PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur atas segala kebaikan yang telah
diberikan Tuhan Yesus, karya ini penulis persembahkan:
1. Bapak, Ibu, Tante, Paman dan Adek-adek tercinta yang senantiasa memberikan
doa, semangat yang tiada hentinya selama ini.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I
Oleh
Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group pada siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan lembar tes. Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata siswa 73,09, siswa yang mencapai KKM adalah 11 siswa atau 52%, sementara yang tidak mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 48%. Sementara pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 85,33, siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 90% dan yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 10%. Hasil belajar pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan karena ≥80 siswa sudah mencapai KKM.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesanggupan, perlindungan dan bimbingan penulisan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Negeri Suryodiningratan I”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam
penulisan skripsi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk
menyusun skripsi.
4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu dengan tulus membimbing penulisan skripsi.
5. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd pembimbing akademik yang telah memberikan
6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu
pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan
sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Sri Wahyuni, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SD Negeri Suryodiningratan
I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti.
8. Ibu Ely Janawati, S.Pd.SD guru kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang
telah membantu selama penelitian berlangsung.
9. Siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang telah meluangkan waktu
dan bekerja sama dengan baik.
10. Kedua orang tuaku, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa dan
materil selama menempuh pendidikan.
11. Tanteku Mairiani Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa
dan materil selama menempuh pendidikan.
12. Pamanku Rongan Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa
dan materil selama menempuh pendidikan.
13. Trifena Keke Kojong, terimakasih telah membantu penulis dan memberikan
dorongan semangat.
14. Laila Jannatin Husna, terimakasih dengan penuh kesabaran mendampingi dan
membantu serta selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir
skripsi.
15. Teman-teman kampus II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Mata Pembelajaran PKn ... 11
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 13
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 14
4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn ... 15
1. Pengertian Metode Diskusi ... 15
2. Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi ... 20
B. Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 22
C. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 28
2. Pengertian Hasil Belajar ... 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 32
D. Kerangka Pikir... 35
E. Hipotesis Tindakan ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Setting Penelitian ... 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
D. Desain Penelitian ... 39
E. Rencana Tindakan Penelitian ... 41
F. Teknik Pengumpulan data ... 45
G. Instrumen Penelitian ... 45
H. Teknik Analisis Data ... 50
I. Kriteria Keberhasilan ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 53
B. Hasil Penelitian ... 55
C. Pembahasan ... 79
D. Keterbatasan Penelitian ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Saran ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 15
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 47
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Tes ... 49
Tabel 4. Sarana dan Prasarana SDN Suryodiningratan I ... 53
Tabel 5. Data Guru dan Karyawan SDN Suryodiningratan I... 54
Tabel 6. Jumlah Siswa Kelas V SDN Suryodiningratan I TA 2015/2016 ... 54
Tabel 7. Data Awal Hasil Belajar PKn Sebelum Tindakan ... 56
Tabel 8. Data Hasil Belajar Siklus I ... 63
Tabel 9. Hasil Refleksi Siklus I... 66
Tabel 10. Data hasil Belajar Siklus II ... 74
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Formasi Kelas Diskusi Kelompok Kecil Tipe Buzz Group ... 25 Gambar 2. Alur Penelitian... 37
Gambar 3. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 38
Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan hasil Belajar Siswa Pra Tindakan
dan Siklus I ... 64
Gambar 5. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Pra
Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 90
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 123
Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 128
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang
pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap
manusia. Mata pelajaran PKn mengandung ilmu pembelajaran mengenai
perilaku, etika dan moral kehidupan serta masih banyak hal lainnya yang
bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pembelajaran PKn
dijadikan sebagai wadah bagi anak bangsa untuk membentuk karakter yang
akan berguna bagi lingkungan sekitar baik masyarakat ataupun bangsa dan
negara. Selain itu PKn berperan juga untuk membantu individu melestarikan
budaya-budaya yang ada.
Mata pelajaran Pkn merupakan mata pelajaran yang di dalamnya
mencakup materi-materi yang mengarah pada pembentukan nilai kepribadian
peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun
2003 pasal 37 ayat 2 menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Standar Isi PKn SD juga
disebutkan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Sunarso, dkk (2013: 14), menjelaskan bahwa Pkn yang berhasil akan
menumbuhkan sikap mental yang bersifat cerdas dan penuh tanggungjawab
pada peserta didik dengan perilaku yang (a) beriman dan bertaqwa pada
Tuhan Yang Maha Esadan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi
pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c)
sikap rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga
Negara, (d) bersikap perofesional yang dijiwai oleh kesadaran belanegara,
serta (e) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa, dan negara.
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur melalui
hasil belajar. Melalui pengukuran hasil belajar dapat pula diketahui tingkat
keberhasilan siswa. Hasil belajar siswa dapat dikatakan baik dan optimal
dalam mencapai keberhasilan belajar jika hasil belajar siswa tersebut sudah
mencapai tujuan pemebelajaran. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran
dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak bagi siswa dan
hasil belajar yang baik dari proses belajar mengajar.
Dalam upaya pencapaian keberhasilan belajar yang optimal
dibutuhkan sebuah metode yang tepat. Pupuh Fathurrahman (2007) (Via
Hamruni (2011: 7) metode secara harafiah berarti cara. Secara umum, metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan
sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk
keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam pembelajaran adalah
keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan
usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi
dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Pemilihan dan penerapan strategi serta metode pembelajaran harus
sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan siswa, agar siswa dapat berperan
aktif. Dalam memilih metode pembelajaran guru harus bisa memilih metode
yang tepat dan yang dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif,
sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat diikuti dan dipahami siswa
dengan baik. Jadi metode merupakan suatu strategi yang fungsinya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat maka hasil
belajar pun akan efektif serta keefektifan pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil belajar merupakan perolehan dari suatu proses aktivitas yang
dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Reigeluth
sebagaimana yang dikutip Keller dalam (Rusmono, 2012: 7-8), semua akibat
yang terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda merupakan hasil
belajar. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia
merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai
hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penelitian dilapangan
pelajaran IPS dan matematika, peneliti melihat keterlibatan dan pemahaman
siswa dalam memahami materi tersebut terlihat siswa merespon baik, karena
media yang dibutuhkan yang berhubungan dengan materi terdapat di dinding
kelas tersebut namun masih terbatas. Lain halnya dengan kegiatan
pembelajaran PKn, peneliti melihat guru lebih sering menjelaskan materi
dengan berceramah dan jarang melakukan tanya jawab dan memberikan tugas
kelompok, namun kondisi diskusi saat diskusi kelompok terlihat siswa kurang
berpartispasi dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-ide. Berdasarkan
kondisi tersebut, peneliti melihat ada hubungan erat antara keaktifan, situasi
dan keadaan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Jika
keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dipahami dan diperoleh
dengan baik, maka baik pula hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil belajar di kelas V SD Suryodiningratan I dikatakan masih
rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari analisis yang dilakukan peneliti
terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh dari tugas harian (H), pekerjaan
rumah (PR) dan tugas (TGS). Dari analisis hasil belajar siswa menunjukkan
bahwa dari 21 siswa, diketahui yang mencapai KKM sebanyak 9 siswa
sementara 12 siswa belum mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa adalah
65,85. Kriteria ketuntasan minimum pada mata pelajaran PKn kelas V adalah
75. Jika siswa mendapat nilai ≤75 maka siswa belum mencapai KKM, namun
jika siswa mendapat nilai ≥75 maka siswa tersebut dinyatakan mencapai
KKM. Sebanyak 12 siswa atau 57% siswa yang belum mencapai KKM tentu
Rendahnya hasil belajar siswa diduga dari penggunaan metode yang
digunakan guru. Dari hasil observasi pembelajaran guru terlihat penggunaan
metode ceramah membuat siswa lebih banyak diam dan tidak berpartisipasi
karena guru lebih banyak menjelaskan materi dengan berceramah
dibandingkan melakukan tanya jawab sebagai tolak ukur untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, sehingga siswa
terlihat diam dan tidak ada keberanian untuk bertanya. Guru hanya duduk di
kursinya untuk memperhatikan siswa. Hal yang terjadi adalah banyak siswa
yang tidak meperhatikan guru dan beberapa siswa yang ditegur. Guru hanya
menegur di kursi guru saja tanpa mendekati siswa tersebut, sehingga beberapa
menit kemudian siswa yang ditegur kembali tidak memperhatikan guru.
Beberapa siswa malah menggambar di kertas kosong, bahkan ada siswa yang
di belakang bercerita bersama teman sebangkunya. Siswa kadang disuruh
untuk mencatat materi dari buku paket kemudian mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Tentu pemahaman siswa hanya sebatas mengetahui petunjuk
dari buku saja jika guru tidak menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan
siswa.
Guru juga memberikan siswa tugas kelompok yang terdapat pada
LKS. Selama diskusi kelompok, guru jarang melakukan tanya jawab dan juga
jarang memantau hasil kerja kelompok siswa. sehingga sebagian siswa tidak
mau bergabung dengan kelompoknya, malah bercerita sama temannya. Guru
lebih sering duduk di tempat duduknya. Ketika tugas kelompok selesai, guru
menyimpulkan mengenai hasil tugas kelompok tanpa membahas hasil dari
tugas masing-masing kelompok. Hal ini tentu membuat siswa kurang paham,
apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum. Tindakan ini
membuat siswa jarang bertanya hal-hal yang tidak diketahui serta usulan, ide
ataupun pendapat dari siswa tersebut. Tanpa adanya pancingan dari guru tentu
membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran serta keberanian dalam
menyampaikan ide-ide ataupun pendapat siswa tersebut. Penggunaan metode
dan pendekatan yang kurang menarik perhatian siswa ini diduga berdampak
terhadap pemahaman siswa dan hasil belajar siswa yang kurang optimal.
Hal tersebut tentu menjadi penyebab mengapa siswa masih mendapat
nilai yang dibawah KKM. Oleh karena itu perlu adanya sebuah penerapan
metode yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Metode diskusi tipe buzz group yaitu suatu kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan. Metode tersebut akan digunakan dan
diterapkan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu
metode tersebut juga memberanikan siswa untuk memberikan pendapat,
memberikan saran dan kritik. Metode ini juga melatih siswa untuk
menghargai pendapat serta menambah wawasan dan pengetahuan siswa.
Bukan hanya itu saja tetapi hasil belajar akan berdampak baik.
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang diharapkan
dapat memahami materi dan menambah pengetahuan siswa. Penggunaan
metode diskusi dalam proses pembelajaran, karakter siswa akan terbentuk
menghargai pendapat, mendapat pengalaman baru, menambah pengetahuan
serta menghasilkan karya baru melalui ide kelompok sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode diartikan sebagai siasat
”penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan
yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok peserta didik
memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Metode diskusi tipe buzz group merupakan metode yang yang diusulkan oleh peneliti dan telah disetujui oleh guru kelas V SD
Suryodiningratan I. Penerapan metode diskusi tipe buzz group telah di sesuaikan dengan kondisi kelas dan siswa, yang dimana siswa tidak aktif dan
kurang berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran maupun kerja
kelompok. Guru yang mengajar di kelas V tersebut telah bersedia untuk
menerapkan metode diskusi tipe buzz group sebagai salah satu metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa pembelajaran PKn.
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka peneliti berusaha
menerapkan sebuah metode untuk meningkatkan hasil belajar dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Suryodiningratan I”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasi berbagai
1. Penggunaan metode ceramah tanpa melakukan tanya jawab membuat
siswa lebih banyak diam dan tidak aktif.
2. Guru menegur siswa hanya dimeja guru saja tanpa mendekati siswa
tersebut, sehingga beberapa menit kemudian siswa kembali tidak
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.
3. Hasil tugas kelompok tidak dibahas secara berkelompok sehingga siswa
kurang paham apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum.
4. Guru jarang berkeliling dan memantau siswa saat menyampaikan materi
dan saat siswa mengerjakan tugas kelompok.
5. Hasil belajar PKn siswa kelas V masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan penggunaan metode diskusi tipe
buzz group dalam pembelajaran Pkn.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah, maka dapat dikaji rumusan
masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana meningkatkan hasil belajar
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan di atas, maka tujuan
yang dicapai untuk melaksanakan penelitian ini yaitu: meningkatkan hasil
belajar PKn siswa melalui penerapan metode diskusi tipe buzz group di kelas V SD Suryodiningratan I.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini ada dua manfaat yang diperoleh yaitu,
Manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan referensi dan kontribusi
positif dalam keterampilan mengajar dengan menggunakan metode diskusi
tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
2) Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
3) Siswa dapat bekerjasama dengan rekan kelompoknya dan saling
kompak dalam menyelesaikan tugas.
4) Menambah pemahaman siswa melalui interaksi diskusi dengan
b. Bagi guru
Salah satu masukan yaitu metode diskusi tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah pengetahuan serta
pengalaman baru melalui metode diskusi.
c. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan untuk mengambil kebijakan dan melakukan
pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar dan penambahan wawasan siswa.
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai modal untuk meningkatkan kualitas mengajar untuk
calon guru.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai calon pengajar
dimasa yang akan datang dan pemilihan metode pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pembelajaran PKn
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan
terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap
aspek. Hal ini sanagat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan
yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan,
secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab
melaksanakan evaluasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan
pendidika di sekolah, di mana guru memegang peranan utama dan
bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa
maupun masyarakat melalaui proses pengajaran dalam kelas.
Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang
bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berlandaskan pada Pancasila, undang-undang, dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat masih belum optimal disampaikan kepada siswa.
Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara
civic education dan citizenship education. Menurut Cogan (1999: 4) yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2013: 224-225) menjelaskan kedua istilah
ini, sebagai berikut:
a) Civic education, diartikan sebagai: the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adul lives( suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga Negara muda agar kelak
setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya).
b) Citizhensip education atau education for citizhenship, diartikan sebagai: the more inclusive term and encompaseses both these in-school experiences as well as out-of-school or ‘non formal/informal’ learning which takes place in the family, the religious organizations, the media etc, which help to shape the totality of the citizen.
(Merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di
sekolah dan luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga,
dalam oraganisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan
dalam media yang membantunya untuk menjadi warga negara
seutuhnya).
Dari kedua istilah tersebut, civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah
identik dengan PKn, yang memiliki tujuan utama mengembangkan siswa
sebagai warga Negara yang cerda dan baik. Civic education atau pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup
proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung
termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses
menyiapakan warga negara tersebut.
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Sunarso (2013: 1), pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia melalui
koridor”value based education”. Konfigurasi atau kerangka sistem PKn
dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: pertama, PKn dirancang
sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu agar menjadi warga negara indonesia berakhlak mulia,
cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn subjek
pembelajaran yang memuat dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga, PKn menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences).
Sementara Ahmad Susanto (2014: 225) mengatakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Pendidikan
kewarganegaraan diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak
didik agar menjadi warga neara yang baik (good citizen).
Dari beberapa paparan tentang pendidikan kewarganegaraan di
luhur dan moral mampu menjadikan anak didik menjadi warga negara
yang baik serta mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
demokratis dan partisipatif. Selain itu PKn juga mengemban misi nasional
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran PKn menurut Suharno, dkk (2006: 18)
adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarakan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Dilihat dari tujuan PKn di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan
PKn di sekolah adalah untuk membentuk karakter anak didik menjadi
warga negara yang baik dan mampu memanfaatkan teknologi dan
komunikasi dengan baik. Selain itu PKn juga menjadikan warga negara
yang mau dan sadar tentang hak dan kewajiban dalam perannya membela
4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn
Standar isi memuat dua hal pokok. Pertama, komponen
kompetensi, berupa kemampuan yang dicapai oleh peserta didik. Kedua,
materi pelajaran yang harus diajarkan untuk mencapai tingkat kompetensi
yang diharapkan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang diajarkan di kelas V pada semester 2 adalah:
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Menghargai keputusan Bersama 4.2 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama
Berdasarkan tabel di atas, Satandar Kompetensi (SK) yang
digunakan yaitu menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar (KD)
yang digunakan mematuhi keputusan bersama.
B. Kajian Tentang Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan sebuah strategi yang dilakukan guru
dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaan
metode diskusi, setiap siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang
kemudian akan berdiskusi secara bersama dalam suatu kelompok dalam
Menurut Abdul Majid (2014: 157) mengatakan bahwa diskusi
adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen 1998).
Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Suryosubroto (2002: 179) mengatakan bahwa metode diskusi suatu
cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada
para siswa (kelompok-kelompok siswa) untu mengadakan perbincangan
ilmiah duna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
penyusun sebagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Forum
diskusi dapat di ikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk
kelompok-kelompok yang lebih kecil yang perlu mendapatkan perhatian
ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam
forum diskusi.
Pendapat lain disampaikan oleh Sugihartono, dkk (2013: 83)
menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran
melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan
masalah secara kelompok. Metode ini dapat mendorong siswa untuk
mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 144-145), juga
mengatakan bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian”
bahan pengajaran yang melibataktifkan peserta didik untuk membicarakan
dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis. Guru, peserta didik dan atau kelompok peserta didik memiliki
perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Dari beberapa definisi tentang metode diskusi yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
merupakan metode pembelajaran yang dimana siswa akan diberikan
sebuah masalah yang akan diselesaikan secara berkelompok. Dari metode
ini tentunya semua siswa akan dilibatkan dalam memecahkan sebuah
masalah bersama. Sehingga dalam penyelesaian sebuah masalah dapat
dikerjakan secara bersama. Prima Sinta Utamai dan Abdul Gafur (2015:
19) berpendapat bahwa metode diskusi secara umum digunakan untuk
memperbaiki cara berfikir, keterampilan komunikasi siswa dan untuk
menggalakan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Banyak sekali model
diskusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun beberapa jenis-jenis diskusi yang dikemukakan oleh J.J
Hasibuan dan Moedjiono (2012: 20-22), sebagai berikut:
a) Whole Group
b) Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri
dari atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dpat berhadapan muka
dan bertukar pikiran dengan mudah.
c) Panel
Satu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek
tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipinppin oleh
seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan
audience, dan dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
d) Syndicate group
Suatu kelompok ( kelas ) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan
tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kapada
kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap
kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Gru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi
lain.
e) Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap
diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam
mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
f) Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek
tertentu, dan membacakan dimuka peserta simposium secara singkat
(5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari
para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu
selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
g) Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan
mendiskusikan subek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat
faktual.
h) Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan
dari audience. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa atau mahasiswa
menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan
lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang
diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh
pengetahuan dari tangan pertama.
Beberapa orang peserta dipinpin oleh seorang ketua mengadakan suatu
diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur
meruapak setengah lingkarang dengan dua atau tiga kursi kosong
menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi
kelompok diskusi, seolah olah melihat ikan yang berada dalam sebuah
mangkuk (fish bowl).
2. Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi
Setiap metode merupakan strategi yang baik untuk digunakan
setiap guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun disisi lain
metode juga memilki kelebihan dan kelemahan. Dalam metode diskusi
beberapa kelebihan dan kelemahan menurut Wina Sanjaya ( 2008: 156),
diantaranya:
1) Beberapa kelebihan metode diskusi
a) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih
siswa untuk mengahrgai pendapat orang lain.
a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3
orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b) Kadang-kadang pembahasan dala diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai yang direncanakan.
d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya kadang-kadang ada
pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim
pembelajaran.
Melihat dari kelemahan metode diskusi tentu hal ini menjadikan
proses diskusi tidak akan efektif. Namun jika kelemhan itu ditangani
dengan baik maka proses diskusi juga dapat berjalan dengan baik. Untuk
mengatasi beberapa kelemahan tersebut menurut Yusud Djajadisastra yang
dikutip oleh Suryosubroto (2002:186-187), mengemukakan saran
mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:
a) Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil,
misalnya lima orang murid setiap kelompok.
b) Agar tidak menimbulkan rasa kelompk-isme ada baiknya bila untuk
setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi
kelompk-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran
c) Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi
dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid.
d) Mengusahakan penyesuaian yaitu dengan topik berat topik yang
dijadikan pokok diskusi.
e) Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik
yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di lauar sekolah.
Dari beberapa ketentuan-ketentuan di atas, maka kelemahan
metode diskusi dapat dikurangi. Tercapinya proses diskusi tergantung pada
kecakapan guru dalam membimbing proses berjalannya diskusi. Jika guru
membimbing diskusi dengan baik maka proses diskusi pun dapat berjalan
dengan baik.
3. Metode Disukusi Tipe Buzz Group
Dalam penggunaan metode diskusi dalam kelas seringkali terjadi
keramaian yang membuat situasi diskusi tidak efektif. Hal tersebut terjadi
karena pengaturan ataupun pengelompokkan suatu kelompok kurang
terkontrol, hal-hal yang seringkali ditemukan ialah terkadang dalam suatu
kelompok tidak ada yang mau mengalah, serta tidak menerima pendapat
dari kelompok lain yang akan akan memicu keributan. Metode diskusi tipe
buzz group merupakan kelompok kecil yang dibagi menjadi beberapa kelompok secara merata dan dalam sebuahh kelompok akan ditunjuk
beberapa untuk mebimbing kelompok masing-masing demi tercapainya
Suprihadi Saputro (2000: 182) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa
dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi
diadakan di pertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan
bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Sementara Wina Sanjaya (2008: 157) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi-bagi siswa dalam
kelompok-kelompok dengan jumlah anggota 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai
dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah
tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh
setiap kelompok kecil. Selesai diskusi kelompok kecil, ketua kelompok
menyajikan hasil diskusinya.
Moejiono dan Moh. Dimyati (1993: 54), juga mengatakan jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang. Diskusi kelompok
kecil ini dilaksanakan di tengah-tengah jam pelajaran atau akhir jam
pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran,
memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Adapun menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono 2012: 20-21) mengatakan dikusi tipe buzz group merupakan satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari atas 4-5 orang. Tempat
mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan
maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi tipe buzz group merupakan diskusi kelompok kecil. Dalam setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang serta 4-5 orang. Diskusi
dilaksanakan pada pertengahan ataupun diakhir pelajaran dengan tujuan
menajamkan pemahaman siswa, memperjelas bahan pelajaran siswa serta
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh kelompok
lain. Selain menajamkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran disisi
lain metode diskusi tipe buzz group juga ada hasil belajar yang diharapkan. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 182), hasil belajar yang diharapkan dalam penggunaan metode diskusi tipe buzz group ialah: agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin
berbeda-beda tentang bahan pelajaran. Selain itu membandingkan interprestasi dan
informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat
dihindarkan dari kekeliruan-kekeliruan.
Sejalan dengan pemikiran Moejiono dan Moh. Dimyati (1999: 54-55), yaitu agar segenap individu membandingkan persepsinya yang
mungkin berbeda-beda tentang isi pelajaran. Selain itu juga untuk
membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing
informasi, dan interpretasi. Apabila hal ini tercapai, akan menghindarkan
kekeliruan dalam menangkap isi pelajaran.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diharapkan ialah segenap individu dapat membandingkan persepsinya dari
kelompok lain tentang materi pelajaran. Sehingga hal tersebut dapat saling
memperbaiki pendapat dari setiap kelompok ataupun masing-masing
individu.
Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok sebuah kelompok kecil yang beranggotakan tidak lebih dari 5 orang. Setiap
kelompok yang beranggotakan tidak lebih dari 5 tentu hal ini akan
membuat semua anggota dapat terlibat aktif dalam proses diskusi. Hal ini
didukung oleh Ngadiran (1981 :34) yang mengatakan bahwa buzz group
sangat populer populer dikalangan siswa karena dapat digunakan dalam
suasana formal maupun informal. Formasi kelompok buzz group
mangarah pada formasi yang didesain oleh Moejiono dan Moh. Dimyati
G
M M M M M M M M
M M M M M M M M
M M M M M M M M
M M M M M M M M Gambar 1. Formasi kelas diskusi kelompok kcil tipe buzz group
Proses diskusi tentu akan berjalan baik jika langkah-langkah
diskusi telah ditentukan secara efisien. Langkah-langkah persiapan metode
diskusi tipe buzz group mengarah pada langkah-langkah melaksanakan
diskusi menurut Abdul majid (2014: 160-161), diantaranya sebagai
berikut:
1) Langkah persiapan
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
c) Guru menentukan masalah yang akan dibahas.
2) Pelaksanaan diskusi
a) Guru memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
b) Guru membagi dan mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa kemudian tempat
duduk diatur secara berhadapan.
c) Melaksanakan diskusi tipe buzz group sesuai aturan main yang ditetapkan.
d) Guru membimbing dan berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok lain untuk mengawasi proses berjalannya diskusi.
e) Setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di hadapan
kelompok lain.
f) Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
g) Guru mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang
dibahas, agar pembahasan tidak melebar.
3) Menutup diskusi
a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
hasil diskusi dengan bimbinga guru.
C. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh dari tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikatakan baik
jika siswa tersebut dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
serta perubahan tingkah laku yang mengacu pada tercapainya tujuan
pembelajaran. dalam memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan
sebuah metode yang tepat artinya sesuai dengan kondisi dan keadaan
kehidupan sehari-hari sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat
dapat terpenuhi dalam jumlah dalam pengukuran hasil belajar di atas
standar yang ada.
Menurut Purwanto (2010: 44), mengatakan bahwa hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata “hasil” dan “belajar”
pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input
secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan
karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).
Adapun menurut Ahmad Susanto (2014: 5) bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran guru
menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional.
Sementara menurut Rusmono (2014: 7-8) bahwa hasil belajar merupakan semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah
kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja
dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bisa
juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran
tertentu.
Menurut Dimyati dan Mujiono yang dikutip ( Henny Yule
Astute, dkk, 114) hasil belajar merupakan dua hal yang dipandang
yaitu siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan
dari dua sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar suatu aktivitas atau proses yang dilakukan siswa sehingga memperoleh
perubahan tingkah laku yang mengarah pada tercapinya tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh juga dapat dikatakan
keberhasilan dari suatu penggunaan metode pengajaran.
b. Taksonomi hasil belajar kognitif
Bloom ( Via Ngalim Purwanto, 2010: 43-47) membagi tingkat kemampuan yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu:
1) Pengetahuan
Kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mngetahui adanya konsep, fakta, atau istilah tanpa
harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.
Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.
2) Pemahaman
Tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal
ini testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami
konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
3) Penerapan
Responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau
baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi kongkret atau situasi khusus.
4) Analisis
Tingkat kemampuan testee atau manganalisis atau menguraikan situasi integritas atau situasi tertentu ke dalam
komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukannya. Hal ini dapat berupa
kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses
terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga
sistematikanya.
5) Sintesis
Penyusunan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam suatu bentuk
yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut
untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau
menemukan abstraksinya yang berupa integritas.
6) Evaluasi
Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb.
Berdasarkan suatu kriteria tertentu, kegiatan penilaian dapat dilihat
dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara
pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan
ada enam aspek. Dari keenam tingkatan kognitif tersebut sangat
lebih mengacu kepada tujuan pendidikan serta acuan untuk
mengembangkan instrumen penilaian.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga aspek yang
meliputi: aspek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Ketiga aspek
tersebut yang dianggap sesuai dengan usia sekolah dasar. Sementara pada
ranah afektif berupa sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Pada ranah psikomotorik hasil belajar siswa akan dinilai dari segi keterampilan siswa
saat mengikuti proses diskusi.
Dari ketiga ranah penjelasan di atas maka dapat di simpulkan,
bahwa hasil belajar merupakan hasil dari proses aktifitas yang dilakukan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dapat di lihat dari segi tingkah laku
berpikir siswa, besikap dan perbuatan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, karena hasil belajar yang baik dan optimal merupakan hasil
belajar yang mencapai tujuan pembelajaran serta tujuan pendidikan.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto: 12), hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh oleh dua hal, yaitu:
a. Siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual,
b. Lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas
guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,
keluarga, dan lingkungan.
Wasliman (2007: 159) mengatakan ada dua faktor yang
memepengaruhi hasil belajar diantaranya:
a. Faktor internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik
yang meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta disik yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga yang morat-marit keadaan
ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian oarng tua kurang
terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku kurang baik
daro orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil
belajar peserta didik.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik serta
tercapainya tujuan pembelajaran, maka hal ini diperlukan peran guru yang
baik pula. Menurut Wina Sanjaya (2008: 52), guru adalah komponen yang
sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.
Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka
strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi
suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran dan juga
Heronimus Delu Pingge (2016: 135) berpendapat bahwa dalam
memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola
pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa.
Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar untuk mengkur
tingkat pencapaian pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar diperlukan sebuah metode yang dapat
memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang baik. Tri Intan sari
(2014: 37) mengemukakan bahwa, peningkatan hasil belajar siswa melalui
penggunaan metode yang tepat dan menarik dalam pembelajaran. Salah
satu metode pembelajaran yang bisa dijadikan untuk mendukung proses
pembelajaran yaitu metode diskusi. Pendapat lain disampaikan oleh Dewi
Anggarini ( 2015: 154) mengatakan bahwa penggunaan metode diskusi
dapat mendorong dan memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam proses
belajar mengajar.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan
hasil belajar yang baik yang dicapai oleh siswa ada pengaruh dari
faktor-faktor diantaranya dari segi kemampuan dan lingkungan yang ada dalam
diri siswa ataupun yang ada disekitar siswa. Dalam faktor-faktor tersebut
yang mempengaruhi hasil belajar sangat berkaitan satu sama lain. Selain
guru. Metode diskusi dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
D. Kerangka Pikir
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
mengajarkan tentang nilai dan norma serta pembentukan karakter yang baik
dan menjadi warga negara yang baik serta menggunakan teknologi dengan
baik. Mata pelajaran PKn juga sebagai wadah pembelajaran tentang nilai-nilai
luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan ataupun
fungsi PKn maka dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak
positif terhadap anak didik yang nanti.
Metode merupakan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode diskusi tipe buzz group merupak salah satu kelompk kecil yang akan diterapkan pada pembelajaran PKn yang nantinya diharapkan dapat
memberikan damapak yang baik dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam metode ini keterampialn siswa akan terlatih khususnya kerjasama
dalam kelompok yang nantinya melatih siswa untuk lebih terampil dan
partisipatif.
Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang kemudian siswa diatur berhadapan.
Diskusi kelompok diadakan pada pertengahan pelajaran ataupun akhir
pelajaran, hal ini bertujuan untuk menajamkan pemahaman siswa,
kelompok lain serta mampu memberikan kesimpulan dari sebuah topik
permasalahan yang telah dibahas.
Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan terjadi melalui proses pembelajaran yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik serta tingkat keberhasilan siswa dan
pencapian tujuan pembelajaran dari hasil proses belajar mengajar. Hasil
belajar yang diharapkan untuk tercapainya tujuan pembelajaran dalam
penggunaan metode diskusi tipe buzz group yaitu setiap individu membandingkan persepsinya yang berbeda tentang respon terhadap
pembelajaran, perbedaan pendapat dapat saling meperbaiki pengertian,
persepsi, informasi dan interprestasi, serta menghargai pendapat lain,
sehingga dapat menghindari kekeliuran dan hasil tujuan pembelajaran
tercapai. Selain itu hasil belajar siswa juga meningkat dan memenuhi KKM
khususnya peningkatan hasil belajar dan pencapaian KKM yang optimal.
Dari berbagai hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
belajar secara berkelompok akan meningkatkan partisipasi siswa. Belajar
berkelompok dapat menambah keaktifan siswa, pengetahuan siswa dan proses
belajar pun belajar dengan baik serta hasil belajar yang akan dicapai pun akan
Alur penelitian dapat dilihat dalam alur pemikiran di bawah ini:
Gambar 2. Alur Penelitian
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotetis dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode diskusi tipe buzz group
dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas V SD Suryodiningratan I. Kondisi Awal
Tindakan
yang diharapkan
Rendahnya Hasil Belajar PKn Kelas V SDN Suryodiningran I
Merancang dan mempersiapkan rencana pelaksanaan metode diskusi tipe buzz group
Melaksanakan kegiatan diskusi tipe buzz group sehingga siswa dapat berpartispasi dalam diskusi kelompok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisupatif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas
yang lain. Secara partisipatif bersama-sama dengan mitra peneliti akan
melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Suwarsih Madya, 2006:51-52). Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau pasrtisipasi antara peneliti dengan guru pendamping. Peneliti terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian sejak perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi peneliti
senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan
hasil penelitian.
B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SD N Suryodiningratan I.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016 pada semester
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Suryodiningratan I yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari laki-laki
yang berjumlah 13 siswa dan perempuan 8 siswa. Penelitian yang
dilakukan di kelas V SDN Suryodiningratan I dikarenakan adanya sebuah
penemuan masalah yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Alasan dilakukannya penelitian karena berdasarkan
obeservasi yang dilakukan di kelas V khususnya terhadap mata pelajaran
PKn peneliti melihat bahwa hasil belajar yang dcapai dalam pembelajaran
PKn masih kurang atau belum mencapai KKM.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKn
melalui metode diskusi tipe buzz group.
D. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang terstruktur. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Wiajaya
Kusuma dan Dedi Dwitagama (2011: 20-21) menyatakan model Kemmis dan
McTaggart merupakan pengembangan konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan obseving
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan
McTaggart (Wijayah Kusuma dan Dwi Tagama 2011: 21) pada hakekatnya
berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat
terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dopandang satu
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Pada gambar di bawah, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat
komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.
Keterangan:
Siklus I : 1. Perencanaan I
2.Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi I
Siklus II : 1. Perencanaan II
2.Tindakan dan Observasi II
3.Refleksi II
Gambar 3. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart
Dalam pelaksanaan penelitian ini, tiap siklus akan di laksankan dengan
alur sebagai berikut:
1) Perencanaan I, meliputi penetapan materi pembelajaran PKn kelas V dan
penetapan waktu yaitu bulan juni 2016.
2) Pelaksanaan tindakan meliputi proses kegiatan belajar mengajar dengan
dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan
tempat duduk diatur secara berhadapan pada siswa di kelas V SDN
Suryodiningratan I.
3) Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa
pada saat mengikuti pembelajaran dengan mnggunakan metode diskusi
tipe buzz group yang di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Refleksi meliputi kegiatan mencari penyebab kemungkinan
kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode dsikusi tipe buzz group. Berdasar penyebab kekurangan yang ada kemudian dicari solusi perbaikan untuk dilanjutkan
pada siklus berikutunya.
E. Rencana Tindakan Penelitian 1. Tahap Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas V
SDN Suryodiningratan I, terdapat gambaran mengenai kegiatan belajar
mengajar khususnya pada mata pelajaran PKn. Gambaran pada siswa kelas
V SD menunjukan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Maka
perlu diadakannnya penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Tahap Siklus I
Tahap pada siklus I merupakan inti dari rangkaian tahapan-tahapan
a. Perencanaan tindakan
Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah:
1) Menemukan masalah yang ada dilapangan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan guru kelas.
2) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
siswa, kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.
3) Peneliti bersama guru membuat rancangan cara pembagian
kelompok disksusi. Setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan
dipilih secara acak.
4) Peneliti merancang pembuatan rencana pembelajaran sesuai
tindakan yang dilakukan.
5) Menyiapkan media pembelajaran.
6) Menyusun lembar observasi untuk mengamati guru saat
melaksanakan kegiatan diskusi kelompok dengan menggunakan
metode diskusi tipe buzz group. b. Pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanaan tindakan, guru melakukan tindakan dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan panduan perencanaan yang dibuat dan kegiatan
1) Melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan
metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa,
kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.
2) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa dalam setiap kelompok.
5) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa.
6) Siswa melakukan kegiatan diskusi dengan menggunakan metode
diskusi tipe buzz group sesuai yang diarahkan guru.
7) Setelah selesai diskusi masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil diskusinya .
8) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil
diskusi yang disampaikan oleh kelompok.
c. Observasi
Pada tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dengan tujuan mengetahui apakah metode diskusi tipe
buzz group sudah sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu guru juga mengkaji yang berhubungan dengan kekurangan dan hambatan