaran yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik serta tingkat keberhasilan siswa dan

pencapian tujuan pembelajaran dari hasil proses belajar mengajar. Hasil

belajar yang diharapkan untuk tercapainya tujuan pembelajaran dalam

penggunaan metode diskusi tipe buzz group yaitu setiap individu membandingkan persepsinya yang berbeda tentang respon terhadap

pembelajaran, perbedaan pendapat dapat saling meperbaiki pengertian,

persepsi, informasi dan interprestasi, serta menghargai pendapat lain,

sehingga dapat menghindari kekeliuran dan hasil tujuan pembelajaran

tercapai. Selain itu hasil belajar siswa juga meningkat dan memenuhi KKM

khususnya peningkatan hasil belajar dan pencapaian KKM yang optimal.

Dari berbagai hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

belajar secara berkelompok akan meningkatkan partisipasi siswa. Belajar

berkelompok dapat menambah keaktifan siswa, pengetahuan siswa dan proses

belajar pun belajar dengan baik serta hasil belajar yang akan dicapai pun akan

(52)

Alur penelitian dapat dilihat dalam alur pemikiran di bawah ini:

Gambar 2. Alur Penelitian

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotetis dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode diskusi tipe buzz group

dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas V SD Suryodiningratan I. Kondisi Awal

Tindakan

yang diharapkan

Rendahnya Hasil Belajar PKn Kelas V SDN Suryodiningran I

Merancang dan mempersiapkan rencana pelaksanaan metode diskusi tipe buzz group

Melaksanakan kegiatan diskusi tipe buzz group sehingga siswa dapat berpartispasi dalam diskusi kelompok

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisupatif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas

yang lain. Secara partisipatif bersama-sama dengan mitra peneliti akan

melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Suwarsih Madya, 2006:51-52). Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau pasrtisipasi antara peneliti dengan guru pendamping. Peneliti terlibat langsung dalam proses

penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan

demikian sejak perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi peneliti

senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan

mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan

hasil penelitian.

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V SD N Suryodiningratan I.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016 pada semester

(54)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD

Suryodiningratan I yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari laki-laki

yang berjumlah 13 siswa dan perempuan 8 siswa. Penelitian yang

dilakukan di kelas V SDN Suryodiningratan I dikarenakan adanya sebuah

penemuan masalah yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Alasan dilakukannya penelitian karena berdasarkan

obeservasi yang dilakukan di kelas V khususnya terhadap mata pelajaran

PKn peneliti melihat bahwa hasil belajar yang dcapai dalam pembelajaran

PKn masih kurang atau belum mencapai KKM.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKn

melalui metode diskusi tipe buzz group.

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang terstruktur. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Wiajaya

Kusuma dan Dedi Dwitagama (2011: 20-21) menyatakan model Kemmis dan

McTaggart merupakan pengembangan konsep dasar yang diperkenalkan oleh

Kurt Lewin. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan obseving

(55)

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan

McTaggart (Wijayah Kusuma dan Dwi Tagama 2011: 21) pada hakekatnya

berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat

terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dopandang satu

siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah putaran

kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Pada gambar di bawah, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat

komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.

Keterangan:

Siklus I : 1. Perencanaan I

2.Tindakan dan Observasi I

3. Refleksi I

Siklus II : 1. Perencanaan II

2.Tindakan dan Observasi II

3.Refleksi II

Gambar 3. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart

Dalam pelaksanaan penelitian ini, tiap siklus akan di laksankan dengan

alur sebagai berikut:

1) Perencanaan I, meliputi penetapan materi pembelajaran PKn kelas V dan

penetapan waktu yaitu bulan juni 2016.

2) Pelaksanaan tindakan meliputi proses kegiatan belajar mengajar dengan

(56)

dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan

tempat duduk diatur secara berhadapan pada siswa di kelas V SDN

Suryodiningratan I.

3) Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang

berlangsung untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa

pada saat mengikuti pembelajaran dengan mnggunakan metode diskusi

tipe buzz group yang di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Refleksi meliputi kegiatan mencari penyebab kemungkinan

kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan metode dsikusi tipe buzz group. Berdasar penyebab kekurangan yang ada kemudian dicari solusi perbaikan untuk dilanjutkan

pada siklus berikutunya.

E. Rencana Tindakan Penelitian 1. Tahap Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas V

SDN Suryodiningratan I, terdapat gambaran mengenai kegiatan belajar

mengajar khususnya pada mata pelajaran PKn. Gambaran pada siswa kelas

V SD menunjukan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Maka

perlu diadakannnya penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Tahap Siklus I

Tahap pada siklus I merupakan inti dari rangkaian tahapan-tahapan

(57)

a. Perencanaan tindakan

Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah:

1) Menemukan masalah yang ada dilapangan dengan melakukan

observasi dan wawancara dengan guru kelas.

2) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan

menggunakan metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5

siswa, kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.

3) Peneliti bersama guru membuat rancangan cara pembagian

kelompok disksusi. Setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan

dipilih secara acak.

4) Peneliti merancang pembuatan rencana pembelajaran sesuai

tindakan yang dilakukan.

5) Menyiapkan media pembelajaran.

6) Menyusun lembar observasi untuk mengamati guru saat

melaksanakan kegiatan diskusi kelompok dengan menggunakan

metode diskusi tipe buzz group. b. Pelaksanaan tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, guru melakukan tindakan dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan

menggunakan panduan perencanaan yang dibuat dan kegiatan

(58)

1) Melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan

metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa,

kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.

2) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap

kelompok terdiri dari 4-5 siswa dalam setiap kelompok.

5) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa.

6) Siswa melakukan kegiatan diskusi dengan menggunakan metode

diskusi tipe buzz group sesuai yang diarahkan guru.

7) Setelah selesai diskusi masing-masing kelompok

mempersentasikan hasil diskusinya .

8) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil

diskusi yang disampaikan oleh kelompok.

c. Observasi

Pada tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Dengan tujuan mengetahui apakah metode diskusi tipe

buzz group sudah sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu guru juga mengkaji yang berhubungan dengan kekurangan dan hambatan

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 1. Formasi kelas diskusi kelompok kcil tipe buzz group
Gambar 2. Alur Penelitian
Gambar 3. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan sebanyak 600 kasus tentang penyalahgunaan Dana Desa disebabkan kurangnya pengawasan dalam pengelolaan keuangan desa baik pengawasan dari Desa maupun dari

At this research, researchers are looking for the ability of this particle board toward to test in the form of mechanical properties such as modulus of rupture,

Argentina merubah arah politik luar negerinya sejak tahun 2003, dari yang sebelumnya lembut terhadap Inggris menjadi lebih keras karena adanya keinginan

3 - Duboka kultura (elementi kulture kojih ljudi nisu svjesni) - predstavlja obiteljske odnose, rodno-spolne uloge, neverbalnu komunikaciju, odnose između nadređenih i podređenih,

Berdasarkan tabel 4.4, terlihat bahwa pola hubungan antara jumlah industri kecil dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil tahun 2013 tersebar tidak merata pada

Kandungan senyawa fenolik dalam minyak daun cengkeh diuji dengan metode spektrofotometer menggunakan eugenol murni sebagai standar (Jeong dkk., 2005).. Isolasi dan Fraksinasi

harus diberi pelayanan yang terbaik untuk kepuasannya, dan jika ada pengunjung yang sekedar cari informasi tentang fasilitas-fasilitas apa saja yang ditawarkan Dinas

floors hampered interactions between members, “ It was really worrying for a while, we were just like, has the expansion damaged it in some way. ” [HM2] The