• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

Prosedur pemberian kredit mengatur hal-hal yang berkaitan dengan jenis pinjaman dan cara pembayaran, syarat - syarat permohonan kredit, proses pengajuan usulan dan persetujuan kredit, pencatatan atau pembukuan kredit (pencairan, angsuran, bunga), file kredit serta laporan-laporan perkreditan yang dikeluarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

Berdasarkan hasil penelitian, prosedur pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Iskandar Muda Medan dilakukan dengan beberapa cara yaitu ;48

a) Jenis – jenis kredit,

• Kredit Modal Kerja.

Kredit yang diperuntukkan untuk menunjang perputaran usaha (modal kerja) nasabah, termasuk untuk stok bahan baku, pembiayaan masa tanam dan lain - lain. Jumlah maksimum kredit sebesar 20 % dari modal BPR, minimum Rp 500.000,-. Dengan jangka waktu kredit maksimum 3 tahun, jaminan sertifikat, BPKB, Surat kios dan lain-lain

48 Wawancara, Staff PT. Bank Rakyat Indonesia, Cabang Iskandar Muda Medan, 2016.

• Kredit konsumtif.

Yakni kredit yang diperuntukan untuk pegawai baik negeri maupun swasta, untuk membiayai pembelian sepeda motor, alat elektronik dan lain-lain.

Jumlah maksimum kredit disesuaikan dengan harga barang yang akan dibeli, minimum kredit Rp. 300.000,- dengan jaminan sertifikat, BPKB dan lain-lain. Jangka waktu kredit maksimum 3 tahun.

b) Cara Pembayaran

Cara pembayaran kembali kredit tersebut di atas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara berikut;

• Dengan cara Angsuran. Yakni pembayaran kredit yang dengan pembayaran pokok dan bunga dengan jumlah yang sama tiap-tiap bulan sesuai dengan jangka waktu dalam perjanjian kredit.

• Tanpa Angsuran. Yakni pembayaran kredit yang diisyarat - syaratkan dengan pembayaran bunga tiap-tiap bulan sedangkan pokok dibayar sekaligus pada saat jatuh tempo kredit sesuai dengan jangka waktu dalam perjanjian.

c) Syarat - syarat-syarat - syarat permohonan kredit

Calon nasabah mengisi formulir permohonan kredit yang telah disediakan oleh bank dengan melampirkan ;

1) Jaminan barang bergerak yaitu sepeda motor/mobil.

• Fotocopy KTP/SIM

• Fotocopy kartu keluarga/surat nikah

• Fotocopy STNK

• Fotocopy BPKB

2) Jaminan barang tidak bergerak yaitu sertifikat tanah/bangunan

• Fotocopy KTP/SIM

• Fotocopy kartu keluarga/surat nikah

• Fotocopy sertifikat

• Fotocopy pembayaran PBB

d) Proses Pengajuan usulan dan persetujuan Kredit

• Permohonan kredit diserahkan bagian Account Officer yang ditunjuk.

• Account Officer men-survei ke lapangan dengan memperhatikan kelayakan usaha, tempat tinggal, penghasilan, biaya-biaya yang dikeluarkan, jaminan serta karakteristik calon nasabah.

• Account Officer menganalisa mengenai hasil survey calon nasabah tersebut.

• Proposal analisa kredit diserahkan ke kepala bagian kredit untuk diteliti kebenarannya dan kemudian menyeraHak Tanggunganan ke Debitur untuk meminta persetujuan atas kredit tersebut.

• Direktur meneliti proposal analisa kredit tersebut, kemudian diserahkan ke kepala bagian kredit.

• Kepala bagian kredit menginformasikan hasil persetujuan kredit kepada Account Officer, kemudian Account Officer menginformasikan persetujuan tersebut kepada calon nasabah.

e) Realisasi /pencairan kredit .

• Bagian administrasi kredit setelah menerima proposal analisa kredit yang telah disetujui, meminta dokumen-dokumen yang diperlukan kepada nasabah sesuai dengan jaminan yang akan diserahkan, setelah dokumen lengkap maka kredit bisa direalisasikan.

• Akad kredit harus ditandatangani oleh nasabah yang bersangkutan dan pejabat bank yang berwenang.

f) Pencatatan/pembukuan kredit dan file.

• Membuat kartu hutang nasabah tersebut.

• Mencatat semua realisasi pada hari itu.

• Melakukan pengarsipan terhadap file kredit dan jaminan secara rapih dan benar.

g) Laporan Perkreditan Setiap akhir bulan wajib dibuat laporan perkreditan memuat

• Nominatif pinjaman

• Kredit non lancar

4.2. Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

Tabel 1

Diragukan Macet Presentase

1. Rescheduling 0 0 1 1 10%

2 Reconditioning 4 1 0 0 23%

3 Restructuring 0 0 0 12 57%

4 KP2LN 0 0 0 2 10%

Dalam tabel diatas penyelesaian tidak dilakukan secara satu pihak saja namun dilakukan secara bersama dan bertahap yang mana dilakukan karena agar dapat menagtur kembali kinerja dari si nasabah sendiri. Adanya perbedaan perbedaan status kredit antara nasabah satu dan nasabah lain sudah diatur dalam Surat Keputusan BI sendiri, dan juga adanya perbedaan tindakan – tindakan yang dilakukan oleh BRI sendiri. Tindakan – tindakan yang dilakukan oleh pihak bank semata – mata merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak bank untuk mencegah semakin macetnya kredit nasabah sendiri.

Akibat dari macetnya kredit ini sendiri, kredibilitas si debitor dimata pihak bank lain menjadi terkesan negatif dan dapat menyulitkan debitor sendiri apabila ia hendak melakukan kredit dikemudian hari.

Kredit macet disebabkan oleh karena debitor telah gagal untuk membayar utangnya atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban yang telah ditentukan atau sudah tidak sanggup membayar sebagian atau keseluruhan kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Atau debitur telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam memberikan kreditnya bank selaku kreditor senantiasa memantau perkembangan kredit yang diberikannya

Penyelesaian kredit macet oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan merupakan upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh bank terhadap debitor yang usahanya tidak mempunyai prospek lagi atau debitor mempunyai itikad tidak baik sehingga tidak dapat direstrukturisasi.49

49 Pedoman Pelaksanaan Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia, Hal 10

Pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan, kredit macet adalah dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit macet, sehingga makin banyak peluang alternatif koreksi bagi bank dalam mencegah timbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit.

Penggolongan kulitas kredit menurut Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tertanggal 2 April 2001 adalah sebagai berikut ;

• Kredit Lancar

• Dalam Perhatian Khusus

• Kredit Kurang Lancar

• Kredit Diragukan

• Kredit Macet

Tabel 2

Kolektibilitas Kredit Bank BRI

Tabel Kolektibilitas Kredit Bank BRI Tahun 2013 – 2016

Tahun Lancar Dalam

Perhatian Khusus

Kurang Lancar

Diragukan Macet

2013 91,02% 6,66% 0,30% 0,34% 1,68%

2014 92,68% 5,49% 0,29% 0,26% 1,28%

2015 93,03% 5,34% 0,28% 0,25% 1,09%

2016 93,38% 4,02% 0,31% 0,27% 2,02%

Kredit yang masuk dalam golongan lancar dinilai sebagai kredit yang tidak bermasalah (performing loan), sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar, diragukan dan macet dinilai sebagai kredit yang bermasalah (non performing loan).

Apabila setelah bank berusaha melalui upaya prefentif namun akhirnya kredit yang telah dikeluarkannya menjadi kredit yang bermasalah, maka bank akan menggunakan upaya represif. Upaya represif yang mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Bila ternyata upaya penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan atau walaupun sudah dilakukan tetapi tidak membawa hasil, maka bank menempuh upaya penagihan kredit.

Penyelesaian kredit merupakan pemutusan hubungan antara bank dengan debitur. Ini merupakan langkah terakhir karena jika hubungan dilanjutkan akan menimbulkan kerugian lebih besar bagi bank. Bentuk penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan adalah;50

1) Penjadwalan kembali (Rescheduling).

4.2.1. Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet

Merupakan prioritas bank. Penyelesaian kredit secara damai antara lain ;

Penjadwalan kembali yaitu dengan melakukan perubahan syarat - syarat perjanjian kredit yang berhubungan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu kredit, termasuk grade period atau masa tenggang, baik termasuk perubahan besarnya jumlah angsuran atau tidak.

Debitor mengalami kredit macet sehingga debitor sendiri sudah tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam hal mengurangi pinjaman pokok maupun bunganya. Dan penyelesaian yang dapat ditawarkan merupakan pembayaran secara bertahap yang sudah disetujui oleh pihak debitor.

50 Wawancara, Staff PT. Bank Rakyat Indonesia, Cabang Iskandar Muda Medan, 2016.

Namun apabila debitor sendiri melakukan hal – hal yang tidak sepantasnya yang mana tidak melakukan kewajibannya maka pihak Bank sendiri akan melakukan tindakan – tindakan yang mencoba untuk memberi tahu si debitor melalui telepon ataupun melakukan kunjungan kerumah debitor.

• Memperpanjang jangka watu kredit,

• Memperpanjang jangka waktu angsuran,

• Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka kredit.

2) Persyarat - syaratan kembali (Reconditioning).

Persyaratan kembali yaitu dengan melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat - syarat perjanjian kredit, yang tidak hanya terbatas pada perubahan jadwal angsuran dan atau jangka waktu kredit saja. Namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi perusahaan.

Dalam penyelesaian Reconditioning sendiri, ada hal – hal yang akan dipertimbangkan oleh pihak Bank sendiri, yang mana, dalam hal ini, dilihat apabila debitor sendiri sedang merasakan atau sedang dalam keadaan yang sulit yang mana contohnya, apabila bisnis yang dikelola oleh debitor mengalami kemunduran ataupun terkena musibah ataupun tertipu oleh pihak lain.

Dari hal – hal yang dipertimbangkan oleh pihak Bank sendiri, maka dilakukannya, pertimbangan yang mungkin diringakannya bunga dari si debitor, yang mana agar si debitor dapat melunasi atau menyelesaikan kewajiban nya

• Kapitalisasi bunga, bunga yang dijadikan utang pokok sehingga nasabah untuk wkatu tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti utang pokonya dapat melebihi plafon yang disetujui, sehingga perlu peningkatan fasilitas kredit yang disamping itu bunga tersebut dihitung bunga majemuk yang pada dasarnya akan memberatkan nasabah.

• Penundaan suku bunga, bunga tetap dihitung namun, penagihan atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah mempunyai kesanggupan.

• Penurunan suku bunga, apabila nasabah masih dinilai mampu maka pihak bank akan melakukan penurunan suku bunga pada waktunya.

• Pembebasan bunga, apabila nasabah dinilai tidak mampu maka pihak bank akan melakukan pembebasan bunga hinga nasabah dinilai dapat melakuka kewajibannya secara normal.

• Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan

• Jaminan kredit/agunan

3) Penataan kembali (Restructuring

Penataan kembali yaitu suatu upaya dari bank yang berupa melakukan perubahan-perubahan syarat - syarat perjanjian kredit yang berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa Rescheduling dan atas Reconditioning.

).

4) Penyerahan ke KP2LN

Penyerahan ke KP2LN merupakan salah satu cara yang dipakai oleh Bank BRI dalam penyelesaian kredit yang macet, yang mana dalam penyelesaian ini dilakukan karena debitor dalam keadaan yang sangat sulit yang mana hampir tidak adanya cara atau pun harapan bagi debitor untuk melakukan penyelesaian kewajiban atau utang nya, yang pada akhirnya pihak bank memberikannya kepada KP2LN.

Apabila debitor wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kredit sendiri, pihak bank tidak langsung melakukan eksekusi , akan tetapi tetap berusaha untuk melakukan pendekatan – pendekatan yang dimaksudkan agar eksekusi sendiri tidak terjadi dengan harapan bahwa si debitor dapat melakukan kewajibannya tanpa adanya eksekusi.

Selain upaya pengamanan dan penyelamatan kredit tersebut, dalam menangani suatu kasus pihak bank sendiri dapat menyelesaikan dengan cara kekeluargaan yang mana dengan jalan perundingan. Maka dari itu, apabila debitor melakukan wanprestasi, pihak bank terlebih dahulu melakukan tindakan teguran kepada debitor yang secara tertulis, dana apabila si debitor tidak melakukan tindakan dalam waktu 7 hari kemudia setelah dikirimnya surat teguran pertama dilakukan maka akan ada teguran kedua dan ketiga. Dan apabila langkah – langkah yang dilakukan tidak melakukan apa apa ataupun tidak ada hasil yang real maka pihak bank akan meminta bantuan kepada Pengadilan Negeri.

Dan apabila dalam hal ini juga tidak ada respon dari debitor sendiri maka, berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan yang menjadi jaminan kredit si debitor akan di ajukan eksekusi kepada Ketua Pengadilan setempat. Cara eksekusi sendiri merupakan upaya akhir yang harus dilakukan oleh pihak bank, karena ketidak mampuan dari debitor untuk menyelesaikan kewajiban utangnya. Yang mana pelelangan ini, terjadi di bawah tangan atas kesepakatan kedua belah pihak dan penjualan melalui lelang.

Upaya penyelesaian lain yang sesuai dan dapat dilakukan merupakan Fiat Eksekusi Jaminan melalui Pengadilan Negeri dan Parate Eksekusi. Dalam Pasal 20 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996,

1) Apabila debitor cidera janji, maka:

a) Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan

b) Titel Eksekutorial terdapat dalam sertifikat Hak tanggungann sebagaimana dimaksud dalam pasal 14. Obyek Hak Tanggungan yang dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang diitentukan dalam perundang – undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan Hak mendahulu dari kredior-kreditornya.

2) Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan obyek Hak Tanggungan dapat dilakukan dibawah tangan jika dengan demikian itu akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Dari ketentuan diatas, maka ada tiga eksekusi Obyek Hak Tanggungan, yaitu

1) Parate Eksekusi Hak Tanggungan

2) Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan 3) Penjualan Sukarela Dibawah Tangan

Ketiga cara eksekusi ini diatur dalam Pasal 20 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang sebagai berikut ;

4.2.2 Parate Eksekusi Hak Tanggungan

Debitor wanprestasi, maka pihak bank tidak perlu lagi melakukan gugatan kepada debitor melalui pengadiln negeri tapi cukup meminta penetapan ketua pengadilan untuk mengeksekusi jaminan Hak Tanggungan. Dalam hal ini, sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku pengganti Groose Akta.

Dalam Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan disebutkan bahwa sebagai bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan menerbitkan sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata

“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996, sesungguhnya tidak memerlukan fiat pengadilan akan tetapi ketentuan mengenai fiat masih sering dipersoalkan baik oleh bank selaku kreditor atau pemegang Hak Tanggungan maupun Pengadilan Negeri.

Maka dari itu, Pengadilan Negeri dilibatkan pada awal kredit dalam hal mengeluarkan rekomendasi kepada debitor pada saat pihak bank atau kreditor merealisasikan perjanjian kredit tersebut, yang mana debitor akan bertanggung

jawab apabila terjadi wanprestasi yang mana Hak Tanggungannya akan diserahkan kepada KP2LN untuk dilakukan pelelangan.

4.2.3 Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan

Eksekusi dengan menggunakan titel eksekutorial ini termasuk eksekusi dengan pertolongan haim yang diatur dalam Pasal 224HIR, sebelum sampai pada hal pelelangan umum tersebut, maka sebelumnya ada beberapa tahapan yang harus ditempuh terlebih dahulu.

Bahwa dalam pengajuan eksekusi Hak Tanggungan dalam prakteknya adalah diajukan secara tertulis, permohonan eksekusi tersebut ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Kemudiaa pihak yang bersangkutan melakukan pembayaran yang perlu untuk eksekusi yang jumlahnya ditentukan oleh Panitera Pengadilan Negeri.

Sebelum suatu eksekusi itu dijalankan, maka ada beberap hal yang perlu dilakukan oleh Pengadilan Negeri, yaitu;

a. Teguran, hal ini diaur dalam Pasal 196HIR. Maka Ketua Pengadilan akan memanggil pihak pihak yang bersangkutan.

b. Sita Eksekusi, yang diatur dalam Pasal 197HIR, jika sudah lewat dari 8 hari setelah peneguran tersebut maka pihak debitor dan pemberi Hak Tanggungan belum juga mau menjalankan kewajibannya maka Ketua Pengadilan memberi perintah untuk menyita barang – barang yang menjadi obeyek Hak Tanggungan tersebut.

c. Pelelangan, pada asasnya pelaksanaan eksekusi harus melalui penjualan di muka umum atau melalui lelang Pasal 1 ayat 1 UUHT. Dasarnya adalah bahwa diperkirakan melalui surat penjualan lelang terbuka, dapat diharapkan akan memperoleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar. Maka dari hasil uang pelelangan tersebut dianggap lebih maka sisanya akan dan harus dikembalikan kepada debitor atau pemberi Hak Tanggungan.

d. Pengosongan, apabila Hak Tanggungan yang hartanya disita berupa benda tidak bergerak tidak mau meenyerahkan dengan sukarela pada pemenang lelang atau pembeli lelang makan Ketua Pengadila Negeri yang bersangkutan mengeluarkan surat perintah pengosongan untuk dilaksanakan oleh jurusita dan bila perlu dengan bantuan kepolisian.

4.2.4 Penjualan Sukarela Dibawah Tangan

Apabila debitor wanprestasi, maka penjualan obyek Hak Tanggungan dapat juga dilaksanakan dibawah tanganm asalkan atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan. Penjualan memungkinkan aggar dapat memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Prosedur yang memungkinkan ini adalah menyimoang dari prinsip menjual obyek. Hak Tanggungan lewat pelelangan umum, diberi kemungkinan untuk melakukan eksekusi penjualan dibawah tangan asalkan dilakukan lewat waktu satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan pemegang Hak Tanggungan kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

Sesuai dengan eksekusi Obyek Hak Tanggungan, sebenarnya Undang-Undang Hak Tanggungann masih menyediakan satu sarana hukum lagi, yaitu melalui penjualan dibawah tangan (tidak melalui pelelangan).

Sarana hukum ini diatur dalam Pasal 20 Ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan yang menyebutkan bahwa “Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan Obyek Hak Tanggungan dapat dilakukan dibawah tangan, jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Ketentuan hipotik tidak secara tegas menetukan boleh atau tidak boleh dilakukan penjualan dibawah tangan atas objek hak hipotik, sehingga timbul keragu-raguan dalam masyarakat. Timbul kekhawatiran jual beli dibawah tangan atas objek hipotik itu merupakan perjanjian yang melanggar hukum sehingga terancam batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Oleh karena itu, dengan dicantumkannya ketentuan yang ada dalam Pasal 20 ayat 2 UUHT ini tidak ada keraguan lagi.

Proses permohonan eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan pada prinsipnya adalah sama. Urutan dari tindakan yang dilakukan oleh bank/kreditur adalah ;

• Kredit/bank mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan negeri yang berwenang.

• Dalam waktu beberapa hari/minggu setelah diajukan permohonan tersebut maka diadakan sidang pengadilan yang dihadiri oleh pemohon (kreditur) dan termohon (debitur). Dalam sidang tersebut oleh hakim disampaikan teguran kepada termohon, bahwa dalam waktu 8 (delapan) hari yang bersangkutan harus melaksanakan pembayaran lunas pinjaman beserta

bunga ongkos-ongkos dan sebagainya, dan apabila tidak maka diadakan eksekusi atas jaminan kreditnya.

• Apabila dalam 8 (delapan) hari tersebut termohon/debitur tetap membandel, maka pemohon/kreditur melanjutkan usahanya dengan melanjutkan permohonan sita eksekusi.

• Setelah menerima ketetapan sita eksekusi, maka juru sita Pengadilan Negeri mengadakan sita eksekusi atau barangbarang tidak bergerak yang menjadi jaminan tersebut.

• Pemohon/kreditur menerima berita acara eksekusi dari juru sita Pengadilan Negeri.

• Kemudian pemohon/kreditur mengajukan permohonan untuk melelang barang-barang jaminan tersebut dan menerima penetapan lelang.

• Berdasarkan ketetapan lelang tersebut Pengadilan Negeri menghubungi kantor lelang negara untuk melaksanakan lelang. Setelah ditetapkan harinya kemudian diadakan "pengumuman lelang" dalam surat kabar paling sedikit 2 (dua) kali dengan antara waktu 2 (dua) minggu yang biasanya diurus panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan lelang tersebut biasanya ditetapkan oleh pengadilan berdasarkan informasi dari pihak keluruhan (misalnya menyangkut harga tanah) dan kantor pajak. Pengadilan dapat menentukan harga lelang minimal dalam pelaksanaan harga lelang tersebut. Apabila harga lelang minimal tersebut tidak tercapai, maka lelang dibatalkan untuk dilaksanakan pada kesempatan berikutnya.

Untuk lelang berikutnya tersebut, dikenakan biaya iklan, ongkos lelang dan lain sebagainya

4.3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Kredit Macet

Faktor – kator yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet tersbut sebagai

Secara garis besar faktor – faktor yang dapat menjadi sebab kredit macet dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal Bank sebagai penyebab kredit macet antara lain;

1. Rendahnya Kemampuan atau Ketajaman Bank Melakukan Analisis Kelayakan Permintaan Kredit yang Diajukan Oleh Debitur

Rendahnya kemampuan dari bank untuk melaukan analisis secara profesional, terutama disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pengalaman petugas bank sendiri yang termasuk oleh account officer, menjalankan tuga s mereka tersebut. Sedangkan minim ataupun rendahnya analisis kelayakan kredit seringkali terjadi. Dan juga karena terllu cepatnya bank unutuk mengjimpun dana dari masyarakat luar yang mendorong mereka untuk merepakan strategi penyaluran kredit yang melebihi kewajaran yang dapat diterima oleh si calon nasabah. Kreit yang diberikan tanpa analisis kredit yang cukup dari semula memang sudah dapat diragukan kualitasnya. Oleh karena itu, sejak diberikan kredit tersebut memang sudah membawa bibit masalah.

2. Lemahnya Sistem Informasi Kredit Serta Sistem Pengawasan dan Administrasi Kredit Mereka.

Oleh akrena lemahnya istem pengawasan dan administrasi oleh bank, pengunnan kredit serta perkembangan kegiatan usaha maupun kondisi keuangan debitor secara cermat.sebagai kelanjutannya, mereka tidak dapat melakukan tindakan koreksi yang spontan apabila terjadi penurunan kondisi bisnis dan keuangan debitor atau terjadi penyimpangan dari ikatan perjanjian kredit.

3. Campur Tangan Dari Pemegang Saham Bank

Hal ini dapat menimbulkan pemberian kredit yang cukup meyimpang dri pemberia kredit yang dianggap sehat.

4. Pengikatan Jaminan Kredit Kurang Sempurna

Jaminan kredit merupakan sumber kedua dari pelunasan kredit yang diambil oleh nasabah. Apabila debitor tidak dapat atau tidak bersedia melunasi saldo kredit dan bunga yang tertunggak, bank dapat mengeksekusi jaminan guna melunasi pinjaman yang tertunggak. Apabila ikatan jaminan dilaksanakan secara sempurna maka eksekusi dapat berjalan dengan aman dan lancar. Maka dapat cepat selesai. Namun sebaliknya apabila pengikatan jaminan tidak berjalan dengan sempurna maka hal tadi dapat menjadi bumerang bagi bank karena hanya akan menjadi masalah dikemudian hari.

Sedangkan Faktor Internal dari debitor adalah terdiri dari 2 kelompok, yaitu

Sedangkan Faktor Internal dari debitor adalah terdiri dari 2 kelompok, yaitu

Dokumen terkait