• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN

C. Penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan

C. Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Penyelesaian kredit macet menurut Subekti, yaitu “Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek”. 56

56

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal 147 Cara pemberian teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang menentukan bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta atau sejenisnya. Yang dimaksud dengan surat perintah dalam pasal tersebut adalah peringatan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang dimaksud dengan akta sejenis adalah suatu tulisan biasa (bukan resmi), surat

maupun telegram yang tujuannya sama yakni untuk member peringatan kepada debitur untuk memenuhi prestasinya. Penanganan kredit macet selanjutnya yaitu dengan upaya yang ditentukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/ 4/ BPPP tanggal 29 Mei 1993, melalui beberapa cara yaitu:

1. Penjadwalan kembali (rechedulling), yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo.

3. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-syarat kredit menyangkut: Penanaman atau penambahan dana bank dan/atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan/atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali dan/ atau persyaratan kembali.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ditemukan beberapa permasalahan yang timbul dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang menimbulkan wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain : 57

57

1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe cukup kesulitan untuk melakukan pengawasan secara langsung. Hal tersebut disebabkan banyaknya debitur yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi debitur, sehingga pada akhirnya debiturakan kesulitan melunasinya.

2. Pihak debitur biasanya mempersulit untuk menyerahkan barang jaminannya, apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, misalnya saja barang jaminan tersebut ternyata digadaikan.

4. Pihak debitur tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak penyitaan dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe

Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe telah diselesaikan melalui 3R yaitu rescheduling atau penjadwalan kembali, reconditioning atau persyaratan kembali, dan restructuring atau penataan kembali. Rescheduling yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu berupa perubahan jadwal pembayaran kredit anggota KSM yang wanprestasi. Reconditioning yang dilakukan oleh BKM yaitu penambahan jangka waktu pelunasan kredit untuk debitur yang wanprestasi. Restrukturing dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tidak melalui pemberian tambahan kredit namun melalui penjadwalan kembali kredit serta persyaratan kembali kredit. Spesifikasi upaya penyelesaian wanprestasi yang telah dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berdasarkan penyebab wanprestasinya yaitu sebagai berikut terhadap

perjanjian wanprestasi yang disebabkan kerena debitur gagal usaha yaitu mengingatkan bahwa kredit telah mencapai batas waktu pemenuhannya serta tetap melakukan penagihan, dan memberikan perpanjangan waktu kredit.

Wanprestasi yang disebabkan karena debitur meninggal dunia oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tetap dilakukan penagihan yaitu melakukan pemberitahuan kepada ahli waris serta tetap melakukan penangihan. Wanprestasi yang terjadi karena debitur berkarakter buruk, upaya PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mengingatkan dengan pemberian teguran cukup keras serta diberikan penambahan batas waktu serta untuk selanjutnya tidak akan mendapatkan bantuan kredit lagi. Wanprestasi yang terjadi dikarenakan usaha debitur kurang lancar upaya PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu memberikan perpanjangan waktu serta mengingatkan dan terus menagihnya sampai seluruh prestasi yang telah diperjanjikan dibayar lunas. Wanprestasi yang terjadi karena debitur berpindah domisili upaya PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mamberikan perpanjangan waktu kredit dan tetap menangih prestasi kepada yang bersangkutan dengan hubungan telekomunikasi.

Terjadinya wanprestasi ini membuat PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe melakukan perubahan atas isi perjanjian kredit untuk calon debitur. Isi perjanjian kredit ini bila ditelaah dapat memenuhi prinsip 5C, yang meliputi penilaian karakter, penilaian kemampuan, penilaian permodalan, penilaian jaminan, serta penilaian terhadap prospek usaha debitur. Perubahan yang signifikan terdapat pada collateral atau jaminan dalam perjanjian terdapat

persyaratan bahwa setiap pembayaran uang angguran yang dilakukan oleh debitur harus melebihi jumlah anggusan yang seharusnya dibayarkan untuk kemudian kelebihan anggusuran ini ditabungkan sebagai jaminan ketika terdapat salah satu anggota tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran pinjaman.

Penyelesaian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sudah baik yaitu dengan penjadwalan dalam jangka waktu angsuran, besarnya angsuran dan masa tenggang, persyaratan kembali tentang penjadwalan kredit, penataan kembali yaitu penambahan kredit dan konversi tunggakan bunga namun pihak kreditur perlu melakukan penyelesaian kredit yaitu : 58

1. Pendekatan kredit yang bermasalah mendeteksi adanya kredit bermasalah, tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafond kredit atau tunggakan bunga.

2. Kredit dalam pengawasan khusus menyusun daftar kolektibilitas kredit. 3. Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat di tagih :

a. Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi dengan mencantumkan alasan penghapusbukuan (daftar nama, agunan dan penjelasan singkat).

b. Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui oleh bank saja.

c. Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga bank

58

Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015

masih berhak menagih dan kreditur wajib membayar sampai lunas.

d. Agunan yang diambil alih wajib dilakukan penjualan segera sesuai kesepakatan dengan debitur.

Langkah-langkah yang diambil oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dengan cara pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan secara preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe setelah melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi, kemudian petugas akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan, bimbingan-bimbingan dan petunjuk-petunjuk tentang resiko yang harus ditanggung dan denda yang dikenakan jika sampai terjadi keterlambatan pembayaran angsuran atau penjelasan-penjelasan lainnya. Dengan usaha pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan memancing debitur untuk berusaha secara maksimal agar dapat membayar angsuran tepat pada waktunya.

Langkah pengamanan secara represif dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk menyelesaikan kredit-kredit yang mengalami ketidak lancaran karena debitur wanprestasi, untuk menanggulangi hal-hal tersebut dilakukan teguran-teguran untuk menagih tunggakan pembayaran yaitu dengan tindakan-tindakan meliputi:

a. Surat peringatan

Di dalam surat peringatan ini terdapat tiga kali surat peringatan, yaitu surat peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringatan III yang masing-masing memiliki jangka waktu yaitu lima belas hari dan jarak antara surat peringatan I

ke surat peringatan II selama tujuh hari begitupun dari surat peringatan II ke surat peringatan III.

b. Surat somasi

Surat somasi diberikan kepada debitur jika surat peringatan yang ke III tidak diindahkan juga oleh debitur.

c. Penyitaan

Jika debitur juga mengindahkan surat somasi yang diberikan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berhak menyita barang jaminan milik debitur untuk dilelang guna melunasi hutangnya, pelelangan tersebut oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu melalui Kantor Penyelesaian Perselisihan Piutang Negara (KP3N) Kabanjahe atau sering disebut Kantor Lelang dan pelelangan bisa dilakukan melalui jalur pengadilan. Selain itu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe mempunyai cara lain yaitu dengan cara ‘Hapus Buku’. Hapus Buku ialah objek yang dijaminkan secara langsung akan menjadi milik kreditur tanpa adanya lelang melalui Pengadilan maupun Kantor Lelang, dan secara langsung pula hutang debitur yang ada pada kreditur dihilangkan dan dianggap lunas.

Apabila setelah bank berusaha melalui upaya prefentif namun akhirnya kredit yang telah dikeluarkannya menjadi kredit yang bermasalah, maka bank akan menggunakan upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Bila ternyata upaya

penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan atau walaupun sudah dilakukan tetapi tidak membawa hasil, maka bank akan menempuh upaya penagihan kredit

1. Penyelesaian kredit macet secara damai

Penyelesaian kredit macet secara damai dilakukan terhadap debitur yang masih mempunyai itikad baik kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya Penyelesaian kredit secara damai antara lain meliputi :

a. Keringanan tunggakan bunga dan/atau denda.

b. Penjualan sebagian atau seluruh agunan secara di bawah tangan oleh debitur atau pemilik agunan untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitur.

c. Pengambil alihan aset debitur oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitur

2. Penyelesaian melalui jalur hukum penyelesaian kredit macet melalui saluran hukum atau bantuan dari pihak ketiga dilakukan apabila debitur tidak kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya. Penyelesaian kredit macet melalui saluran hukum antara lain:

a. Penyelesaian kredit macet melalui pengadilan negeri

Didahului dengan permohonan eksekusi atas jaminan sertifkat hak milik oleh kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik kepada pengadilan. Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf b UUHT dijelaskan bahwa titel eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 UUHT dapat dijadikan dasar penjualan objek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan. Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 Ayst (1) huruf b Jo Pasal 14 UUHT ini memerlukan campur tangan pengadilan.

Adapun prosedur lelangnya diawali dengan permohonan dari kreditur pemegang Hak Tanggungan kepada Pengadilan Negeri untuk melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan. Kemudian Pengadilan Negeri akan menindaklanjuti permohonan tersebut dengan menerbitkan Penerapan Aanmaning /teguran, Penetapan Sita yang diikuti dengan penyitaan objek Hak Tanggungan, dan mengeluarkan Penetapan Lelang. Selanjutnya Pengadilan Negeri akan mengajukan permohonan lelang objek Hak Tanggungan tersebut ke KPKNL. Adapun prosedur pelaksanaan lelangnya hampir sama dengan prosedur lelang objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri oleh pemegang Hak Tanggungan pertama. Bedanya adalah yang menjadi penjual dan yang berhadapan dengan KPKNL adalah Pengadilan Negeri.

b. Penyelesaian Kredit Macet Melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik langsung mengajukan permohnan lelang atas jaminan sertifkat hak milik kepada KPKNL. Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf a Jo Pasal 11 Ayat (2) huruf e UUHT, apabila debitur cidera janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan berdasarkan ketentuan tersebut pada dasarnya tidak memerlukan ijin/ dari Pengadilan mengingat fiat penjualan berdasarkan Pasal 6 UUHT ini

merupakan tindakan pelaksanaan perjanjian. Sehingga apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama dapat langsung melaksanakan eksekusi lelang objek Hak Tanggungan melalui KPKNL. Hak istimewa ini hanya dimiliki oleh kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama. Pemegang Hak Tanggungan kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Undang-undang Hak Tanggungan. Syarat agar eksekusi lelang ini dapat dilakukan apabila dalam APHT dicantum kan janji-janji sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) huruf e UUHT, yaitu “pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual sendiri objek Hak Tanggungan apabila debitur cidera janji”. Untuk pelaksanaan eksekusi lelang objek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf a jo Pasal 6 dan Pasal 11 ayat (2) huruf e UUHT maka yang bertindak sebagai pemohon lelang adalah kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama. Dalam hal ini kreditur tersebut langsung mengajukan permohonan lelang kepada KPKNL.

c. Penjualan dibawah tangan atas objek jaminan sertifkat hak milik (Pasal 6 jo Pasal 11 ayat 2 jo Pasal 20 ayat 2 UUHT). Sarana hukum ini diatur dalam Pasal 20 Ayat (2) Undang-undang Hak Tanggungan yang menyebutkan bahwa “atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan objek Hak Tanggungan dapat dilakukan di bawah tangan, jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.” Mengingat ketentuan Pasal 20 ayat (2) UUHT ini dimaksudkan untuk melaksanakan penjualan di bawah tangan maka dalam Surat Edaran Kepala Badan Urusan

Piutang dan Lelang Negara No. SE-23/PN/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan ditegaskan bahwa penjualan objek Hak Tanggungan semacam ini tidak boleh dilakukan secara lelang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Tata cara pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak milik atas tanah.

Proses perjanjian kredit dengan hak milik atas tanah pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Adapun tahapannya adalah:1) Tahap pendaftaran permohonan menjadi anggota. 2) Tahap pengajuan kredit bagi debitur dengan jaminan sertifikat tanah 3) Tahap pemeriksaan kredit. 4) Tahap penilaian agunan 5) Tahap kesepakatan dalam kredit b) Setelah perjanjian kredit dilakukan maka dilanjutkan dengan pelaksanaan pemasangan hak tanggungan sebagai jaminan kredit.. Pengikatan jaminan atau dikenal dengan pembebanan hak tanggungan dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama pemberian hak tanggungan yang dilakukan oleh debitur sendiri atau yang mewakili lewat Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan (SKMHT) bersama pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe menghadap PPAT untuk menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Pemasangan SKMHT diberikan apabila plafon kredit dibawah Rp. 50.000.000,00. apabila debitur mengalami keterlambatan dalam pembayaran, maka pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dan notaris menaikkan status dengan pemasangan hak tanggungan. Untuk pinjaman diatas Rp. 50.000.000,00 langsung dilakukan pemasangan Hak Tanggungan. Tahap

kedua pendaftaran hak tanggungan yang dilakukan dengan mengirimkan APHT beserta kelengkapan dokumen lainnya kekantor pertanahan. Selanjutnya kantor pertanahan membuat buku tanah hak tanggungan dan menerbitkan sertifikat hak tanggungan. Catatan tersebut di atas biasanya dilakukan oleh notaris. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dan debitur hanya melakukan penandatanganan perjanjian di depan notaris. 2. Kendala yang dihadapi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam

pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan adalah sebagai berikut: a) Adanya tunggakan kredit dimana debitur yang dalam pembayaran pokok dan bunga kredit tidak berjalan dengan baik sesuai ketentuan-ketantuan yang ditetapkan. b) debitur tidak dapat memenuhi kreditnya sehingga terjadi penunggakan dalam batas waktu yang ditentukan setelah jaruh tempo atau kredit yang mengalami kemacetan.

4. Penyelesaian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sudah baik yaitu dengan penjadwalan dalam jangka waktu angsuran, besarnya angsuran dan masa tenggang, persyaratan kembali tentang penjadwalan kredit, penataan kembali yaitu penambahan kredit dan konversi tunggakan bunga namun pihak kreditur perlu melakukan penyelesaian kredit yaitu : Pendekatan kredit yang bermasalah : mendeteksi adanya kredit bermasalah, tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafond kredit atau tunggakan bunga. Kredit dalam pengawasan khusus: menyusun daftar kolektibilitas kredit. Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat ditagih Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi

dengan mencantumkan alasan penghapusbukuan (daftar nama, agunan dan penjelasan singkat). Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui oleh bank saja. Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga bank masih berhak menagih dan kreditur wajib membayar sampai lunas. Agunan yang diambil alih wajib dilakukan penjualan segera sesuai kesepakatan dengan debitur.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Dalam hal menghindari masalah yang timbul dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan sebaiknya pihak Bank BRI Kabanjahe harus selalu mengawasi barang jaminan yang diberikan oleh debitur yaitu dengan cara melakukan pengawasan secara rutin walaupun tidak tiap hari. 2. Seyogyanya pihak Bank BRI Kabanjahe dalam memberikan kredit kepada

debitur yang menggunakan jaminan sertifikat hak milik atas tanah mematuhi substansi dalam UUHT, khususnya Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 13 ayat (1) UUHT karena penyertaan APHT yang diikuti dengan pendaftaran Hak Tanggungan dapat memberikan kepastian hukum terhadap kedudukan Bank BRI Kabanjahe maupun tanah yang dijadikan jaminan kredit.

3. Di masa mendatang perlu segera dirumuskan Undang-undang mengenai Eksekusi Hak Tanggungan untuk mengatur secara komprehensif pelaksanaan eksekusi. Sehingga eksekusi hak tanggungan dapat memberikan perlindungan dan kepastian huku bagi semua pihak-pihak yang terkait dalam proses eksekusi tersebut.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT

A. Pengertian dan Tujuan Kredit

Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan perangsang dalam dunia usaha, baik dalam usaha perdagangan, produksi dan berbagai macam bentuk usaha lain seperti pertanian, industri, dan lain-lain.Kredit dalam pengertian ekonomi, yaitu suatu penundaan pembayaran. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang. Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran.12

Adapun menurut Hasibuan mengemukakan pengertian kredit yang lebih jelas bahwa: " kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.13

Kredit dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu".14

12

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 72.

13

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (11) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berkaitan dengan pengertian kredit di atas, menurut ketentuan Pasal 1 angka (5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk: (a) cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; (b) pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan (c) pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.15

Berdasarkan pengertian kredit yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut diatas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:16

1. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak penyedia dana dengan menyetujui pemberian

15

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, Pasal 1 angka 5

16

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 75-79.

sejumlah dana yang kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya berupa pemberian (penerbitan) garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit (LC). 2. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain

Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang tersebut.Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit. 3. Adanya kewajiban melunasi utang

Pinjam-meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam. Peminjam wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang, dan debitur wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakatinya, yang biasanya terdapat dalam ketentuan perjanjian kredit.

Dengan demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana bank yang diberikan secara cuma-cuma. Kredit perbankan adalah suatu utang yang harus dibayar kembali oleh debitur.

a. Adanya jangka waktu tertentu

Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu. Jangka waktu tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu tersebut ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukan kesempatan dilunasinya kredit.

b. Adanya pemberian bunga kredit

Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang

Dokumen terkait